You are on page 1of 365

KEMENTERIAN AGAMA RI

Jln. Lapangan Banteng Barat No. 3 - 4


Telp. (021) 3812344, 3811642, 3811654 Pes.331 Fax: 34833981
JAKARTA
Website: diktis.kemenag.go.id

AQIDAH AKHLAK

MODUL
BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU
(PLPG)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014

MODUL PLPG
SERTIFIKASI GURU TAHUN 2014

AKIDAH AKHLAK

DAFTAR ISI

A.

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

B.

ISI MODUL
1.

MODUL 1

: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI

2.

MODUL 2

: KURIKULUM 2013 UNTUK MATA PELAJARAN AKIDAH


AKHLAK DAN IMPLEMENTASINYA
a. Peta Konsep

Rasional dan elemen perubahan kurikulum


Struktur Kurikulum
SKL, KI, KD dan Strategi
Prinsip-prinsip pembelajaran

b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan (Tugas dan Bentuk soal pilihan ganda dan essay)
g. Daftar Pustaka
3.

MODUL 3

: PTK UNTUK MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK


a. Peta Konsep

Rasional dan elemen perubahan kurikulum


Struktur Kurikulum
SKL, KI, KD dan Strategi
Prinsip-prinsip pembelajaran

b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka

4.

MODUL 4

MATERI AKIDAH AKHLAK


a. Materi Akidah akhlak MI
b. Materi Akidah Akhlak MTs
c. Materi Akidah Akhlak MA

5.

MODUL 5

: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK


a. Peta Konsep

Pendekatan Scientific
Problem Based Learning
Project Based Learning
Contectual
Discovery
Inquiry

b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka
6.

MODUL 6

: PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR AKIDAH


AKHLAK
a. Peta Konsep Penilaian
Penilaian Autentik

Penilaian Portofolio
Penilaian Kinerja
Penilaian Projek
Penilaian Tertulis
Penilaian Diri

b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka

7.

MODUL 7

: PERANGKAT PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK


a. Peta Konsep

Analisis buku guru dan siswa


Silabus
RPP
Media
Bahan Ajar

b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka
C.

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

D.

GLOSARIUM

E.

LAMPIRAN

MODUL I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU


A. Peta Konsep
Etika profesi guru berkaitan dengan
esensi etika profesi guru dalam
pelaksanaan proses pendidikan dan
pembelajaran secara profesional,

Perlindungan dan penghargaan guru


t e r m a s u k kesejahteraannya

Pengembangan karir guru terkait


dengan r a na h p e mbi na an da n
pengembangan
guru,
khususnya
berkaitan dengan keprofesian dan karir.

Kebijakan
umum
pembinaan
dan
pengembangan
profesi
guru,
upaya
kompetensi,
penilaian
peningkatan
kinerja, pengembangan karir, perlindungan
dan penghargaan

Kebijakan
Pengembangan
Profesi Guru

Peningkatan kompetensi guru terutama


berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis
program pengembangan keprofesian guru
secara
berkelanjutan,
serta
uji
kompetensi guru dan dampak ikutanya.

Penilaian kinerja guru terutama berkaitan


dengan makna, persyaratan, prinsip,
tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi
nilai penilaian kinerja guru.

Materi Kebijakan Pengembangan Profesi Guru mencakup kebijakan umum pembinaan


dan pengembangan profesi guru; peningkatan kompetensi guru; penilaian kinerja guru;
pengembangan karir guru; perlindungan dan penghargaan guru; dan etika profesi guru
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini dan mengikuti pembelajaran dalam PLPG,
peserta dapat menunjukkan sikap positif, menguasai wawasan dan keterampilan yang terkait
dengan :
1. Kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru, upaya peningkatan
kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan di
lingkungan Kementerian Agama, serta etika profesi guru dalam pelaksanaan tugasya
2. Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program
pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan
dampak ikutanya.
3. Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap
pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
4. Pengembangan karir guru terutama berkaitan dengan esensi dan ranah
pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.
5. Perlindungan dan penghargaan guru terutama berkaitan dengan konsep, prinsip atau
asas, dan jenisjenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk
kesejahteraannya.
6. Etika profesi guru terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di
luar kelas, maupun di masyarakat.

C. Strategi dan Media Pembelajaran


Strategi yang diterapkan dalam pendalaman materi kebijakan pengembangan
profesi guru dalam kegiatan PLPG program sertifikasi guru adalah melalui pembelajaran
secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi
yang terkait, mengerjakan latihan, tugas terstruktur, membuat ringkasan dan penjelasan
dari narasumber atau instruktur dan melakukan refleksi. Media yang digunakan untuk
menyampaikan materi kebijakan pengembangan profesi guru adalah bahan presentasi
power point, gambar dan lembar kerja.

D. Uraian Materi
1. Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru
1.1. Latar Belakang Pemikiran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran
baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan
peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan
yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk
mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif,
menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan,
menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang.
Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang. Aneka
perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia
modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan.
Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap
menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur
peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban
tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan
pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam
realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala
tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru
sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala
dimensinya.

Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh
perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU
ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan
beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada
Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan profesi
guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun
2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi guru harus dilakukan secara
simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan, penyediaan, rekruitmen,
seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya
diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk
menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait.
1.2. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional
Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai
sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban
pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur
untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis
perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis Sekolah/Madrasah, (3) profesionalisasi
guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi
guru madani.
Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan bahwa
penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku
ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini,
lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas
oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta
untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/DIV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui
oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun
PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang
berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat
sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi.
Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh
menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.
Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat disadap dari
dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D-IV. Kedua,
sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus
dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Keempat, jumlah peserta didik program
pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi
diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui
ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis
dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,
perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan
mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau
program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program
yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian
praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa ke

depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan
memiliki sertifikat pendidiklah yang legal direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi
secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk bertugas pada
Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun
demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru, yang dalam skema
kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS)
guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di
kampus Sekolah/Madrasah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang
disebut dengan induksi.
Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan dipandu
oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugastugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau pada
Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi
tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem itu.
Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat
pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh,
masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar
profesional.
Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus
dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi
merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama
kali menginjakkan kaki di Sekolah/Madrasah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak
dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.
Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris
lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus,
ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya
berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya,
melainkan semua subsistem yang ada di Sekolah/Madrasah dan di masyarakat ikut
mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di
luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini.
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin
keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan
pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar
guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan
pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti
pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting.
Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki
keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.
1.3. Alur Pengembangan Profesi dan Karir
Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata.
Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip: (1) memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan
latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan

mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.


Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan
pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan
guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru
bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala
Sekolah/Madrasah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada Gambar 1.2.
Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi dan karir profesi
guru di masa depan.
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan
formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran
guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional
nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan
itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali
persyaratan pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan
etika profesi mereka terjamin.
Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi
atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terusmenerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional
guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan,
workshop, magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara
umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan
sebagainya.Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara
pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah
berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru
yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program
S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan
tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan non kependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik
dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem
pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan
perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru
meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan
promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan
jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir
guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi
institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru.
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja
guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas.
Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk
memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Seperti
telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat
dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan
pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui jabatan fungsional.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun
demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam

sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman


tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode
mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah,
lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau satuan pendidikan.
Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti,
koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala
Sekolah/Madrasah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program,
implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara
mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.
Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat
merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat
ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur.
Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan
pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa.
1.4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan
Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian,
kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu,
dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen,
penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi
guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Merujuk pada
alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan
daya intelektual tinggi.
Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan
uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja
dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan
kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi
guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis
utama desain program peningkatan kompetensi guru. Penilaian kinerja guru (teacher
performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan
kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada
Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan
guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun
guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis
untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya
Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui
tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut
level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi
adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar
kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru
memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi
guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang aktifitasnya
perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan, kesejateraan, dan
pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa depan manajemen guru,
memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen,

pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian


kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di
daerah khusus.
1.5. Kebijakan Pemerataan Guru
Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut
menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru
di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan
rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan Bersama
Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag
tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani
tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini
antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi
dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara
nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat
dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain.
a. Kebijakan dan Pemerataan Guru
Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan
Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober
2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa:
a. Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan
memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang
berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam
memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri
Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.
b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung
jawabnya.
c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian
penilaian kinerja pemerintah daerah.
d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari
kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan
sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.
f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing

b. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota


a. Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur bertanggung jawab
dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS.
b. Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru
PNS.
c. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
d. Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
e. Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS antarsatuan
pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
kewenangannya untuk penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu wilayah
provinsi.
f. Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan
standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
g. Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada Menteri
Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing dan
diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan.
Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan
dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam kegiatan penataan dan
pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri
Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan RB, dan
Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penataan dan
pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masing-masing.Sedangkan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing
wilayahnya.
Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan. Normanorma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini. Secara Umum, pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri.
1. Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan Nasional.
2. Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan Kementerian
Agama.
3. Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
pemerintah kabupaten/kota.
Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan

antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan
antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini.
1. Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan
menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian
Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan perencanaan penataan
dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan Nasional melalui Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya
masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan.
2. Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan
menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Kemudian
Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS kepada Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan
Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Mei
tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan.
3. Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan penataan
dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan.
4. Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan informasi dari
Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan
menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS secara nasional paling lambat
bulan Juli tahun berjalan.
5. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri Keuangan,
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri
Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan.
Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial
fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan
kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang
tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru
PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya.
2. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan
penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian
kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Peningkatan Kompetensi Guru


2.1. Esensi Peningkatan Kompetensi Guru
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar
maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru
selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan
menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan,
metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia
kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan
dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan
perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat
ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang
meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain
yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup
beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru
yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga
menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel
melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di
antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari
guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang
tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa
dampak pada siswa paling tidak dalam dua hal. Pertama, siswa hanya terbekali dengan
kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap
terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan
oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern
dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus
dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated
learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari
semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan
teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat
dituntaskan dalam interval waktu yang sama. Sejatinya, guru adalah bagian integral dari
subsistem organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu
menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu
mengembangkan Sekolah/Madrasah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter
utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti
dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya.

2.2. Prinsip-Prinsip dalam Peningkatan Kompetensi dan Karir Guru


1. Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas guru dalam
proses pembelajaran.
e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan
dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
2. Prinsip-pinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan
indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi guru sebagai tenaga pendidik
profesional yakni memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
c. Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru
berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator.
e. Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti
perkembangan Ipteks.
f. Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan jaman.
g. Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui
proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun
institusional.
h. Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu
kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari
kompetensi profesinya.
i. Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai
kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam
rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi,
mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
j. Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan
kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam
melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
k. Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan dengan
mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
l. Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan
berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru.
m. Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara
berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada
standar kompetensi.
n. Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan
dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan
penyegaran kompetensi guru;
o. A ku n t ab e l , p e mb in a a n d an p en g e mb a n g a n p r o f e s i d a n k ar ir gu r u d a p a t
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
p. Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu

q.

memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat
oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan
kompetensi dan kinerja guru.
Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari
atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil
yang optimal.

2.3. Jenis Program Peningkatan Kompetensi Guru


Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
2.3.1. Pendidikan dan Pelatihan
a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan
secara internal di KKG/MGMP, Sekolah/Madrasah atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan
pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak
harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi
kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat
lebih menghemat waktu dan biaya.
b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri
yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini
terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan selama priode tertentu,
misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai
alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru
Sekolah/Madrasah kejuruan memerlukan pengalaman nyata.
c. Kemitraan Sekolah/Madrasah. Pelatihan melalui kemitraan Sekolah/Madrasah dapat
dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu.
Pelaksanaannya dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah atau di tempat mitra
Sekolah/Madrasah. Pembinaan melalui mitra Sekolah/Madrasah diperlukan dengan alasan
bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru
yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan
dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak
jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil
dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota
kabupaten atau di propinsi.
e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di Balai
Pendidikan dan Pelatihan dan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian
Agama, P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program
pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi.
Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan
khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya
perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau
lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru
dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya
ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain
sebagainya.
g. Pembinaan internal oleh Sekolah/Madrasah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh
kepala Sekolah/Madrasah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina,
melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan,
diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.

h.

Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, baik di dalam
maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan
menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya
pengembangan profesi.

2.3.2. Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan


a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai
dengan masalah yang di alami di Sekolah/Madrasah. Melalui diskusi berkala diharapkan para
guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di
Sekolah/Madrasah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya.
b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah
juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan
kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi
secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan.
c. Workshop. Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat
dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan
silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran.
e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk
alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi
pembelajaran).
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa
karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang
memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.
2.3.3. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis
dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang
terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 dibandingkan dengan
regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang sebelumnya lebih
bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga
diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat
jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja
Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan
melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib melakukan
publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan kepangkatan IV/c ke IV/d
guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB,
PK Guru, dan pengembangan karir guru.
PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK
Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di
bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan

untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai
kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya
telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada
pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas
dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan Sekolah/Madrasah dalam rangka memberikan
layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik. Dalam Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka
kredit untuk pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru, selain
kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
Sekolah/Madrasah/mad rasa h. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru yang
profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga
memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK
yang kuat, guru diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta
didik sesuai dengan bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikan di Sekolah/Madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara
khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini.
1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi
proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni di masa mendatang.
3. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional.
4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan
pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara
optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk
berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga
selama karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang.
Dengan PKB untuk guru, bagi Sekolah/Madrasah diharapkan mampu menjadi
sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga Sekolah/Madrasah dapat menjadi
wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan
pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk
guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di Sekolah/Madrasah akan
memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan masingmasing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan
pendidikan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan
pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah
dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan
standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan
profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan,
dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik.
PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu
siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2
menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan

keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat


pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya. Kegiatan PKB
untuk pengembangan diri dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah, baik oleh guru secara
mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu Sekolah/Madrasah.
Kegiatan PKB melalui jaringan Sekolah/Madrasah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus),
antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan
kerjasama Sekolah/Madrasah antarnegara serta kerjasama Sekolah/Madrasah dan industri, baik
secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara
lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke
Sekolah/Madrasah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari
Sekolah/Madrasah lain, komite Sekolah/Madrasah, dinas pendidikan, seksi bidang pendidikan
kemennterian agama, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di Sekolah/Madrasah dan jaringan Sekolah/Madrasah belum memenuhi
kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan
lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar
lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi
Balai DIklat, Pusdiklat atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi
layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring
virtual atau TIK. Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi
dapat dilakukan oleh guru dan di Sekolah/Madrasah mereka sendiri. Beberapa program
dimaksud disajikan berikut ini.
1.. Dilakukan oleh guru sendiri:
a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari siswa terhadap pelajarannya;
b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan siswa, dll);
c. mengamati dan menganalisis tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran;
d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan
e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain:
a. mengobservasi guru lain;
b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar;
c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);
e. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap permasalahan
yang dihadapi di Sekolah/Madrasah;
f. membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan
g. merancang persiapan mengajar bersama guru lain.
3. Dilakukan oleh Sekolah/Madrasah :
a. training day untuk semua sumber daya manusia di Sekolah/Madrasah (bukan hanya
guru);
b.
kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain; dan
c.
mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain atau dari instansi lain.
Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian
berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Hak
tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan.
2. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak
merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari Sekolah/Madrasah.
Sekolah/Madrasah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti
program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari
tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau
Sekolah/Madrasah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk
penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB.
3. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan
secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga

guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan
guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang diperhatikan dan
dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya.
4. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak
bisa dikembangkan oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihakpihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak-banyaknya dari
guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya,
pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan
masukan/saran.
5. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan guru secara
aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam penguasaan
materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan tradisional -yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka
secara aktif -- perlu dihindari.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktikpraktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan
ketentuan tersebut mencakup antara lain:
1. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang
berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (guru
pendamping).
2. Guru pendamping tersebut berasal dari Sekolah/Madrasah yang sama dengan guru
binaannya atau dipilih dari Sekolah/Madrasah lain yang berdekatan, apabila di
Sekolah/Madrasahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi.
3. Setiap
Sekolah/Madrasah
mempunyai
seorang
koordinator
PKB
tingkat
Sekolah/Madrasah, yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah/Madrasah yang
mempunyai banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator
PKB, sedangkan Sekolah/Madrasah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama
Sekolah/Madrasah, sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan Sekolah/Madrasah lain di
sekitarnya. Dengan demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan
PKB di beberapa Sekolah/Madrasah.
4. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/ Bidang Pendidikan Kementerian Agama
menunjuk dan menetapkan seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya
pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus Sekolah/Madrasah tertentu).
5. Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota harus merencanakan kegiatan PKB dan
mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan
visi dan misi Sekolah/Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
6. Sekolah/Madrasah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas tambahannya
sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat Sekolah/Madrasah maupun
dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas pembelajaran siswa. PKB
perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi
dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan
secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada
peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi
pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009,
terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka kreditnya, yaitu:
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
a. Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif
guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru

akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya.
Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas
tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, seperti tugas
sebagai kepala Sekolah/Madrasah, wakil kepala Sekolah/Madrasah, kepala laboratorium, dan
kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional
masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat
fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan
untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau
mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar
Sekolah/Madrasah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan.
Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan
bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran,
penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar,
koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun
peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri,
baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP,
program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3)
pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik;
(5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam
pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam
menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya
inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan
kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang
relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah.
Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas,
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di Sekolah/Madrasah secara
sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat
fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan
yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang
berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan
yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai
kepala Sekolah/Madrasah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh
kepala dinas pendidikan dan atau bidang pendidikan kementerian agama
Kabupaten/Kota/Provinsi.
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada
guru-guru yang lain, minimal di Sekolah/Madrasah masing-masing, sebagai bentuk kepedulian
dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat
mempercepat proses peningkatan dan pengembangan Sekolah/Madrasah secara
menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan
sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.
b. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat
sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. Publikasi ilmiah
mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau
nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang

b.

diselenggarakan pada tingkat Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi,


nasional, maupun internasional.
Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal.
Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang
pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam
bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau
minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di Sekolah/Madrasah masing-masing.
Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan disimpan di
perpustakaan Sekolah/Madrasah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala
Sekolah/Madrasah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau
bidang pendidikan kementerian agama setempat.
c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku
yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku
pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang
pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus
tersedia di perpustakaan Sekolah/Madrasah tempat guru bertugas. Keaslian buku
harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala Sekolah/Madrasah atau
dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai
kepala Sekolah/Madrasah.

c. Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan
baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya
inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau
pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau
penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara
berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak
sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru
diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional
tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan PKB.
2.4. Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil
kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru
sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang
kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun keprofesian.
Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis
utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya berfokus
pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas,
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.
2.4.1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus
mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta
didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan

kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan


pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan
aspek-aspek yang diamati, yaitu:
a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan
kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
2.4.2. Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas
yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa depan
bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas,
guru harus tetap te
gar dalam melaksakan tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah
proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai
pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap
baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi
perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin
yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian
peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang
disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara
belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan
berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus
mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian
seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
2.4.3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh
dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan
sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif.
Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan Sekolah/Madrasah dengan masyarakat akan
berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para

guru tidak akan mendapat kesulitan.


Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama,
bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam
kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras,
kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain.
2.4.4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan
dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut
mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai
materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan
mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru,
mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi
yang disajikan.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai
sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan
mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses
pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak
pernah putus. Keaktifan pesertadidik harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan
menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat
mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan
fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran
menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.
Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan.
Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsipprinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar,
agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar. Kemampuan yang harus
dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek
berikut ini.
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang
pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji kompetensi.
Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi nyata itulah
yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi
menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan materi pembelajaran setiap

guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level
tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya.
Dengan demikian, tujuan dari uji
kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat
dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang
dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
b. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang
relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda.
c. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan kondisi
peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi.
d. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana mereka harus
diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok
mana dia berasal.
e. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan waktu
yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang
ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan
mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.
Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan
seperti berikut ini.
1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme sertifikasi maupun
bersamaan dengan penilaian kinerja.
3. Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
4. Melalui tes kinerja atau performance test.
5. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas tertentu,
khusus untuk ranah pengetahuan.
6. Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi
Latihan dan Renungan
1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru?
2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi guru!
4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru1
5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan?
6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru!
7. Apa esensi uji kompetensi guru?
8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?

3. Penilaian Kinerja Guru


3.1. Latar Belakang dan Pengertian Penilaian Kinerja Guru
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru profesional mampu berpartisipasi
dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada
Tuhan YME, unggul dalam IPTEK, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan
berkepribadian. Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh
guru. Karena itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional
menurut jabatan fungsional guru. Agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan
fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan
penilaian kinerja guru (PK Guru) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang
berkualitas di semua jenjang pendidikan.
Pelaksanaan PK Guru dimaksudkan untuk mewujudkan guru yang profesional, karena
harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi guru. Untuk memberi
pengakuan bahwa setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai
penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK Guru harus dilakukan terhadap guru di semua
satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang bekerja di satuan
pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi juga
mencakup guru yang bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian Agama.
Hasil PK Guru dapat dimanfaatkan untuk menyusun profil kinerja guru sebagai masukan
dalam penyusunan program PKB. Hasil PK Guru juga merupakan dasar penetapan perolehan
angka kredit guru dalam rangka pengembangan karir guru sebagaimana diamanatkan dalam
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya. Jika semua ini dapat dilaksanakan dengan baik dan obyektif, maka
citacita pemerintah untuk menghasilkan insan yang cerdas komprehensif dan berdaya
saing tinggi lebih cepat direalisasikan.
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PK Guru adalah penilaian
dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan,
dan jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuannya
dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan keterampilan, sebagai
kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan
penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas
proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas tambahan
yang relevan bagi Sekolah/Madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan. Sistem
PK Guru adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru
dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan
dalam unjuk kerjanya.
Sebelum mengikuti PK Guru, seorang guru harus mengikuti uji kompetensi.
Berdasarkan hasil uji kompetensi ini, guru akan dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
(1) guru yang sudah mencapai standar kompetensi minimal yang ditetapkan, dan (2) guru yang
belum memiliki standar kompetensi minimmal yang ditetapkan. Guru yang sudah mencapai
standar kompetensi minimum yang ditetapkan diberi kesempatan untuk mengikuti PK Guru.
Sebaliknya, guru yang belum mencapai standar minimum yang ditetapkan, diharuskan
mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) melalui multimode, untuk kemudian
mengikuti uji kompetensi.
Jika hasil uji kompetensi memenuhi persyaratan, guru yang bersangkutan diberi
peluang mengikuti PK Guru. Fokus utama PK Guru adalah (1) disiplin guru (kehadiran,
ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),
(3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar siswa.
Guru yang sudah mengikuti PK Guru, akan dihitung angka kredit yang diperoleh atas kinerjanya
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan

fungsi Sekolah/Madrasah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan


penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan
promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.

INDIKATOR UTAMA
No.
1.

1.

K a r ya P r e s t a ti f S i sw a d a l am be r b a ga i k o m p e t is i
Lokal, Nasional dan Internasional

3,

Kesinambungan Prestasi Siswa di PT atau bekerja


melalui Penelusuran Alumni.

4.

INDI KATOR
Hasil Belajar Siswa (Nilai Rapor, UN dan Hasil Tes
Sta nda r La i n nya )

2,

Re k o g ni s i P i h a k E k s t e r n a l t e r h a d a p k u a l i t a s Si s w a

Disiplin Guru (waktu,nilai,


kehadiran, ethos kerja)

DAMPAK
No

INDIKATOR

3.

Efisiensi dan Efektivitas


pembeiajaran (Kapasitas
transformasi iimu ke
siswa)
Keteladanan Guru
(berbicara, bersikap dan berperilaku)

4.

Motivasi Belajar Siswa

Hasil PK Guru diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai kebijakan


yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung tombak pelaksanaan
proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas, komprehensif, dan berdaya saing
tinggi. PK Guru merupakan acuan bagi Sekolah/Madrasah untuk menetapkan pengembangan
karir dan promosi guru. Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk mengetahui
unsurunsur kinerja yang dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya, khususnya pada empat
fokus utama, seperti disebutkan di atas.
3.2. Persyaratan Penilaian Kinerja Guru
Persyaratan penting dalam sistem PK Guru yaitu harus valid, reliabel, dan praktis bagi
pendidik
1. Sistem PK Guru dikatakan valid bila aspek yang dinilai benar-benar mengukur
komponenkomponen tugas guru dalam melaksanakanpembelajaran, pembimbingan,
dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah/mad rasa h.
2. Sistem PK Guru dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika
proses yang lakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru yang dinilai
kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
3. Sistem PK Guru dikatakan praktis bila dapat dilakukan oleh siapapun dengan relatif
mudah dengan tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua kondisi
tanpa memerluka persyaratan
3.3. Prinsip Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
Prinsipprinsip utama dalam pelaksanaan PK Guru adalah sebagai berikut.
1. Sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
2. Menilai kinerja yang dapat diamati dan dipantau,
Apa yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya seharihari, yaitu dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah meliputi:
a. disiplin guru (kehadiran, ethos kerja),
b. efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke siswa),

c. keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan


d. motivasi belajar siswa.
3. Penilai, guru yang dinilai, dan unsur yang terlibat dalam proses harus memahami

semua dokumen yang terkait dengan sistem penilaian. Guru dan penilai harus memahami
pernyataan kompetensi dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga keduanya mengetahui
tentang aspek yang dinilai serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian.
4. Diawali dengan penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun dengan
memperhatikan halhal berikut.
a. Obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas seharihari.
b. Memberlakukan syarat, ketentuan, dan prosedur standar kepada semua guru yang
dinilai.
c. Dapat dipertanggungjawabkan.
d. Bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara
berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir profesinya.
e. Memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang berkepentingan,
untuk memperoleh akses informasi atas penyelenggaraan penilaian tersebut.
f. Mudah tanpa mengabaikan prinsipprinsip lainnya.
g. Berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
h. Tidak hanya terfokus pada hasil, namun juga perlu memperhatikan proses, yakni
bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
i. Periodik, teratur, dan berlangsung secara terus menerus selama seseorang menjadi
guru.
j. Boleh diketahui oleh pihakpihak terkait yang berkepentingan.
3.4. Aspek yang Dinilai dalam Penilaian Kinerja Guru
Seperti telah dijelaskan di muka, guru sebagai pendidik profesional mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga
dimungkinkan memiliki tugastugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Oleh
karena itu, dalam penilaian kinerja guru beberapa subunsur yang perlu dinilai adalah sebagai
berikut.
1. Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata
pelajaran atau guru kelas, khususnya berkaitan dengan, (1) disiplin guru (kehadiran,
ethos kerja), (2) efisiensi dan efektivitas pembelajaran (kapasitas transformasi ilmu ke
siswa), (3) keteladanan guru (berbicara, bersikap dan berperilaku), dan (4) motivasi belajar
siswa.
2. Kinerja yang terkait dengan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah. Pelaksanaan tugas tambahan ini dikelompokkan menjadi dua,
yaitu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar tatap muka dan yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka. Tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar
tatap muka meliputi: (1) menjadi kepala Sekolah/Madrasah per tahun; (2) menjadi wakil
kepala Sekolah/Madrasah per tahun; (3) menjadi ketua program keahlian/program studi
atau yang sejenisnya; (4) menjadi kepala perpustakaan; atau (5) menjadi kepala
laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang sejenisnya. Tugas tambahan yang tidak
mengurangi jam mengajar tatap muka dikelompokkan menjadi dua, yaitu tugas tambahan
minimal satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, guru pembimbing program induksi,
dan sejenisnya) dan tugas tambahan kurang dari satu tahun (misalnya menjadi pengawas
penilaian dan evaluasi pembelajaran, penyusunan kurikulum, dan sejenisnya).
Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan tugas tambahan yang mengurangai jam
mengajar tatap muka dinilai dengan menggunakan instrumen khusus yang dirancang
berdasarkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk melaksanakan tugas tambahan tersebut.

Tugas tambahan lain yang tidak mengurangi jam mengajar guru dihargai langsung sebagai
perolehan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku.
3.5. Prosedur Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru
PK Guru dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal tahun ajaran (penilaian
formatif) dan akhir tahun ajaran (penilaian sumatif), khususnya untuk pertamakalinya. PK
Guru formatif digunakan untuk menyusun profil kinerja guru dan harus dilaksanakan dalam
kurun waktu 6 (enam) minggu di awal tahun ajaran. Berdasarkan profil kinerja guru ini dan
hasil evaluasi diri yang dilakukan oleh guru secara mandiri, Sekolah/Madrasah menyusun
rencana PKB. Bagi guruguru dengan PK Guru di bawah standar, maka program PKB diarahkan
untuk pencapaian standar kompetensi tersebut.
Sementara itu, bagi guruguru dengan PK Guru yang telah mencapai atau di atas
standar, program PKB diorientasikan untuk meningkatkan atau memperbaharui pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dan perilaku keprofesiannya. PK Guru sumatif digunakan untuk
menetapkan perolahan angka kredit guru pada tahun tersebut. PK Guru sumatif juga
digunakan untuk menganalisis kemajuan yang dicapai guru dalam pelaksanaan PKB, baik
bagi guru yang nilainya masih di bawah standar, telah mencapai standar, atau melebihi
standar kompetensi yang ditetapkan. PK Guru sumatif harus sudah dilaksanakan 6 (enam)
minggu sebelum penetapan angka kredit seorang guru.
Secara spesifik terdapat perbedaan prosedur pelaksanaan PK Guru pembelajaran
atau pembimbingan dengan prosedur pelaksanaan PK Guru untuk tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Meskipun demikian, secara umum kegiatan
penilaian PK Guru di tingkat Sekolah/Madrasah dilaksanakan dalam 4 (empat) tahapan
sebagaimana berikut.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan, halhal yang harus dilakukan oleh penilai maupun guru
yang akan dinilai, yaitu:
a. memahami Pedoman PK Guru, terutama tentang sistem yang diterapkan dan posisi
PK Guru dalam kerangka pembinaan dan pengembangan profesi guru;
b. memahami pernyataan kompetensi guru yang telah dijabarkan dalam bentuk indikator
kinerja;
c. memahami penggunaan instrumen PK Guru dan tata cara penilaian yang akan
dilakukan, termasuk cara mencatat semua hasil pengamatan dan pemantauan, serta
mengumpulkan dokumen dan bukti fisik lainnya yang memperkuat hasil penilaian; dan
d. memberitahukan rencana pelaksanaan PK Guru kepada guru yang akan dinilai
sekaligus menentukan rentang waktu jadwal pelaksanaannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Beberapa tahapan PK Guru yang harus dilalui oleh penilai sebelum menetapkan nilai
untuk setiap kompetensi, yaitu:
a. Sebelum pengamatan. Pertemuan awal antara penilai dengan guru yang dinilai sebelum
dilakukan pengamatan dilaksanakan di ruang khusus tanpa ada orang ketiga. Pada
pertemuan ini, penilai mengumpulkan dokumen pendukung dan melakukan diskusi tentang
berbagai hal yang tidak mungkin dilakukan pada saat pengamatan. Semua hasil diskusi,
wajib dicatat dalam format laporan dan evaluasi per kompetensi sebagai bukti penilaian
kinerja. Untuk pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah
dapat dicatat dalam lembaran lain karena tidak ada format khusus yang disediakan untuk
proses pencatatan ini.
b. Selama pengamatan. Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib
mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
atau pembimbingan, dan/atau dalam pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah. Dalam konteks ini, penilaian kinerja dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang sesuai untuk masingmasing penilaian kinerja. Untuk

menilai guru yang melaksanakan proses pembelajaran atau pembimbingan, penilai


menggunakan instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan.
Pengamatan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas selama proses tatap
muka tanpa harus mengganggu proses pembelajaran. Pengamatan kegiatan pembimbingan
dapat dilakukan selama proses pembimbingan baik yang dilakukan dalam kelas maupun di
luar kelas, baik pada saat pembimbingan individu maupun kelompok. Penilai wajib mencatat
semua hasil pengamatan pada format laporan dan evaluasi per kompetensi tersebut atau
lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Jika diperlukan, proses pengamatan dapat
dilakukan lebih dari satu kali untuk memperoleh informasi yang akurat, valid dan konsisten
tentang kinerja seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran atau
pembimbingan.
Dalam proses penilaian untuk tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
Sekolah/Madrasah, data dan informasi dapat diperoleh melalui pencatatan terhadap semua bukti
yang teridentifikasi di tempat yang disediakan pada masingmasing kriteria penilaian.
Buktibukti ini dapat diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan pemangku
kepentingan pendidikan (guru, komite Sekolah/Madrasah, peserta didik, dunia usaha dan dunia
industri mitra).
c. Setelah pengamatan. Pada pertemuan setelah pengamatan pelaksanaan proses
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
Sekolah/Madrasah, penilai dapat mengklarifikasi beberapa aspek tertentu yang masih
diragukan. Penilai wajib mencatat semua hasil pertemuan pada format laporan dan evaluasi
per kompetensi tersebut atau lembar lain sebagai bukti penilaian kinerja. Pertemuan
dilakukan di ruang khusus dan hanya dihadiri oleh penilai dan guru yang dinilai. Untuk
penilaian kinerja tugas tambahan, hasilnya dapat dicatat pada Format Penilaian Kinerja
sebagai deskripsi penilaian kinerja.
3. Tahap Penilaian
a. Pelaksanaan penilaian
Pada tahap ini penilai menetapkan nilai untuk setiap kompetensi dengan skala nilai 1,
2, 3, atau 4. Sebelum pemberian nilai tersebut, penilai terlebih dahulu memberikan skor 0, 1,
atau 2 pada masingmasing indikator untuk setiap kompetensi. Pemberian skor ini harus
didasarkan kepada catatan hasil pengamatan dan pemantauan serta buktibukti berupa
dokumen lain yang dikumpulkan selama proses PK Guru. Pemberian nilai untuk setiap
kompetensi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1) Pemberian skor 0, 1, atau 2 untuk masingmasing indikator setiap kompetensi.
Pemberian skor ini dilakukan dengan cara membandingkan rangkuman catatan hasil
pengamatan dan pemantauan di lembar format laporan dan evaluasi per
kompetensi dengan indikator kinerja masingmasing kompetensi
2) Nilai setiap kompetensi kemudian direkapitulasi dalam format hasil penilaian kinerja
guru untuk mendapatkan nilai total PK Guru. Untuk penilaian kinerja guru dengan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah / Madrasah, nilai untuk setiap
kompetensi
direkapitulasi ke dalam format rekapitulasi
penilaian
kinerja
yang
telah
ditetapkan
untuk
mendapatkan nilai PK Guru. Nilai total ini selanjutnya dikonversikan ke dalam skala
nilai sesuai Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009.
3) Berdasarkan hasil konversi nilai PK Guru ke dalam skala nilai sesuai dengan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, selanjutnya dapat ditetapkan sebutan dan persentase angka
kreditnya sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit
Persentase Angka kredit
Nilai Hasil PK Guru Sebutan
91 100

Amat baik

125%

76 90

Baik

100%

61 75

Cukup

75%

51 60

Sedang

50%

50

Kurang

25%

4) Setelah melaksanakan penilaian, penilai wajib memberitahukan kepada guru yang

dinilai tentang nilai hasil PK Guru berdasarkan bukti catatan untuk setiap
kompetensi. Penilai dan guru yang dinilai melakukan refleksi terhadap hasil PK Guru,
sebagai upaya untuk perbaikan kualitas kinerja guru pada periode berikutnya.
5) Jika guru yang dinilai dan penilai telah sepakat dengan hasil penilaian kinerja, maka
keduanya menandatangani format laporan hasil penilaian kinerja guru tersebut. Format
ini juga ditandatangani oleh kepala Sekolah/Madrasah.
6) Khusus bagi guru yang mengajar di dua Sekolah/Madrasah atau lebih (guru
multi Sekolah/Madrasah), maka penilaian dilakukan di Sekolah/Madrasah induk. Meskipun
demikian, penilai
dapat melakukan pengamatan serta mengumpulkan data
dan informasi dari Sekolah/Madrasah lain tempat guru mengajar atau membimbing.
b. Pernyataan Keberatan terhadap Hasil Penilaian
Keputusan penilai terbuka untuk diverifikasi. Guru yang dinilai dapat mengajukan
keberatan terhadap hasil penilaian tersebut. Keberatan disampaikan kepada Kepala
Sekolah/Madrasah dan/atau Dinas Pendidikan, Bidang Pendidikan Kementerian Agama yang
selanjutnya akan menunjuk seseorang yang tepat untuk bertindak sebagai moderator. Dalam
hal ini moderator dapat mengulang pelaksanaan PK Guru untuk kompetensi tertentu yang
tidak disepakati atau mengulang penilaian kinerja secara menyeluruh. Pengajuan usul
penilaian ulang harus dicatat dalam laporan akhir. Dalam kasus ini, nilai PK Guru dari
moderator digunakan sebagai hasil akhir PK Guru. Penilaian ulang hanya dapat dilakukan satu
kali dan moderator hanya bekerja untuk kasus penilaian tersebut.
4. Tahap Pelaporan
Setelah nilai PK Guru formatif dan sumatif diperoleh, penilai wajib melaporkan hasil PK
Guru kepada pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti hasil PK Guru tersebut. Hasil PK
Guru formatif dilaporkan kepada kepala Sekolah/Madrasah/koordinator PKB sebagai masukan
untuk merencanakan kegiatan PKB tahunan. Hasil PK Guru sumatif dilaporkan kepada tim
penilai tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, atau tingkat pusat sesuai dengan
kewenangannya. Laporan PK Guru sumatif ini digunakan oleh tim penilai tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau pusat sebagai dasar perhitungan dan penetapan angka kredit
(PAK) tahunan yang selanjutnya dipertimbangkan untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional guru. Laporan mencakup: (1) laporan dan evaluasi per kompetensi sesuai format;
(ii) rekap hasil PK Guru sesuai format; dan (iii) dokumen pendukung lainnya.
Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah dan
mengurangi beban jam mengajar tatap muka, dinilai dengan menggunakan dua instrumen,
yaitu: (i) instrumen PK Guru pembelajaran atau pembimbingan; dan (ii) instrumen PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Hasil PK Guru
pelaksanaan tugas tambahan tersebut akan digabungkan dengan hasil
PK Guru
pelaksanaan pembelajaran atau pembimbingan sesuai persentase yang ditetapkan dalam
aturan yang berlaku.

3.6. Konversi Nilai Hasil PK Guru ke Angka Kredit


Nilai kinerja guru hasil PK Guru perlu dikonversikan ke skala nilai menurut Permenneg
PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Hasil konversi ini selanjutnya digunakan untuk menetapkan sebutan hasil PK Guru dan
persentase perolehan angka kredit sesuai pangkat dan jabatan fungsional guru. Sebelum
melakukan pengkonversian hasil PK Guru ke angka kredit, tim penilai harus melakukan verifikasi
terhadap hasil PK Guru. Kegiatan verifikasi ini dilaksanakan dengan menggunakan berbagai
dokumen (Hasil PK Guru yang direkapitulasi dalam Format Rekap Hasil PK Guru, catatan
hasil pengamatan, studi dokumen, wawancara, dan sebagainya yang ditulis dalam Format
Laporan dan Evaluasi per kompetensi beserta dokumen pendukungnya) yang disampaikan
oleh Sekolah/Madrasah untuk pengusulan penetapan angka kredit. Jika diperlukan dan
dimungkinkan, kegiatan verifikasi hasil PK Guru dapat mencakup kunjungan ke
Sekolah/Madrasah oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat.
Pengkonversian hasil PK Guru ke Angka Kredit adalah tugas Tim Penilai Angka Kredit
kenaikan jabatan fungsional guru di tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat. Penghitungan
angka kredit dapat dilakukan di tingkat Sekolah/Madrasah, tetapi hanya untuk keperluan
estimasi perolehan angka kredit guru. Angka kredit estimasi berdasarkan hasil perhitungan PK
Guru yang dilaksanakan di Sekolah/Madrasah, selanjutnya dicatat dalam format penghitungan
angka kredit yang ditandatangani oleh penilai, guru yang dinilai dan diketahui oleh kepala
Sekolah/Madrasah. Bersamasama dengan angka angka kredit dari unsur utama lainnya
(pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif) dan unsur penunjang, hasil perhitungan
PK Guru yang dilakukan oleh tim penilai tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau pusat akan
direkap dalam daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) untuk proses penetapan angka
kredit kenaikan jabatan fungsional guru.
1. Konversi nilai PK Guru bagi guru tanpa tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah.
Konversi nilai PK Guru ke angka kredit dilakukan berdasarkan Tabel 3.4. Berdasarkan
Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, perolehan angka kredit untuk
pembelajaran atau pembimbingan setiap tahun bagi guru diperhitungkan dengan
menggunakan rumus tertentu. Seorang Guru yang akan dipromosikan naik jenjang pangkat dan
jabatan fungsionalnya setingkat lebih tinggi, dipersyaratkan harus memiliki angka kredit
kumulatif minimal sebagai berikut.
Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru
Persyaratan Angka Kredit kenaikan
pangkat dan jabatan
Pangkat
Jabatan Guru
dan Golongan Ruang
Kumulatif
Kebutuhan
minimal
Per jenjang
Guru Pertama
Guru Muda
Guru Madya
Guru Utama

Penata Muda, III/a


Penata Muda Tingkat I, III/b
Penata, III/c
Penata Tingkat I, III/d
Pembina, IV/a
Pembina Tingkat I, IV/b
Pembinaan Utama Muda, IV/c
Pembina Utama Madya, IV/d
Pembina Utama, IV/e

100
150
200
300
400
550
700
850
1.050

50
50
100
100
150
150
150
200

Keterangan: (1) Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 3 adalah jumlah angka
kredit minimal yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan/pangkat; dan (2)
Angka kredit pada kolom 4 adalah jumlah peningkatan minimal angka kredit yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi.
2. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
Sekolah/Madrasah yang mengurangi jam mengajar tatap muka guru.
Hasil akhir nilai kinerja guru dengan tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah (Kepala Sekolah/Madrasah, Wakil Kepala Sekolah/Madrasah,
Kepala Laboratorium, Kepala Perpustakaan, dan sejenisnya) yang mengurangi jam mengajar
tatap
muka
diperhitungkan
berdasarkan
prosentase
nilai
PK
Guru
pembelajaran/pembimbingan dan prosentase nilai PK Guru pelaksanaan tugas tambahan
tersebut.
a. Untuk itu, nilai hasil PK Guru Kelas/Mata Pelajaran atau PK Guru dengan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah perlu diubah terlebih dahulu ke
skala 0 100.
b. Masingmasing hasil konversi nilai kinerja guru untuk unsur pembelajaran /
pembimbingan dan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah,
kemudian dikategorikan ke dalam Amat Baik (125%), Baik(100%), Cukup (75%),
Sedang (50%), atau Kurang (25%) sebagaimana diatur dalam Permenneg PAN dan RB
No. 16 Tahun 2009.
c. Angka kredit per tahun masingmasing unsur pembelajaran/ pembimbingan dan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah yang diperoleh oleh guru dihitung
menggunakan rumus tertentu.
d. Angka kredit unsur pembelajaran/pembimbingan dan angka kredit tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah dijumlahkan sesuai prosentasenya untuk
memperoleh total angka kredit dengan perhitungan sebagai berikut:
1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah total angka kreditnya
= 25% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 75 angka kredit tugas tambahan
sebagai kepala Sekolah/Madrasah.
2) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala Sekolah/Madrasah total angka
kreditnya = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka Kredit
Tugas Tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah/Madrasah.
3) Guru
dengan tugas
tambahan sebagai kepala
sebagai
kepala perpustakaan / laboratorium / bengkel atau ketua rogram keahlian; total
angka kredit = 50% angka kredit pembelajaran/pembimbingan + 50% Angka
Kredit Tugas Tambahan sebagai Pustakawan/Laboran.
3. Konversi nilai PK Guru dengan tugas tambahan lain yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah tetapi tidak mengurangi jam mengajar tatap muka guru
Angka kredit tugas tambahan bagi guru dengan tugas tambahan lain yang tidak mengurangi
jam mengajar tatap muka, langsung diperhitungkan sebagai perolehan angka kredit guru
pada periode tahun tertentu. Banyaknya tugas tambahan untuk seorang guru maksimum dua
tugas per tahun. Angka kredit kumulatif yang diperoleh diperhitungkan sebagai berikut.
a. Tugas yang dijabat selama satu tahun (misalnya menjadi wali kelas, tim kurikulum,
pembimbing guru pemula, dan sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh =
Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun + 5% Angka Kredit Hasil PK Guru selama
setahun x banyaknya tugas temporer yang diberikan selama setahun.
b. Tugas yang dijabat selama kurang dari satu tahun atau tugastugas sementara (misalnya
menjadi pengawas penilaian dan evaluasi, membimbing peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler, menjadi pembimbing penyusunan publikasi ilmiah dan karya inovatif, dan
sejenisnya). Angka kredit kumulatif yang diperoleh = Angka Kredit Hasil PK Guru
selama setahun + 2% Angka Kredit Hasil PK Guru selama setahun x banyaknya tugas
temporer yang diberikan selama setahun.

3.6. Penilai PK Guru


1. Kriteria Penilai
Penilaian kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah/Madrasah. Apabila Kepala
Sekolah/Madrasah tidak dapat melaksanakan sendiri (misalnya karena jumlah guru yang dinilai
terlalu banyak), maka Kepala Sekolah/Madrasah dapat menunjuk Guru Pembina atau
Koordinator PKB sebagai penilai. Penilaian kinerja Kepala Sekolah/Madrasah dilakukan
oleh Pengawas Sekolah/Madrasah. Penilai harus memiliki kriteria sebagai berikut.
a. Menduduki jabatan/pangkat paling rendah sama dengan jabatan/pangkat guru/kepala
Sekolah/Madrasah yang dinilai.
b. Memiliki Sertifikat Pendidik.
c. Memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dan menguasai bidang tugas Guru/Kepala
Sekolah/Madrasah yang akan dinilai.
d. Memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
e. Memiliki integritas diri, jujur, adil, dan terbuka.
f. Memahami PK Guru dan dinyatakan memiliki keahlian serta mampu untuk menilai kinerja
Guru/Kepala Sekolah/Madrasah.
Dalam hal Kepala Sekolah/Madrasah, Pengawas Sekolah/Madrasah, Guru Pembina,
dan Koordinator PKB memiliki latar belakang bidang studi yang berbeda dengan guru yang
akan dinilai maka penilaian dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Guru
Pembina/Koordinator PKB dari Sekolah/Madrasah lain atau oleh Pengawas Sekolah/Madrasah
dari kabupaten/kota lain yang sudah memiliki sertifikat pendidik dan memahami PK Guru.
2. Masa Kerja
Masa kerja tim penilai kinerja guru ditetapkan oleh Kepala Sekolah/Madrasah atau
Dinas Pendidikan paling lama tiga (3) tahun. Kinerja penilai dievaluasi secara berkala oleh
Kepala Sekolah/Madrasah atau Dinas Pendidikan dengan memperhatikan prinsipprinsip
penilaian yang berlaku. Untuk Sekolah/Madrasah yang berada di daerah khusus, penilaian
kinerja guru dilakukan oleh Kepala Sekolah/Madrasah dan/atau Guru Pembina setempat.
Jumlah guru yang dapat dinilai oleh seorang penilai adalah 5 sampai dengan 10 guru per
tahun.
3.6.

Sanksi
Penilai dan guru akan dikenakan sanksi apabila yang bersangkutan terbukti melanggar
prinsipprinsip pelaksanaan PK Guru, sehingga menyebabkan Penetapan Angka Kredit (PAK)
diperoleh dengan cara melawan hukum. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Diberhentikan sebagai guru atau kepala Sekolah/Madrasah dan/atau pengawas
Sekolah/Madrasah.
2. Bagi penilai, wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan
semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan melakukan proses PK
Guru.
3. Bagi guru wajib mengembalikan seluruh tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan
semua penghargaan yang pernah diterima sejak yang bersangkutan memperoleh dan
mempergunakan PAK yang dihasilkan dari PK Guru.
3.7. Tugas dan Tanggung Jawab
Setiap pihak terkait memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan
PK Guru. Penetapan tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai dengan semangat otonomi
daerah serta mengutamakan prinsipprinsip efisiensi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
Keterkaitan tugas dan tanggung jawab pihakpihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK
Guru, mulai dari tingkat pusat sampai dengan Sekolah/Madrasah. Konsekuensi dari adanya
keterkaitan tersebut, menuntut agar pihak pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PK Guru
melakukan koordinasi. Tugas dan tanggung jawab masingmasing pihak dirinci berikut ini.
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

h.

Menyusun dan mengembangkan ramburambu pengembangan kegiatan PK Guru.


Menyusun prosedur operasional standar pelaksanaan PK Guru.
Menyusun instrumen dan perangkat lain untuk pelaksanaan PK Guru.
Mensosialisasikan, menyeleksi dan melaksanakan TOT penilai PK Guru tingkat pusat.
Memantau dan mengevaluasi kegiatan PK Guru.
Menyusun laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru secara nasional.
Menyampaikan laporan hasil pemantauan dan evaluasi PK Guru kepada Dinas
Pendidikan, Kantor Kementerian Agama dan Sekolah/Madrasah sebagai umpan balik
untuk ditindak lanjuti.
Mengkoordinasi dan mensosialisasikan kebijakankebijakan terkait PK Guru.

2. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kantor Wilayah Kementerian Agama


a. Menghimpun data profil guru dan Sekolah/Madrasah yang ada di daerahnya berdasarkan
hasil PK Guru di Sekolah/Madrasah.
b. Mensosialisasikan, menyeleksi, dan melaksanakan TOT untuk melatih penilai PK Guru tingkat
Kabupaten/Kota.
c. Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru yang berada di bawah kewenangan
provinsi dalam bentuk Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/Bidang Pendidikan
Kantor Wilayah Kementerian Agama.
d. Melaksanakan pendampingan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di
bawah kewenangannya.
f. Menyediakan pelayanan konsultasi pelaksanaan kegiatan PK Guru yang ada di bawah
kewenangannya.
g. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada
di bawah kewenangannya.
h. Dinas Pendidikan Provinsi bersamasama dengan LPMP membuat laporan hasil
pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada
Sekolah/Madrasah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan atau Kantor Kementerian
Agama Kabupaten/Kota yang menangani bidang Pendidikan.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau Kantor Kementerian Agama


Kabupaten//Kota
Menghimpun dan menyediakan data profil guru dan Sekolah/Madrasah yang ada di
wilayahnya berdasarkan hasil PK Guru di Sekolah/Madrasah.
Mensosialisasikan dan melalui koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi dan LPMP
melatih penilai PK Guru tingkat Kabupaten/Kota.
Membantu pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah yang ada di
wilayahnya.
Melaksanakan pendampingan kegiatan dan pengelolaan PK Guru di Sekolah/Madrasah
yang ada di wilayahnya.
Menetapkan dan mengesahkan tim penilai PK Guru bagi guru yang berada di bawah
kewenangannya dalam bentuk Keputusan.
Mengetahui dan menyetujui program kerja pelaksanaan PK Guru yang diajukan
Sekolah/Madrasah.
Menyediakan pelayanan konsultasi dan penyelesaian konflik dalam pelaksanaan kegiatan PK
Guru di Sekolah/MadrasahSekolah yang ada di daerahnya.
Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PK Guru untuk menjamin pelaksanaan
yang efektif, efisien, obyektif, adil, akuntabel, dan sebagainya.
Membuat laporan hasil pemantauan dan evaluasi kegiatan PK Guru di Sekolah/Madrasah
yang ada di wilayahnya dan mengirimkannya kepada Sekolah/Madrasah, dan/atau ke
Dinas Pendidikan Provinsi/Bidang Pendidikan Kantor Wilayah masingmasing.

4. Satuan Pendidikan
a. Memilih dan mengusulkan penilai untuk pelaksanaan PK Guru
b. Menyusun program kegiatan sesuai dengan RambuRambu Penyelenggaraan PK Guru dan
prosedur operasional standar penyelenggaraan PK Guru.
c. Mengusulkan rencana program kegiatan ke UPTD atau Dinas Kabupaten/Kota dan atau
ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten//Kota.
d. Melaksanakan kegiatan PK Guru sesuai program yang telah disusun secara efektif, efisien,
obyektif, adil, akuntabel, dsb.
f. Memberikan kemudahan akses bagi penilai untuk melaksanakan tugas.
g. Melaporkan kepada UPTD atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau ke Bidang
Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota jika terjadi permasalahan dalam
pelaksanaan PK Guru.
h. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan, administrasi, keuangan (jika ada) dan
pelaksanaan program.
i. Membuat rencana tindak lanjut program pelaksanaan PK Guru untuk tahun berikutnya.
j. Membantu tim pemantau dan evaluasi dari tingkat pusat, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan atau ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama Kabupaten/Kota,
dan Pengawas Sekolah/Madrasah.
k. Membuat laporan kegiatan PK Guru dan mengirimkannya kepada Tim penilai tingkat
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional sesuai kewenangannya sebagai dasar penetapan
angka kredit (PAK) tahunan yang diperlukan untuk kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional guru. Tim Penilai untuk menghitung dan menetapkan angka kredit,
terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap berbagai dokumen hasil PK Guru. Pada
kegiatan verifikasi jika diperlukan dan memang dibutuhkan tim penilai dapat mengunjungi
Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah juga menyampaikan laporan tersebut kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/atau ke Bidang Pendidikan Kementerian Agama
Kabupaten/Kota..
l. Merencanakan program untuk memberikan dukungan kepada guru yang memperoleh
hasil PK Guru di bawah standar yang ditetapkan.
Latihan dan Renungan
Mengapa penilaian kinerja guru perlu dilakukan secara kontinyu?
Apa tujuan utama penilaian kinerja guru?
Sebutkan dan jelaskan secara ringkat tiga persyaratan penilaian kinerja guru!
Sebutkan dan jelaskan secara ringkas prinsip-prinsip penilaian kinerja guru!
Sebutkan tahap-tahap penilaian kinerja guru!
Apa yang Anda ketahui tentang konversi nilai kredit dalam kerangka penilaian kinerja
guru?

1.
2.
3.
4.
5.
6.

4. Pengembangan Karir Guru


4.1. Ranah Pengembangan Karir Guru
Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas
tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang
memenuhi standar mutu dan norma etik tertentu.
Secara formal, guru profesional harus memenuhi kualifikasi akademik minimum S-1/D-IV
dan bersertifikat pendidik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Guru-guru yang
memenuhi kriteria profesional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utamanya secara
efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Di dalam UU Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dibedakan antara pembinaan
dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV,
seperti disajikan pada Gambar 4.1. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi
guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi
program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan/atau olah raga
(PP Nomor 74 Tahun 2008). Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan
melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan
dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Kegiatan pengembangan dan peningkatan profesional guru yang sudah memiliki
sertifikat pendidik dimaksud dapat berupa: kegiatan kolektif guru yang meningkatkan
kompetensi dan/atau keprofesian, pendidikan dan pelatihan, pemagangan, publikasi ilmiah
atas hasil penelitian atau gagasan inovatif, karya inovatif, presentasi pada forum ilmiah,
publikasi buku teks pelajaran yang lolos penilaian oleh BSNP, publikasi buku pengayaan,
publikasi buku pedoman guru, publikasi pengalaman lapangan pada pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus, dan/atau penghargaan atas prestasi atau dedikasi
sebagai guru yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
Pada sisi lain, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa
terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan
pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir, seperti disajikan pada
Gambar 4.2. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru
sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.

Pembinaan dan pengembangan karir meliputi: (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan
(3) promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang
jabatan fungsional guru. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut
diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait di dalam melaksanakan tugasnya.
Pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di
luar kelas. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan
upaya memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru.
Kegiatan ini menjadi bagian intergral dari pengembangan keprofesian guru secara
berkelanjutan.
4.2. Ranah Pengembangan Karir Guru
Pembinaan dan pengembangan profesi guru merupakan tanggungjawab pemerintah,
pemerintah daerah, penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi profesi guru, serta guru secara
pribadi. Secara umum kegiatan itu dimaksudkan untuk memotivasi, memelihara, dan
meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan
pembelajaran, yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, pembinaan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah,
yaitu: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
a. Penugasan Guru
Guru terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru
bimbingan dan konseling atau konselor. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, guru
melakukan kegiatan pokok yang mencakup: merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
beban kerja guru.
Kegiatan penugasan guru dalam rangka pembelajaran dapat dilakukan di satu
Sekolah/Madrasah sebagai satuan administrasi pangkalnya dan dapat juga bersifat lintas
Sekolah/Madrasah. Baik bertugas pada satu Sekolah/Madrasah atau lebih, guru dituntut
melaksanakan tugas pembelajaran yang diukur dengan beban kerja tertentu, yaitu:
a. Beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling
banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
b. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling
banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dilaksanakan dengan
ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan
pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap.
c. Guru bimbingan dan konseling atau konselor wajib memenuhi beban mengajar yang
setara, yaitu jika mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima

puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan.
Guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
inklusi atau pendidikan terpadu wajib memenuhi beban mengajar yang setara, yaitu jika
paling sedikit melaksanakan 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
e. Menteri dapat menetapkan ekuivalensi beban kerja untuk memenuhi ketentuan beban kerja
dimaksud, khusus untuk guru-guru yang: bertugas pada satuan pendidikan layanan khusus,
berkeahlian khusus, dan/atau dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional.
Agar guru dapat melaksanakan beban kerja yang telah ditetapkan tersebut secara efektif,
maka harus dilakukan pengaturan tugas guru berdasarkan jenisnya. Pengaturan tugas guru
tersebut dilakukan dengan melibatkan individu dan/atau institusi dengan ketentuan sebagai
berikut.
a. Penugasan sebagai Guru Kelas/Mata Pelajaran
1) Kepala Sekolah/Madrasah mengupayakan agar setiap guru dapat memenuhi beban kerja
paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu. Apabila pada satuan administrasi
pangkalnya guru tidak dapat memenuhi beban kerja tersebut, kepala Sekolah/Madrasah
melaporkan
kepada
bidang
pendidikan
Kementerian
Agama
Provinsi/Kabupaten/Kota.
2) Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian Agama mengatur penugasan guru
yang belum memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per
minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam lingkungan kewenangannya.
3) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar
paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada
dalam lingkungan kewenangannya.
4) Pimpinan instansi pusat di luar Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian
Agama mengatur penugasan guru yang belum memenuhi beban mengajar paling
sedikit 24 jam tatap muka per minggu ke satuan pendidikan yang ada dalam
lingkungan kewenangannya.
5) Apabila pengaturan penugasan guru pada butir 2), 3), dan 4) belum terpenuhi, instansi
terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing berkoordinasi untuk mengatur
penugasan guru pada Sekolah/Madrasah lain, baik negeri maupun swasta.
6) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada butir 5), instansi terkait sesuai
kewenangan masing-masing memastikan bahwa setiap guru wajib memenuhi beban
mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka pada satuan administrasi pangkal guru dan
menugaskan guru pada Sekolah/Madrasah lain, baik negeri maupun swasta untuk dapat
memenuhi beban mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu.
7) Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang
bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional apabila beban kerjanya kurang dari 24 jam tatap
muka per minggu dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi
tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan Menteri
Pendidikan Nasional atau Menteri Agama.
Instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing wajib memastikan bahwa guru yang
bertugas di daerah khusus, berkeahlian khusus, dan guru yang dibutuhkan atas dasar
pertimbangan kepentingan nasional, apabila beban mengajarnya kurang dari 24 jam tatap
muka per minggu atau sebagai guru bimbingan dan konseling yang membimbing kurang dari
150 peserta didik per tahun dapat diberi tugas ekuivalensi beban kerja sesuai dengan kondisi
tempat tugas guru yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan kementerian
pendidikan. Hal ini masih dalam proses penelaahan yang saksama. Guru berhak dan wajib
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Kepala
Sekolah/Madrasah wajib memberi kesempatan secara adil dan merata kepada guru untuk
mengikuti kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
c. Guru dengan Tugas Tambahan
d.

1) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan wajib mengajar paling

sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing 40 (empat
puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan
dan konseling atau konselor.
3) Guru dengan tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan wajib mengajar
paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu atau membimbing
80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari
guru bimbingan dan konseling atau konselor.
4) Guru dengan tugas tambahan sebagai ketua program keahlian wajib mengajar paling
sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
5) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan satuan pendidikan wajib
mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
6) Guru dengan tugas tambahan sebagai kerja kepala laboratorium, bengkel, atau unit
produksi satuan pendidikan wajib mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka
dalam 1 (satu) minggu.
7) Guru yang ditugaskan menjadi pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran,
atau pengawas kelompok mata pelajaran wajib melakukan tugas pembimbingan dan
pelatihan profesional guru dan pengawasan yang ekuivalen dengan paling sedikit 24
(dua puluh empat) jam pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
8) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan wajib melaksanakan
tugas sebagai pendidik, dengan ketentuanberpengalaman sebagai guru
sekurang-kurangnya delapan tahun atau kepala Sekolah/Madrasah sekurang-kurangnya 4
(empat) tahun, memenuhi persyaratan akademik sebagai guru sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, memiliki Sertifikat Pendidik, dan melakukan tugas
pembimbingan dan pelatihan profesional Guru dan tugas pengawasan.
Pada sisi lain, guru memiliki peluang untuk mendapatkan penugasan dalam aneka jenis.
Di dalam PP No. 74 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh
pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Penempatan guru pada jabatan struktural dimaksud
dapat dilakukan setelah yang bersangkutan bertugas sebagai guru paling singkat selama
delapan tahun. Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural itu dapat ditugaskan kembali
sebagai guru dan mendapatkan hak-hak guru sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Guru yang ditempatkan pada jabatan struktural kehilangan haknya untuk memperoleh
tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan. Hak-hak
guru dimaksud berupa tunjangan profesi dan tunjangan fungsional diberikan sebesar tunjangan
profesi dan tunjangan fungsional berdasarkan jenjang jabatan sebelum guru yang bersangkutan
ditempatkan pada jabatan struktural.
b. Promosi Guru
Kegiatan pengembangan dan pembinaan karir yang kedua adalah promosi. Promosi
dimaksud dapat berupa penugasan sebagai guru pembina, guru inti, instruktur, wakil kepala,
kepala, pengawas Sekolah/Madrasah, dan sebagainya. Kegiatan promosi ini harus didasari
atas pertimbangan prestasi dan dedikasi tertentu yang dimiliki oleh guru. Peraturan
Pemerintah No. 74 tentang Guru mengamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas
keprofesian, guru berhak mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
Promosi dimaksud meliputi kenaikan pangkat dan/atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
c. Kenaikan Pangkat
Dalam rangka pengembangan karir guru, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun
2009 telah menetapkan 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru dari yang terrendah sampai
dengan yang tertinggi, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama.
Penjelasan tentang jenjang jabatan fungsional guru dari yang terendah sampai dengan yang

tertinggi beserta jenjang kepengkatan dan persyaratan angka kredit untuk kenaikan pangkat
dan jabatan tersebut telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru dalam rangka pengembangan karir
merupakan gabungan dari angka kredit unsur utama dan penunjang ditetapkan sesuai dengan
Permenneg PAN dan BR Nomor 16 Tahun 2009. Tugas-tugas guru yang dapat dinilai
dengan angka kredit untuk keperluan kenaikan pangkat dan/atau jabatan fungsional guru
mencakup unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama kegiatan yang dapat dinilai
sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat guru terdiri atas: (a) pendidikan, (b)
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan
fungsi Sekolah/Madrasah, dan (c) pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).
1. Pendidikan
Unsur kegiatan pendidikan yang dapat dinilai sebagai angka kredit dalam kenaikan
pangkat guru terdiri atas:
a. Mengikuti pendidikan formal dan memperoleh gelar/ijazah.
Angka kredit gelar/ijazah yang diperhitungkan sebagai unsur utama tugas guru dan
sesuai dengan bidang tugas guru, yaitu:
1) 100 untuk Ijazah S-1/Diploma IV;
2) 150 untuk Ijazah S-2; atau
3) 200 untuk Ijazah S-3.
Apabila seseorang guru mempunyai gelar/ijazah lebih tinggi yang sesuai dengan
sertifikat pendidik/keahlian dan bidang tugas yang diampu, angka kredit yang diberikan adalah
sebesar selisih antara angka kredit yang pernah diberikan berdasarkan gelar/ijazah lama
dengan angka kredit gelar/ijazah yang lebih tinggi tersebut. Bukti fisik yang dijadikan dasar
penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau
ketua Sekolah/Madrasah tinggi atau direktur politeknik pada perguruan tinggi yang
bersangkutan.
b. Mengikuti pelatihan prajabatan dan program induksi.
Sertifikat pelatihan prajabatan dan program induksi diberi angka kredit 3. Bukti
fisik keikutsertaan pelatihan prajabatan yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi surat
tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) prajabatan yang disahkan oleh kepala
Sekolah/Madrasah yang bersangkutan. Bukti fisik keikutsertaan program induksi yang
dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi sertifikat program induksi yang disahkan oleh kepala
Sekolah/Madrasah yang bersangkutan.
2. Pengembangan Profesi Guru
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan keprofesian
berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Guru Pertama
dengan pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Guru Utama dengan pangkat
Pembina Utama golongan ruang IV/e wajib melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan, yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau
pengembangan karya inovatif.
Jenis kegiatan untuk pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi pengembangan
diri (diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru), publikasi ilmiah (hasil penelitian atau
gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal, dan buku teks pelajaran, buku pengayaan dan
pedoman guru), karya inovatif (menemukan teknologi tepat guna; menemukan atau
menciptakan karya seni; membuat atau memodifikasi alat pelajaran; dan mengikuti
pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya).
Persyaratan atau angka kredit minimal bagi guru yang akan naik jabatan/pangkat
dari subunsur pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk masing-masing
pangkat/golongan adalah sebagai berikut:

Guru golongan III/a ke golongan III/b, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga)
angka kred it.
b. Guru golongan III/b ke golongan III/c, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga)
angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat)
angka kredit.
c. Guru golongan III/c ke golongan III/d, subunsur pengembangan diri sebesar 3 (tiga)
angka kredit, dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 6 (enam)
angka kredit.
d. Guru golongan III/d ke golongan IV/a, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat)
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 8 (delapan)
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dari subunsur publikasi ilmiah.
e. Guru golongan IV/a ke golongan IV/b, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat)
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas)
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
f. Guru golongan IV/b ke golongan IV/c, subunsur pengembangan diri sebesar 4 (empat)
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 12 (dua belas)
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya mempunyai 1 (satu)
laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang dimuat di jurnal yang ber-ISSN.
g. Guru golongan IV/c ke golongan IV/d, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima)
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 14 (empat
belas) angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur
publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang ber
ISBN.
h. Guru golongan IV/d ke golongan IV/e, subunsur pengembangan diri sebesar 5 (lima)
angka kredit dan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 20 (dua puluh)
angka kredit. Bagi guru golongan tersebut, sekurang-kurangnya dari subunsur
publikasi ilmiah mempunyai 1 (satu) laporan hasil penelitian dan 1 (satu) artikel yang
dimuat di jurnal yang ber ISSN serta 1 (satu) buku pelajaran atau buku pendidikan yang
ber ISBN.
i. Bagi Guru Madya, golongan IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan
IV/d, selain membuat PKB sebagaimana pada poin g diatas juga wajib melaksanakan
presentasi ilmiah.
a.

3. Unsur Penunjang
Unsur penunjang tugas guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas utamanya sebagai pendidik. Unsur penunjang
tugas guru meliputi berbagai kegiatan seperti berikut ini.
a. Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya.
Guru yang memperoleh gelar/ijazah, namun tidak sesuai dengan bidang yang diampunya
diberikan angka kredit sebagai unsur penunjang dengan angka kredit sebagai berikut.
1) Ijazah S-1 diberikan angka kredit 5;
2) Ijazah S-2 diberikan angka kredit 10; dan
3) Ijazah S-3 diberikan angka kredit 15.
Bukti fisik yang dijadikan dasar penilaian adalah fotokopi ijazah yang disahkan oleh
pejabat yang berwenang, yaitu dekan atau ketua Sekolah/Madrasah tinggi atau direktur
politeknik pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Surat keterangan belajar/surat ijin
belajar/surat tugas belajar dari kepala dinas yang membidangi pendidikan atau pejabat
yang menangani kepegawaian serendah-rendahnya Eselon II. Bagi guru di lingkungan
Kementerian Agama, surat keterangan belajar/surat ijin belajar/surat tugas belajar tersebut
berasal dari pejabat yang berwenang serendah-rendahnya Eselon II.

b. Melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru


Kegiatan yang mendukung tugas guru yang dapat diakui angka kreditnya harus sesuai
dengan kriteria dan dilengkapi dengan bukti fisik. Kegiatan tersebut di antaranya:
1) Membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan yang
sejenisnya
2) Sebagai pengawas ujian, penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat
nasional.
3) Menjadi pengurus/anggota organisasi profesi
4) Menjadi anggota kegiatan pramuka dan sejenisnya
5) Menjadi tim penilai angka kredit
6) Menjadi tutor/pelatih/instruktur/pemandu atau sejenisnya.
c. Memperoleh penghargaan/tanda jasa
Penghargaan/tanda jasa adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh pemerintah
atau negara asing atau organisasi ilmiah atau organisasi profesi atas prestasi yang dicapai
seorang guru dalam pengabdian kepada nusa, bangsa, dan negara di bidang pendidikan.
Tanda jasa dalam bentuk Satya Lencana Karya Satya adalah penghargaan yang diberikan
kepada guru berdasarkan prestasi dan masa pengabdiannya dalam waktu tertentu. Penghargaan
lain yang diperoleh guru karena prestasi seseorang dalam pengabdiannya kepada nusa,
bangsa, dan negara di bidang pendidikan/kemanusiaan/kebudayaan. Prestasi kerja tersebut
dicapai karena pengabdiannya secara terus menerus dan berkesinambungan dalam waktu yang
relatif lama. Guru yang mendapat penghargaan dalam lomba guru berprestasi tingkat
nasional, diberikan angka kredit tambahan untuk kenaikan jabatan/pangkat.
Latihan dan Renungan
1. Apa perbedaan utama antara pengembangan keprofesian dan pengembangan karir
guru?
2. Mengapa pengembangan keprofesian guru dikaitkan dengan jabatan fungsionalnya?
3. Apa perbedaan utama pengembangan guru yang belum S1/D-IV dan belum
bersertifikat pendidik dengan yang sudah memilikinya?
4. Sebutkan jenis-jenis pengembangan karir guru!
5. Apa perbedaan utama pengembangan keprofesian berbasis lembaga dengan yang berbasis
individu?

5. Perlindungan dan Penghargaan terhadap Guru


5.1. Latar Belakang dan Pengertian
Jumlah guru yang banyak dengan sebaran yang sangat luas merupakan potensi bagi
mereka untuk mendidik anak bangsa di seluruh Indonesia secara nyaris tanpa batas akses
geografis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Namun demikian, kondisi ini yang
menyebakan sebagian guru terbelenggu dengan fenomena sosial, kultural, psikologis,
ekonomis, kepegawaian, dan lain-lain.
Fenomena ini bersumber dari apresiasi dan pencitraan masyarakat terhadap guru
belum begitu baik, serta perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
kesejahteraan, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi mereka belum optimum.
Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa perlakuan yang cenderung diskriminatif
terhadap sebagian guru telah berlangsung sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Hal ini
membangkitkan kesadaran untuk terus mengupayakan agar guru mempunyai status atau
harkat dan martabat yang jelas dan mendasar. Hasilnya antara lain adalah terbentuknya
Undang-Undang (UU) Nomomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Diundangkannya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah
maju untuk mengangkat harkat dan martabat guru, khususnya di bidang perlindungan hukum
bagi mereka. Materi perlindungan hukum terhadap guru mulai mengemuka dalam UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini diperbaharui dan kemudian diganti
dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Penjabaran pelaksanaan
perlindungan hukum bagi guru itu pernah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38
Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan. Di dalam PP ini perlindungan hukum bagi guru
meliputi perlindungan untuk rasa aman, perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja, dan
perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Sejak lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, dimensi
perlindungan guru mendapatkan tidik tekan yang lebih kuat. Norma perlindungan hukum bagi
guru tersebut di atas kemudian diperbaharui, dipertegas, dan diperluas spektrumnya dengan
diundangkannya UU No. 14 tahun 2005. Dalam UU ini, ranah perlindungan terhadap guru
meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja. Termasuk juga di dalamnya perlindungan atas Hak atas Kekayaan
Intelektual atau HaKI.
Sepanjang berkaitan dengan hak guru atas beberapa dimensi perlindungan
sebagaimana dimaksudkan di atas, sampai sekarang belum ada rumusan komprehensif
mengenai standar operasi dan prosedurnya. Atas dasar itu, perlu dirumuskan standar yang
memungkinkan terwujudnya perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan atas Hak atas Kekayaan Intelektual atau
HaKI bagi guru.
Perlindungan bagi guru adalah usaha pemberian perlindungan hukum,
perlindungan profesi, dan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan
HaKI yang diberikan kepada guru, baik berstatus sebagai PNS maupun bukan PNS.
Perlindungan hukum adalah upaya melakukan perlindungan kepada guru dari tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlindungan hukum atau
perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau
pihak lain. Perlindungan profesi adalah upaya memberi perlindungan yang mencakup
perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan,
pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dalam melaksanakan tugas.
Adapun Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kepada guru mencakup
perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu
kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain. Perlindungan HaKI
adalah pengakuan atas kekayaan intelektual sebagai karya atau prestasi yang dicapai oleh guru
dengan cara melegitimasinya sesuai dengan peraturan perundangundangan. Perjanjian kerja

adalah perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama antara penyelenggara dan/atau
satuan pendidikan dengan guru. Kesepakatan kerja bersama merupakan kesepakatan yang
dibuat dan disepakati bersama secara tripartit, yaitu penyelenggara dan/atau satuan
pendidikan, guru, dan Dinas Pendidikan atau Dinas Ketenagakerjaan pada wilayah
administratif tempat guru bertugas. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan
secara cuma-cuma dalam bentuk konsultasi hukum oleh LKHB mitra, asosiasi atau
organisasi profesi guru, dan pihak lain kepada guru.
Sementara itu Advokasi adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka
pemberian perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja, serta perlindungan HaKI bagi guru. Advokasi umumnya dilakukan melalui
kolaborasi beberapa lembaga, organisasi, atau asosiasi yang memiliki kepedulian dan semangat
kebersamaan untuk mencapai suatu tujuan. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa
guru berdasarkan perundingan yang melibatkan guru LKBH mitra, asosiasi atau organisasi
profesi guru, dan pihak lain sebagai mediator dan diterima oleh para pihak yang bersengketa
untuk membantu mencari penyelesaian yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang
bersengketa. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama
perundingan.

5.2. Perlindungan Atas Hak-hak Guru


Berlandaskan UUD 1945 dan UU No 9 tahun 1999 Pasal 3 ayat 2 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM), bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama di depan
hukum. Sesuai dengan politik hukum UU tersebut, bahwa manusia sebagai mahluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam
semesta dengan penuh ketakwaan dan tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh
pencipta-Nya, manusia dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat,
kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan.
Bahwa hak asasi manusia, termasuk hak-hak guru, merupakan hak dasar yang secara
koderati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Oleh karena itu hakhak manusia, termasuk hak-hak guru harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak
boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Bahwa bangsa Indonesia sebagai
anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengemban tanggung jawab moral dan hukum
untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang
ditetapkan oleh PBB serta berbagai instrumen internasional lainnya mengenai HAM yang telah
diterima oleh Indonesia. Di samping hak asasi manusia juga dikenal kewajiban dasar
manusia yang meliputi: (1) kepatuhan terhadap perundang-undangan, (2) ikut serta dalam
upaya pembelaan negara, (3) wajib menghormati hak-hak asasi manusia, moral, etika dan tata
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selanjutnya, sebagai wujud tuntutan
reformasi (demokrasi, desentralisasi, dan HAM), maka hak asasi manusia dimasukkan dalam
UUD 1945.
Salah satu hak guru adalah hak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
dan hak atas kekayaan intelektual. Pada Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, Bagian 7 tentang Perlindungan, disebutkan bahwa banyak pihak wajib memberikan
perlindungan kepada guru, berikut ranah perlindungannya seperti berikut ini.
1. Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan
pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
2. Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi dan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Perlindungan hukum mencakup perlindungan terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain.
4. Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap PHK yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan pembatasan/pelarangan lain
yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
5. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko
gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja dan/atau resiko lain.
Berdasarkan amanat Pasal 39 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
seperti disebutkan di atas, dapat dikemukakan ranah perlindungan hukum bagi guru. Frasa
perlindungan hukum yang dimaksudkan di sini mencakup semua dimensi yang terkait dengan
upaya mewujudkan kepastian hukum, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan bagi guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya.
1. Perlindungan hukum
Semua guru harus dilindungi secara hukum dari segala anomali atau tindakan semenamena dari yang mungkin atau berpotensi menimpanya dari pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Perlindungan hukum dimaksud meliputi perlindungan yang muncul akibat
tindakan dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain,
berupa:
a. tindak kekerasan,
b. ancaman, baik fisik maupun psikologis

perlakuan diskriminatif,
intimidasi, dan
perlakuan tidak adil
2. Perlindungan profesi
Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hukubungan kerja
(PHK) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang
tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap
profesi dan pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan
tugas. Secara rinci, subranah perlindungan profesi dijelaskan berikut ini.
a. Penugasan guru pada satuan pendidikan harus sesuai dengan bidang keahlian, minat, dan
bakatnya.
b. Penetapan salah atau benarnya tindakan guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
c. Penempatan dan penugasan guru didasari atas perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
d. Pemberian sanksi pemutusan hubungan kerja bagi guru harus mengikuti prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.
e. Penyelenggara atau kepala satuan pendidikan formal wajib melindungi guru dari praktik
pembayaran imbalan yang tidak wajar.
f. Setiap guru memiliki kebebasan akademik untuk menyampaikan pandangan.
g. Setiap guru memiliki kebebasan untuk:
mengungkapkan ekspresi,
mengembangkan kreatifitas, dan
melakukan inovasi baru yang memiliki nilai tambah tinggi dalam proses pendidikan
dan pembelajaran.
h. Setiap guru harus terbebas dari tindakan pelecehan atas profesinya dari peserta didik,
orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
i. Setiap guru yang bertugas di daerah konflik harus terbebas dari pelbagai ancaman, tekanan,
dan rasa tidak aman.
j. Kebebasan dalam memberikan penilaian kepada peserta didik, meliputi:
substansi,
prosedur,
instrumen penilaian, dan
keputusan akhir dalam penilaian.
k. Ikut menentukan kelulusan peserta didik, meliputi:
penetapan taraf penguasaan kompetensi,
standar kelulusan mata pelajaran atau mata pelatihan, dan
menentukan kelulusan ujian keterampilan atau kecakapan khusus.
l. Kebebasan untuk berserikat dalam organisasi atau asosiasi profesi, meliputi:
mengeluarkan pendapat secara lisan atau tulisan atas dasar keyakinan akademik,
memilih dan dipilih sebagai pengurus organisasi atau asosiasi profesi guru, dan
bersikap kritis dan obyektif terhadap organisasi profesi.
m. Kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan formal, meliputi:
akses terhadap sumber informasi kebijakan,
partisipasi dalam pengambilan kebijakan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan
formal, dan
memberikan masukan dalam penentuan kebijakan pada tingkat yang lebih tinggi
atas dasar pengalaman terpetik dari lapangan.
3. Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap
resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana
alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain. Beberapa hal krusial yang terkait
c.
d.
e.

dengan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk rasa aman bagi guru dalam
bertugas, yaitu:
a. Hak memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas harus
mampu diwujudkan oleh pengelola satuan pendidikan formal, pemerintah dan pemerintah
daerah.
b. Rasa aman dalam melaksanakan tugas, meliputi jaminan dari ancaman psikis dan fisik dari
peserta didik, orang tua/wali peserta didik, atasan langsung, teman sejawat, dan masyarakat
luas.
c. Keselamatan dalam melaksanakan tugas, meliputi perlindungan terhadap:
resiko gangguan keamanan kerja,
resiko kecelakaan kerja,
resiko kebakaran pada waktu kerja,
resiko bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
ketenagakerjaan.
d. Terbebas dari tindakan resiko gangguan keamanan kerja dari peserta didik, orang tua peserta
didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
e. Pemberian asuransi dan/atau jaminan pemulihan kesehatan yang ditimbulkan akibat:
kecelakaan kerja,
kebakaran pada waktu kerja,
bencana alam,
kesehatan lingkungan kerja, dan/atau
resiko lain.
f. Terbebas dari multiancaman, termasuk ancaman terhadap kesehatan kerja, akibat:
bahaya yang potensial,
kecelakaan akibat bahan kerja,
keluhan-keluhan sebagai dampak ancaman bahaya,
frekuensi penyakit yang muncul akibat kerja,
resiko atas alat kerja yang dipakai, dan
resiko yang muncul akibat lingkungan atau kondisi tempat kerja.
4. Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual
Pengakuan HaKI di Indonesia telah dilegitimasi oleh peraturan perundang-undangan,
antara lain Undang-Undang Merk, Undang-Undang Paten, dan Undang-Undang Hak Cipta.
HaKI terdiri dari dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan
Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
Rahasia Dagang dan Varietas Tanaman. Bagi guru, perlindungan HaKI dapat mencakup:
a. hak cipta atas penulisan buku,
b. hak cipta atas makalah,
c. hak cipta atas karangan ilmiah,
d. hak cipta atas hasil penelitian,
e. hak cipta atas hasil penciptaan,
f. hak cipta atas hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta sejenisnya, dan;
g. hak paten atas hasil karya teknologi
5.3. Jenis-jenis Upaya Perlindungan Hukum bagi Guru
1. Konsultasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI, guru dapat berkonsultasi kepada pihakpihak yang kompeten. Konsultasi itu dapat dilakukan kepada konsultan hukum, penegak hukum,
atau pihakpihak lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh guru
tersebut.
Konsultasi merupakan tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu

yang disebut dengan klien, dengan pihak lain yang merupakan konsultan, yang
memberikan pendapatnya kepada klien untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan
kliennya. Konsultan hanya bersifat memberikan pendapat hukum, sebagaimana diminta oleh
kliennya. Keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para
pihak meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan kesempatan untuk merumuskan
bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa
tersebut.
Misalnya, seorang guru berkonsultasi dengan pengacara pada salah satu LKBH,
penegak hukum, orang yang ahli, penasehat hukum, dan sebagainya berkaitan dengan
masalah pembayaran gaji yang tidak layak, keterlambatan pembayaran gaji, pemutusan
hubungan kerja secara sepihak, dan lain-lain. Pihak-pihak yang dimintai pendapat oleh guru
ketika berkonsultasi tidak memiliki kewenangan untuk menetapkan keputusan, melainkan
sebatas memberi pendapat atau saran, termasuk saran-saran atas bentuk-bentuk penyelesaian
sengketa atau perselisihan.
2.

Mediasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak
lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pihak-pihak lain yang dimintai bantuan oleh guru seharusnya dapat membantu memediasinya.
Merujuk pada Pasal 6 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 tahun 1999, atas kesepakatan
tertulis para pihak, sengketa atau perbedaan pendapat antara guru dengan
penyelenggara/satuan pendidikan dapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih
penasehat ahli maupun melalui seorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau
perbedaan pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk
dilaksanakan dengan
iktikad baik. Kesepakatan tertulis antara guru dengan
penyelenggara/satuan pendidikan wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan wajib dilakasanakan
dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran. Mediator dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak, dan
mediator yang ditujuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketa
yang ditunjuk oleh para pihak.
3.

Negosiasi dan Perdamaian


Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak
lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang negosiasi kepada
guru atau kelompok guru. Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999,
pada dasarya para pihak, dalam hal ini penyelenggara/satuan pendidikan dan guru, berhak
untuk menyelesaikan sendiri sengket yang timbul di antara mereka. Kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui para pihak.
Negosiasi mirip dengan perdamaian yang diatur dalam Pasal 1851 sampai dengan Pasal 1864
KUH Perdata, dimana perdamaian itu adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah
pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu
perkara yang sedang bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan harus
dibuat secara tertulis dan tidak di bawah ancaman.
Namun demikian, dalam hal ini ada beberapa hal yang membedakan antara negosiasi
dan perdamaian. Pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari,
dan penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh
dan di antara para pihak yang bersengketa. Perbedaan lain adalah bahwa negosiasi
merupakan salah satu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di luar
pengadilan, sedangkan perdamaian dapat dilakukan baik sebelum proses persidangan maupun

setelah sidang peradilan dilaksanakan. Pelaksanaan perdamaian bisa di dalam atau di luar
pengadilan.
4. Konsiliasi dan perdamaian
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak
lain, seperti munculnya sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan
pendidikan, penyelenggara/satuan pendidikan harus membuka peluang konsiliasi atau
perdamaian. Seperti pranata alternatif penyelesaian sengketa yang telah diuraikan di atas,
konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam Undang Undang Nomor 30 tahun 1999.
Konsiliasi atau perdamaian merupakan suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atau suatu tindakan atau proses untuk mencapai perdamaian di luar pengadilan.
Untuk mencegah dilaksanakan proses litigasi, dalam setiap tingkat peradilan yang sedang
berjalan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, konsiliasi atau perdamaian tetap dapat
dilakukan, dengan pengecualian untuk hal-hal atau sengketa dimana telah diperoleh suatu
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
5. Advokasi Litigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain,
misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan
advokasi litigasi. Banyak guru masih menganggap bahwa advokasi litigasi merupakan
pekerjaan pembelaan hukum (litigasi) yang dilakukan oleh pengacara dan hanya merupakan
pekerjaan yang berkaitan dengan praktik beracara di pengadilan. Pandangan ini kemudian
melahirkan pengertian yang sempit terhadap apa yang disebut sebagai advokasi. Seolah-olah,
advokasi litigasi merupakan urusan sekaligus monopoli dari organisasi yang berkaitan
dengan ilmu dan praktik hukum semata.
Pandangan semacam itu tidak selamanya keliru, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mungkin
pengertian advokasi menjadi sempit karena pengaruh yang cukup kuat dari padanan kata
advokasi itu dalam bahasa Belanda, yakni advocaat yang tak lain berarti pengacara hukum atau
pembela. Namun kalau kita mau mengacu pada kata advocate dalam pengertian bahasa Inggris,
maka pengertian advokasi akan menjadi lebih luas. Advocate bisa berarti menganjurkan,
memajukan (to promote), menyokong atau memelopori. Dengan kata lain, advokasi juga bisa
diartikan melakukan perubahan secara terorganisir dan sistematis.
6. Advokasi Nonlitigasi
Ketika menghadapi masalah dari sisi perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan ketenagakerjaan, dan perlindungan HaKI dalam hubungannya dengan pihak lain,
misalnya ketika terjadi sengketa antara guru dengan penyelenggara atau satuan pendidikan,
pelbagai pihak yang dimintai bantuan atau pembelaan oleh guru seharusnya dapat memberikan
advokasi nonlitigasi. Dengan demikian, disamping melalui litigasi, juga dikenal alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang lazim disebut nonlitigasi. Alternatif penyelesaian
sengketa nonlitigasi adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau
dengan cara mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Dewasa ini
cara penyelesaian sengketa melalui peradilan mendapat kritik yang cukup tajam, baik dari
praktisi maupun teoritisi hukum. Peran dan fungsi peradilan, dianggap mengalami beban yang
terlampau padat (overloaded), lamban dan buang waktu (waste of time), biaya mahal
(very expensive) dan kurang tanggap (unresponsive) terhadap kepentingan umum, atau
dianggap terlalu formalistis (formalistic) dan terlampau teknis (technically). Dalam Pasal (1)
angka (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999, disebutkan bahwa masyarakat
dimungkinkan memakai alternatif lain dalam melakukan penyelesaian sengketa. Alternatif
tersebut dapat dilakukan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian

ahli.
5.4. Asas Pelaksanaan Perlindungan Hukum, Profesi, K3 dan HaKI bagi Guru
Pelaksanaan perlindungan hukum, perlindungan profesi, perlindungan K3, dan
perlindungan HaKI bagi guru dilakukan dengan menggunakan asas-asas sebagai berikut:
1. Asas unitaristik atau impersonal, yaitu tidak membedakan jenis, agama, latar budaya, tingkat
pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi guru.
2. Asas aktif, dimana inisiatif melakukan upaya perlindungan dapat berasal dari guru atau
lembaga mitra, atau keduanya.
3. Asas manfaat, dimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi guru memiliki manfaat bagi
peningkatan profesionalisme, harkat, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta
sumbangsihnya bagi kemajuan pendidikan formal.
4. Asas nirlaba, dimana upaya bantuan dan perlindungan hukum bagi guru dilakukan dengan
menghindari kaidah-kaidah komersialisasi dari lembaga mitra atau pihak lain yang peduli.
5. Asas demokrasi, dimana upaya perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang dihadapi
oleh guru dilakukan dengan pendekatan yang demokratis atau mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.
6. Asas langsung, dimana pelaksanaan perlindungan hukum dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh guru terfokus pada pokok persoalan.
7. Asas multipendekatan, dimana upaya perlindungan hukum bagi guru dapat dilakukan dengan
pendekatan formal, informal, litigasi, nonlitigasi, dan lain-lain.
5.5. Penghargaan dan Kesejahteraan
Sebagai tenaga profesional, guru memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
penghargaan dan kesejahteraan. Penghargaan diberikan kepada guru yang berprestasi,
berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus. Penghargaan
kepada guru dapat diberikan pada tingkat satuan pendidikan, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan/atau internasional. Penghargaan itu beragam jenisnya,
seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial,
piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk
penghargaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pada sisi lain, peraturan perundang-undangan mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten
wajib menyediakan biaya pemakaman dan/atau biaya perjalanan untuk pemakaman guru yang
gugur di daerah khusus. Guru yang gugur dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran
di daerah khusus, putera dan/atau puterinya berhak mendapatkan beasiswa sampai ke perguruan
tinggi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Kesejahteraan guru menjadi perhatian khusus pemeritah, baik berupa gaji
maupun penghasilan lainnya. Guru memiliki hak atas gaji dan penghasilan lainya. Gaji
adalah hak yang diterima oleh guru atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan atau
satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundangundangan. Di luar gaji pokok, guru pun berhak atas tunjangan yang melekat pada gaji.
Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang diangkat oleh pemerintah dan
pemerintah daerah diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan peraturan
penggajian yang berlaku. Gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji bagi guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberikan
berdasarkan perjanjian kerja dan/atau kesepakatan kerja bersama. Penghasilan adalah hak
yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas
keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan
martabat guru sebagai pendidik profesional.
Ringkasnya, guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana diamanatkan dalam UU
No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008, serta peraturan lain yang menjadi ikutannya,
memiliki hak atas aneka tunjangan dan kesejahteraan lainnya. Tunjangan dan kesejahteraan
dimaksud mencakup tunjangan profesi, tunjangan khusus, tunjangan fungsional, subsidi
tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan. Khusus berkaitan dengan jenis-jenis

penghargaan dan kesejahteraan guru disajikan berikut ini.


1. Penghargaan Guru Berprestasi
Pemberian penghargaan kepada guru berprestasi dilakukan melalui proses pemilihan
yang ketat secara berjenjang, mulai dari tingkat satuan pendidikan, kecamatan dan/atau
kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Pemilihan guru berprestasi dimaksudkan
antara lain untuk mendorong motivasi, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru, yang
diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerjanya. Prestasi kerja
tersebut akan terlihat dari kualitas lulusan satuan pendidikan sebagai SDM yang
berkualitas, produktif, dan kompetitif.
Pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk memberdayakan guru,
terutama bagi mereka yang berprestasi. Seperti disebutkan di atas, Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 mengamanatkan bahwa "Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau
bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan". Secara historis pemilihan guru
berprestasi adalah pengembangan dari pemberian predikat keteladanan kepada guru melalui
pemilihan guru teladan yang berlangsung sejak tahun 1972 hingga tahun 1997. Selama kurun
1998-2001, pemilihan guru teladan dilaksanakan hanya sampai tingkat provinsi. Setelah
dilakukan evaluasi dan mendapatkan masukanmasukan dari berbagai kalangan, baik
guru maupun pengelola pendidikan tingkat ka bu pate n/kota/provi nsi, maka pemilihan
guru teladan diusulkan untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi pemilihan guru berprestasi.
Frasa guru berprestasi bermakna prestasi dan keteladanan guru. Sebutan guru
berprestasi mengandung makna sebagai guru unggul/mumpuni dilihat dari kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Guru berprestasi merupakan guru yang
menghasilkan karya kreatif atau inovatif antara lain melalui: pembaruan (inovasi) dalam
pembelajaran atau bimbingan; penemuan teknologi tepat guna dalam bidang pendidikan;
penulisan buku fiksi/nonfiksi di bidang pendidikan atau sastra Indonesia dan sastra
daerah; penciptaan karya seni; atau karya atau prestasi di bidang olahraga. Mereka juga
merupakan guru yang secara langsung membimbing peserta didik hingga mencapai prestasi
di bidang intrakurikuler dan/atau ekstrakurikuler.
Pemilihan guru berprestasi dilaksanakan pertama kali pada tahun 2002.
Penyelenggaraan pemilihan guru berprestasi dilakukan secara bertingkat, dimulai dari tingkat
satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional. Secara umum
pelaksanaan pemilihan guru berprestasi berjalan dengan lancar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Melalui pemilihan guru berprestasi ini telah terpilih guru terbaik untuk jenjang
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA, atau yang sederajat.
Sistem penilaian untuk menentukan peringkat guru berprestasi dilakukan secara ketat,
yaitu melalui uji tertulis, tes kepribadian, presentasi karya akademik, wawancara, dan
penilaian portofolio. Guru yang mampu mencapai prestasi terbaik melalui beberapa jenis
teknik penilaian inilah yang akan memperoleh predikat sebagai guru berprestasi tingkat
nasional.
2. Penghargaan bagi Guru Berdedikasi di Daerah Khusus/Terpencil
Guru yang bertugas di daerah khusus, mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir ini, pemberian penghargaan kepada
mereka dilakukan secara rutin baik pada peringatan Hari Pendidikan Nasional maupun
pada peringatan lainnya. Tujuan penghargaan ini antara lain, pertama, mengangkat harkat dan
martabat guru atas dedikasi, prestasi, dan pengabdian profesionalitasnya sebagai pendidik
bangsa dihormati dan dihargai oleh masyarakat, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Kedua, memberikan motivasi pada guru untuk meningkatkan prestasi,
pengabdian, loyalitas dan dedikasi serta darma baktinya pada bangsa dan negara melalui
pelaksanaan kompetensinya secara profesional sesuai kualifikasi masing-masing. Ketiga,
meningkatkan kesetiaan dan loyalitas guru dalam
melaksanakan
pekerjaan
/
jabatannya sebagai sebuah profesi, meskipun bekerja di daerah yang terpencil atau

terbelakang; daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil; daerah perbatasan dengan
negara lain; daerah yang mengalami bencana alam; bencana sosial; atau daerah yang berada
dalam keadaan darurat lain yang mengharuskan menjalani kehidupan secara prihatin.
Pemberian penghargaan kepada guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil
bukanlah merupakan suatu kegiatan yang bersifat seremoni belaka. Penghargaan ini secara
selektif dan kompetitif diberikan kepada dua orang guru Daerah Khusus dari seluruh
provinsi di Indonesia. Masing-masing Dinas Pendidikan Provinsi/Kanwil Kementerian
Agama diminta dan diharuskan menyeleksi dan mengirimkan dua orang guru daerah khusus,
terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan yang berdedikasi tinggi untuk diberi
penghargaan, baik yang berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil (Guru PNS) maupun
guru bukan PNS. Untuk dapat menerima penghargaan, guru berdedikasi yang bertugas di
Daerah Khusus/Terpencil harus memenuhi kriteria umum dan khusus. Kriteria umum
dimaksud antara lain beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; setia dan taat
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; memiliki moralitas,kepribadian
dan kelakuan yang terpuji; dapat dijadikan panutan oleh siswa, teman sejawat dan masyarakat
sekitarnya; dan mencintai tugas dan tanggungjawabnya.
Kriteria khusus bagi guru Daerah Khusus untuk memperoleh penghargaan antara
lain, pertama, dalam melaksanakan tugasnya senantiasa menunjukkan dedikasi luar
biasa,pengabdian,
kecakapan,kejujuran,
dan
kedisiplinan
serta
mempunyai
komitmen yang tinggi dalam melaksanakan fungsi- fungsi profesionalnya dengan segala
keterbatasan yang ada di daerah terpencil. Kedua, tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
tingkat sedang atau tingkat berat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketiga, melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus/terpencil sekurang-kurangnya
selama lima tahun secara terus menerus atau selama delapan tahun secara terputus-putus.
Keempat, berusia minimal 40 tahun dan belum pernah menerima penghargaan yang sejenis
di tingkat nasional. Kelima, responsif terhadap persoalan-persoalan yang aktual dalam
masyarakat. Keenam, dengan keahlian yang dimilikinya membantu dalam memecahkan masalah
sosial sehingga usahanya berupa sumbangan langsung bagi penanggulangan masalahmasala tersebut. Ketujuh, menunjukkan
kepemimpinan
dalam
kepeloporan
serta integritas kepribadiannya dalam mengamalkan keahliannya
dalam
masyarakat.
Kedelapan, menyebarkan dan meneruskan ilmu dan keahlian yang dimilikinya kepada
masyarakat dan menunjukkan hasil nyata berupa kemajuan dalam masyarakat.
3. Penghargaan Tanda Kehormatan Satyalancana Pendidikan
Sejalan dengan disahkannya UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, guru berprestasi dan berdedikasi memiliki hak atas penghargaan sesuai dengan
prestasi dan dedikasinya. Penghargaan tersebut diberikan kepada guru pada satuan
pendidikan atas dasar pengabdian, kesetiaan pada lembaga, berjasa pada negara, maupun
menciptakan karya yang luar biasa. Kriteria guru yang berhak menerima penghargaan
Satyalancana Pendidikan, meliputi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Persyaratan
umum antara lain warga negara Indonesia; berakhlak dan berbudi pekerti baik; serta
mempunyai nilai dalam DP3 amat baik untuk unsur kesetiaan dan sekurang-kurangnya
bernilai baik untuk unsur lainnya. Persyaratan khusus meliputi, pertama, diutamakan yang
bertugas/pernah bertugas di tempat terpencil atau tertinggal sekurang-kurangnya
selama lima tahun terus menerus atau selama delapan tahun terputus-putus. Kedua,
diutamakan yang bertugas/pernah bertugas di daerah perbatasan, konflik, dan bencana
sekurang- kurangnya selama 3 tahun terus menerus atau selama 6 tahun terputus-putus. Ketiga,
diutamakan yang bertugas selain di daerah khusus sekurang-kurangnya selama 8 tahun terus
menerus dan bagi kepala Sekolah/Madrasah sekurangkurangnya bertugas 2 tahun.
Keempat, berprestasi dan/atau berdedikasi luar biasa dalam melaksanakan tugas sekurangkurangnya mendapat penghargaan tingkat nasional. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan
organisasi/asosiasi profesi guru, kegiatan kemasyarakatan dan pembangunan di berbagai sektor.

Keenam, tidak pernah memiliki catatan pelanggaran atau menerima sanksi sedang dan berat
menurut peraturan perundang-undangan.
4. Penghargaan bagi Guru yang Berhasil dalam Pembelajaran
Tujuan lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau lomba sejenis dapat
memotivasi guru untuk lebih meningkatkan profesionalismenya, khususnya dalam
kemampuan perancangan, penyajian, penilaian proses dan hasil pembelajaran atau proses
bimbingan
kepada
siswa;
dan
meningkatkan
kebiasaan
guru
dalam
mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan profesinya secara baik dan benar.
Lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya dilaksanakan melalui beberapa
tahapan. Pertama, sosialisasi melalui berbagai media, antara lain penyusunan dan penyebaran
poster dan leaflet. Kedua, penerimaan naskah. Ketiga, melakukan seleksi, baik seleksi
administrasi maupun seleksi terhadap materi yang ditulis.
Para finalis melaksanakan presentasi dan wawancara di hadapan dewan juri yang memiliki
keahlian di bidang masing-masing. Sejalan dengan itu, aktivitas yang dilakukan adalah sebagai
berikut: penyusunan pedoman lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya
tingkat nasional; penilaian naskah lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran atau
sejenisnya tingkat nasional; penilaian penentuan nominasi pemenang lomba keberhasilan
guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; penentuan pemenang lomba
keberhasilan guru dalam pembelajaran atau sejenisnya tingkat nasional; dan pemberian
penghargaan pemenang lomba tingkat nasional.
Hasil yang dicapai dalam lomba tersebut adalah terhimpunnya berbagai pengalaman guru
dalam merancang, menyajikan, dan menilai pembelajaran atau bimbingan dan konseling yang
secara nyata mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga dapat
dimanfaatkan oleh rekan guru yang memerlukan dicetak dalam bentuk buku yang berisi
model-model keberbasilan dalam pembelajaran sebagai publikasi.
5. Penghargaan Guru Pemenang Olimpiade
Era globalisasi menuntut SDM yang bermutu tinggi dan siap berkompetisi, baik pada
tataran nasional, regional, maupun internasional. Sejalan dengan itu, guru-guru bidang studi
yang termasuk dalam skema Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan salah satu diterminan
utama peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Kegiatan OSN untuk Guru (ONS
Guru) merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran
matapelajaran yang tercakup dalam kerangka OSN. Olimpiade Sains Nasional (OSN) untuk
Guru merupakan wahana bagi guru menumbuhkembangkan semangat kompetisi dan
meningkatkan kompetensi profesional atau akademik untuk memotivasi peningkatan
kompetensinya dalam rangka mendorong mutu proses dan luaran pendidikan. Tujuannya adalah
(1) menumbuhkan budaya kompetitif yang sehat di kalangan guru; (2) meningkatkan
wawasan pengetahuan, motivasi, kompetensi, profesionalisme, dan kerja keras
untuk mengembangkan IPTEK; (3) membina dan mengembangkan kesadaran ilmiah
untu mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi masa kini dan yang akan datang; (4)
mengangkat status guru sebagai penyandang profesi yang terhormat, mulia, bermartabat, dan
terlindungi; dan (5) membangun komitmen mutu guru dan peningkatan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara lebih merata.
Kegiatan OSN Guru dilaksanakan secara berjenjang, mulai dari di tingkat
kabupaten/kota, tingkat provinsi, sampai dengan tingkat nasional. Hadiah dan penghargaan
diberikan kepada peserta OSN Guru sebagai motivasi untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran dan kegiatan pendidikan lainnya. Hadiah bagi para pemenang tingkat
kabupaten/kota dan tingkat provinsi pengaturannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah
Daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Kepada pemenang di tingkat nasional
diberi hadiah dan penghargaan dari kementerian pendidikan.

7. Pembinaan dan Pemberdayaan Guru Berprestasi dan Guru Berdedikasi


Guru memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam membimbing
peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru sering
dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Untuk melaksanakan tugasnya, seorang guru
tidak hanya memiliki kemampuan teknis edukatif, tetapi juga harus memiliki kepribadian
yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi siswa, keluarga maupun
masyarakat. Selaras dengan kebijaksanaan pembangunan yang meletakkan pengembangan
sumber daya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional, kedudukan dan peran guru
semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
dalam menghadapi era global. Untuk itu, kemampuan profesional guru harus terus
menerus ditingkatkan.
Prestasi yang telah dicapai oleh para guru berprestasi perlu terus dijaga dan
dikembangkan, serta diimbaskan kepada guru lainnya. Oleh karena itu, sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan pemilihan guru berprestasi, perlu dilaksanakan pembinaan
dan pemberdayaannya agar pengetahuan dan wawasan mereka selalu berkembang sesuai
dengan kemajuan ipteks. Program kerjasama peningkatan mutu pendidik antarnegara Asia,
dalam hal ini dengan The Japan Foundation, misalnya, merupakan kelanjutan program-program
yang telah dilaksanakan sebelumnya. Program kerjasama ini dilaksanakan untuk memberikan
penghargaan kepada guru berprestasi dengan memberikan pengalaman dan wawasan tentang
penyelenggaraan pendidikan dan budaya di negara maju seperti Jepang untuk dijadikan bahan
pembanding dan diimplementasikan di tempat tugas mereka.Kontinuitas pelaksanaan
program kerjasama ini sangat penting, karena sangat bermanfaat bagi para guru
untuk meningkatkan pengetahuannya dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
8. Penghargaan Lainnya
Penghargaan lainnya untuk guru dilakukan melalui program kerjasama pendidikan
antarnegara, khususnya bagi mereka yang berprestasi. Kerjasama antarnegara ini dilakukan,
baik di kawasan Asia maupun di kawasan lainnya. Kerjasama antarnegara bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan saling pengertian antaranggotanya. Melalui kerjasama ini,
guru-guru berprestasi yang terpilih diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan singkat
bidang keahlian atau teknologi pembelajaran, studi kebudayaan, studi banding, dan
sejenisnya. Kerjasama ini antara lain telah dilakukan dengan negara-negara Asean, Jepang,
Australia, dan lain-lain. Penghargaan lainnya yang diberikan kepada guru adalah Anugerah
Konstitusi tingkat nasional bagi guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk semua jenis dan
jenjang. Penerima penghargaan ini adalah guru-guru PKn terbaik yang diseleksi secara berjenjang
mulai dari tingkat Sekolah/Madrasah, kabupaten/kota, provinsi, sampai ke tingkat nasional.
5.6. Tunjangan Guru
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesian guru berhak memperoleh penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi.
Pemenuhan hak guru untuk memperoleh penghasilan didasari atas pertimbangan prestasi
dan pengakuan atas profesionalitasnya. Dengan demikian, penghasilan dimaksud merupakan
hak yang diterima oleh guru dalam bentuk finansial sebagai imbalan melaksanakan tugas
keprofesian yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi dan mencerminkan
martabat guru sebagai pendidik profesional.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan
tonggak sejarah bagi peningkatan kesejahteraan guru di Indonesia. Menyusul
lahirnya UU ini, pemerintah telah mengatur beberapa sumber penghasilan guru selain gaji

pokok, yaitu tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, dan tunjangan khusus.
1. Tunjangan Profesi
Guru profesional dituntut oleh undang-undang memiliki kualifikasi akademik
tertentu dan empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional atau
akademik. Sertifikasi guru merupakan proses untuk memberikan sertifikat pendidik kepada
mereka. Sertifikat pendidik dimaksud merupakan pengakuan negara atas derajat
keprofesionalan guru.
Seiring dengan proses sertifikasi inilah, pemerintah memberikan tunjangan profesi
kepada guru. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang menamanatkan bahwa "Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Pemberian tunjangan profesi diharapkan akan mampu mendorong dan memotivasi guru
untuk terus meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya dalam melaksanakan
tugas di Sekolah/Madrasah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan
penilai peserta didiknya. Besarnya tunjangan profesi ini setara dengan satu kali gaji pokok
guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Guru yang sudah
bersertifikat akan menerima tunjangan profesinya jika guru yang bersangkutan mampu
membuktikan kinerjanya yaitu dengan mengajar 24 jam tatap muka per minggu dan
persyaratan lainnya.
Guru akan menerima tunjangan profesi sampai yang bersangkutan berumur 60
tahun. Usia ini adalah batas pensiun bagi PNS guru. Setelah berusia 60 tahun guru tetap
berhak mengajar di manapun, baik sebagai guru tidak tetap maupun guru tetap yayasan untuk
Sekolah/Madrasah swasta, dan menyandang predikat guru bersertifikat, namun tidak
berhak lagi atas tunjangan profesi. Meski guru memiliki lebih dari satu sertifikat profesi
pendidik, mereka hanya berhak atas satu tunjangan profesi.
Tunjangan profesi diberikan kepada semua guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
dan syarat lainnya, dengan cara pembayaran tertentu. Hal ini bermakna, bahwa guru bukan
PNS pun akan mendapat tunjangan yang setara dengan guru PNS dengan kualifikasi akademik,
masa kerja, serta kompetensi yang setara atau ekuivalen. Bagi guru bukan PNS, tunjangan
profesi akan dibayarkan setelah yang bersangkutan disesuaikan jenjang jabatan dan
kepangkatannya melalui impassing.Tunjangan profesi tersebut dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
2. Tunjangan Fungsional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 17
ayat (1) mengamanatkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan tunjangan
fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 17 ayat (2) mengamanatkan bahwa subsidi tunjangan
fungsional diberikan kepada guru yang bertugas di Sekolah/Madrasah yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya, tunjangan fungsional dan
subsidi tunjangan fungsional ini dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (Pasal 17 ayat (3).
Besarnya tunjangan fungsional yang diberikan untuk guru PNS seharusnya
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional yang dimiliki. N amun saat ini baru diberikan
tunjangan tenaga kependidikan berdasarkan pada golongan/ruang kepangkatan/jabatannya.
Khusus mengenai besarnya subsidi tunjangan fungsional bagi guru bukan PNS, agaknya memerlukan aturan
tersendiri, berikut persyaratannya.

3. Tunjangan Khusus
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan
Kehormatan Profesor merupakan komitmen Pemerintah untuk terus mengupayakan
peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, di samping peningkatan profesionalismenya.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 18, disebutkan bahwa guru yang diangkat oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dan ditugaskan di di daerah khusus berhak memperoleh tunjangan khusus yang diberikan setara
dengan satu kali gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
Mengingat tunjangan khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru di Daerah
Khusus, sasaran dari program ini adalah guru yang bertugas di daerah khusus. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan
Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi
masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang
mengalami bencana alam, bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat
lain.
a. Daerah terpencil atau terbelakang adalah daerah dengan faktor geografis yang relatif sulit
dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/pegunungan, kepulauan,
pesisir, dan pulau-pulau terpencil; dan daerah dengan faktor geomorfologis lainnya yang
sulit dijangkau oleh jaringan transportasi maupun media komunikasi, dan tidak
memiliki sumberdaya alam.
b. Daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil adalah daerah yang mempunyai
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta tidak
dilibatkan dalam kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan
yang mengakibatkan daerah belum berkembang.
c. Daerah perbatasan dengan negara lain adalahbagian dari wilayah negara yang terletak
pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas
wilayah negara di darat maupun di laut kawasan perbatasan berada di kecamatan; dan
pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu
kilometer persegi) yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan
garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum Internasional dan Nasional.
d. Daerah yang mengalami bencana alam yaitu daerah yang terletak di wilayah yang terkena
bencana alam (gempa, longsor, gunung api, banjir, dsb) yang berdampak negatif terhadap
layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
e. Daerah yang mengalami bencana sosial dan konflik sosial dapat menyebabkan
terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi yang membahayakan
guru dalam melaksanakan tugas dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
f. Daerah yang berada dalam keadaan darurat lain adalah daerah dalam keadaan yang
sukar/sulit yang tidak tersangka-sangka mengalami bahaya, kelaparan dan sebagainya yang
memerlukan penanggulangan dengan segera.
Tunjangan khusus yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok guru yang diangkat
oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah
pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Penetapan Daerah Khusus ini rumit
dan tentatif adanya. Sebagai katup pengaman sejak tahun 2007, pemerintah
memberikan bantuan kesejateraan untuk guru yang bertugas di Daerah Khusus atau Daerah
Terpencil di 199 kabupaten di Indonesia. Sampai tahun 2010 tunjangan tersebut mencapai Rp
1.350.000 per bulan. Harapan yang ingin dicapai dari pemberian tunjangan khusus ini
adalah selain meningkatkan kesejahteraan guru sebagai kompensasi daerah yang ditempati
sangat sulit, juga memotivasi guru untuk tetap mengajar di Sekolah/Madrasah tersebut. Pada
sisi lain, pemberian tunjangan ini bisa sebagai insentif bagi guru baru untuk bersedia mengajar
di Daerah Khusus ini. Belum terpenuhinya jumlah guru di daerah terpencil diharapkan juga
semakin mudah dilakukan dengan insentif tunjangan khusus ini.

4. Maslahat Tambahan
Salah satu komponen penghasilan yang diberikan kepada guru dalam rangka
implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah
pemberian maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan
dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi (Pasal 15 ayat 1). Maslahat tambahan
merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan,
asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi guru, serta kemudahan untuk
memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru, pelayanan kesehatan, atau bentuk
kesejahteraan lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh guru dari
pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 19 ayat (2),
dimana pemerintah dan/atau pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan bagi
guru. Tujuan pemberian maslahat tambahan ini adalah untuk : (1) memberikan penghargaan
terhadap prestasi, dedikasi, dan keteladanan guru dalam melaksanakan tugas; (2) memberikan
penghargaan kepada guru sebelum purna tugas terhadap pengabdiannya dalam dunia
pendidikan; dan (3) memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik
dan bermutu kepada putra/putri guru yang memiliki prestasi tinggi. Dengan demikian,
pemberian maslahat tambahan akan bermanfaat untuk: (i) mengangkat citra, harkat, dan
martabat profesi guru; (2) memberikan rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang
profesi guru; (3) merangsang guru untuk tetap memiliki komitmen yang konsisten terhadap
profesi guru hingga akhir masa bhakti; dan (4) meningkatnya motivasi guru dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
Latihan dan Renungan
1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi guru, dan berikan contohnya?
2. Apa yang dimaksud dengan perlindungan profesi bagi guru, dan berikan contohnya?
3. Apa yang dimaksud dengan perlindungan K3 bagi guru, dan berikan contohnya?
4. Apa yang dimaksud dengan perlindungan HaKI bagi guru, dan berikan contohnya?
5. Sebutkan beberapa jenis penghargaan yang diberikan kepada guru!
6. Sebutkan beberara jenis tunjangan yang diterima oleh guru!
7. Apa yang dimaksud dengan pemberian kesejahteraan dan penghargaan kepada guru atas
dasar prestasi kerja?
8. Sebutkan beberapa alasan, mengapa guru yang bertugas di Daerah Khusus/Terpencil
perlu diberi tunjangan khusus?

6. Etika Profesi
6.1. Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa
Sebelum era sekarang, telah lama profesi guru di Indonesia dipersepsi oleh
masyarakat sebagai profesi kelas dua. Idealnya, pilihan seseorang untuk menjadi
guru adalah panggilan jiwa untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia
dengan mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih, yang diwujudkan melalui
proses belajar-mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan kepada siswa
agar mencapai kedewasaan masing-masing. Dalam kenyataannya, menjadi guru tidak
cukup sekadar untuk memenuhi panggilan jiwa, tetapi juga memerlukan seperangkat
keterampilan dan kemampuan khusus.
Guru adalah profesi yang terhormat. Howard M. Vollmer dan Donald L.
Mills (1966) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan
kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan
yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau
memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah
tertentu.
Guru profesional memiliki arena khusus untuk berbagi minat, tujuan, dan
nilai-nilai profesional serta kemanusiaan mereka. Dengan sikap dan sifat semacam
itu, guru profesional memiliki kemampuan melakukan profesionalisasi secara
terus-menerus, memotivasi-diri, mendisiplinkan dan meregulasi diri,
mengevaluasi-diri, kesadaran-diri, mengembangkan-diri, berempati, menjalin
hubungan yang efektif. Guru profesional adalah pembelajar sejati dan menjunjung
tinggi kode etik dalam bekerja. Menurut Danim (2010) secara akademik guru profesional
bercirikan seperti berikut ini.
1. Mumpuni kemampuan profesionalnya dan siap diuji atas kemampuannya itu.
2. Memiliki kemampuan berintegrasi antarguru dan kelompok lain yang
seprofesi dengan mereka melalui kontrak dan aliansi sosial.
3. Melepaskan diri dari belenggu kekuasaan birokrasi, tanpa menghilangkan makna
etika kerja dan tata santun berhubunngan dengan atasannya.
4. Memiliki rencana dan program pribadi untuk meningkatkan kompetensi, dan
gemar melibatkan diri secara individual atau kelompok seminat untuk
merangsang pertumbuhan diri.
5. Berani dan mampu memberikan masukan kepada semua pihak dalam rangka
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran, termasuk dalam penyusunan
kebijakan bidang pendidikan.
6. Siap bekerja secara tanpa diatur, karena sudah bisa mengatur dan
mendisiplinkan dirinya.
7. Siap bekerja tanpa diseru atau diancam, karena sudah bisa memotivasi dan
mengatur dirinya.
8. Secara rutin melakukan evaluasi-diri untuk mendapatkan umpan balik demi
perbaikan-diri.
9. Memiliki empati yang kuat.
10. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa, kolega, komunitas
Sekolah/Madrasah, dan masyarakat.
11. Men unjung tinggi etika kerja dan kaidah-kaidah hubungan kerja.
12. Men unjung tinggi Kode Etik organisasi tempatnya bernaung.
13. Memiliki kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust), dalam makna tersebut
mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
14. Adanya kebebasan diri dalam beraktualisasi melalui kegiatan lembaga-lembaga
sosial dengan berbagai ragam perspektif.
Dari sisi pandang lain, dapat dijelaskan bahwa suatu profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakannya dengan pekerjaan lainnya. Seseorang
penyandang profesi dapat disebut profesional manakala elemen-elemen inti itu sudah

menjadi bagian integral dari kehidupannya. Danim (2010) merangkum beberapa


hasil studi para ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristikkarakteristik profesi seperti
berikut ini.
a. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan
dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi. Termasuk dalam kerangka ini,
pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh
seorang penyandang profesi.
b. Memiliki pengetahuan spesialisasi. Pengetahuan spesialisasi adalah sebuah
kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu. Siapa saja bisa menjadi
guru, akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi
(subject matter) dan penguasaan metodologi pembelajaran.
c. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain
atau klien. Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi didasari atas
kerangka teori yang jelas dan teruji. Makin spesialis seseorang, makin mendalam
pengetahuannya di bidang itu, dan makin akurat pula layanannya kepada klien.
Dokter umum, misalnya, berbeda pengetahuan teoritis dan pengalaman
praktisnya dengan dokter spesialis. Seorang guru besar idealnya berbeda
pengetahuan teoritis dan praktisnya dibandingkan dengan dosen atau tenaga
akademik biasa.
d. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. Seorang
guru harus mampu berkomunikasi sebagai guru, dalam makna apa yang
disampaikannya dapat dipahami oleh peserta didik.
e. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau selforganization. Istilah mandiri di sini berarti kewenangan akademiknya melekat
pada dirinya. Pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri, tanpa bantuan
orang lain, meski tidak berarti menafikan bantuan atau mereduksi semangat
kolegialitas.
f. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Seorang guru harus siap
memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan,
apakah di kelas, di lingkungan Sekolah/Madrasah, bahkan di luar
Sekolah/Madrasah. Di dunia kedokteran, seorang dokter harus siap memberikan
bantuan, baik dalam keadaan normal, emergensi, maupun kebetulan, bahkan saat
dia sedang istirahat sekalipun.
g. Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru
dalam bekerja.
h. Memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita. Manakala terjadi malpraktik,
seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi dari masyarakat, atau
sanksi dari atasannya. Ketika bekerja, guru harus memiliki tanggungjawab kepada
komunita, terutama anak didiknya. Replika tanggungjawab ini menjelma dalam
bentuk disiplin mengajar, disiplin dalam melaksanakan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tugas-tugas pembelajaran.
i. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksudkan di sini adalah standar
gaji. Di dunia kedokteran, sistem upah dapat pula diberi makna sebagai tarif
yang ditetapkan dan harus dibayar oleh orang-orang yang menerima jasa layanan
darinya.
j. Budaya profesional. Budaya profesi, bisa berupa penggunaan simbol-simbol
yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.
6.2. Definisi Etika Profesi
Berbicara mengenai Kode Etik Guru dan etika profesi guru dengan segala
dimensinya tidak terlepas dengan dimensi organisasi atau asosiasi profesi guru dan
kewenangannya, Kode Etik Gutu itu sendiri, Dewan Kehormatan Guru, pembinaan
etika profesi guru, dan lain-lain. Oleh karena itu, beberapa frasa yang terkait dengan

ini perlu didefinisikan.


1. Organisasi atau asosiasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh guru atau penyandang profesi sejenis untuk
mengembangkan profesionalitas anggotanya.
2. Kewenangan organisasi atau asosiasi profesi guru adalah kekuatan legal yang
dimilikinya dalam menetapkan dan menegakkan kode etik guru, melakukan
pembinaan dan pengembangan profesi guru, dan memajukan pendidikan
nasional.
3. Kode Etik Guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guruguru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
4. Dewan Kehormatan Guru adalah perangkat kelengkapan organisasi atau asosiasi
profesi guru yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran,
pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakkan, dan pelanggaran disiplin
organisasi dan etika profesi guru.
5. Pedoman sikap dan perilaku adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku
guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama
menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar Sekolah/Madrasah.
6. Pembinaan etika profesi adalah proses kerja yang dilakukan secara
sistematis untuk menciptakan kondisi agar guru berbuat sesuai dengan normanorma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang dalam
proses pendidikan dan pembelajaran di Sekolah/Madrasah, serta menjalani
kehidupan di masyarakat.
6.3. Guru dan Keanggotaan Organisasi Profesi
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan
organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Konsekuensi logis dari amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, bahwa guru wajib:
1. Menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
2. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi serta Kode Etik Guru dan
Ikrar atau Janji Guru yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masingmasing.
3. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan
dan disiplin yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasinya masing-masing.
4. Melaksanakan program organisasi atau asosiasi profesi guru secara aktif.
5. Memiliki nomor registrasi sebagai anggota organisasi atau asosiasi profesi guru
dimana dia terdaftar sebagai anggota.
6. Memiliki Kartu Anggota organisasi atau asosiasi profesi dimana dia terdaftar
sebagai anggota.
7. Mematuhi peraturan dan disiplin organisasi atau asosiasi profesi dimana dia
terdaftar sebagai anggota.
8. Melaksanakan program, tugas, serta misi organisasi atau asosiasi profesi dimana
dia terdaftar sebagai anggota.
9. Guru yang belum menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi guru harus
memilih organisasi atau asosiasi profesi guru yang pembentukannya sesuai
dengan peraturan perundangundangan.

6.4. Esensi Kode Etik dan Etika Profesi


Guru Indonesia harus menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi
yang terhormat, terlindungi, bermartabat, dan mulia. Karena itu, ketika bekerja mereka
harus menjunjung tinggi etika profesi. Mereka mengabdikan diri dan berbakti untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan
beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Mereka memiliki kehandalan yang tinggi sebagai
sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Penyandang profesu guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam
melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Untuk itu, pihak-pihak
yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya,
agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara
maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya
bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI) sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa. KEGI yang
tercermin dalam tindakan nyata itulah yang disebut etika profesi atau menjalankan
profesi secara beretika. Di Indonesia, guru dan organisasi profesi guru
bertanggungjawab atas pelaksanaan KEGI. Kode Etik harus mengintegral pada
perilaku guru. Disamping itu, guru dan organisasi guru berkewajiban
mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar,
baik sengaja maupun tidak.
Dengan demikian, sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode
Etik. Kode Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau
asosiasi profesi guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi
penyandang profesi guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
disebutkan bahwa Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat
independen. Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi,
kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sejalan dengan itu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi.
Pembentukan organisasi atau asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan
dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi
profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika
yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.

6.5. Rumusan Kode Etik Guru Indonesia


Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia harus menyadari
sepenuhnya, bahwa Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau
nama lain sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru,
merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk
nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari
bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi,
bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami,
menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat.
Ketaatasasan guru pada Kode Etik akan mendorong mereka berperilaku sesuai
dengan normanorma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang
oleh etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi atau asosiasi profesinya selama
menjalankan tugas-tugas profesional dan kehidupan sebagai warga negara dan
anggota masyarakat. Dengan demikian, aktualisasi diri guru dalam melaksanakan
proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, bermartabat, dan beretika
akan terwujud. Dampak ikutannya adalah, proses pendidikan dan pembelajaran
yang memenuhi kriteria edukatif berjalan secara efektif dan efisien di
Sekolah/Madrasah.
Kode Etik Guru dibuat oleh organisasi atau asosiasi profesi guru. Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI), misalnya, telah membuat Kode Etik Guru yang
disebut dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). KEGI ini merupakan hasil
Konferensi Pusat PGRI Nomor V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 Maret 2006 di
Jakarta yang disahkan pada Kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008
tanggal 3 Juli 2008 di Palembang. KEGI ini dapat menjadi Kode Etik tunggal bagi
setiap orang yang menyandang profesi guru di Indonesia atau menjadi referensi bagi
organisasi atau asosiasi profesi guru selain PGRI untuk merumuskan Kode Etik bagi
anggotanya.
KEGI versi PGRI seperti disebutkan di atas telah diterbitkan Departemen
Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) bersama
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) tahun 2008. Dalam
kata pengantar penerbitan publikasi KEGI dari pihak kementerian disebutkan bahwa
semua guru di Indonesia dapat memahami, menginternalisasi, dan menunjukkan
perilaku keseharian sesuai dengan norma dan etika yang tertuang dalam KEGI ini.
Berikut ini disajikan substansi esensial dari KEGI yang ditetapkan oleh PGRI
sebagaimana dimaksud. Sangat mungkin beberapa organisasi atau asosiasi profesi
guru selain PGRI telah memuat rumusan Kode Etik Guru yang sudah disepakati.
Kalau memang demikian, itu pun selayaknya menjadi acuan guru dalam menjalankan
tugas keprofesian.
1. Hubungan Guru dengan Peserta Didik
a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi
proses dan hasil pembelajaran.
b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan
hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga Sekolah/Madrasah, dan
anggota masyarakat.
c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus harus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana

Sekolah/Madrasah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif


dan efisien bagi peserta didik.
f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu
peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk
kemampuannya untuk berkarya.
i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan
martabat peserta didiknya.
j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.
k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan
hak-hak peserta didiknya.
l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian
bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari
kondisikondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan
kesehatan, dan keamanan.
n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan
kemanusiaan.
o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada
peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral,
dan agama.
p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
2. Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Siswa
a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan
orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya
berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak
akan pendidikan.
g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
3. Hubungan Guru dengan Masyarakat
a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien
dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.
b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan

martabat profesinya.
Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat
berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta
didiknya.
f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.
g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
bermasyarakat.
e.

4. Hubungan Guru dengan Sekolah/Madrasah dan Rekan Sejawat


a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
Sekolah/Madrasah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan
proses pendidikan.
c. Guru menciptakan suasana Sekolah/Madrasah yang kondusif.
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar Sekolah/Madrasah.
e. Guru menghormati rekan sejawat.
f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan
dengan standar dan kearifan profesional.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh
secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapatpendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan
keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional
pendidikan dan pembelajaran.
l. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidahkaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
m. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan dengan
kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
o. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar
pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbanganpertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
5. Hubungan Guru dengan Profesi
a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan
bidang studi yang diajarkan.
c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e.
f.
g.
h.

Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif


individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugastugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.

6. Hubungan Guru dengan Organisasi Profesi


a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif
dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan
manfaat bagi kepentingan kependidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.
d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Hubungan Guru dengan Pemerintah
a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan
bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya.
b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau
satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada
kerugian negara.
F. Pelanggaran dan Sanksi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Kode Etik Guru merupakan pedoman
sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat,
mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Kode Etik Guru, karenanya,
berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan
tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik,
orangtua/wali siswa, Sekolah/Madrasah dan rekan seprofesi, organisasi atau
asosiasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan,
sosial, etika, dan kemanusiaan. Untuk tujuan itu, Kode Eik Guru dikembangkan atas

dasar nilai-nilai dasar sebagai sumber utamanya, yaitu: (1) agama dan Pancasila; (2)
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (3) nilai jatidiri,
harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah.
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan
bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi profesi guru membentuk
Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesian.
Setiap pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakana
KEGI dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.
Guru yang melanggar KEGI dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku pada organisasi profesi atau menurut aturan negara.
Tentu saja, guru tidak secara serta-merta dapai disanksi karena tudingan
melanggar Kode Etik profesinya. Pemberian sanksi itu berdasarkan atas rekomendasi
objektif. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap KEGI merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI).
Pemberian sanksi oleh DKGI sebagaimana harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundangundangan.
Rekomendasi DKGI wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. Tentu
saja, istilah wajib ini normatif sifatnya. Sanksi dimaksud merupakan upaya
pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat
dan martabat profesi guru. Selain itu, siapapun yang mengetahui telah terjadi
pelanggaran KEGI wajib melapor kepada DKGI, organisasi profesi guru, atau pejabat
yang berwenang. Tentu saja, setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri
dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum menurut
jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan DKGI.
Latihan dan Renungan
1. Apa esensi etika profesi guru?
2. Sebutkan karakteristik utama profesi guru!
3. Mengapa guru harus memiliki komitmen terhadap Kode Etik?
4. Mengapa UU No. 14 Tahun 2005 mewajibkan guru menjadi anggota organisasi
profesi?
5. Apa implikasi kewajiban menjadi anggota organisasi profesi bagi guru?
6. Apa peran DKGI dalam kerangka penegakan Kode Etik Guru?

6.Rangkuman
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Aktualitas fungsi pendidikan memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Guru memegang peranan yang sangat strategis dalam kerangka menjalankan fungsi
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana disebutkan di atas. Peserta didik
sekarang merupakan manusia masa depan yang diharapkan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, terampil, berwatak dan berkarakter kebangsaan, serta menjadi insan agamais.
Peran guru nyaris tidak bisa digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang
multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas
guru masih sangat minim. Kalau pun teknologi pembelajaran tersedia mencukupi, peran guru
yang sesungguhnya tidak akan tergantikan. Sejarah pendidikan di Indonesia telah
mencatatkan bahwa profesi guru sebagai profesi yang disadari pentingnya dan diakui
peran strategisnya bagi pembangunan masa depan bangsa.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru harus sejalan dengan kegiatan sejenis bagi
tenaga kependidikan pada umumnya. Dilihat dari sisi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, profesi guru sesungguhnya termasuk dalam spektrum profesi
kependidikan itu sendiri. Frasa tenaga kependidikan ini sangat dikenal baik secara akademik
maupun regulasi.
Dari persepektif ketenagaan, frasa ini mencakup dua ranah, yaitu pendidik dan
tenaga kependidkan. Pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) merupakan dua jenis profesi
atau pekerjaan yang saling mengisi. Pendidik, dalam hal ini guru, dengan derajat
profesionalitas tingkat tinggi sekali pun nyaris tidak berdaya dalam bekerja, tanpa dukungan
tenaga kependidikan. Sebaliknya, tenaga kependidikan yang profesional sekali pun tidak bisa
berbuat banyak, tanpa dukungan pendidik atau guru yang profesional sebagai aktor langsung di
dalam dan di luar kelas, termasuk di laboratoium Sekolah/Madrasah.
Karenanya, ketika berbicara mengenai profesi kependidikan, semua orang akan
melirik pada esensi dan eksistensi PTK itu sendiri. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, di mana di dalamnya termasuk
pendidik. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan. Dengan lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, guru yang tadinya masuk ke dalam rumpun pendidik, kini telah memiliki definisi
tersendiri.
Secara lebih luas tenaga kependidikan yang dimaksudkan di sini adalah
sebagaimana termaktub UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yaitu: (1) tenaga
kependidikan terdiri atas tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,
peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar, dan
penguji; (2) tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih; dan (3) pengelola
satuan pendidikan terdiri atas kepala Sekolah/Madrasah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan
satuan pendidikan luar Sekolah/Madrasah. Termasuk dalam jenis tenaga kependidikan adalah
pengelola sistem pendidikan, seperti kepala kantor dinas pendidikan di tingkat provinsi atau
kabupaten/kota. Jika mau diperluas, tenaga kependidikan sesungguhnya termasuk tenaga
administratif bidang pendidikan, dimana mereka berfungsi sebagai subjek yang menjalankan
fungsi mendukung pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian, secara umum tenaga kependidikan itu dapat dibedakan menjadi
empat kategori yaitu: (1) tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar, dan
pelatih; (2) tenaga fungsional kependidikan, terdiri atas penilik, pengawas, peneliti dan
pengembang di bidang kependidikan, dan pustakawan; (3) tenaga teknis kependidikan,
terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar; (4) tenaga pengelola satuan pendidikan, terdiri
atas kepala Sekolah/Madrasah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar
Sekolah/Madrasah; dan (5) tenaga lain yang mengurusi masalahmasalah manajerial atau
administratif kependidikan.
Dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan guru, telah muncul
beberapa harapan ke depan. Pertama, perhitungan guru melalui Sensus Data Guru
sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan guru dan sebagai bahan pertimbangan
kebijakan proyeksi pemenuhan guru di masa mendatang. Hasil perhitungan dan rencana
pemenuhan guru per kabupaten/kota perlu diterbitkan secara berkala dalam bentuk buku
yang dipublikasikan minimal setiap tiga tahun. Kedua, memperhitungkan keseimbangan
antara penyediaan dan kebutuhan (supply and demand) atau keseimbangan antara kebutuhan
guru dan produksi guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan guru dan rasio
guru:murid dapat di pertahankan secara efektif dan optimal. Pada kondisi riil di
Sekolah/Madrasah sebenarnya terjadi kelebihan guru sehingga guru-guru honor yang ada di
Sekolah/Madrasah merasa teraniaya/ termarjinalisasi/tak terurus. Ketiga, merealisasikan
pemerataan guru yang efektif dan efisien di semua satuan pendidikan di kecamatan,
kabupaten/kota, dan provinsi. Apalagi jika Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri tentang
Pemindahan Guru PNS yang masih dalam proses penyelesaian telah terbit, maka
berangsur-angsur akan terjadi pemerataan guru. Guru yang berlebih di satu kabupaten/kota
dipindahkan ke kabupaten/kota lainnya yang kekurangan. Keempat, menghitung dengan tepat
dan cermat kebutuhan fiskal negara terkait dengan agenda kesejahteraan guru yaitu
pemberian tunjangan profesi guru, tunjangnan khusus, maslahat tambahan, dan lain-lain.
Kelima, pengembangan karier guru pascasertifikasi. Berdasarkan Permenneg PAN dan RB
Nomor 16 Tahun 2009, ada empat aktivitas pengembangan karir guru pascasertifikasi guru,
yaitu: penilaian kinerja guru, peningkatan guru berkinerja rendah, pengembangan
keprofesian guru berkelanjutan, dan pengembangan karier guru.
Pada sisi lain, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas
sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian
kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir,
pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang
relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyusun masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Beranjak
dari isu-isu di atas, beberapa hal berikut ini memerlukan perhatian dan priotitas utama.
1. Menindaklanjuti masterplan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

2. Melaksanakan kesepakatan implementasi sistem manajemen guru secara komprehensif


berkaitan dengan:
a. Melakukan koordinasi dalam penyediaan guru dengan mempertimbangkan kebutuhan
satuan pendidikan.
b. Merekrut guru berdasarkan asesmen kebutuhan dan standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
c. Mengangkat dan menempatkan guru berdasarkan kualifikasi akademik dan bidang
keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan.
d. Menata dan mend istribusikan guru antarsatuan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
sebagai bagian dari kebijakan penataan guru secara nasional melalui aspek pendanaan
bidang pendidikan.
e. Memfasilitasi sertifikasi guru dengan menerapkan asas obyektifitas, transparan dan
akuntabel.
f. Memfasilitasi peningkatan kualifikasi akademik guru dengan menerapkan asas
obyektifitas, transparan dan akuntabel
g. Menerapkan sistem penilaian kinerja guru secara berkelanjutan sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
h. Memberikan penghargaan bagi guru sesuai dengan prestasi dan dedikasinya dan
memberikan perlindungan hukum, profesi, ketenagakerjaan, dan hak atas kekayaan
intektual.
i. Meningkatkan kesejahteraan guru sesuai dengan kemampuan daerah.
j. Memfasilitasi pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir guru.
3. Menindaklanjuti regulasi mengenai guru kedalam peraturan daerah/peraturan
gubernur/peraturan bupati/peraturan walikota/kepala kkantor wilayah kementerian agama
provinsi
Manajemen guru masa depan menuntut pertimbangan dan perumusan kebijakan
yang sistemik dan sistematik. Manajemen guru sebagaimana dimaksud terutama berkaitan
dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi,
peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan,
kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, serta pengelolaan
guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan.
Dalam kaitannya dengan substansi manajemen guru sebagaimana dijelaskan di
muka, beberapa hal perlu diberi catatan khusus. Perlu ditetapkan standar mahasiswa calon guru.
Standar dimaksud berupa kemampuan intelektual, kepribadian, minat, bakat, ciri-ciri fisik, dan
sebagainya. Penentuan standar ini ditetapkan oleh institusi penyedia calon guru dan/atau
difilter melalui seleksi calon peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dengan demikian, ke
depan hanya seseorang dengan karakteristik tertentulah yang akan direkruit sebagai calon guru.
Perencanaan kebutuhan guru harus dilakukan secara cermat dan komprehensif, sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan, bidang keahlian, dan sebaran Sekolah/Madrasah. Dalam
kaitannya dengan rekruitmen calon guru, sudah seharusnya menjadi kebijakan nasional yang
tersentralisasi. Demikian juga pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karirnya. Atas
dasar itu, kiranya diperlukan regulasi baru atau merevitalisasi manajemen guru yang mampu
mensinergikan lembaga penyedia, pengguna, dan pemberdayaannya.
Pada tataran menjalankan tugas keprofesian keseharian, guru Indonesia
bertanggungjawab mengantarkan peserta didiknya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon
pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Dalam melaksanakan tugas profesinya itu,
guru Indonesia mestinya menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan KEGI sebagai
pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.
Untuk menegakkan Kode Etik itu, organisasi profesi guru membentuk Dewan kehormatan
yang keanggotaan serta mekanisme kerjanya diatur dalam anggaran dasar organisasi profesi guru.
Dewan Kehormatan Guru (DKG) dimaksud dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode etik
guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.

Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

Daftar Pustaka
Dian Mahsunah, dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag
tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011
Produk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan Keprofesian
Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung, 2010
-------, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media
Perhalindo, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982

MODUL 2:
KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DAN IMPLEMENTASINYA

A. Peta Konsep

KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN


AKIDAH AKHLAK

Konsep dasar
dan elemen
perubahan
Kurikulum
2013

LandasanLandasan
Kurikulum
2013

Prinsip-Prinsip
Pengembangan
Kurikulum 2013

Acuan
Operasional
Kurikulum
2013

Struktur SKL,
KI dan KD
Akidah Akhlak

B. Tujuan Pelatihan

Peserta dapat:
1.

Menjelaskan konsep dasar dan elemen perubahan Kurikulum 2013

2.

Menjelaskan Landasan-Landasan Kurikulum 2013

3.

Menjelaskan Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikurulum 2013

4.

Menjelaskan Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2013

5.

Menjelaskan Struktur, SKL, KI dan KD Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI, MTs dan MA

6.

Menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD mata pelajaran Akidah Akhlak

C. Skenario Pelatihan

1.

Pengantar, fasilitator menyampaikan pengantar tentang latarbelakang diimplementasikannya Kurikulum 2013


(15 menit ).

2.

Diskusi kelompok dan presentasi, fasilitator membagi peserta ke dalam 6 kelompok. Peserta diminta untuk
mendiskusikan tentang konsep dan elemen perubahan kurikulum 2013, Landasan, Prinsip- prinsip
Pengembangan Kurikulum, Struktur Kurikulum, SKL, KI dan KD mata pelajaran Akidah Akhlak. Dengan
presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan persepsi. (85 menit).

3.

Masing-masing peserta diminta menganalisis keterkaitan SKL, KI dan KD mata pelajaran Akidah Akhlak dan
mengembangkan indikatornya sesuai dengan bahan yang akan digunakan untuk ujian praktek (90 menit).

4.

Refleksi, fasilitator memberikan refleksi dari hasil diskusi dan analisis peserta tentang SKL, KI dan KD mata
pelajaran Akidah Akhlak (30 menit).

5.

Penutup, fasilitator menutup sesi ini dengan menegaskan bahwa guru harus memahami urgensi perubahan
kurikulum sesuai dengan tuntutan zaman (10 menit).

D. Uraian Materi

1. Pendahuluan
a. Kerangka Umum
Kerangka dasar kurikulum Madrasah merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis dan yuridis
yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum. Sedang struktur kurikulum Madrasah merupakan
pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar dan kompetensi dasar pada setiap Madrasah.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam segala urusan
yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, madrasah adalah salah satu bagian penting dari sistem pendidikan di
Indonesia. Lebih khusus lagi porsi bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang cukup besar, dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia.
b. Latar Belakang Pengembangan
1). Pengertian Kurikulum
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
2). Rasional Pengembangan
a). Tantangan Pengembangan
Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan bagi umat Islam, agar dapat memahami secara benar ajaran
Islam sebagai agama yang sempurna (kaamil), kesempurnaan ajaran Islam yang dipelajari secara integral (kaaffah)
diharapkan dapat meningkatkan kualitas umat Islam dalam keseluruhan aspek kehidupanya. Agar ajaran Islam
dapat dipelajari secara efektif dan efisien, maka perlu dikembangkan kurikulum pendidikan agama Islam sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian pula dengan mata pelajaran Bahasa Arab yang sangat
diperlukan sebagai alat untuk mempelajari dan mendalami sumber-sumber primer dari Pendidikan Agama Islam
yang menggunakan Bahasa Arab terutama Al-Quran dan Hadis.
Selain adanya ketentuan legal-formal yang mengharuskan adanya perubahan dan penyempurnaan kurikulum,

masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia mengalami perubahan yang sangat cepat dan dalam dimensi
yang beragam terkait dengan kehidupan individual,

masyarakat, bangsa dan umat manusia. Fenomena globalisasi

yang membuka batas-batas fisik (teritorial) negara dan bangsa dipertajam dan dipercepat oleh kemajuan teknologi,
terutama teknologi informasi dan komunikasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan memperkuat dampak globalisasi dan kemajuan teknologi tersebut. Perubahan
yang terjadi dalam dua dasawarsa terakhir mengalahkan kecepatan dan dimensi perubahan yang terjadi dalam
kehidupan manusia di abad-abad sebelumnya. Perubahan tersebut telah menjangkau kehidupan manusia dari
tingkat global, nasional, dan regional serta dari kehidupan sebagai umat manusia, warga negara, anggota
masyarakat dan pribadi.
Perubahan dan penyempurnaan tersebut menjadi penting seiring dengan kontinuitas segala kemungkinan
yang terjadi berkaitan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya pada
tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan.
Rekonseptualisasi ide kurikulum merupakan penataan ulang pemikiran teoritik kurikulum berbasis
kompetensi. Teori mengenai kompetensi dan kurikulum berbasis kompetensi diarahkan kepada pikiran pokok
bahwa konten kurikulum adalah kompetensi, dan kompetensi diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu
(ability to perform) berdasarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal tersebut terumuskan dalam Kompetensi
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Ketetapan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Agama memperlihatkan arah yang jelas
bahwa kurikulum baru yang dikembangkan perlu mempedulikan aspek-aspek potensi manusia yang terkait dengan
domain sikap untuk pengembangan soft-skills yang seimbang dengan hard-skills, seiring dengan ruh Pendidikan
Agama Islam itu sendiri.
Desain pengembangan kurikulum baru harus didasarkan pada pengertian bahwa kurikulum adalah suatu pola
pendidikan yang utuh untuk jenjang pendidikan tertentu. Desain ini menempatkan mata pelajaran sebagai organisasi
konten kurikulum yang terbuka dan saling mempengaruhi. Desain kurikulum yang akan digunakan untuk
mengembangkan kurikulum baru harus mampu mengaitkan antar konten kurikulum baik yang bersifat horizontal
maupun vertikal.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan
internal maupun tantangan eksternal. Di samping itu, dalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, perlu
adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi.
Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban
belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
b). Penyempurnaan Pola Pikir
Untuk memenuhi pengembangan kerangka berpikir yang sesuai dengan kebutuhan, maka kurikulum 2013
dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik
harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif gurupeserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari
siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin
diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);


6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidisciplines); dan

9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.


c). Penguatan Tata Kelola
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan
Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013
dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman madrasah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala madrasah sebagai
pimpinan kependidikan (educational leader); dan

3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
d). Karakteristik Kurikulum
Kurikulum 2013 ini dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) madrasah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana
peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar;

3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di
madrasah dan masyarakat;

4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar
mata pelajaran;

6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi dasar, di mana
semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan
memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
2.

Landasan Kurikulum 2013.


a.

Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai
kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar,
hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah dikembangkan
dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk
pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum
2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1)

Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa
mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa
Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar
bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa
depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan
pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan
kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar
yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi
kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan
mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan
bangsa masa kini.

2)

Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi anak
bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi
kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari
dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat
kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik.

3)

Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui
pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata
pelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
intelektual dan kecemerlangan akademik.

4)

Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan
berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism).
b.

Landasan Teoritis Kurikulum

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education),
dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses
yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di madrasah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman
belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan
awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
c.

Landasan Yuridis

Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:


1)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

3)

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);

4)

Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 142);

5)

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;

6)

Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Kementerian Agama;

7)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;

8)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah;

9)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah;

10)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

11)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

12)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;

13)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

14)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
Sekolah /Madrasah
3.

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


a.

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta
didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

b.

Beragam dan terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan nasional sesuai tujuan pendidikan, keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak

diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib dan muatan lokal.
c.

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni


Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang
secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

d.

Relevan dengan kebutuhan kehidupan


Pengembangan kurikulum satuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu
memperhatikan keseimbangan antara hard skills dan soft skills pada setiap kelas antarmatapelajaran, dan
memperhatikan kesinambungan hard skills dan soft skills antarkelas.

e.

Menyeluruh dan berkesinambungan


Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan),
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar
semua jenjang pendidikan.

f.

Belajar sepanjang hayat


Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan kemampuan peserta
didik untuk belajar sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

g.

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi
dan memberdayakan sejalan dengan

Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Kepentingan nasional diwujudkan melalui kurikulum tingkat nasional, sedangkan
kepentingan daerah diwujudkan melalui kurikulum tingkat daerah.
4.

Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


a.

Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia


Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara
utuh. Kurikulum disusun yang memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan
takwa serta akhlak mulia.

b.

Kebutuhan kompetensi masa depan


Kemampuan-kemampuan yang perlu dikuasai generasi yang hidup di masa depan tidak lagi menitikberatkan
pada penguasaan materi dan berpikir rutin, karena kedua kemampuan itu telah dilakukan oleh komputer.
Kemampuan kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kreatif, berpikir jernih dan kritis

dengan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggungjawab,
toleran, hidup dalam masyarakat yang mengglobal, serta memiliki minat luas dalam kehidupan, kesiapan untuk
bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan rasa tanggungjawab terhadap lingkungan. Kurikulum
harus mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu mengembangkan kemampuan-kemampuan ini dalam
proses pembelajaran.
c.

Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta
didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang
memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Sejalan dengan itu,
kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

d.

Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan


Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan. Masing-masing
daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan
kebutuhan pengembangan daerah.

e.

Tuntutan pembangunan daerah dan nasional


Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan
bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan daerah dan nasional.

f.

Tuntutan dunia kerja


Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup
untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan
kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

g.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS)


Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana
IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan.
Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

h.

Agama
Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, taqwa, serta akhlak mulia dan tetap
memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama.

Oleh karena itu, muatan kurikulum semua mata

pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, taqwa, dan akhlak mulia.


i.

Dinamika perkembangan global

Kurikulum menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia
digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan individu yang mandiri
dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
j.

Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan


Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi
landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuhkankembangkan wawasan dan sikap
kebangsaan serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

k.

Kondisi sosial budaya masyarakat setempat


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan
menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan
terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

l.

Kesetaraan jender
Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memperhatikan
kesetaraan jender.

m. Karakteristik satuan pendidikan


Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.

5. Struktur Kurikulum
1. Kompetensi Inti Kurikulum
Sejalan dengan filosofi progresivisme dalam pendidikan, Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang
harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang Madrasah Aliyah. Kompetensi Inti (KI)
meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui
Kompetensi Inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar (KD) pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi, Kompetensi Inti juga memiliki
multidimensi. Untuk kemudahan operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua.
Pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang beriman dan
bertakwa. Kedua, sikap sosial yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang
berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi
dasar dari sejumlah mata pelajaran yang relevan. Dalam hal ini mata pelajaran diposisikan sebagai sumber
kompetensi. Apapun yang diajarkan pada mata pelajaran tertentu pada suatu jenjang kelas tertentu hasil akhirnya
adalah Kompetensi Inti yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang kelas tersebut. Tiap mata pelajaran harus
tunduk pada Kompetensi Inti yang telah dirumuskan. Karena itu, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari
pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan Kompetensi Inti.

Kompetensi Inti akan menagih kepada tiap mata pelajaran apa yang dapat dikontribusikannya dalam
membentuk kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Ibaratnya, Kompetensi Inti adalah pengikat
berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai
integrator horizontal antar mata pelajaran. Dalam konteks ini, kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran
karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi Inti menyatakan kebutuhan kompetensi peserta didik,
sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi. Dengan demikian, kompetensi inti berfungsi sebagai unsur
pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan
pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar.
Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan kompetensi dasar satu kelas dengan kelas di
atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antar kompetensi
yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara kompetensi dasar satu mata pelajaran
dengan kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling memperkuat.
Rumusan Kompetensi Inti dalam buku ini menggunakan notasi: 1) KI-1 untuk Kompetensi Inti sikap spiritual,
2) KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap sosial, 3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan (pemahaman konsep), 4) KI4 untuk kompetensi inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu pada urutan yang disebutkan dalam Undangundang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa kompetensi terdiri dari
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan untuk jenjang satuan pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) dipergunakan untuk
merumuskan kompetensi dasar (KD) yang diperlukan untuk mencapainya. Mengingat standar kompetensi lulusan
harus dicapai pada akhir jenjang. Sebagai usaha untuk memudahkan operasional perumusan kompetensi dasar,
diperlukan tujuan antara yang menyatakan capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas pada setiap jenjang
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA). Capaian kompetensi pada
tiap akhir jenjang kelas dari Kelas I sampai VI, Kelas VII sampai dengan IX, Kelas X sampai dengan Kelas XII disebut
dengan Kompetensi Inti.
a. Tabel Kompetensi Inti Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Kelas I, II, III
KOMPETENSI INTI KELAS I

1. Menerima dan menjalankan


ajaran agama yang
dianutnya.

2. Memiliki perilaku jujur,

disiplin, tanggung jawab,


santun, peduli, dan percaya
diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,

KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI
KELAS II
KELAS III
1.
Menerima dan menjalankan 1. Menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianutnya.
ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, 2.
Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab,
disiplin, tanggung jawab, santun,
santun, peduli, dan percaya diri
peduli, dan percaya diri dalam
dalam berinteraksi dengan
berinteraksi dengan keluarga,
keluarga, teman, dan guru.
teman, guru dan tetangganya.

dan guru.

3. Memahami

pengetahuan
faktual
dengan
cara
mengamati
[mendengar,
melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan bendabenda yang dijumpainya di
rumah dan di sekolah.

3.Memahami
pengetahuan
faktual dengan cara mengamati
[mendengar,
melihat,
membaca]
dan
menanya
berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya
di rumah dan di sekolah.

3. Memahami pengetahuan faktual


dengan
cara
mengamati
[mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah.

pengetahuan 4. Menyajikan pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual


dalam bahasa yang jelas dan
dalam bahasa yang jelas,
faktual dalam bahasa yang
logis, dalam karya yang estetis,
sistematis dan logis, dalam karya
jelas dan logis, dalam karya
dalam
gerakan
yang
yang estetis, dalam gerakan yang
yang estetis, dalam gerakan
mencerminkan anak sehat, dan
mencerminkan anak sehat, dan
yang mencerminkan anak
dalam
tindakan
yang
dalam
tindakan
yang
sehat, dan dalam tindakan
mencerminkan
perilaku
anak
mencerminkan
perilaku
anak
yang mencerminkan perilaku
beriman dan berakhlak mulia.
beriman dan berakhlak mulia.
anak beriman dan berakhlak
mulia.

4. Menyajikan

Kelas IV,V,VI
KOMPETENSI INTI
KELAS IV

KOMPETENSI INTI
KELAS V

KOMPETENSI INTI
KELAS VI

1.

Menerima, menjalankan, dan 1. Menerima, menjalankan, dan 1. Menerima, menjalankan, dan


menghargai ajaran agama yang
menghargai ajaran agama yang
menghargai ajaran agama
dianutnya.
dianutnya
yang dianutnya

2.

perilaku
jujur,
Menunjukkan perilaku jujur, 2. Menunjukkan perilaku jujur, 2. Menunjukkan
disiplin, tanggung jawab, santun,
disiplin, tanggung jawab, santun,
disiplin, tanggung jawab,
peduli, dan percaya diri dalam
peduli, dan percaya diri dalam
santun, peduli, dan percaya
berinteraksi dengan keluarga,
berinteraksi dengan keluarga,
diri
dalam
berinteraksi
teman, guru, dan tetangganya
teman, guru, dan tetangganya
dengan keluarga, teman,
serta cinta tanah air.
serta cinta tanah air.
guru, dan tetangganya.

3.

Memahami
pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual 3. Memahami pengetahuan faktual
dan konseptual dengan cara
dan konseptual dengan cara
faktual
dengan
cara
mengamati
dan
mencoba
mengamati
dan
menanya
mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu
berdasarkan rasa ingin tahu
berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan
tentang dirinya, makhluk ciptaan
tentang dirinya, makhluk
Tuhan dan kegiatannya, dan
Tuhan dan kegiatannya, dan
ciptaan
Tuhan
dan
benda-benda yang dijumpainya
benda-benda yang dijumpainya di
kegiatannya, dan bendadi rumah, di sekolah dan tempat
rumah, di sekolah dan tempat
benda yang dijumpainya di
bermain.
bermain.
rumah, di sekolah dan
tempat bermain.

4.

Menyajikan
pengetahuan 4. Menyajikan pengetahuan faktual 4. Menyajikan pengetahuan faktual
dan konseptual dalam bahasa
dan konseptual dalam bahasa
faktual dalam bahasa yang
yang jelas, sistematis, logis dan
yang jelas, sistematis, logis dan
jelas, sistematis dan logis,
kritis dalam karya yang estetis,
kritis,dalam karya yang estetis,
dalam karya yang estetis,
dalam
gerakan
yang
dalam
gerakan
yang
dalam
gerakan
yang
mencerminkan anak sehat, dan
mencerminkan anak sehat, dan
mencerminkan anak sehat,

KOMPETENSI INTI
KELAS IV
dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI INTI
KELAS V
dalam
tindakan
yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI INTI
KELAS VI
dalam
tindakan
yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia.

b. Tabel Kompetensi Inti Madrasah Tsanawiyah (MTs)


KOMPETENSI INTI
KELAS VII

KOMPETENSI INTI
KELAS VIII

KOMPETENSI INTI
KELAS IX

1. Menghargai dan menghayati ajaran 1. Menghargai dan menghayati 1. Menghargai


dan
agama yang dianutnya
ajaran agama yang dianutnya
menghayati ajaran agama
yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku 2. Menghargai dan menghayati 2. Menghargai
dan
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
perilaku
jujur,
disiplin,
menghayati perilaku jujur,
(toleransi, gotong royong), santun,
tanggungjawab, peduli (toleransi,
disiplin,
tanggungjawab,
percaya diri, dalam berinteraksi
gotong royong), santun, percaya
peduli (toleransi, gotong
secara efektif dengan lingkungan
diri, dalam berinteraksi secara
royong), santun, percaya
sosial dan alam dalam jangkauan
efektif dengan lingkungan sosial
diri, dalam berinteraksi
pergaulan dan keberadaannya
dan alam dalam jangkauan
secara efektif dengan
pergaulan dan keberadaannya
lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan
dan keberadaannya
3.

Memahami pengetahuan (faktual, 3. Memahami dan menerapkan 3. Memahami


dan
konseptual,
dan
prosedural)
pengetahuan (faktual, konseptual,
menerapkan pengetahuan
berdasarkan rasa ingin tahunya
dan prosedural) berdasarkan rasa
(faktual, konseptual, dan
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
ingin tahunya tentang ilmu
prosedural)
berdasarkan
seni, budaya terkait fenomena dan
pengetahuan, teknologi, seni,
rasa ingin tahunya tentang
kejadian tampak mata
budaya terkait fenomena dan
ilmu
pengetahuan,
kejadian tampak mata
teknologi, seni, budaya
terkait
fenomena
dan
kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji 4. Mengolah, menyaji dan menalar 4. Mengolah, menyaji dan
dalam
ranah
konkret
dalam ranah konkret (menggunakan,
menalar
dalam
ranah
(menggunakan,
mengurai,
mengurai, merangkai, memodifikasi,
konkret
(menggunakan,
merangkai, memodifikasi, dan
dan membuat) dan ranah abstrak
mengurai,
merangkai,
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
memodifikasi,
dan
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar,
dan
mengarang)
membuat)
dan
ranah
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
abstrak
(menulis,
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
membaca,
menghitung,
sekolah dan sumber lain yang
dalam sudut pandang/teori.
menggambar,
dan
sama dalam sudut pandang/teori.
mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.

c. Tabel Kompetensi Inti Madrasah Aliyah (MA)


KOMPETENSI INTI
KELAS X

KOMPETENSI INTI
KELAS XI

KOMPETENSI INTI
KELAS XII

1.
2.

3.

4.

KOMPETENSI INTI
KELAS X
Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
Menghayati dan mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari
solusi
atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam
serta
dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah
Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

1.
2.

3.

4.

KOMPETENSI INTI
KELAS XI
Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
Menghayati dan mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari
solusi
atas
berbagai
permasalahan
dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam
serta
dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan
bangsa
dalam
pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan, dan
menganalisis
pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak
terkait
dengan
pengembangan
dari
yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

KOMPETENSI INTI
KELAS XII
1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku
jujur,
disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam
berinteraksi
secara
efektif
dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3.

Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural,
dan
metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang
ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan
mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan
pengembangan
dari
yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara
efektif dan kreatif, mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.

a. Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (MI)


ALOKASI WAKTU
BELAJAR PER-MINGGU

MATA PELAJARAN
I
Kelompok A
1.

Pendidikan Agama Islam

II

III

IV

VI

a.

Al-Quran Hadis

b.

Akidah Akhlak

c.

Fikih

d.

Sejarah Kebudayaan Islam

2.

Pendidikan Pancasila dan Kewarga negaraan

3.

Bahasa Indonesia

10

4.

Bahasa Arab

5.

Matematika

6.

Ilmu Pengetahuan Alam

7.

Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelompok B
1.

Seni Budaya dan Prakarya

2.

Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

34

36

40

43

43

43

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu

b.

Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs)


Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Madrasah
Tsanawiyah sebagaimana tabel berikut.

Tabel : Mata Pelajaran Madrasah Tsanawiyah


MATA PELAJARAN
Kelompok A
1.
Pendidikan Agama Islam
a. AlQur'an Hadis
b. Akidah Akhlak
c. Fiqih
d. Sejarah Kebudayaan Islam
2.
Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Matematika
6.
Ilmu Pengetahuan Alam
7.
Ilmu Pengetahuan Sosial
8.
Bahasa Inggris
Kelompok B
1.
Seni Budaya
2.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3.
Prakarya

ALOKASI WAKTU BELAJAR


PER MINGGU
VII
VIII
IX

2
2
2
2
3
6
3
5
5
4
4

2
2
2
2
3
6
3
5
5
4
4

2
2
2
2
3
6
3
5
5
4
4

3
3
2

3
3
2

3
3
2

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu


c.

46

46

46

Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah (MA)

Beban belajar dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu selama satu semester. Beban belajar di Madrasah
Aliyah untuk kelas X, XI, dan XII sekurang-kurangnya masing-masing 51 jam per minggu. Durasi satu jam pelajaran
untuk Madrasah Aliyah adalah 45 menit.
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, serta Peminatan Ilmu Bahasa
dan Budaya. satu semester terdiri atas 18 minggu, beban belajar ini terdiri atas Kelompok Mata Pelajaran Wajib A
dan B dengan durasi 33 jam pelajaran untuk kelas X dan 31 untuk kelas XI dan XII. Kelompok Mata Pelajaran
Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII. Sedangkan
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman 6 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam pelajaran untuk kelas XI dan XII.
Angka-angka di atas adalah beban minimal, sehingga melalui pendekatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
pengelola dengan persetujuan komite dan orangtua peserta didik

dapat menambah jam pelajaran sesuai

kebutuhan.
Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Agama satu semester terdiri atas 18 minggu, beban belajar ini terdiri atas
Kelompok Mata Pelajaran Wajib A dan B dengan durasi 33 jam pelajaran untuk kelas X dan 31 untuk kelas XI dan
XII. Kelompok Mata Pelajaran Peminatan dengan durasi 12 jam pelajaran untuk kelas X dan 16 jam pelajaran untuk
kelas XI dan XII. Sedangkan Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman 6 jam pelajaran untuk kelas X dan 4 jam
pelajaran untuk kelas XI dan XII. Angka-angka di atas adalah beban minimal, sehingga melalui pendekatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengelola dengan persetujuan komite dan orangtua peserta didik dapat
menambah jam pelajaran sesuai kebutuhan.
Penambahan jam ini sejalan dengan perubahan proses pembelajaran peserta didik aktif, yaitu proses
pembelajaran yang mengedepankan pentingnya peserta didik mencari tahu melalui proses mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Proses pembelajaran semacam ini menghendaki kesabaran guru
dalam mengarahkan peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa
yang sudah mereka pelajari di lingkungan madrasah dan masyarakat sekitarnya.
Tambahan jam pelajaran ini juga diperlukan supaya guru dapat mengamati lebih jelas kemajuan peserta
didiknya mengingat kompetensi yang diharapkan dari proses pembelajaran ini adalah kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Pengukuran kompetensi sikap dan keterampilan membutuhkan pengamatan yang
lebih lama dibandingkan dengan pengukuran kompetensi pengetahuan. Penilaian untuk ketiga macam kompetensi
ini harus berdasarkan penilaian proses dan hasil, antara lain melalui sistem penilaian otentik yang tentunya
membutuhkan waktu penilaian yang lebih lama.
Selanjutnya mata pelajaran sebagai unit organisasi kompetensi dasar yang terkecil, karena itu untuk
mencapai kebutuhan kompetensi lulusan diperlukan beberapa mata pelajaran. Mata pelajaran yang dipergunakan
sebagai sumber kompetensi dalam pencapaian kompetensi lulusan, posisi mata pelajaran dalam kurikulum,
distribusi mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per
minggu untuk setiap peserta didik dirumuskan sebagai Struktur Kurikulum.

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi
konten mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar
untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum merupakan
aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem
pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum sebagai gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang
pesprta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut, struktur
kurikulum menggambarkan posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh
mata pelajaran yang tercantum dalam struktur, ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menentukan berbagai pilihan sesuai minat dan kemampuanya.
Struktur kurikulum Madrasah Aliyah terdiri atas: Kelompok mata pelajaran wajib yang diikuti oleh seluruh
peserta didik Madrasa Aliyah. Kelompok mata pelajaran peminatan harus diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya. Mata pelajaran pilihan lintas minat, untuk tingkat Madrasah Aliyah Pemintaan
ilmu-ilmu Keagamaan dapat menambah dengan mata pelajaran kelompok peminatan ilmu-ilmu alam, sosial
ataupunn bahasa, demikian juga berlaku untuk peminatan IPA,IPS dan Bahasa. Adapun struktur kurikulum
Madrasah Aliyah sebagai berikut:
Struktur Kurikulum 2013:

Peminatan Matematika dan Ilmu Alam Tingkat Madrasah Aliyah

ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
XI

XII

2
2
2
2
2
4
4
4
2
2

2
2
2
2
2
4
2
4
2
2

2
2
2
2
2
4
2
4
2
2

2
3
2
33

2
3
2
31

2
3
2
31

MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama Islam
a.
Al-Qur'an Hadis
b.
Akidah Akhlak
c.
Fikih
d.
Sejarah Kebudayaan Islam
2.
Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Matematika
6.
Sejarah Indonesia
7.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1.
Seni Budaya
2.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumalah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
1
Matematika

2
Biologi
3
Fisika
4
Kimia
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu
Struktur kurikulum 2013:

3
3
3

4
4
4

4
4
4

6
51

4
51

4
51

Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Tingkat Madrasah Aliyah

MATA PELAJARAN
X
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama Islam
a.
Al-Qur'an Hadis
b.
Akidah Akhlak
c.
Fikih
d.
Sejarah Kebudayaan Islam
2.
Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Matematika
6.
Sejarah Indonesia
7.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1.
Seni Budaya
2.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumalah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
1
Geografi
2
Sejarah
3
Sosiologi
4
Ekonomi
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu

Struktur Kurikulum 2013:

ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
XI
XII

2
2
2
2

2
2
2
2

2
2
2
2

2
4
4
4
2
2

2
4
2
4
2
2

2
4
2
4
2
2

2
3
2
33

2
3
2
31

2
3
2
31

3
3
3
3

4
4
4
4

4
4
4
4

51

51

51

Peminatan Ilmu Bahasa Tingkat Madrasah Aliyah

MATA PELAJARAN
X

Alokasi Waktu
Per Minggu
XI

XII

Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama Islam
a.
Al-Qur'an Hadis
b.
Akidah Akhlak
c.
Fikih
d.
Sejarah Kebudayaan Islam
2.
Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Matematika
6.
Sejarah Indonesia
7.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1.
Seni Budaya
2.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya
1
Bahasa dan Sastra Indonesia
2
Bahasa dan Sastra Inggris
3
Bahasa dan Sastra Asing Lainnya
4
Antropologi
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu

2
2
2
2
2
4
4
4
2
2

2
2
2
2
2
4
2
4
2
2

2
2
2
2
2
4
2
4
2
2

2
3
2
33

2
3
2
31

2
3
2
31

3
3
3
3

4
4
4
4

4
4
4
4

51

51

51

Struktur Kurikulum 2013:Peminatan Ilmu-Ilmu Keagamaan Madrasah Aliyah


MATA PELAJARAN
X
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an Hadis
b. Akidah Akhlak
c. Fikih
d. Sejarah Kebudayaan Islam
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarga negaraan
3.
Bahasa Indonesia
4.
Bahasa Arab
5.
Matematika
6.
Sejarah Indonesia
7.
Bahasa Inggris
Kelompok B (Wajib)
1.
Seni Budaya
2.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
XI

XII

2
2
2
2

2
2
2
2

2
2
2
2

2
4
4
4
2
2

2
4
2
4
2
2

2
4
2
4
2
2

2
3

2
3

2
3

3.
Prakarya dan Kewirausahaan
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan
1
Tafsir - Ilmu Tafsir
2
Hadis - Ilmu Hadis
3
Fiqih - Ushul Fikih
4
Ilmu Kalam
5
Akhlak
6
Bahasa Arab
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
Jumlah Alokasi WaktuPer-Minggu

2
33

2
31

2
31

2
2
2
2
2
2

3
3
3
2
2
3

3
3
3
2
2
3

6
51

4
51

4
51

6.

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah

a.

Pengertian Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

b.

Tujuan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,
standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

c.

Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat
dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah,
Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

d.

Monitoring dan Evaluasi


Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masingmasing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari
monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan
di masa yang akan datang.
Kompetensi Lulusan Madrasah Ibtidaiyah
Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Ibtidaiyah diharapkan memiliki
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut;
Madrasah Ibtidaiyah
Dimensi

Kualifikasi Kemampuan

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,


berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat
bermain.

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya


tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

Kompetensi Lulusan Madrasah Tsanawiyah


Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Tsanawiyah diharapkan memiliki
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut;
Madrasah Tsanawiyah
Dimensi

Kualifikasi Kemampuan

Sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,


berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan,


teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

Kompetensi Lulusan Madrasah Aliyah


Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Aliyah diharapkan memiliki
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut;

Madrasah Aliyah
Dimensi
Sikap

Kualifikasi Kemampuan
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia,
berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

7.

Pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu


pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena
dan kejadian.

Keterampilan

Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 di Madrasah


Sebagai rangkaian untuk mendukung Kompetensi Inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan

menjadi kompetensi-kompetensi dasar. Pencapaian Kompetensi Inti adalah melalui pembelajaran kompetensi dasar
yang disampaikan melalui mata pelajaran. Rumusannya dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran sebagai pendukung pencapaian.
Kompetensi Inti, kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan rumusan Kompetensi
Inti yang didukungnya, yaitu:1). Kelompok kompetensi dasar sikap spiritual (mendukung KI-1) atau kelompok 1, 2).
Kelompok kompetensi dasar sikap sosial (mendukung KI-2) atau kelompok 2, 3). Kelompok kompetensi dasar
pengetahuan (mendukung KI-3) atau kelompok 3, dan 4). Kelompok kompetensi dasar keterampilan (mendukung
KI-4) atau kelompok 4.
Uraian kompetensi dasar yang rinci ini adalah untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti
sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Melalui
Kompetensi Inti, tiap mata pelajaran ditekankan bukan hanya memuat kandungan pengetahuan saja, tetapi juga
memuat kandungan proses yang berguna bagi pembentukan keterampilannya. Selain itu juga memuat pesan
tentang pentingnya memahami mata pelajaran tersebut sebagai bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting
mengingat kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena pengetahuan masih selalu berkembang.
Kemampuan keterampilan akan bertahan lebih lama dari kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan
terus melekat pada dan akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Kompetensi dasar dalam kelompok
Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak
dihafalkan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran
tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual sangat penting yang terkandung dalam materinya. Dengan kata lain,
kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan individual-sosial (mendukung KI-2)
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).
Untuk memastikan keberlanjutan penguasaan kompetensi, proses pembelajaran dimulai dari kompetensi
pengetahuan, kemudian dilanjutkan menjadi kompetensi keterampilan, dan berakhir pada pembentukan sikap.
Dengan demikian, proses penyusunan maupun pemahamannya (dan bagaimana membacanya) dimulai dari
Kompetensi Dasar kelompok 3. Hasil rumusan Kompetensi Dasar kelompok 3 dipergunakan untuk merumuskan
Kompetensi Dasar kelompok 4.

Hasil rumusan Kompetensi Dasar kelompok 3 dan 4 dipergunakan untuk merumuskan Kompetensi Dasar
kelompok 1 dan 2. Proses berkesinambungan ini untuk memastikan bahwa pengetahuan berlanjut ke ketrampilan
dan bermuara ke sikap sehingga ada keterkaitan erat yang mendekati linier antara kompetensi dasar pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
8.

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akidah Akhlak MI, MTs, MA

Di bawah ini contoh Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Akidah Akhlak
untuk MI, MTs dan MA
KELAS I SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.

KOMPETENSI DASAR
1.1
1.2
1.3

1.4
1.5
1.6
2.
Memiliki perilaku jujur, disiplin, 2.1
tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan 2.2
keluarga, teman, dan guru.
2.3
2.4
2.5
3. Memahami pengetahuan faktual dengan
cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di
rumah dan di sekolah.

3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam


bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6

KELAS I SEMESTER GENAP

Meyakini rukun iman.


Meyakini syahadatain.
Meyakini Allah SWT. Yang Esa (al-Apad) dan maha
Pencipta(al-Khwliq).
Menerima ketentuan hidup bersih, kasih sayang, dan rukun.
Menerima adab mandi dan berpakaian.
Menerima ketentuan menghindari hidup kotor.
Membisakan berperilaku yang merefleksikan orang yang
beriman.
Membiasakan berperilaku bertauhid.
Membiasakan hidup bersih, kasih sayang, dan rukun dalam
kehidupan sehari-hari.
Membiasakan perilaku adab mandi dan berpakaian.
Membiasakan diri untuk menghindari hidup kotor dalam
kehidupan sehari-hari.
Mengenal enam rukun iman.
Mengenal dua kalimah syahadat sebagai bagian dari rukun
Islam yang pertama.
Mengenal sifat-sifat Allah SWT. yang terkandung dalam alAsmw al-ousnw (al-Apad dan al-Khwliq) melalui kisah Nabi
Ibrahim a.s. mencari Tuhannya.
Memahami perilaku akhlak terpuji hidup bersih, kasih
sayang, dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
Memahami adab mandi dan berpakaian.
Menjelaskan akhlak tercela hidup kotor dalam kehidupan
sehari-hari dan cara menghindarinya.
Menunjukkan perilaku beriman kepada enam rukun iman.
Melafalkan dua kalimah syahadat dan artinya.
Melafalkan sifat-sifat Allah SWT. al-Apad dan al-Khwliq dan
maknanya.
Mendemonstrasikan tata cara berpakaian secara Islami.
Menunjukkan perilaku hidup bersih, kasih sayang, dan
rukun dalam kehidupan sehari-hari.
Menceritakan cara-cara menghindari hidup kotor dalam
kehidupansehari-hari.

KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya.

2.

Memiliki perilaku jujur, disiplin,


tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, dan guru.

3. Memahami pengetahuan faktual dengan


cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di
rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam
bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR
1.1
1.2

Meyakini Allah SWT. melalui kalimat tayyibah (Basmalah).


Meyakini Allah SWT. sebagai ar-Rapmwn, ar-Raprm dan asSamr.
1.3 Menerima ketentua adab belajar, bermain, makan dan minum.
1.4 Menerima nilai keramahan dan sopan santun terhadap
orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
1.5. Menerima ketentuan untuk menghindari berbicara kotor dan
bohong/dusta, dalam kehidupan sehari-hari.
2.1 Terbiasa membaca basmalah setiap memulai aktivitas.
2.2 Mencontoh sifat Allah ar-Rapmwn, ar- Raprm dan as-Samr.
2.3 Memiliki adab dalam belajar, bermain, makan dan minum.
2.4 Membiasakan sikap ramah dan sopan santun terhadap
orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
2.5. Membiasakan diri untuk menghindari akhlak tercela berbicara
kotor dan bohong/dusta, dalam kehidupan sehari-hari.
3.1 Mengetahui kalimat tayyibah (Basmalah).
3.2 Mengenal sifat-sifat Allah SWT. yang terkandung dalam alAsmw al-ousnw (ar-Rapmwn, ar- Raprm dan as-Samr).
3.3 Memahami adab belajar, bermain, makan dan minum.
3.5 Memahami sikap ramah dan sopan santun terhadap orang
tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
3.6 Menjelaskan akhlak tercela berbicara kotor dan
bohong/dusta dalam kehidupan sehari-hari.
4.1 Melafalkan kalimat tayyibah (Basmalah).
4.2 Melafalkan ar-Rapmwn, ar- Raprm dan as-Samr
dan artinya.
4.3 Menunjukkan adab belajar dan bermain secara Islami.
4.4 Mendemonstrasikan adab makan dan minum secara Islami.
4.4 Menyimulasikan sikap ramah dan sopan santun terhadap
orang tua dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
4.5 Menyajikan contohkan sikap berbicara kotor dan
bohong/dusta dalam kehidupan sehari-hari.

KELAS VII SEMESTER GANJIL


KOMPETENSI INTI

1. Menghargai dan menghayati ajaran


agama yang dianutnya

1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

2. Menghargai dan menghayati perilaku

jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli


(toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya

2.1
2.2
2.3
2.4
2.5

KOMPETENSI DASAR
Menghayati nilai-nilai akidah Islam
Meyakini sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah,
maani, dan manawiyah, sifat-sifat mustahil, serta sifat jaiz
Allah SWT.
Menghayati sifat ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam
kehidupan sehari-hari
Menghayati adab salat dan zikir
Menghayati kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s. dan
umatnya
Menampilkan perilaku orang yang mengimani akidah Islam
dalam kehidupan sehari-hari
Menampilkan perilaku mengimani sifat-sifat Allah
Membiasakan perilaku ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam
kehidupan sehari-hari
Terbiasa menerapkan adab salat dan zikir
Mencontoh kisah keteladanan Nabi Sulaiman a.s. dan
umatnya

KOMPETENSI INTI

3. Memahami pengetahuan (faktual,

3.1.
3.2.

konseptual, danprosedural) berdasarkan


rasa
ingintahunyatentangilmupengetahuan,
teknologi, seni,
budayaterkaitfenomenadankejadiantamp
akmata

3.3.

4. Mencoba, mengolah, danmenyaji dalam

4.1.
4.2.

ranah konkret (menggunakan,


mengurai, merangkai, memodifikasi,
danmembuat) danranahabstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, danmengarang)
sesuaidengan yang dipelajari di
skolahdansumber lain yang
samadalamsudutpandang/teori

1.

KELAS VII SEMESTER GENAP


KOMPETENSI INTI
Menghargaidanmenghayatiajaran
agama yang dianutnya

3.4.
3.5.

4.3.
4.4.
4.5.

1.1.
1.2.

2.

1.3.
1.4.
1.5.
Menghargai dan menghayati perilaku 2.1.
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara 2.2.
efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan
2.3.
keberadaannya
2.4.
2.5.
pengetahuan
(faktual, 3.1.
konseptual,
dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, 3.2.
budaya terkait fenomena dan kejadian
3.3.
tampak mata
3.4.
3.5.
Mencoba, mengolah, dan menyaji 4.1.
dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi,

3. Memahami

4.

KOMPETENSI DASAR
Memahami dalil, dasar, dan tujuan akidah Islam
Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah,
salbiyah, maani, dan manawiyah beserta bukti/dalil naqli
dan aqlinya, sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi Allah SWT.
Memahami pengertian, contoh, dan dampak positif sifat
ikhlas, taat, khauf, dan tobat
Memahami adab salat dan zikir
Menganalisis kisah keteladanan Nabi Sulaiman dan
umatnya
Menyajikan fakta dan fenomena kebenaran akidah Islam
Menyajikan contoh fenomena-fenomena kehidupan yang
muncul sebagai bukti dari sifat wajib, mustahil, dan jaiz
Allah SWT.
Menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan dampak
positif dari perilaku ikhlas, taat, khauf, dan tobat dalam
fenomena kehidupan
Mensimulasikan adab salat dan zikir
Menceritakan kisah keteladanan Nabi Sulaiman dan
umatnya

KOMPETENSI DASAR
Meyakinisifat-sifat Allah SWT. melalui al-asmw' al-pusnw
(al-Azrz, al-Gaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi, ar-Rayf, al-Barr, alFattwp, al-Adl, al-Qayyym)
Meyakini adanya malaikat-malaikat Allah dan makhluk gaib
lainnya, seperti jin, iblis, dan setan dalam fenomena
kehidupan
Menolak akhlak tercela riya dan nifaq
Menghayati adab membaca Al-Quran dan adab berdoa
Menghayati keteladanan Ashabul Kahfi
Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam alasmaa' al-husna (al-Azrz, al-Gaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi,
ar-Rayf, al-Barr, al-Fattwp, al-Adl, al-Qayyym)
Memilikiperilaku beriman kepada malaikat Allah dan
makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis, dan setan dalam
fenomena kehidupan
Membiasakan diri menghindari akhlak tercela riya dan
nifaq
Terbiasa menerapkan adab membaca Al-Quran dan adab
berdoa
Menghayati kisah keteladanan Ashabul Kahfi
Menguraikan al-asmaa al-husnaa (al-Azrz, al-Gaffwr, alBwsih, an-Nwfi, ar-Rayf, al-Barr, al-Fattwp, al-Adl, alQayyym)
Mendeskripsikan tugas dan sifat-sifat malaikat Allah serta
makhluk gaib lainnya, seperti jin, iblis, dan setan
Memahami akhlak tercela riya dan nifaq
Memahami adab membaca Al-Quran dan adab berdoa
Menganalisis kisah keteladanan Ashabul Kahfi
Menyajikan fakta dan fenomena kebenaran sifat-sifat Allah
yang terkandung dalam al-asmw al-pusnw (al-Azrz, alGaffwr, al-Bwsih, an-Nwfi, ar-Rayf, al-Barr, al-Fattwp, al-

KOMPETENSI INTI
dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung, 4.2.
menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut 4.3.
pandang/teori
4.4.

KOMPETENSI DASAR
Adl, al-Qayyym)
Menyajikan kisah-kisah dalam fenomena kehidupan tentang
kebenaran adanya malaikat dan makhluk ghaib lain selain
malaikat
Mensimulasikan contoh perilaku riya dan nifaq serta
dampaknya dalam kehidupan sehari-hari
Menceritakan kisah keteladanan Ashabul Kahfi

KELAS X SEMESTER 1
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku


jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran,
damai) santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural
berdasarkan
rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
tehnologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan

KOMPETENSI DASAR
1.1. Meyakini prinsip-prinsip akidah Islam dalam kehidupan
1.2. Menghayati metode-metode peningkatan kualitas akidah
Islam dalam kehidupan
1.3. Menghayati nilai tauhid dengan benar
1.4
Menunjukkan sikap penolakan terhadap hal-hal yang
mengarah kepada perbuatan syirik dalam kehidupan seharihari
1.5. Meyakini pentingnya keimanan yang kuat setelah memahami
ilmu kalam
2.1. Menerapkan prinsip-prinsip akidah Islam dalam kehidupan
2.2.Terbiasa menerapkan metode-metode peningkatan kualitas
akidah Islam dalam kehidupan
2.3. Membiasakan diri bertauhid dengan benar
2.4 Berkomitmen membiasakan diri menghindari hal-hal yang
mengarah kepada perbuatan syirik dalam kehidupan seharihari
2.4 Mengamalkan ilmu kalam untuk memperbaiki sikap sosial di
masyarakat
2.5. Menghargai perbedaan pendapatpara ulama ilmu kalam yang
berpengaruh pada sikap keseharian
3.1. Menganalisis prinsip-prinsip akidah Islam
3.2. menganalisis metode-metode peningkatan kualitas akidah
Islam
3.3. Membandingkan pengertian tauhrd dan istilah-istilah yang
terkait
3.4. Memahami pengertian, contoh dan dampak syirik
3.5. Memahami pengertian, ruang lingkup dan kedudukan ilmu
kalam dan kajian Islam

4.1. Menyajikan peta konsep prinsip-prinsip akidah Islam


4.2. Menyajikan berbagai konsep metode-metode peningkatan
kualitas akidah Islam
4.3. Menyajikan peta konseppengertian tauhrd dan istilah-istilah
yang terkait
4.4 Mensimulasikan praktik-praktik perbuatan syrik dalam
masyarakat
4.5. Menyusun peta konsep pengertian, ruang lingkup dan
kedudukan ilmu kalam dan kajian Islam

KOMPETENSI INTI

KOMPETENSI DASAR

KELAS X SEMESTER 2
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku


jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran,
damai) santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia

KOMPETENSI DASAR
1.1 Meyakini fenomena ketauhidan pada masa Nabi Adam a.s.
hingga masa Nabi Muhammad Saw.
1.2 Menolak bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu dari
dakwah para Nabi
1.3 Menghayati perkembangan akidah pada masa Nabi
Muhammad Saw. dan masa sahabat
1.4 Menghayati faktor-faktor penyebab timbulnya aliran-aliran
ilmu kalam
1.5 Menerima fakta historis aliran Khawarij, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.6 Menerima fakta historis aliran Murjiah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.7 Menerima fakta historis aliran Syiah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.8 Menerima fakta historis aliran Jabariyah dan Qadariyah,
tokoh-tokoh serta doktrin-doktrinnya
1.9 Menerima fakta historisaliran Mutazilah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.10Menghayati aliran Asyariyah, tokoh-tokoh dan doktrindoktrinnya
1.11Menghayati aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh dan doktrindoktrinnya
1.12Menghayati perbedaan antara aliran-aliran ilmu kalam yang
satu dengan lainnya
2.1. Terbiasa meneladani fenomena ketauhidan pada masa Nabi
Adam a.s. hingga masa Nabi Muhammad Saw.
2.2. Menghindari bentuk penyimpangan umat-umatterdahulu dari
dakwah para Nabi
2.3. Meneladani model penanamanakidah pada masa Nabi
Muhammad Saw. dan masa sahabat
2.4. Menghindari faktor-faktor penyebab timbulnya aliran-aliran
ilmu kalam dalamkehidupan sehari hari
2.5. Meneladani aspek positif aliran Khawarij dan menghindari
aspek negatifnya
2.6. Meneladani aspek positif aliran Murjiah dan menghindari
aspek negatifnya
2.7. Meneladani aspek positif aliran Syiah dan menghindari
aspek negatifnya
2.8. Meneladani aspek positif aliran Jabariyah dan Qadariyah dan
menghindari aspek negatifnya
2.9. Meneladani aspek positif aliran Mutazilah dan menghindari
aspek negatifnya
2.10. Meneladani aspek positif aliran Asyariyah
2.11. Meneladani aspek positif aliran Maturidiyah
2.12. Meneladani aspek positif perbedaan antara aliran-aliran
ilmu kalam yang satu dengan lainnyadan menghindari aspek
negatifnya

3. Memahami, menerapkan, menganalisis 3.1 Membandingkan fenomena ketauhidan pada masa Nabi
pengetahuan
faktual,
konseptual,
Adam a.s. hingga masa Nabi Muhammad Saw.
prosedural
berdasarkan
rasa 3.2 Mengidentifikasi bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
dari dakwah para Nabi
tehnologi, seni, budaya, dan humaniora 3.3 Menganalisis perkembangan akidah pada masa Nabi
dengan
wawasan
kemanusiaan,
Muhammad Saw.
kebangsaan,
kenegaraan,
dan 3.4 Menganalisis perkembangan akidah pada masa sahabat
peradaban terkait penyebab fenomena 3.5 Mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab timbulnya
dan kejadian, serta menerapkan
aliran-aliran ilmu kalam
pengetahuan prosedural pada bidang 3.6 Menganalisis aliran Khawarij, tokoh-tokoh dan doktrinkajian yang spesifik sesuai dengan
doktrinnya
bakat dan minatnya untuk memecahkan 3.7 Menganalisis aliran Murjiah, tokoh-tokoh dan doktrinmasalah
doktrinnya
3.8 Menganalisis aliran Syiah, tokoh-tokoh dan doktrindoktrinnya
3.9 Menganalisis aliran Jabariyah dan Qadariyah, tokoh-tokoh
serta doktrin-doktrinnya
3.10 Menganalisis aliran Mutazilah, tokoh-tokoh dan doktrindoktrinnya
3.11 Menganalisis aliran Asyariyah, tokoh-tokoh dan doktrindoktrinnya
3.12 Menganalisis aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh dan doktrindoktrinnya
3.13 Menganalisis perbedaan antara aliran-aliran ilmu kalam
yang satu dengan lainnya
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam 1.1 Menceritakan fenomena ketauhidan pada masa Nabi Adam
ranah konkret dan ranah abstrak terkait
a.s. hingga masa Nabi Muhammad Saw.
dengan pengembangan dari yang 1.2 Menceritakan bentuk penyimpangan umat-umat terdahulu
dipelajarinya di sekolah secara
dari dakwah para Nabi
mandiri, dan mampu menggunakan 1.3 Menceritakan perkembangan akidah pada masa Nabi
metode sesuai kaidah keilmuan
Muhammad saw dan masa sahabat
1.4 Menceritakan faktor-faktor penyebab timbulnya aliranaliran ilmu kalam dalam kehidupan sehari hari
1.5 Menyajikan peta konsep aliran Khawarij, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.6 Menyajikan peta konsep aliran Murjiah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.7 Menyajikan peta konsep aliran Syiah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.8 Menyajikan peta konsep aliran Jabariyah dan Qadariyah,
tokoh-tokoh serta doktrin-doktrinnya
1.9 Menyajikan peta konsep aliran Mutazilah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.10 Menyajikan peta konsep aliran Asyariyah, tokoh-tokoh dan
doktrin-doktrinnya
1.11 Menyajikan peta konsep aliran Maturidiyah, tokoh-tokoh
dan doktrin- doktrinnya
1.12 Menyajikan peta konsep perbedaan antara aliran-aliran ilmu
kalam yang satu dengan lainnya
Catatan: Untuk KI dan KD secara lengkap lihat di draf Permenag yang ada dalam CD.

9.

Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran


a. Tujuan dan Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MI, MTs dan MA
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang

rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian
contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai
manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,
serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
1)

Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,


penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2)

Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
akidah Islam.

b) Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada
pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam
kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a.

Aspek akidah (keimanan) meliputi:.


1)

Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah,
alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar, taawwudz, maasya Allah, assalaamualaikum,
salawat, tarji, laa haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.

2)

Al-asma al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahmaan, arRahiim, as- Samai, ar-Razzaaq, al-Mughnii, al-Hamiid, asy-Syakuur, al-Qudduus, ash-Shamad,
al-Muhaimin, al-Azhiim, al- Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Baathin, al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhiab,
al-Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-Mumin, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, alMuhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-Afuww,
ash-Shabuur, dan al-Haliim.

3)

Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat thayyibah, al-asma al-husna
dan pengenalan terhadap salat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

4)

Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan
Qadar Allah)

b.

Aspek akhlak meliputi:


a.

Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana,
rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan
patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian,
dermawan, optimis, qanaah, dan tawakal.

b.

Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah,
fasik, dan murtad.

c.

Aspek adab Islami, meliputi:


1)

Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air besar/kecil, berbicara, meludah,
berpakaian, makan, minum, bersin, belajar, dan bermain.

d.

2)

Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.

3)

Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, dan teman

Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut,
masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kanan,
Tsalabah, Masithah, Abu Lahab, Qarun.. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat
terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi,
tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.

10.

Tujuan dan Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah
Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan

dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar. Peningkatan
tersebut dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan
dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma al-husna dengan menunjukkan ciriciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji
dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak
terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk
dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama

dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa
dan Negara Indonesia.
Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:
1.

Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,


penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;

2.

Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
akidah Islam.

b) Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah


Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
a. Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman
kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar.
b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, taat, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar,
shabar, syukur, qanaaah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan taaawun, berilmu, kreatif,
produktif, dan pergaulan remaja.
c. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak,
takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.
d. Aspek adab meliputi: Adab beribadah: adab Shalat, membaca Al Quran dan adab berdoa, adab
kepada kepada orang tua dan guru, adab kepada kepada, saudara, teman, dan tetangga, adab
terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
e. Aspek kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi
Ayub, Kisah Shahabat: Abu Bakar ra, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
11. Tujuan dan Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang merupakan peningkatan dari akidah dan akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah
Tsanawiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dan memperdalam akidah-akhlak sebagai
persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk hidup bermasyarakat dan/atau memasuki
lapangan kerja.
Pada aspek akidah ditekankan pada pemahaman dan pengamalan prinsip-prinsip akidah Islam, metode
peningkatan kualitas akidah, wawasan tentang aliran-aliran dalam akidah Islam sebagai landasan dalam
pengamalan iman yang inklusif dalam kehidupan sehari-hari, pemahaman tentang , konsep Tauhid dalam Islam
serta perbuatan syirik dan implikasinya dalam kehidupan. Aspek akhlak, di samping berupa pembiasaan dalam
menjalankan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, juga
mulai diperkenalkan tasawuf dan metode peningkatan kualitas akhlak.
Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam bentuk pembiasaan untuk

melakukan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-Akhlak al-karimah ini
sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional
yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:1) Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta
didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT;2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
akidah Islam.
Ruang Lingkup Kelompok Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi:
1.

Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode peningkatannya, al-asma al-husna, konsep
Tauhid dalam Islam, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian dan fungsi ilmu kalam serta
hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam (klasik dan modern),

2.

Aspek akhlak terpuji meliputi: masalah akhlak yang meliputi pengertian akhlak, induk-induk akhlak terpuji dan
tercela, metode peningkatan kualitas akhlak; macam-macam akhlak terpuji seperti husnuzh-zhan, taubat,
akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan
dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja; serta pengenalan tentang tasawuf.

3.

Aspek akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan,
berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir, dan fitnah.

4.

Aspek adab meliputi: adab kepada orang tua dan guru, adab membesuk orang sakit, Adab berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, melakukan takziyah, Adab bergaul dengan orang yang
sebaya, yang lebih tua yang lebih muda dan lawan jenis, Adab membaca Al Quran dan berdoa.

5.

Aspek Kisah meliputi: Kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS, Ulul Azmi, Kisah Shahabat:
Fatimatuzzahrah, Abdurrahman bin Auf, Abu Dzar al-Ghifari, Uwes al-Qarni, al-Ghazali, Ibn Sina, Ibn Rusyd
dan Iqbal

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Peminatan Ilmu-ilmu Agama


1.

Akhlak
Ruang lingkup mata pelajaran Akhlak di Madrasah Aliyah peminatan Ilmu-Ilmu Keagamaan sebagai mata
pelajaran peminatan sebagai berikut:
a.

Aspek akhlak terdiri atas: taubat,wara,qonaah,zuhud, amanah, Hak Asasi Manusia, mujahadah an nafsi,
musabaqah bil khairat, etos kerja, dinamis, inovatif dan kreatif, syukur, dermawan, tawakal dan ikhlas,
kewajiban manusia terhadap Allah, Rasul-Nya, diri sendiri, kedua orang tua, keluarga, pemaaf, jujur
ukhuwwah, tasamuh, sabar, ridla, dan istiqamah (disiplin).

b.

akhlak tercela meliputi: riya, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan,
berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), ishraf, tabdzir, fitnah, riya takabbur, nifaq, fasik, dan
hasad, .serakah, tama, bakhil, dan israf/tabdzir, dzalim, diskriminasi, ghadab, fitnah, namimah dan
ghibah.

c.

Adab terdiri atas: adab membesuk orang sakit, takziyah dan ziarah kubur, menuntut ilmu, mengundang
dan memenuhi undangan , musyawarah dan adab salam, bergaul orang yang lebih tua, teman sebaya,
orang yang lebih muda dan dengan lawan jenis, adab di masjid,

membaca al Quran, berdoa,

berpakaian, berhias, musafir, bertamu dan menerima tamu.


d.

Kisah teladan meliputi: kisah Abu Lahab dan istrinya, istri Nabi Luth, Luqman Hakim, Ashabul Kahfi dan
Maryam, Abu Bakar Ash Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Usman bin Affan ra, Ali Bin Abi Thalib kwUmar
bin Abdul Aziz dan Salahuddin Al Ayyubi.

e.

Pengertian, sumber tasawuf dari Al-Quran dan al-Sunnah dan hubungan tasawuf dengan akhlak dan
syariat, pengertian maqamat, dan al-ahwal dalam tasawuf serta membandingkan tasawuf sunni dan
tasawuf falsafi serta tokoh-tokohnya, pokok ajaran tasawuf dari Hasan Basri, Rabiah al-Adawiyah, Dzun
Nun al-Misri, al Ghazali, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan Muhy al-Din Ibn `Araby, sejarah dan
pokok-pokok ajaran tarikat mutabarah (Qadiriyah, Rifaiyah, Syaziliyah, Maulawiyah, Syatariyah,
Naqsabandiyah dan Suhrawardiyah), problematika masyarakat modern, relevansi dan peranan tasawuf
dalam kehidupan modern.

2.

Ilmu Kalam
Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Kalam adalah mata pelajaran yang memberi bekal peserta didik untuk
memahami pemikiran ulama dalam hal berakidah yang benar dan mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. Ruang lingkup materi/bahan kajian pelajaran Ilmu Kalam meliputi:
a.

Aspek Kesejarahan,Aspek kesejarahan ini meliputi sub-sub aspek: sejarah pertumbuhan dan
perkembangan ilmu kalam seperti aspek politik, ekonomi, geografis, munculnya aliran-aliran dalam ilmu
kalam dan ketokohan para pemimpinnya. Aliran-aliran kalam: Khawarij, Syi`ah, Jabariyah, Qadariyah,
Murji`ah, Salafiyah, Mu`tazilah, Ahlu Sunnah, Asy`ariyah, dan Maturidiyah.

b.

Aspek Pemikiran, Aspek pemikiran dalam ilmu kalam: seperti batasan mukmin dan kafir, fungsi wahyu
dan akal, kekuasaan, perbuatan, keadilan, dan sifat-sifat Tuhan, kehendak, kekuasan dan perbuatan
manusia, serta pemikiran modern dalam teologi Islam.

c.

Aspek Akidah,Aspek akidah terdiri atas: prinsip-prinsip akidah dan metode peningkatannya, al-asma'alhusna, macam-macam tauhid seperti tauhiid uluuhiyah, tauhiid rubuubiyah, tauhiid ash-shifat wa al-afal,
tauhiid rahmaniyah, tauhiid mulkiyah dan lain-lain, syirik dan implikasinya dalam kehidupan, pengertian
dan fungsi ilmu kalam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, dan aliran-aliran dalam ilmu kalam
(klasik dan modern).

E. Rangkuman

1.

Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah:

a.

Landasan Yuridis adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

b.

Landasan Teoritis kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar
dan teori pendidikan berbasis kompetensi.

c.

Landasan Filosofis adalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Landasan Empiris adalah ditemukan banyak bukti empiris bahwa Indonesia berada pada level yang
rendah pada aspek prestasi pendidikannya.
2.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 adalah Berpusat pada potensi, beragam dan terpadu;
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; Relevan dengan kebutuhan
kehidupan; Menyeluruh dan berkesinambungan; Belajar sepanjang hayat; dan Seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

3. Memahami Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum 2013 adalah Peningkatan iman dan takwa serta
akhlak mulia; Kebutuhan kompetensi masa depan; Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai
dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik; Keragaman potensi dan karakteristik
daerah dan lingkungan; Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; Tuntutan dunia kerja;
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS); Agama; Dinamika perkembangan global;
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; Kondisi sosial budaya masyarakat setempat; Kesetaraan
jender; Karakteristik satuan pendidikan.
4. Ada 4 elemen perubahan dalam kurikulum 2013, yaitu: SKL, Standar Isi, Standar Proses dan Standar
Penilaian
F. Evaluasi

1.

Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang Landasan Yuridis penyempurnaan kurikulum 2013?

2.

Sebutkan Prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 2013!

3.

Sebutkan Acuan Operasional Kurikulum 2013!

4.

Apa yang saudara ketahui tentang apa yang diinginkan pemerintah terhadap penyempurnaan kurikulum
2013?

5.

Jelaskan Perbedaan antara SKL, KI dan KD dalam Kurikulum 2013!

6.

Menurut Saudara, apakah penyempurnaan Kurikulum 2013 lebih ideal dan lebih dapat menjamin
peningkatan kualitas peserta didik daripada kurikulum 2006?

7.

Jelaskan pola pikir pengembangan Kurikulum 2013?

G. DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. Dokumen Kurikulum 2013

Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses


Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Permenag (Draf Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di MI, MTs dan MA.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

MODUL 3
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Peta Konsep / Ruang Lingkup


Konsep Dasar PTK
Prinsip PTK
Model-Model PTK

PENELITIAN TINDAKAN

Metodologi PTK

Sistematika Proposal PTK

B. Tujuan Pelatihan
Peserta dapat :
1. Menjelaskan konsep dasar penelitian tindakan kelas
2. Menjelaskan prinsip penelitian tindakan kelas.
3. Menjelaskan Model-model PTK.
4. Menjelaskan Prosedur atau metodologi PTK
5. Menjelaskan Proposal PTK
6. Membuat proposal PTK
C. Skenario Pelatihan
1. Pengantar, fasilitator penyampaikan pengantar pentingnya guru dalam
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai perbaikan pembelajaran dari
masalah yang dihadapi peserta didik. ( 10 menit )
2. Diskusi kelompok dan presentasi, fasilitator membagi peserta ke dalam 6
kelompok. Peserta diminta untuk mendiskusikan tentang konsep, prinsip,
manfaat dan pentingnya PTK. Hasil diskusi ditulis di kertas plano. Dengna
presentasi bergantian kelompok, fasilitator memandu untuk menyamakan
persepsi. ( 50 menit )
376

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

3. Diskusi kelompok dan presentasi, masih dengan kelompok yang sama


peserta diminta untuk mendiskusikan tentang metodologi PTK.Hasil diskusi
ditulis di kertas plano. Dengna presentasi bergantian kelompok, fasilitator
memandu untuk menyamakan persepsi. ( 50 menit )
4. Brainstorming sistematika proposal, dengan melakukan brainstorming
peserta diajak oleh fasilitator untuk menemukan sistematika proposal PTK (
20 menit ).
5. Membuat proposal PTK, secara individu peserta diminta untuk membuat
proposal PTK di kertas folio. Fasilitaor memfasilitasi pada masing-masing
individu. ( 120 menit)
6. Refleksi, fasilitator memberikan refleksi dari proposal yang dibuat oleh
peseta. ( 30 menit )
7. Penutup, fasilitator menutup sesi ini dengan menegaskan bahwa guru harus
sering melakukan PTK di madrasahnya nanti ( 10 menit )

D. Materi
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan berasal dari istilah bahasa Inggris action research. Ini
merupakan perkembangan baru dalam penelitian, yang muncul sejak tahun 1940an. Mulanya penelitian tindakan diterapkan dalam penelitian sosial, seorang
psikolog sosial Kurt Lewin (1946) mengembangkaknnya dan kemudian diadopsi
dalam kancah pendidikan (Syamsuddin, 2007 : 1991). Istilah educational action
research dipakai oleh Kemmis untuk jenis penelitian tindakan pendidikan
(Rochiati, 2008 : 4). Di Indonesia penelitian tindakan kelas mulai digerakkan
sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan diusahakan oleh berbagai
kalangan baik pemerintah maupun masyarakat. Berbagai perguruan tinggi seperti
IKIP Jakarta, Bandung, Malang dan lain-lain melalui Program Pascasarjananya
mengenalkan peneltitian tindakan kelas ini kepada guru-guru yang sedang
melanjutkan studi.
Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang penelitian tindakan, Kemmis
(1983) misalnya menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan upaya
mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki atau mengubah
sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi (Syamsuddin, 2007 : 1991).
Selanjutnya Kemmis dan Taggart (1985) menyatakan bahwa penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian reflektif yang secara kolektif dilakukan peneliti
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek
pendidikan dan sosial serta dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka
377

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dapat memahami pengalaman mereka serta memahami bagaimana


mempraktekan ini di lingkungan kerja mereka. Dengan kata lain penelitian
tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisir suatu
kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman dan membuat
pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.
Sementara yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merencanakan,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh seorang guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa (Suharsimi, 2008 : 3-4) .
Penelitian tindakan kelas dikakukan untuk:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan
2. Memperbaiki kualitas proses pembelajaran (Mc Niff, 1992)
3. Pengembangan ketrampilan guru bertolak dari kebutuhan dalam memecahkan
problem yang dihadapi di kelas (Borg, 1986).
4. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang disertai mekanisme
koreksi diri dari guru (built in self-correcting mechanism) untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
2. Fungsi dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Fungsi Penelitian Tindakan sebagaimana yang dikemukakan oleh Cohen dan
Manion (1980) sebagaimana dikutip Syamsuddin, 2007 : 200 adalah:
1. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan cara
diagnosis dalam situasi tertentu.
2. Sebagai alat dalam pelatiahan jabatan
3. Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif dalam
pengajaran.
4. Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antar guru di lapangan dan
peneliti akademis.
Penelitian tindakan kelas apabila dilakukan dengan baik oleh guru akan
menghasilkan manfaat bagi:
1. Terwujudnya inovasi pembelajaran
2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas.
3. Peningkatan profesionalisme guru
3. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
378

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Mengacu pada Suharsimi Arikunto dkk. (2008: 6-12), prinsip penelitian


tindakan kelas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
PTK dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin dengan harapan
bahwa peneliti akan mendapatkan data dalam situasi wajar sehingga hasil
PTK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar mengajar
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Pada dasarnya manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi ada
keinginan pada tiap diri manusia untuk menginginkan sesuatu yang lebih
baik. PTK dilakukan oleh seorang guru bukan dalam konteks keterpaksaan
atau permintaan dari pihak lain akan tetapi atas kesadaran dan inisiatif guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada
peningkatan kualitas peserta didik.
3. SWOT (strength: kekuatan, weakness: kelemahan, opportunity: kesempatan,
threat: ancaman) sebagai dasar berpijak. Kekuatan dan kelemahan yang ada
pada diri peneliti dan subyek tindak diidentifikasi secara cermat. Dua unsur
lain, yaitu kesempatan dan ancaman diidentifikasi dari pihak yang ada di luar
diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subyek yang dikenai
tindakan.
4. Upaya empiris dan sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penreapan dari prinsip ketiga.
5. Prinsip SMART
Spesifik khusus, tidak terlalu umum
Managable dapat dikelola, dilaksanakan
Acceptable dapat diterima lingkungan atau Achievable dapat dicapai
Realistic operasional, tidak di luar jangkauan; dan
Time-bound diikat oleh waktu, terencana.
Sedangkan menurut Sukidin, dkk (2002: 19-21), prinsip-prinsip dari
penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya
sebagai pengajar,
2. Metode pengumpulan data yang akan digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
Dengan kata lain, guru mampu menangani prosedur pengumpulan data dan ia
tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.
3. Metodologi yang digunakan harus reliable
4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan
masalah yang cukup merisaukannya.
379

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

5. Dalam melaksanakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh


kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
6. Permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata
pelajaan tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara
keseluruhan.
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Supardi, karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah:
1. Inkuiri-reflektif
Penelitian tindakan kelas menggunakan metode yang longgar, namun tetap
menerapkan metodologi yang taat asa (disciplined inquiry) dalam hal
pengumpulan data yang menekankan pada obyektivitas. Proses dan temuan
dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematis dan mendalam.
2. Kolaboratif
Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan sendiri oleh peneliti di luar
kelas (dosen), tetapi harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan
kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
perbaikan yang diinginkan dan tidak bisa bersifat basa-basi.
3. Reflektif
Berbeda dengan penelitian formal lainnya yang bersifat empiriseksperimental, penelitian tindakan kelas bersifat reflektif karena dilakukan
secara terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang
kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya
dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna
memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.
Menurut Sukardi (2008:211-212), karakteristik penelitian tindakan adalah:
1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti
dalam kehidupan profesi sehari-hari
2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment berupa tindakan yang
terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan
kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subyek yang diteliti
3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,
tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun
kerja mandiri secara intensif
4. Adanya langkah berpikir reflektif atau reflective thinking dari peneliti baik
sesudah maupun sebelum tindakan.
380

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sedangkan menurut Priyono dalam makalahnya berjudul Action Research


sebagai Strategi Pengembangan Profesi Guru (1999), karakteristik penelitian
tindakan kelas adalah sebagi berikut:
1. Masalah yang dijadikan obyek penelitian muncul dari dunia kerja peneliti
2. Bertujuan memecahkan masalah untuk meningkatkan kualitas
3. Menggunakan data yang beragam
4. Langkah-langkahnya merupakan siklus
5. Mengutamakan kerja kelompok
5. Perbedaan Antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Formal
Lainnya
Dimensi

PTK

Penelitian Formal

Motivasi

Melakukan tindakan

Mencari kebenaran

Sumber masalah

Diagnosis of status

Induction-deduction

Tujuan

Mempraktekkan

Memverifikasi dan
menemukan
pengetahuan umum

Keterlibatan
peneliti

Guru/dosen, peneliti
dari dalam

Peneliti dari luar,


pengamat

Sampel

Kasus tertentu

Representative sample

Metodologi

Bebas tapi tetap


menjaga objektifitas

Mengikuti kaidah baku

Interpretasi temuan untuk memahami


praktek tindakan
melalui refleksi teori
para praktisi

untuk menjelaskan dan


membangun teori yang
dilakukan para
ilmuwan

Hasil akhir

Pengetahuan yang
teruji

Proses pembalajaran
yang lebih baik

6. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas


a. Ide Awal
Seseorang yang berkehendak melaksanakan suatu penelitian baik berupa
penelitian positivisme, naturalistik, analisis isi maupun PTK selalu mengawali
dengan gagasan gagasan atau ide ide, dan gagasan itu dimungkinkan yang
dapat dikerjakan atau dilaksanakannya. Pada umumnya ide awal yang menggayut
381

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

di PTK ialah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu


kelas. Ide awal tersebut di antaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh
untuk mengatasi permasalahan. Penerapan PTK berarti peneliti mau berbuat
sesuatu demi terciptanya suatu perubahan dan perbaikan di dalam kelas.
b. Pra-survei
Pra-survei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang
terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Bagi pengajar yang bermaksud
melakukan penelitian di kelas yang menjadi tanggung jawabnya tidak perlu
melakukan pra-survai karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan
kelas sudah secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang
dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana pengajaran
maupun sikap siswanya. Dengan demikian para guru yang sekaligus sebagai
peneliti di kelasnya sudah akan mengetahui kondisi kelas yang sebenarnya.
c. Diagnosis
Diagnosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas
yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah
perlu melakukan diagnosa atau dugaandugaan sementara mengenai timbulnya
suatu permasalahan yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil
diagnosis, peneliti PTK akan dapat menentukan berbagai hal, misalnya strategi
pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam kaitannya
dengan implementasi PTK.
d. Perencanaan
Perencanaan dalam PTK dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu perencanaan
umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum dimaksudkan untuk
menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK.
Sementara itu, perencanaan khusus dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari
siklus per siklus. Oleh karenanya perencanaan khusus ini akan terjadi
pengulangan atau perencanaan ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan di
antaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
atau strategi pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan sebagainya.
Perencanaan dalam hal ini kurang lebih hampir sama dengan apabila kita
menyiapkan suatu kegiatan belajar-mengajar.
e. Implementasi Tindakan
382

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu


tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan,
materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.
f. Pengamatan
Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti
atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk itu. Pada saat melakukan
monitoring pengamat perlu mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di
kelas penelitian. Misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan
sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi, penyerapan siswa terhadap
materi yang diajarkan, dan sebagainya.
g. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah upaya evaluasi
yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu
PTK yang dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya
diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan
demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan
hasil observasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan
(replanning) selanjutnya ditentukan.
h. Penyusunan Laporan
Laporan hasil penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu
disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir.
i. Kepada Siapa Hasil PTK dilaporkan
Sebenarnya, PTK lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan utama PTK
adalah self-improvement melalui self-evaluation dan self-reflection, yang pada
akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.
Dengan demikian hasil pelaksanan PTK berupa terjadinya inovasi pembelajaran
akan dilaporkan kepada diri si peneliti (guru sendiri). Guru perlu mengarsipkan
langkahlangkah dan teknik pembelajaran yang dikembangkan melalui aktifitas
PTK demi perbaikan proses pembelajaran yang dia lakukan di masa yang akan
datang. Namun demikian, hasi PTK yang dilaksanakan tidak tertutup
kemungkinan untuk diikuti oleh guru lain atau teman sejawat. Oleh karena itu
guna melengkapi predikat guru sebagai ilmuwan sejati, guru perlu juga
menuliskan pengalaman melaksanakan PTK tersebut ke dalam suatu karya tulis
ilmiah. Dengan melaporkan hasil PTK tersebut kepada masyarakat (teman
sejawat, pemerhati/pengamat pendidikan, dan para pakar pendidikan lainnya)
guru akan memperoleh nilai tambah yaitu suatu bentuk pertanggungjawaban dan
383

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

kebanggaan akademis/ilmiah sebagai seorang ilmuwan. Hasil kerja guru akan


merupakan amal jariah yang sangat membantu teman sejawatnya dan siswa
secara khusus. Melalui laporan kepada masyarakat, PTK yang pada awalnya
dilaksanakan dalam skala kecil yaitu di ruang kelas, akan memberi sumbangsih
yang cukup signifikan terhadap peningkatan mutu, proses, dan hasil belajar
siswa.
7. Model Penelitian Tindakan Kelas:
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai
model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian,
karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau
penelitian tindakan.
Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat
komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c)
pengamatan (observing), dan d) refleksi (reflecting) (Rochiati, 2008: 63).
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

b. Model Spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart


Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar
yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas.
Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan)
dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut
disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan
observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan (Rochiati W, 2008:
66). Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu,

384

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus


dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk designnya

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart


pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut
dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada
kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar di atas, tampak bahwa di
dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua
siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung
kepada permasalahan yang perlu diselesaikan.
c. Model Elliot
Elliot adalah seorang pendukung gerakan guru sebagai peneliti. Ia
mengembangkan model penelitian tindakan kelas yang telah dikembangkan oleh
Kemmis. Namun, skema langkah-langkahnya lebih rinci dan berpeluang untuk
lebih mudah diubah sehingga sebenarnya dia telah membuat suatu diagram yang
lebih baik (Rochiati, 2008: 64), sebagaimana diuraikan dalam gambar berikut

385

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Ide Umum

Amanded
General
Idea

Reconnaince

Reconnaince

Revisi Rencana
Menyeluruh

Rencana
Menyeluruh

Rencana
Menyeluruh

Tindakan 2 dst.

Tindakan 1

Tindakan 2 dst.

atau

Monitor dan
Reconnaince

atau

atau
Tindakan 2 dst.

d. Model Ebbut
Model Ebbut diilhami oleh model yang dikemukakan Kemmis dan Elliot.
Ebbut kurang sependapat dengan interpretasi Elliot terhadap model Kemmis,
bahwa Kemis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan biasa.
Sebenarnya, Kemmis menunjukkan bahwa penelitian terdiri dari diskusi,
menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada sehingga mengandung
elemen-elemen analisis. Model Ebbut (Rochiati, 2008: 67) dapat digambarkan
sebagai berikut:

386

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Ide Awal
Temuan dan
D
A
U
R
1

Rencana Umum
Langkah tind. 1
Langkah tind. 2
Langkah tind. 3

Implementasi
Langkah tind I

Monitor Implementasi
dan Efeknya

Penjelasan kegagalan
untuk implemeasi

D
A
U
R
2

Refisi rencana umum

Rencana diperbaiki
Langkah tind. 1
Langkah tind. 2
Langkah tind. 3
Monitor Implementasi
dan Efeknya

Jelaskan setiap
implementasi dan efek
D
A
U
R
3

Implementasi
Langkah berikut

Refisi ide umum


Rencana diperbaiki
Langkah tind. 1
Langkah tind. 2
Langkah tind. 3

Monitor Implementasi
dan Efeknya

Implementasi
Langkah berikut

e. Model McKernan
Model yang dikemukakan dikenal juga dengan model proses waktu (a time
proces model). Menurut McKernan (Rochiati, 2008: 69), dalam penelitian tidak
387

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

perlu terikat oleh waktu, terutama untuk pemecahan masalah hendaknnya


dilakukan secara rasional dan demokratis.

DAUR 2

TINDAKAN DAUR 1

Penetapan

Definisi
masalah

Penetapan

Definisi
masalah

Evaluasi
Tindakan

Need
Assessement

Evaluasi
Tindakan

Need
Assessement

Implementasi
Tindakan

Hipotesis Ide

Implementasi
Tindakan

Hipotesis Ide

Develop action T 1

Develop action T 2

8. Sistematika Proposal PTK dan Teknik Pengembangannya


Sistematika proposal PTK paling tidak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
Judul
Latar Belakang Masalah
Permasalahan
Cara Pemecahan Masalah
Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
Rencana Penelitian:
Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Variabel yang diselidiki
Rencana Tindakan
Data dan cara pengumpulannya
Indikator Kinerja
Tim peneliti dan tugasnya
388

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Jadwal Penelitian
Rencana Anggaran
Lampiran

a. Judul
Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan
serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah.
Judul PTK memuat unsur-unsur sebagai berikut: (1) Masalah, artinya judul
menggambarkan masalah atau dengan kata lain masalah tergambar dalam judul.
(2) Tindakan, dalam judul PTK harus dimunculkan solusi tindakan dari
permasalahan yang diangkat. (3) Setting penelitian, judul penelitian juga perlu
memuat setting mata pelajaran dan pokok bahasan atau kompetensi dasar yang
hendak diberi solusi, waktu dan tempat (kelas, sekolah) yang dijadikan
penelitian. Contoh judul PTK adalah sebagai berikut: Penerapan Cara Belajar
Aktif Model Pencocokan Kartu Indeks untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran Sains Pokok Bahasan Bumi dan Alam Semesta pada Siswa Kelas
III MI Maarif Sambiroto Sidoarjo Tahun 2009/2010.
b. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi
penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus
ditunjukkkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan
guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitianpenelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi
mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui
PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian
formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.
c. Permasalahan
Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan
secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar-benar di angkat
dari masalah keseharian di kelas yang memang layak dan perlu diselesaikan
melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan
permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian
permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang
dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga
gambaran permasalahan yang perlu ditangani itu nampak menjadi perumusan
masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut.
Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.
389

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

d. Cara Pemecahan Masalah


Dalam bagian ini dikemukakan cara yang diajukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang diajukan hendaknya
mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak dari hasil analisis
masalah. Di samping itu, juga harus terbayangkan kemungkinan kemanfaatan
hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan dan/atau peningkatan
implementasi program pembelajaran dan/atau berbagai program sekolah lainnya.
Juga harus dicermati artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan
penelitian formal.
e. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan sasaran antara dan
akhir tindakan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan
yang dikemukakan dalam bagian bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,
artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat
dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa
dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru,
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya.
Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan
tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara
obyektif. Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.
Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan
penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungankeuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung
(direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi
rekan-rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru.
Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu.
Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun
kemungkinan kehadirannya tidak ditolak.
f. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
Pada bagian ini diuraikan landasan substantif dalam arti teoritik dan/atau
metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternatif, yang akan
diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik
390

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

pengalaman peneliti pelaku PTK sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku


PTK lain di samping terhadap teori-teori yang lazim termuat dalam berbagai
kepustakaan. Argumentasi logik dan teoretik diperlukan guna menyusun
kerangka konseptual agar hipotesis tindakan dapat dirumuskan. Namun begitu
terdapat pendapat yang memandang kerangka teori ini bukan sebagai suatu
keharusan, artinya bersifat tentatif saja atau bila dipandang perlu.
g. Rencana Penelitian
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di
kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti
komposisi siswa pria dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang
mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dan lain
sebagainya. Aspek substantif permasalahan seperti Matematika kelas II SMP
atau bahasa Inggris kelas III SMA, juga dikemukakan pada bagian ini.
2. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan
titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut
dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan
pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain
sebagainya; (2) variabel proses penyelenggaran KBM seperti interaksi
belajar-mengajar, keterampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara
belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan
sebagainya, dan (3) variabel output seperti rasa keingintahuan siswa,
kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil
belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui
tindakan perbaikan dan sebagainya.
3. Rencana Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan
pembelajaran, seperti :
1)
Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK
yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes
diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan skenario
pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK,
dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Di samping itu juga diuraikan alternatif
alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah.
Format kemitraan antara guru dengan dosen LPTK juga dikemukakan
pada bagian ini.
391

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

2)

Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar.


Skenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan
diterapkan.
3)
Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan
penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan perbaikan yang dirancang.
4)
Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap
hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan
serta kriteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
4. Data dan cara pengumpulannya
Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan
dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan
perbaikan yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang
dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi
keduanya.
Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus
diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan
jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan
format dan alat bantu rekam yang akan digunakan), penggambaran interaksi
dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai
prosedur asesmen dan sebagainya. Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan
data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, Para guru
juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber
data.
Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus
mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu.
Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang
jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat
saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan
interpretasi data.
5. Indikator Kinerja
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan
secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan
melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa, misalnya
perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah
392

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tampak dan patut diduga
sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
6. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumkan namanama anggota tim peneliti
dan uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang
dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
h. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan
urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
i. Rencana Anggaran
Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan finansial untuk tahap
persiapan pelaksanan penelitian, dan pelaporan.
j. Lampiran dan Lain Lain
Bagian lampiran dapat berisi curriculum vitae ketua dan para anggota tim
inti. Curriculum vitae tersebut memuat identitas ketua anggota tim peneliti,
riwayat pendidikan, pelatihan di bidang penelitian yang telah pernah diikuti, baik
sebagai penatar/pelatih maupun sebagai peserta, dan pengalaman dalam
penelitian termasuk di PTK. Hal-hal lain yang dapat memperjelas karakteristik
kancah PTK yang diusulkan dapat disertakan dalam usulan penelitian.
9. Penyusunan Laporan PTK
Dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, perlu mengikuti garis
besar sistematika yang umum digunakan. Secara garis besar laporan dibagi dalam
tiga bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian isi dan bagian penunjang.
a. Bagian Pembukaan
Bagian pembukaan terdiri dari:
1. Halaman judul
2. Halaman pengesahan
3. Abstrak (jika perlu)
4. Kata pengantar
5. Daftar isi
6. Daftar lampiran
7. Daftar tabel (kalau ada)
b. Bagian Isi
393

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pada bagian isi laporan memuat lima bab penting. Bab dalam bagian isi
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bagian penting dalam bab ini adalah
Latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dideskripsikan data faktual
awal yang menunjukkan terjadinya masalah, tempat/setting, pentingnya
masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan. Masalah diuraikan
untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar perlu diteliti dan nyata dan
berada dalam kewenangan guru. Masalah diuraikan untuk ditunjukkan
bahwa ia problematik/perlu/mendesak untuk dipecahkan, resiko kalau
masalah tidak segera dipecahkan.
Rumusan masalah, yang dimaksud adalah rumusan masalah dalam
kalimat pertanyaan. Namun ada pula yang berpendapat rumusan masalah
dalam bentuk kalimat pernyataan.
Tujuan penelitian, peneliti menguraikan tujuan penelitian yang diinginkan
baik tujuan umum maupun khusus sehingga tampak jelas indikator
keberhasilannya. Indikator perlu ditulis karena akan menjadi target dari
tindakan yang akan dilakukan.
Manfaat penelitian, di sini dikemukan manfaat bagi siswa, guru, maupun
stakeholders lain.
Agar terdapat konsistensi, pada bab ini peneliti harus melihat kembali
proposal yang pernah disusun dengan lebih rinci dan lengkap. Tidak dibenarkan
bahwa laporan penelitian jauh berbeda dengan proposal yang pernah dirancang.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
Kajian teori dan pustaka diperlukan untuk memberi petunjuk bahwa suatu
tindakan dibenarkan secara teoritis. Dalam penelitian tindakan kelas kajian teori
tidak ditujukan untuk menguji teori yang sudah ada. Literatur yang dipergunakan
dapat berupa tulisan tangan kedua atau dokumen sekunder. Tujuannya untuk
memperkuat dasar teori yang ada pada bab ini. Cakupannya dapat berupa:
1. Teori-teori terkait yang memberi arah tentang variable permasalahan yang
dipecahkan serta variable tindakan yang digunakan untuk mengatasinya.
2. Argumen teoritis yang dikemukakan peneliti untuk menunjukkan bahwa
tindakan yang diambil didukung oleh referensi yang ada sehingga secara
teoritis tindakan tersebut memiliki dukungan.
3. Action tertentu yang dimungkinkan dapat meningkatkan mutu KBM. Di sini
dikemukakan kerangka berpikir yang menggambarkan langkah dan arah
penelitian tindakan.
394

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

4. Hipotesis tindakan (jika diperlukan)


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini dikemukakan metodologi penelitian yang mencakup unsurunsur sebagai berikut:
1. Subjek penelitian
2. Setting penelitian (tempat)
3. Desain (rancangan penelitian atau cara pokok penelitian; siklus yang
dilakukan; alat, materi, dan media yang perlu dipersiapkan).
4. Jenis instrumen dan cara penggunaannya.
5. Pelaksanaan tindakan. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional artinya
berbasis pada akar penyebab masalah; dan feasible (dapat dilakukan dengan
tidak ambisius), artinya tindakan didukung adanya materi, waktu, serta
prasarana lain.
6. Cara pengamatan
7. Analisa data dan refleksi. Data yang dianalisis, cara analisis serta dampak
tindakan, kemajuan yang diperoleh, maupun kelamahan yang ditemukan.
Kemukakan tahapan siklus berikutnya sesuai hasil analisis dan refleksinya.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi tentang:
1. Deskripsi setting penelitian, diberikan gambaran kondisi lapangan saat
tindakan dilakukan, secara kualitatif maupun kuantitatif tentang semua
aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian.
2. Hasil penelitian, disajikan data lengkap dari setiap siklus, sehingga
memberikan gambaran yang jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh
dari hasil kegiatan observasi menyangkaut berbagai aspek konsentrasi
penelitian. Sajian data ini dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan
diberikan berbagai penjelasan dan analisis data.
3. Pembahasan, pembahasan hasil penelitian dari seluruh siklus dan semua
aspek konsentrasi penelitian dengan diformulasikan dalam bentuk tabel,
grafik, serta dibahas setiap aspek yang diketahui adanya peningkatan, atau
tidak adanya perubahan dengan berbagai alasan yang rasional dan logis.
Jika dapat dikuatkan dengan teori yang relevan maka dapat meningkatkan
kualitas pembahasan hasil penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini terdiri dari:
395

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Simpulan, dikemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada


bab sebelumnya, dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan
penelitian.
2. Saran, ada dua macam saran (a) saran untuk penelitian lanjut, dan (b)
saran penerapan hasil penelitian.
c. Bagian Penunjang
Bagian ini terdiri dari
1. Daftar pustaka
2. Lampiran-lampiran yang diperlukan
3. Lampiran instrumen penelitian
Rangkuman
1. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya
sendiri dengan jalan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dan siswi dapat meningkat. Penelitian
tindakan kelas dilakukan untuk:
b. Meningkatkan kualitas pendidikan
c. Memperbaiki kualitas proses pembelajaran
d. Pengembangan ketrampilan guru bertolak dari kebutuhan dalam memecahkan
problem yang dihadapi di kelas.
e. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang disertai mekanisme
koreksi diri dari guru (built in self-correcting mechanism) untuk
meningkatkan profesionalisme guru.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas adalah:
a. Inkuiri-reflektif
Penelitian tindakan kelas menggunakan metode yang longgar, namun tetap
menerapkan metodologi yang taat asa (disciplined inquiry) dalam hal
pengumpulan data yang menekankan pada obyektivitas. Proses dan temuan
dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematis dan mendalam.
b. Kolaboratif
Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan sendiri oleh peneliti di luar
kelas (dosen), tetapi harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan
kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan
perbaikan yang diinginkan dan tidak bisa bersifat basa-basi.
396

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

3.

4.

5.

6.

c. Reflektif
Berbeda dengan penelitian formal lainnya yang bersifat empiriseksperimental, penelitian tindakan kelas bersifat reflektif karena dilakukan
secara terus menerus untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang
kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurang-efektifan, dan sebagainya
dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaatkan guna
memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya.
Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Prinsip penelitian tindakan kelas, antara lain:
a. Tidak mengganggu proses atau kegiatan belajar mengajar
b. Berangkat dari masalah guru
c. Tidak terlalu menyita waktu
d. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari segi
kemampuan maupun waktunya.
e. Metodologi yang digunakan terencana dengan cermat
f. Permasalahan benar-benar nyata
g. Peneliti memperhatikan etika dan rambu-rambu penelitian
h. Penelitian merupakan upaya berkelanjutan
i. Penelitian yang menggunakan kelas, penelitian tidak semata-mata sebatas
kepentingan kelas tetapi dalam perspektif lingkup sekolah.
Sebelum melaksanakan PTK, seorang guru/peneliti harus melalui tujuh langkah
berikut, yaitu: [1] menemukan masalah; [2] melakukan identifikasi masalah; [3]
menentukan "batasan masalah"; [4] menganalisis masalah dengan menentukan
faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama ternjadinya masalah; [5]
merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan
"hipotesis-hipotesis tindakan" sebagai pemecahan; [6] menentukan "pilihan
hipotesis tindakan" pemecahan masalah; [7] merumuskan judul PTK.
Model-Model Penelitian Tindakan Kelas, yaitu:
a. Model Kurt Lewin
b. Model Spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart
c. Model John Elliot
d. Model Ebbut
Sistematika proposal PTK paling tidak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar Belakang Masalah
c. Permasalahan
d. Cara Pemecahan Masalah
e. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
397

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

f. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan


g. Rencana Penelitian:
1) Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
2) Variabel yang diselidiki
3) Rencana Tindakan
4) Data dan cara pengumpulannya
5) Indikator Kinerja
6) Tim peneliti dan tugasnya
h.
Jadwal Penelitian
i. Rencana Anggaran
10. LATIHAN SOAL
I. Pilihlah jawaban di bawah ini dengan tepat!
1. Suatu bentuk penelitian reflektif yang secara kolektif dilakukan peneliti
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek
pendidikan dan sosial serta dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga
mereka dapat memahami pengalaman mereka serta memahami bagaimana
mempraktekan ini di lingkungan kerja mereka disebut...
a. Penelitian Kolektif
b. Penelitian Tindakan Kelas
c. Penelitian Kualitiatif
d. Penelitian Kuantitatif
2. Berikut ini yang tidak termasuk manfaat penelitian tindakan kelas yaitu
1) Mewujudkan inovasi pembelajaran
2) Mengembangkan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas.
3) Meningkatkan profesionalisme guru
4) Menambah sarana dan prasarana bagi pelatihan guru
3. Dalam prosedur penelitian tindakan kelas, untuk mengetahui secara
detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti maka
diperlukan sebuah...
1) Pra-Survei
2) Refleksi
3) Diagnosis
4) Implementasi Tindakan
4. Perhatikan data-data dibawah ini:
1. Model Kimm Not
2. Model Charles
3. Model Sanders Pierce
398

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

4. Model Kurt Lewin


5. Model Spiral Stephen Kemmis dan Mc Taggart
6. Model John Elliot
7. Model Ebbut
Yang termasuk model-model penelitian tindakan kelas, yaitu:...
1) 1, 2, 3, 4
2) 4, 5, 6, 7
3) 1, 3, 5, 7
4) 2, 4, 6, 7
5. Penelitian tindakan kelas tidak bisa dilakukan sendiri oleh peneliti di luar
kelas (dosen), tetapi harus berkolaborasi dengan guru karena penelitian
tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan dan tidak bisa bersifat basa-basi.
Hal ini menegaskan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki
karakteristik yang bersifat...
1) Reflektif
2) Kolaboratif
3) Inkuiri-Reflektif
4) Afektif
6. Berikut ini yang bukan termasuk contoh judul dari sebuah Penelitian
Tindakan Kelas adalah...
1) Penerapan pendekatan Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam
pembelajaran PAI pada materi zakat mall di kelas IV MI Al-Hidayah
Bandung tahun pelajaran 2010/2011
2) Implementasi pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan
kreatifitas siswa dalam pelajaran PAI pada materi puasa sunnah kelas
VII Mts Negeri Kebonagung tahun pelajaran 2011/2012
3) Partisipasi Wanita Islam Terhadap Pembangunan Mental Agama Di
Desa Tambung Kec. Pademawu Kab. Pamekasan Madura
4) Penerapan metode pembelajaran tematik dalam upaya peningkatan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI dalam pokok bahasan
membiasakan perilaku terpuji di kelas III SD Sumber Agung
Mojokerto tahun pelajaran 2013/2014
7. Berikut ini disajikan data-data yang berkaitan dengan penyusunan laporan
Penelitian Tindakan Kelas:
1) Halaman judul
2) Halaman pengesahan
3) Rumusan Masalah
399

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

4) Abstrak (jika perlu)


5) Kata pengantar
6) Daftar isi
7) Tujuan Masalah
8) Daftar lampiran
9) Manfaat Penelitian
10) Daftar tabel
Yang termasuk bagian bab pendahuluan dalam sebuah laporan Penelitian
Tindakan Kelas adalah...
a. 3, 7, 9
b. 1, 2,3
c. 8, 9,10
d. 4, 5, 7
8. Berikut ini yang termasuk dalam prinsip-prinsip Penelitian Tindakan
Kelas, kecuali...
a. Mengganggu proses atau kegiatan belajar mengajar
b. Berangkat dari masalah guru
c. Tidak terlalu menyita waktu
d. Metode dan teknik yang digunakan tidak boleh terlalu menuntut dari
segi kemampuan maupun waktunya.
9. Pernyataan-pernyataan dibawah ini yang tidak tepat dalam rencana
Penelitian Tindakan Kelas adalah...
a. Rencana anggaran meliputi kebutuhan dukungan psikologi untuk
tahap persiapan pelaksanan, penelitian, dan pelaporan
b. Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang
menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir
c. Menyebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa
dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi
siswa pria dan wanita pada bagian setting penelitian dan karakteristik
subjek penelitian
d. Mencantumkan namanama anggota tim peneliti dan uraian tugas
peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan
setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
10. Pada dasarnya PTK lebih bersifat individual. Hal ini memiliki arti bahwa
tujuan utama PTK adalah...
a. Sebagai self-improvement melalui self-evaluation dan self-reflection,
yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil
belajar siswa.
400

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

b. Upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek untuk memperbaiki


atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
c. Menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru yang disertai
mekanisme koreksi diri dari guru (built in self-correcting mechanism)
untuk meningkatkan profesionalisme guru.
d. Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan cara
diagnosis dalam situasi tertentu.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan tepat!


1. Jelaskan secara rinci karakteristik penelitian tindakan kelas menurut para
pakar?
2. Kontribusi apa yang disumbangkan oleh karakteristik penelitian tindakan
kelas dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran?
3. Apakah seorang guru dapat bertindak secara obyektif dalam melakaukan
penelitian tindakan kelas?
4. Apa kelebihan dan kelemahan penelitian yang dilakukan oleh guru untuk
melakukan penelitian tindakan kelas berdasarkan pada karakteristik yang
ada?
5. Kontribusi apa yang disumbangkan oleh prinsip-prinsip penelitian tindakan
kelas dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran?
6. Bagaimana bila guru melaksanakan penelitian tindakan kelas tanpa harus
memperhatikan prinsip-prinsip dasar penelitian tindakan kelas?
7. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah menyusun proposal PTK
8. Uraikan tahapan melaksanakan PTK menurut Kurt Lewin dan John Elliot

Daftar Pustaka
Aqib, Zaenal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi., Suharjono., Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi
Aksara. Jakarta.
Bakri, Masykuri, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif, Tinjauan Teoritis dan
Praktis. Surabaya. Visi Press.
Bogdan. Robert C., dan Biklen, Sari Knopp. 1982. Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and
Bacon, Inc.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Dirjan
401

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pendidikan Dasar dan Menegah.


Koencoroningrat. 1999. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sebagai

Muhadjir, Noeng. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. IKIP Yogyakarta.


Miles, Matthew B, dan Huberman, A Michael. 1984. Qualitative Data Analysis-A
Sourcebook of New Methods. Thousands Oak: Sage Publications.
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia
Susilo, Herawati., Husnul Khotimah., Yuyun Dwita Sari. 2008. Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon
Guru. Bayumedia Publishing. Malang.
Sukidin. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Insan Cendikia.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Remaja Rosdakarya. Bandung. .

402

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Penelitian Tindakan Kelas

401

DIKLAT PROFESI GURU

LPTK Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

MODUL 4
MATERI AKIDAH AKHLAK

A. Peta Konsep
B. PETA KONSEP
PETA KONSEP
METODE-METODE PE
NINGKATAN KUALITAS
AKIDAH, TAUHID DAN
AKHLAK
A. Menerapkan
prinsipprinsip akidah dalam
kehidupan
B. Menerapkan
metodemetode
peningkatan
kualitas akidah
dalam kehidupan
C. Pengertian
Tauhid,
Macam-macam Tauhid,
Perilaku Orang yang
bertauhid.
D. Pengertian, Menerapkan
Metode-Metode Kualitas
Akhlak.
E. Menerapkan
MetodeMetode Kualitas Akhlak
dalam Kehidupan.

B.

TEOLOGI ISLAM
A. Pengertian, Ruang
Lingkup dan Fungsi
Ilmu Kalam.
B. Aliran-Aliran:
1. Aliran Jabariah
2. Aliran Qadariah
3. Aliran Khawarij
4. Asyariyah
5. Aliran Mutazilah
C. Menghindari Dosa
Besar dan Perilaku
Tercela
1. Mabuk-Mabukan
2. Berjudi
3. Berzina
4. Mencuri
5. Narkiba

TASAWUF DALAM
ISLAM
A. Pengertian dan AsalUsul Tasawuf
B. Karakteristik
Tasawuf
C. Tahapan Spiritual dan
Ajaran Pokok
Tasawuf
D. Peran Tasawuf dalam
kehidupan Modern

Uraian Materi
1. Pengertian Akidah
Akidah secara etimologi berasal dari kata aqd yang berarti ikatan. Artinya saya

ber-itiqad begini. Maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Kata aqd menurut Raghib
al-Asfahani adalah mengikat dua ujung dari sesuatu. Berbeda dengan kata yg juga berarti
ikatan, karena adalah ikatan yg mudah lepas, seperti ikatan sepatu sedangkan akidah adalah
ikatan yang kuat. Akidah adalah apa yang diyakini seseorang dan merupakan perbuatan hati.
Menurut Yusuf Qardawi Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke dalam hati
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat kontrol bagi
tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata Akidah diikuti dengan kata Islam, maka berarti
ikatan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut sama dengan kata iman (keyakinan) yang
terpatri kuat dalam hati.
2

Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati, kepatuhan, kerelaan dan kejujuran dalam
menjalan perintah Allah swt. Oleh sebab itu akidah Islamiyah adalah keterkaitan antara hati,
ucapan dan perbuatan.
Akidah menurut syara Adalah iman kepada Allah, para MalaikatNya, Kitab-kitabNya, para
RasulNya, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk. Ini juga dikenal dengan rukun iman. Oleh
karena itu keimanan dalam agama Islam merupakan dasar atau pondasi yang di atasnya dibangun
syariat Islam. Antara keimanan dan perbuatan atau akidah dan syariat keduanya saling berkaitan
erat, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya seperti dua sisi mata uang.
2. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam bersumber dari al-Quran dan al-Hadis, sehingga mayoritas ulama sepakat
bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah dalam al-Quran sebagaimana
firmanNya dalam Surah al-Baqarah: 177

Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis nabi, ketika
beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab


Artinya:
Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasulrasulNya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada qadar baik maupun
buruk.
3. Tujuan Akidah Islam
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi keimanan
kepada Allah yang wajib disembah. Dalam rangka mengubah kehidupan manusia. Nabi Muhammad
saw. terus menerus menyeruh manusia agar mengikuti agama yang diturunkan Allah dan jangan
bercerai berai atau mengikuti agama lain. Oleh karena itu akidah Islam bertujuan yaitu:

a. Menentukan orientasi kehidupan


Akidah Islam menentukan orientasi kehidupan yang benar kepada ummat Islam dalam
beringkah laku, mendorong mereka untuk melakukan amal kebajikan. Orintasi yang dimaksud
adalah niat yang ikhlas yang terkandung dalam setiap perbuatan manusia.
b. Mempertebal keyakinan
Akidah Islam yang menguatkan dan memantapkan keyakinan akan kebenaran ajaran Islam.
Islam diterima sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran Kitab Al-Quran ini tidak ada
keraguan didalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa (QS. AlBaqarah 2: 2-5).
c. Membangkitkan rasa ketuhanan
Manusia adalah makhluk religi yaitu makhluk yang memiliki naluri beragama, naluri
tersebut sejak ada semenjak manusia hidup, dapat tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi
dan pengaruh yang diterimanya. (QS. Al Araf 7: 172).
Secara esensial manusia dibedakan karena amal ketakwaannya. Bukan karena keturunan,
warna kulit atau kewargaannya, bukan pula pangkat, harta dan jabatan yang disandangnya.
Keyakinan tersebut akan membuat manusia terlepas dari penindasan, perbuatan, karena itu
bertentangan dengan akidah Islam yang diyakininya.
d. Memberikan kepastian
Akidah Islam memberikan pedoman hidup yang pasti dan pegangan kuat, supaya dapat
membedakan mana yang baik yang harus dijalankannya, dan mana yang buruk yang harus dijauhi.
(QS. Al Baqarah 2: 185).
e. Berani berjuang
Akidah Islam akan mendorong manusia berani berjuang menegakkan kebenaran, berani
dalam pengertian bahwa seseorang mempunyai kesiapan untuk menyatakan kebenara. Kebenaran
sudah mendarah daging dalam kehidupannya. Dia rela terhina dihadapan manusia karena
menjunjung tinggi kebenaran.
f. Bertawakkal dan tenteram
Seseorang yang memiliki dan kuat akidahnya meyakini bahwa segala sesuatu akan terjadi
atau gagal karena kehendak dari Allah. Tugas utama manusia adalah bekerja, ikhtiar berdasarkan
ketetapan yang benar, sedangkan hasilnya diserahkan pada Allah atau bertawakkal.
4. Iman, Islam dan Ihsan
Di dalam Islam dan Iman terkumpul agama secara keseluruhan. Ketika Nabi saw. ditanya
oleh Jibril tentang 3 hal tersebut, Nabi memberikan jawaban yang berbeda, berikut uraiannya.

Iman
Kita telah mengetahui jawaban Rasulullah dalam hadis jibril, Nabi saw. menjawab ada 6 yang
wajib dipercayai, tapi pada hadis yang lain beliau juga menyebut hal-hal lain sebagai Iman, seperti
akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya. Itu
semua adalah iman yang merupakan pembenaran batin.Tidak ada sesuatu yang mengkhususkan
iman untuk hal-hal yang bersifat batin belaka. Justru yang ada adalah dalil yang menunjukkan
bahwa amal-amal lahiriah juga disebut iman. Sebagiannya adalah apa yang telah disebut Rasulullah
sebagai Islam.
Beliau telah menafsirkan iman kepada utusan Bani Abdil Qais dengan penafsiran Islam yang
ada dalam hadis Jibril. Sebagaiman yang ada dalam hadis syuabul iman (cabang-cabang iman).
Rasulullah bersabda, Yang paling tinggi adalah ucapan, La ilaha illallah dan yang paling rendah
menyingkirkan gangguan dari jalan. pada hal apa yang terdapat diantara keduanya adalah amalan
lahiriah dan batiniah.
Sudah diketahui bersama bahwa beliau tidak memaksudkan hal-hal tersebut menjadi iman
kepada Allah tanpa disertai iman dalam hati, sebagimana telah dijelaskan dalam banyak dalil syari
tentang pentingnya iman dalam hati. Jadi, syiat-syiar atau amalan-amalan yang bersifat lahiriah
yang disertai dengan iman dalam dada itulah yang disebut iman. Dan makna iman mencakup
pembenaran hati dan amalan perbuatan, dan itulah istIslam (penyerahan diri) kepada Allah.
Islam
Rasulullah banyak menamakan beberapa hal dengan sebutan Islam, umpamanya: taslimul
qalbi (penyerahan hati), Salamatunnas minal lisan wal yad (tidak menyakiti orang lain dengan lisan
dan tangan), menberikan makan, serta ucapan yang baik. Semua perkara ini, yang disebut
Rasulullah sebagai Islam yang mengandung nilai penyerahan diri, ketundukkan dan kepatuhan yang
nyata.
Hukum Islam terwujud dan terbukti dengan dua kalimat syahadat, menegakkan shalat,
membayar zakat, puasa Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitullah. Ini semua adalah syiar-syiar
Islam

yang

paling

tampak.

Seseorang

yang

melaksanakannya

berarti

sempurnalah

penghambaannya. Apabila ia meninggalkannya berarti ia tidak tunduk dan berserah diri.


Lalu penyerahan hati, yakni ridha dan taat, dan tidak mengganggu orang lain, baik dengan
lisan atau tangan, ia menunjukkan adanya rasa ikatan ukhuwah imaniyah. Sedangkan tidak
menyakiti orang lain merupakan bentuk ketaatan menjalankan perintah agama, yeng memang
menganjurkan kebaikan dan melarang mengganggu orang lain serta memerintahkan agar
mendermakan dan mendorong serta mencintai perkara-perkara yang baik. Ketaatan seseorang
dengan berbagai hal tersebut juga hal lainnya adalah termasuk sifat terpuji,yakni jenis kepatuhan
5

dan ketaatan, dan ia merupakan gambaran yang nyata tentang Islam. Hal-hal tersebut mustahil dapat
terwujud tanpa pembenaran hati (iman). Dan berbagai hal itulah yang disebut sebagai Islam.
Berdasarkan ulasan tersebut dapat dikatakan, sesungguhnya sebutan Islam dan iman apabila
bertemu dalam satu tempat maka Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah, sedangkan iman
ditafsirkan dengan keyakinan-keyakinan batin. Tetapi, apabila dua istilah itu dipisahkan atau
disebut sendiri-sendiri, maka yang satu ditafsiri dengan yang lain. Artinya Islam itu ditafsiri dengan
keyakinan dan amal, sebagaimana halnya iman juga ditafsiri demikian.
Keduanya adalah wajib, ridha Allah tidak dapat diperoleh dan siksa Allah tidak dapt
dihindarkan kecuali dengan kepatuhan lahiriah disertai dengan keyakinan batiniah. Jadi tidak sah
pemisahan antara keduanya.
Seseorang tidak dapat menyempurnakan iman dan Islamnya yang telah diwajibkan atasnya
kecuali dengan mengerjakan perintah dan menjauhkan diri dari laranganNya. Sebagaimana
kesempurnaan tidak mengharuskan sampainya pada puncak yang dituju. Karena adanya bermacammacam tingkatan sesuai dengan tingginya kuantitas dan kualitas amal serta keimanan.
Ihsan
Kata ihsan berasal dari bahasa Arab, yaitu ahsana, yahsinu, ihasanan, yang artinya berbuat
baik atau berbuat kebaikan. Kata ihsan dalam al-Quran diulang sebanyak 12 kali, dengan arti yang
beraneka ragam. Di antaranya ada yang berarti berbuat baik atau kebaikan. (QS. Al-Baqarah, 2 :
178). Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (Q.S. An-Nahl, 16
: 90). Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu) : Janganlah kamu
menyembah Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. Q.S. al-Baqarah, 2 :83).
Pada ayat-ayat tersebut kata ihsan selalu diartikan berbuat baik, dan dihubungkan dengan
berbagai masalah sosial, yaitu berbuat baik dalam bentuk mau memaafkan kesalahan orang lain,
dalam memimpin masyarakat atau memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan dalam
hubungannya dengan kedua orang tua. Dengan demikian kata ihsan lebih menunjukkan pada akhlak
yang mulia. Sedangkan arti ihsan sebagaimana digunakan dalam arti istilah adalah merasa
diperhatikan oleh Allah, sehingga ia tidak berani melakukan pelanggaran atau meninggalkan
perintah Tuhan.
5. Aliran Teologi dalam Islam
Teologi Islam atau ilmu kalam sebagai disiplin ilmu pengetahuan, baru muncul sekitar abad
ke-3 Hijrah. Hal ini sama sekali bukan berarti aspek akidah atau teologi tidak mendapat perhatian
dalam ajaran Islam atau ilmu-ilmu keIslaman, bahkan sebaliknya dalam agama Islam aspek akidah
merupakan inti ajarannya.
6

Pada waktu itu umat Islam masih bersatu dalam segala persolan pokok akidah, bersatu dalam
memahaminya. Umat Islam waktu itu tidak pernah berkeinginan untuk mengungkit persoalan
akidah yang telah tertanam dan berakar kuat dihati umat Islam.
Umat Islam terus mengisi ruang sejarah yang terus berjalan hingga sejarah itu sendiri
melahirkan beberapa persoalan yang muncul kemudian yang harus dihadapi umat Islam, termasuk
dengan munculnya persoalan-persoalan dalam masalah teologi.
a. Masalah Status dan Nasib Pelaku Dosa Besar
Ketika Nabi Muhammad saw, masih hidup, semua persoalan agama dapat ditanyakan kepada
beliau secara langsung. Dan jawaban dari persoalan tersebut dapat diperoleh secara langsung dari
Rasulullah saw. Para sahabat dan kaum muslimin percaya dengan sepenuh hati, bahwa apa yang
diterima dan disampaikan oleh Nabi adalah berdasarskan wahyu Allah. Dengan demikian, tak ada
keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya. Dalam masalah akidah atau teologi, umat Islam pada
masa Nabi saw, tidak terjadi perpecahan atau pengelompokan. Mereka semua bersatu dalam
masalah akidah sampai pada masa dua kepemimpinan khulafaur zrasyidin, yakni pada masa
pemerintahan khalifah Abu Bakur As-Siddiq dan Khalifah Umar bin Khattab. Karena pada masa
setelahnya umat Islam telah terusik nafsunya untuk mengambil pemahaman secara sepihak menurut
versi kelompoknya dalam masalah agama termasuk persoalan akidah atau teologi yang dalam
agama Islam merupakan ajaran yang pokok.
Persoalan teologi dalam umat Islam memang bukan merupakan persoalan yang muncul
sebagai persolan teologis. Namun persoalan-pesoalan teologi dalam umat Islam muncul
dikarenakan isu persoalan politik yang melahirkan persistiwa pembunuhan Usman bin Affan
sebagai khalifah umat Islam yang sah pada watu itu. Dan dalam peristiwa pembunuhan tersebut
yang terlibat langsung adalah umat Islam. Ternyata, persoalan pertama yang muncul dalam Islam
justru persoalan politik yang kemudian disusul persoalan teologi. Ketika Nabi saw. Wafat, yang
terpikir didalam kalangan umat (para sahabat) adalah siapa pengganti Rasulullah saw.? Dan
berlanjut sampai khalifah Usman yang terbunuh merupakan titik awal lahirnya permasalahan
teologi yang dipertentangkan. Dari peristiwa pembunuhan Usman yang menjadi permaslahan
adalah dosa apa yang telah diperbuat olehnya, dan bagaimana dosanya bagi orang-orang yang
membunuh beliau? Peristiwa pembunuhan itu sebenarnya merupakan peristiwa politik, yakni
sebagai tanggapan terhadap kebijaksanaan pemerintahan yang dijalankan pada waktu itu.
Pembicaraan masalah dosa tersebut semakin meningkat ketika terjadi perebutan kekuasaan
antara Ali dan Muawiyah dengan keputusan akhir adanya arbitrase (tahkim) Kelompok yang tidak
setuju adanya arbitrase, menganggap bahwa orang terlibat dalam persolan arbitrase, seperti Ali bin
Ali Thalib, Muawiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al Asyary dan lain-lain, dianggap kafir, karena
7

telah mengambil hukum yang tidak berdasarkan Al-Quran. Karena Allah berfirman didalam AlQuran surat Al-Maidah ayat 44,


Artinya:
Barang siapa yang tidak memutuskan, menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah: 44)
Mereka (kaum Khawarij) berpendapat bahwa hal serupa itu tidak dapat diputuskan oleh
arbitrase manusia. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang
ada dalam Al-Quran, la hukma illa lillah (Tidak ada hukum selain dari hukum Allah) atau La
Hukama Illa Allah (Tidak ada pengantara selain dari Allah) menjadi semboyan mereka.
Kemudian pengertian kafir, semakin berkembang tidak hanya pada orang yang tidak
menentukan hukum berdasarkan Al-Quran tetapi juga kepada orang yang berbuat dosa besar.
Persoalan dosa besar mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya. Persoalan
ini menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam. Pertama, aliran Khawarij, berpendapat bahwa
orang yang berdosa besar adalah kafir. Artinya keluar dari Islam (murtad) karena itu ia wajib
dibunuh. Kedua, aliran Murjiah, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar tetap mukmin,
bukan kafir. Adapun dosa yang dilakukannya terserah kepada Allah untuk diampuni atau tidak,
Ketiga, aliran Mutazilah, kaum ini tidak setuju dengan pendapat-pendapat diatas. Baginya orang
yang berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin. Orang yang melakukan dosa besar
mengambil posisi antara mukmin dan kafir. Terkenal dengan paham/istilah Manzilah baina al
Manzilataini.
b. Perbuatan Manusia dalam Kaitannya dengan Perbuatan Tuhan
Persoalan lain dalam masalah teologis berkaitan dengan persoalan perbuatan manusia dalam
kaitannya dengan perbuatan Tuhan. Pertanyaan di sekitar peroalan tersebut diantaranya apakah
manusia melakukan perbuatannya sendiri atau tidak? Apakah perbuatan yang dilakukan oleh
manusia terdapat campur tangan (interfensi) dari Tuhan yang mengatur alam raya ini berserta
seluruh isinya? Kalau Tuhan ikut campur tangan dalam perbuatan manusia, sampai sejauh mana
interfensi Tuhan tersebut: Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengusik para ulama kalam
(mutakallimin) untuk membahasnya.
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan para mutakallimin ini kemudian terbentuk aliranaliran/paham dalam persoalan teologi. Aliran-aliran teologi yang muncul berangkat dari latar
belakang persoalan-persoalan tersebut sebagaimana uraian berikut. Pertama, aliran Jabariyah yang
8

dalam persoalan tersebut memahami bahwa manusia tidak berkuasa atas perbuatannya. Hanya Allah
sajalah yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua amal perbuatan
itu adalah atas qudrat dan iradat-Nya. Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Dalam paham
jabariyah, perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sering digambarkan bagai bulu
ayam yang diikat dengan tali dan digantungkan di udara. Kemana angin bertiup kesanalah bulu
ayam itu terbang. Ia tidak mampu menentukan dirinya sendiri, tetapi terserah angin. Apabila
perbuatan manusia diumpamakan sebagai bulu ayam, maka angin itu adalah Tuhan yang
menentukan kearah mana dan bagaimana perbuatan manusia itu dilakukan.
Kadang-kadang manusia diumpamakan pula seperti wayang yang tidak berdaya. Bagaimana
dan ke mana ia bergerak terserah dalang yang memainkan wayang itu. Dalang bagi manusia adalah
Tuhan. Pahan Jabariyah sebagaimana dikemukakan diatas adalah paham yang dilontarkan oleh
Jahm bin Shafwan, tokoh utama Jabariyah. Aliran ini pun kadang-kadang disebut dengan aliran
Jahamiyah. Menurut paham ini Allah swt., membekali manusia sejak lahirnya dengan qudrat dan
iradat : suatu kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya sendiri dengan akal dan ajaran agama
sebagai pedoman dalam melakukan perbuatan-perbuatan tersebut.
Karena manusia bebas, merdeka, dan memiliki kemampuan mewujudkan perbuatanperbuatannya, ia harus mempertanggungjawabkan perbuatan itu dihadapan Allah swt. Jika ia
banyak melakukan yang baik, ia akan mendapat balasan berupa nikmat dan karunia yang besar.
Sebaliknya, jika perbuatan jahat yang banyak dikerjakan, ia akan disiksa. Karena perbuatan itu
diciptakan dan diwujudkan oleh manusia sendiri, wajar dan adil kalau Tuhan menyiksa atau
member pahala. Dari uraian singkat diatas terlihat bahwa menurut paham Qadariyah, Tuhan tidak
ikut campur tangan dalam perbuatan manusia. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan itu.
Jika perbuatan manusia diciptakan Tuhan seluruhnya, maka taklif tidak ada artinya. Pahala dan
siksa tidak berguna karena perbuatan itu dikerjakan bukan dengan kehendak dan kemauan sendiri.
Ketiga, aliran Asyariyah yang dalam persoalan ini lebih dekat dengan paham Jabariyah dari
pada kepada paham Mutazilah. Untuk menggambarkannya pahamnya mengenai perbuatan
manusia dalam kaitannya dengan perbuatan Tuhan, Asyaryah menggunakan teori Al- Kasb.
c. Sifat-Sifat Tuhan
Persoalan lain yang muncul dalam toelogi Islam selain dua persoalan diatas adalah tentang
sifat Tuhan. Para mutakallimin dalam membahas persoalan tentang sifat Tuhan secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua golongan pendapat yang berlawanan. Pertama, aliran Mutazilah yang
memahami dan membahas persoalan ini dengan berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.
Mereka berargumen jika Tuhan mempunyai sifat, sifat itu mesti kekal seperti halnya dengan Zat
Tuhan. Namun jika demikian maka yang bersifat kekal bukan satu lagi, tetapi banyak. Jika Tuhan
9

itu mempunyai sifat-sifat maka akan menyebabkan paham banyak yang kekal (Taaduddul qudama)
yang selanjutnya melahirkan paham syirik atau polytheisme sebagai suatu yang tidak mendapat
tempat didalam teolegi Islam.
Jadi, menurut Mutazilah Tuhan itu Esa, tidak mempunyai sifat-sifat sebagaimana pendapat
golongan lain. Apa yang dipandang sebagai sifat dalam pendapat golongan, bagi Mutazilah tidak
lain adalah Zat Allah sendiri. Untuk menyucikan keesaan Tuhan, golongan Mutazilah menafikan
sifat-sifat bagi Tuhan. Dengan cara demikian, golongan Mutazilah mengklaim dirinya sebagai
golongan Ahlut Tauhid walAdil. Allah itu benar-benar Esa tanpa ditambah apa-apa.
Kedua, aliran Asyariyah yang membahas persoalan sifat-sifat Tuhan dengan mengambil
sikap yang berlawanan dengan pendapat golongan pertama atau Mutazilah.
Ketiga, aliran Maturidiyah yang dalam hal ini berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifatsifat. Sifat-sifat Tuhan kekal melalui kekekalan yang terdapat dalam esensi Tuhan dan bukan
melalui sifat-sifat itu sendiri. Mereka selalanjutnya mengatakan bahwa Tuhan bersama-sama sifatNya kekal, tetapi sifat-sifat itu sendiri tidaklah sama dengan kekelan Tuhan.
6. Akhlak
a. Definisi Akhlak
Perkataan akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab jama dari bentuk mufradnya
khuluqun ( ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataanKhalkun( )

yang

berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan Khaliq ( ) yang berarti pencipta dan
Makhluk ( )yang berarti diciptakan.
Pola bentuk defenisi Akhlak diatas muncul sebagai mediator yang menjembatani
komunikasi antar Khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan)secara timbal balik yang
kemudian disebut sebagai hablum minallah. Dari produk hablum minallah yang verbal, biasanya
lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola
hubungan antar sesame makhluk).
Kemudian komentar dari Ibnu Athir dalam bukunya Annihayah menerangkan,
Hakikat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya),
sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah
tubuhnya, dan lain sebagainya).
Identik dengan pendapat Ibnu Athir ini, Imam Al-Ghazali menyatakan.
Bilamana orang mengatakan si A itu baik khalgunya dan khuluqnya, berarti si A baik sifat
lahirnya dan sifat batinnya.

10

Jadi, berdasarkan sudut pandang kebahasaan defenisi akhlak dalam pengertian sehari-hari
disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata karma (versi bahasa Indonesia)
sedang dalam Bahasa Inggrinya disamakan dengan istilah moral atau etic.
Begitupun dalam bahasa Yunani istilah akhlak dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau
etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti Etika adalah bahasa manusia untuk menakai
akal budi dan daya pikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau ia mau
menjadi baik. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran. Dalam sebuah kitab yang
ditulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:


Artinya:
Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik
Memahami ungkapan tersebut bisa dimengerti sifat/potensi yang dibawah setiap manusia
sejak lahir: artinya, potensi tersebut sangat tergantung dari cara pembinaan dan pembentukannya.
Apabila pengaruhnya posotif, outputnya adalah akhlak mulia; sebaiknya apabila pembinaaannya
negatif, yang terbentuk adalah akhlak mazmumah (tercela).
Firman Allah surat Al-Syam: 8


Artinya:
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan dan ketakwaannya.
Berikut ini dikemukakan defenisi akhlak menurut beberapa pakar sebagai berikut:
1.

Ibn Miskawaih




Artinya:
Keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dulu)
2.

Iman Al-Ghazali


Artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatanperbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbanganpikiran (lebih dulu).
3.

Ahmad Amin
11


Artinya :
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.
Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah
melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan
gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan yang besar
inilah yang bernama akhlak.
Akhlak darmawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau tidak. Dari
kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi derma. Ketentuan ini
adalah kehendak, dan kendak ini bila dibiasakan akan menjadi akhlak, yaitu akhlak dermawan.
Betapapun semua definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak
berjauhan maksudnya, bahkan akrtinya berdekatan satu dengan yang lain. Sehingga Prof. K.H.
Farid Maruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan,
tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, Dr. M. Abdullah Darroz,
mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak yang
berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak
yang baik) atau pilihan yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).
Selanjutnya menurut Abdullah Darroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai
menifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu:
1.

Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan,

2.

Perbuatan-perbuatan ini dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan karena


adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar, seperti paksaan dari orang lain yang
menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-inda, dan lain
sebagainya.
Beberapa kalangan pengkaji etika maupun akhlak seperti Poeddjawiyatna menklasifikasi

beberapa ukuran baik dan buruk seperti teori hedonisme, utilitarisme, vitalisme, sosialisme,
religeosisme dan humanisme, dengan uraian sebagai berikut;

12

1.

Hedonisme, yaitu sebuah aliran klasik dari Yunani yang menyatakan bahwa ukuran tindakan
kebaikan adalah done, yakni kenikmatan dan kepuasan rasa. Tokoh utama pandangan ini adalah
S. Freud.

2.

Utilitarisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang berguna. Karena ini
jika berbuatan itu dilakukan atas diri sendiri maka itu disebut individual, dan jika terhadap
kepentingan orang banyak disebut sosial.

3.

Vitalisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa ukuran perbuatan baik itu adalah kekuatan
dan kekuasaan. Bahwa yang baik adalah mencermikan kekuatan dalam hidup manusia.

4.

Sosialisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa baik nya sesuatu ditentukan oleh masyarakat.
Jadi, masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya tindakan seseorang bagi anggotanya.

5.

religiosisme, aliran yang mengatakan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai dengan kehendak
Tuhan. Lantas, manakah yang menjadi kehendak Tuhan itu?, ini adalah tugas para theolog
dalam memberikan gambaran.

6.

Humanisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa baik dan buruknya sesuatu itu adalah
sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, atau kemanusiaannya.
Dari sejumlah aliran dalam mengukur baik buruknya sesuatu di atas, bagi Islam tentu saja

memiliki sikap tersendiri. Islam berpandangan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai dengan
kehendak Allah. Meski demikian, tidak mudah menjawabnya, jika muncul pertanyaan yang
manakah yang dikehendaki Tuhan?. Sebagai antaran awal, guna menjawab pertanyaan ini, bahwa
kehendak Tuhan tentu saja adalah apa-apa yang difirmankan di dalam al-Quran dan ajaran praktis
para utusan-utusan-Nya, khususnya terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Lebih
dari itu, pemahaman tentang kebaikan dan keburukan, atau yang dikehendaki oleh Allah dan yang
tidak dikehendaki-Nya dapat pula diperoleh melalui akal, jiwa dan hati.
b. Objek Pembahasan Akhlak
Sebelum sampai kepada pembahasan inti tentang objek akhlak, sebaiknya perlu dipahami
dahulu apa sebenarnya ilmu akhlak itu.
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia. Baik atau buruknya,
benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu ditetapkan dengan mempergunakan ilmu akhlak
sebagai petunjuknya.
Ahmad Amin lebih mempertegas lagi dalam kitabnya Al-Akhlak dengan menyatakan:


.
Artinya:

13

ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang harus diperbuat
oleh sebagian manusia terhdapap sesamanyadan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai
oleh manusia dan perbuatan mereka dan menunjukkan yang lurus yang harus diperbuat.
Jadi, menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsure-unsur sebagai berikut:
a.

Menjelaskan pengertian baik dan buruk,

b.

Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara kita bersikap
atarsesama,

c.

Menjelaskan mana yang patut kita perbuat,

d.

Menunjukkan mana jalan lurus yang harus dilalui.


Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat dipahami

bahwa objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-tindakan seseorang
yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan perbuatan yang termasuk dalam
kategori perbuatan akhlak. Dalam hubungan ini, Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa etika itu
menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk. J.H.
Muirhead meyebutkan bahwa pokok pembahasan (subject matter) etika adalah penyelidikan tentang
tingkah laku dan sifat manusia. Muhammada Al-Ghazali mengatakan bahwa daerah pembahasan
ilmu akhlak meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)
maupun kelompok (masyarakat).
Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat dibagi dalam tiga macam
perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk perbuatan akhlak dan ada yang tidak masuk perbuatan
akhlak.
1.

Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat dan disengaja. Jelas,
perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa baik atau buruk, tergantung pada sifat
perbuatannya.

2.

Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar diwaktu dia berbuat,
tetapi perbuatan itu diluar kemampuannya dan dia tidak bisa mencegahnya. Perbuatan demikian
bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada dua macam:
a. Reflex action, al-amaalu-munakiyah
Umpamanya, seseorang keluar dari tempat gelap ketempat terang, matanya berkedip-kedip.
Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada hukumnya, walupun dia berhadap-hadapan dengan
seseorang yang seakan-akan dikedipi. Atau seseorang karena digigit nyamuk, dia
menamparkan pada yang digigit nyamuk tersebut.
b. Automatic action, al-amaalulaliyah
Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.
14

Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah perbuatan diluar


kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk perbatan akhlak.
3.

Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat.


Yang dimaksud samar-samar/tengah-tengah, mungkin suatu perbuatan dapat dimasukkan
perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak. Pada lahirnya bukan perbuatan akhlak, tapi mungkin
perbuatan tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga berlaku hukum akhlak baginya, yaitu
bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Perbuatan-perbuatan yang termasuk samar-samar,
umpamanya lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya. Terhadap
perbuatan-perbuatan tersebut ada hadis-hadis rasul yang menerangkan bahwa perbuatanperbuatan lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan sebagainya, tidak termasuk
perbuatan akhak.
Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul dengan kehendak dan disengaja

hingga dapat dinilai baik apa buruk ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan: (1) situasi dalam
keadaan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja dan (2) pelaku tahu apa yang
dilakukan, yakni mengenai nilai baik buruknya. Oleh sebab itu, suatu perbuatan dapat dikatakan
baik buruknya manakala memenuhi syarat-syarat diatas. Kesengajaan merupakan dasar penilaian
terhadap tindakan seseorang. Sebagai contoh, seorang prajurit yang membunuh musuh dimedan
perang tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa oleh situasi perang. Seorang anak
kecil yang main api didalam rumah hingga berakibat rumah itu terbakar, tidak dapat dikatakan
bersalah, karena ia tidak tahu akibat perbuatannya itu. Dalam Islam factor kesengajaan merupakan
penentu dalam penetapan nilai tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa
karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam.
Erat kaitannya dengan permasalahan diatas Rasulullah saw. Telah memberikan penjelasan
bahwa kalaulah suatu tindakan itu dilakukan oleh seseorang yang didasari karena kelalaian (diluar
kontrol akal normal) atau karena dipaksa, betapapun ada ukuran baik/buruknya, tidak dihukumi
sebagai berdosa. Ini berarti diluar objek ilmu akhlak. Dalam hubungannya dengan problem di atas
Rasulullah saw. Telah mengeluarkan sabdanya yang diriwatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan
Hukum dari Umar bahwa Rasulullah saw. berdabda:

.
Artinya:
Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila hingga sembuh dari
gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun dan (3) seorang anak hingga ia dewasa.
Berdasarkan hadis tersebut, perbuatan lupa atau khilaf tidak diberi hukum dan tidak termasuk
perbuatan akhlak. Perbuatan persebut umpamanya perbuatan diwaktu tidur dan yang dipaksa.
15

Namun, menurut ayat Al-Quran, kita diperintahkan berdoa kepada Allah, untuk minta ampun, agar
Allah tidak menghukum dan menyiksa kita apabila kita berbuat lupa dah khilaf yang dianggap
salah, sehingga mendapat hukuman siksa. Jadi meskipun lupa atau khilaf termasuk perbuatan
akhlak. Dalam hal ini para ahli etika menyimpulkan bahwa perbuatan lupa dan khilaf dan
sebagainya ada dua macam:
a.

Apabila perbuatan itu sudah dapat diketahui akibatnya atau patut diketahui akibat-akibatnya,
atau bisa juga diikhtiarkan untuk terjadi atau tidak terjadinya. Oleh karena itu, perbuatan
mutasyabih demikian disebut perbuatan ikhtiari atau ghair taadzur, sehingga dimasukkan
perbuatan akhlak. Umpamanya, kalau kita tahu bahwa dikhawatirkan kalau tidur akan berbuat
yang tidak diinginkan, maka hendaknya sebelum tidur kita harus menjauhkan benda-benda
yang membahayakan, senjata harus diamankan, api dipadamkan, pintu-pintu dikunci dan
sebagainya.

b.

Apabila perbuatan ini tidak kita ketahui sama sekali dan diluar kemampuan manusia, walaupun
sudah diikhtiarkan sebelumya, tapi toh terjadi juga, perbuatan demikain disebut taadzury
(diluar kemampuan manusia). Perbuatan demikian tidak termasuk perbuatan akhlak.
Sebagaimana Rasulullah saw. Telah mengisyaraktkan sebagai berikut:

.
Artinya:
Sesungguhnya Allah member maaf bagiku dari umatku yang khilaf, lupa dan terpaksa.
c. Faedah Mempelajari Ilmu Akhlak
Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makluk hewani.
Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah yang paling
mulai, menjadi turun kemartabat hewani. Manusia yang telah lari dari sifat insaniyahnya adalah
sangat berbahaya dari binatang buas. Di dalam surat Al-Tiin ayat 4-6, Allah mengajarkan bahwa:
sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; kemudian
kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka); kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, amak bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya.
Menurut Iman Al-Ghazali dalam bukunya Mukasyafatul Qulub, Allah telah menciptakan
makhluknya terdiri atas tiga kategori. Pertama, Allah menciptakan malaikat dan diberikan
kepadanya akal dan tidak diberikan kepadanya elemen nafsu (syahwat). Kedua, Allah menjadikan
bintang dan tidak dilengkapi dengan akal, tetapi dilengkapi dengan syahwat saja. Ketiga, Allah
menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwatn(nafsu). Oleh karena
itu, barang siapa yang nafsunya dapat mengalahkan akalnya, maka hewan melata misalnya lebih
baik dari manusia. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya,
16

derajatnya diatas malaikat. Sedangkan menurut Prof. John Oman, Morality without religion lacks
awide heaven to bearth in (moral tanpa agama kehialangan tempat yang luas untuk bernafas).
Akhlak sangatlah urgen bagi manusia. Urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia
dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat,
bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau bernegara. Akhlak adalah mustika hidup
yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak adalah manusia
yang telah membinatang, sangat berbahaya. Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang
buas sendiri.
Jika akhlak telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan ini akan kacau balau,
masyarakat menjadi berantakan. Orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, halal atau haram.
Dalam Al-Quran ada peringatan menjadi hukum besi sejarah (sunnatullah), yaitu firman Allah
dalam surat Al-Araf Ayat: 182

Artinya:
(dan orang-orang yang mendustakan ayat kami, akan kami lalaikan mereka dengan
kesenangan-kesenangan dari jurusan yang mereka tidak sadari dan mengetahui).
Rasulullah saw. pun diutus diantara misinya membawa ummat manusia kepada akhlakul
karimah. Dalam sabdanya disebutkan:


Artinya:
Saya diutus (kedunai) ialah untuk menyempurnakan akhlak yang mulai.
Syauqi Beik, penyair Arab yang ternkenal pernah memperingatkan bangsa Mesir:


Artinya:
Bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka memiliki akhlak. Bila akhlak telah lenyap
dari mereka, merekapun akan lenyap pula.
Berdasarkan definisi ilmu akhlak, faedah mempelajari ilmu akhlak sebagai berikut:
a.

Dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang dihadapi manusia
dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.

b.

Dapat menjelaskan kepada orang sebab atau illat memilih perbuatan yang baik dan lebih
bermanfaat.
17

c.

Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap kepada
keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang positif dengan
menguatkan unsure iradah.

d.

Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab melakukan atau tidak akan
melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia akan memilih pekerjaan atau perbuatan yang nilai
kebaikannya lebih besar.

e.

Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan menghadapi perbuatan itu dengan
penuh minat dan kemauan.

f.

Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis perilaku orang banyak dan tidak
akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan yang matang lebih dulu.
Sebenarnya dengan memahami ilmu akhlak itu bukanlah menjadi jaminan bahwa setiap yang

mempelajarinya secara otomatis menjadi orang yang berakhlak mulai, bersih dari berbagai sifat
tercelah. Ilmu akhlak ibarat dokter yang hanya memberikan penjelasan penyakit yang diderita
pasien dan memberikan obat-obat yang diperlukan untuk mengobatinya. Dokter menjelaskan apa
dan bagaimana memelihara kesehatan agar ia sembuh dari penyakitnya; memberikan saran-saran
dan peringatan bahaya-bahaya penyakit yang diderita pasiennya agar ia lebih berhati-hati menjaga
dirinya.
Jadi, tugas dokter bukan untuk menyembuhkan pasien, tetapi dia menjelaskan dengan
sesempurna mungkin mengenai penyakit dan gejala-gejala penyakit bila si pasien tidak
menghentikan merokok atau tidak meninggalkan minuman-minuman keras, misalnya, jadi,
kesempuhan suatu penyakit sangat tergantung kepada si pasien apakah setelah ia mendapat
keterangan dari dokter maukah dia menurutinya atau tidak. Jika dituruti, insya Allah dia ada
harapan terhindar dari penyakit atau penyakit yang sedang diderita itu akan berangsur-angsur hilang
dan dia menjadi sehat. Dengan demikian, faedah ilmu akhlak dapat dipahami bahwa sesungguhnya
ilmu akhlak tidak memberi jaminan seseorang menjadi baik dan sopan. Ilmu akhlak membuka mata
hati seseorang untuk mengetahui suatu perbuatan dapat dikatan baik atau buruk. Selain itu juga
memberikan pengertian apa faedahnya jika berbuat baik da apa pula bahayanya jika berlaku jahat.
1. Asal Usul Tasawuf
Berbicara tentang asal atau etimologi kata sufi, Harun Nasution menyebut beberapa teori,
yaitu dari kata : (1) suffah ( ) , yang berarti pelana (2) saf ( )yang berarti baris ; (3) sufi
( ), yang berarti suci; (4) suf (), yang berarti bulu domba atau wol: (7)
sophos, kota yunani yang berarti hikmat.

18

Dari beragam teori seperti yang disebutkan diatas, teori keempatlah yang banyak diterima
sebagai asal kata sufi. Untuk memperkuat argumen ini, berikut akan dianalisis masing-masing asal
kata tersebut.
a. Dari segi niat maupun tujuan setiap ibadah kaum sufi, jelas bahwa hal itu tidak terlepas dari
niat suci untuk membersihkan jiwa dan mengabdi kepada Allah. Dari segi inilah sehingga ada
teori yang menyebut bahwa kata tasawuf berakar pada kata safa. Menurut Mir Valiudin, jika
teori ini diterima, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi safawi.
b. Sufi dikatakan berasal dari kata saff karena kaum sufi berada pada baris pertama didepan Allah.
Hal tersebut dilator belakangi oleh besarnya keinginan dan kecenderungan hati mereka
terhadap Allah serta tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri mereka dihadapan-Nya.
Menurut Mir Valiudin, jika dilihat dari segi ini, maka bentuk yang tepat bukan sufi tapi saffi.
c. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah. Karena dihubungkan dengan
suatu tempat di Masjid Nabawai. Tempat tersebut didiamai sekelompok sahabat dan sangat
miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal, terkenal dengan ahl al-suffah. Mereka adalah
orang-orang yang menyiapkan diri untuk berjihad berdakwah serta meninggalkan segala usaha
yang bersifat duniawi. Namun Mir Vauddin kembali menyanggah bahwa jika teori ini diterima,
maka bentuk yang tepat adalah suffi, bukan sufi.
d. Sebagai sarjana Eropa menyatakan bahwa kata sufi dari kata sophos (Yunani), dalam
pengertian sebagaimana pada kata teoshopy. teoshopy. Yang berarti kebijaksanaan. Menurut
Ibrahim Basyuni, pendapat ini kurang tepat, karena huruf sugma Yunani yang diarabkan,
semuanya diteransliterasikan dengan huruf sin ( ) bukan dengan huruf sad ( ) . Jadi, kata
sufi berasal dari kata Yunani, maka ia akan ditulis bukan
e. Ada juga teori yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf, karena kaum sufi tidak
memakai pakaian halus dan indah, melainkan mereka hanya menggunakan pakaian untuk
menutupi ketelanjangannya dari kain yang kasar. Menurut al-Kalabadi. Jika akar kata ini dapat
diterima, maka ia tepat menurut gramatika bahasa Arab, sekaligus melingkupi semua makna
yang disebutkan sebelumnya.
2.

Al-Maqamat
Sufi yang pertama kali membahas masalah jenjang perjalanan menuju kedekatan dengan

Tuhan (al-Makamat) adalah al-Haris ibn Asad al-Muhasibi (w.243 H), kemudian diikuti al-Surri alSaqati (w.257 H), kemudian diteruskan oleh Abu Said al-Kharraz (w.277 H).
Adapun jenjang perjalanan yang dimaksud, para ulama tidak sepakat. Namun, secara garis
besar dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Al-Taubah
b. Al-Zuhd
19

c. Al-Wara
d. Al-Faqr
e. Al-Tawakkal
f. Al-Sabr
g. Al-Rida

3. Al-Ahwal
Al-Ahwal adalah jamak dari kata al-hal, yang oleh kaum sufi diartikan sebagai situasi
kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah. Datangnya situasi dan kondisi seper ti
ini tidak menentu, terkadang datang dan perginya berlangsung secara cepat (lawaih), dan terkadang
pula dalam tempo yang cukup panjang dan lama (bawadih). Jika kondisi kejiwaan itu telah menjadi
kepribadian, maka itulah yang disebut al-ahwal.
Pada prinsipnya, al-ahwal adalah manifestasi dari al-maqamat yang dilalui sebelunya. Almaqamat adalah tingkatan pelatihan dalam membina sikap hidup dan hasilnya dapat dilihat dari
perilaku seseorang. Sedangkan kondisi al-ahwal bersifat abstrak, tidak dapat dilihat dengan mata,
tetapi hanya dirasakan dan dipahami oleh orang yang mengalaminya.
Sebagaimana halnya dengan al-maqamat, para ulama juga berbeda pendapat tentang jumlah
dan formasi al-ahwal. Namun yang terpenting dan paling banyak penganutnya meliputi enam
formasi, yaitu:
a. Al-Maraqabah
b. Al-Khauf
c. Al-Raja
d. Al-Tumaninah
e. Al-Musyahadah
f. Al-Yaqin
Rangkuman
1.

Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak
bercampur syak dan keraguan serta menjadi alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari. Akidah Islam bersumber dari al-Quran dan al-Hadis dan mempunyai tujuan yang
telah digariskan oleh kedua sumber tersebut. Iman ditafsirkan dengan amal batiniah sedangkan
Islam ditafsirkan dengan amalan-amalan lahiriah sedangkan ihsan adalah melakukan perbuatan
baik.

2.

Persoalan-persoalan teologi dalam Islam muncul dikarenakan isu politik. Aliran teologi dalam
Islam yang muncul antara lain : Khawarij, Syiah, Mutazilah, al-Asyariah, Murjiah dan lain20

lain. Masalah yang diperdebatkan dalam teologi Islam antara lain nasib pelaku dosa besar,
perbuatan Tuhan dan sifat Tuhan.
3.

Menurut bahasa akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Objek
pembahasan adalah semua perbuatan manusia sedangkan objek pembahasan ilmu akhlak ialah
tindakan-tindakan yang dapat diberikan nilai baik/buruk, yaitu perkataan dan perbuatan yang
termasuk kedalam kategori perbuatan akhlak. Ilmu akhlak bukanlah jaminan seseorang menjadi
orang yang berakhlak mulai bersih dari sifat tercela.

4.

Banyak teori yang menyebutkan asal kata tasawuf yang paling dapat diterima ialah kata
tasuwuf yang bersal dari kata suff yang berarti bulu domba atau wol. Maqamat adalah terminal
atau jenjang yang harus dilalui seorang salik untuk dekat dengan Tuhan sedangkan ahwal
adalah keadaan kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah. Ulama
berbeda pendapat mengenai jenjang atau urutan maqamat dan jumlah ahwal.
Latihan-latihan
Pililah salah satu jawaban yang paling tepat dari alternative jawaban berikut!
1.

2.

3.

4.

Menurut bahasa akidah berarti :


a.

Ikatan

b.

Kuat

c.

Percaya

d.

Yakin

Sinonim kata Akidah adalah :


a.

Iman

b.

Islam

c.

Ihsan

d.

Istihsan

Sumber akidah Islam adalah :


a.

Al-Quran

b.

Al-Hadis

c.

Al-Quran dan al-Hadis

d.

Ijma

Menurut al-Quran ada berapa rukun iman :


a.

b.

c.

d.

6
21

5.

6.

7.

8.

9.

Menurut al-Hadis rukun iman ada berapa :


a.

b.

c.

d.

Al-Quran yang berbicara tentang rukun iman adalah :


a.

Surat al-Baqarah ayat 1-5

b.

Surat al-Nisa ayat 7

c.

Surat al-Imran ayat 77

d.

Surat al-Baqarah ayat 177

Rukun iman yang keberapa yang ditambahkan oleh al-hadis


a.

b.

c.

d.

Tujuan akidah Islam kecuali :


a.

Masuk surga

b.

Membangkitkan rasa ketuhanan

c.

Memberikan kepastian

d.

Memberikan ketentraman

Menurut bahasa iman berarti :


a.

Pembenaran hati

b.

Pembenaran lisan

c.

Anggota badan

d.

Semuanya benar

10. Islam menurut bahasa berarti :


a.

Percaya

b.

Yakin

c.

Tunduk dan patuh

d.

Berbuat baik

11. Teologi Islam sebagai disiplin Ilmu pengetahuan muncul pada abad :
a.

2H

b.

2M

c.

3H

d.

3M
22

12. Peperangan antara Ali dan Muawiah dikenal dengan perang :


a.

Siffin

b.

Jamal

c.

Handaq

d.

Badar

13. Ketika terjadi arbitrase (tahkim), muawiyah diwakili oleh :


a.

Abu Musa al-Asyari

b.

Abu Sofyan

c.

Amr bin Ash

d.

Husain

14. Dalil naqli yang dipergunakan oleh Khawarij untuk mengkafirkan pelaku arbitrase adalah
a.

Al-Baqarah : 25

b.

Al-Maidah : 23

c.

Al-Maidah : 44

d.

Al-Imaran : 5

15. Syiah secara bahasa berarti :


a.

Lawan

b.

Teman

c.

Pengikut

d.

Pembangkan

16. Mutazilah berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah :


a.

Kafir

b.

Mumin

c.

Murtad

d.

Bukan mumin bukan juga kafir

17. Aliran yang berpendapat bahwa manusia tidak berkuasa atas perbuatannya adalah
a.

Qaderiah

b.

Jabariyah

c.

Khawarij

d.

Murjiah

18. Aliran yang berpendapat bahwa Tuhan tidak ikut campur dalam perbuatan manusia adalah
a.

Qaderiah

b.

Jabariyah

c.

Khawarij

d.

Murjiah
23

19. Tokoh utama aliran jabariyah adalah :


a.

Jahm bin Shafwan

b.

Hasan Basri

c.

Husail

d.

Wasil bin Atha

20. Pendapat aliran Asyariyah mengenai perbuatan Tuhan dekat dengan pendapat :
a.

Mutazilah

b.

Qadariyah

c.

Jabariyah

d.

Murjiah

21. Akhlak adalah bentuk jamak dari


a.

Khuluqun

b.

Khaliqun

c.

Khalaka

d.

Khalaqun

22. Dibawah ini adalah para pakar akhlak kecuali :


a.

Ibn Maskawaih

b.

Iman al-Gazali

c.

Wasil bin Atha

d.

Ahmad Amin

23. Yang termasuk perbuatan akhlak kecuali :


a.

Jujur

b.

Bohong

c.

Dermawan

d.

Perbuatan reflex

24. Yang tidak termasuk perbuatan akhlak adalah :


a.

Automatic action

b.

Lupa

c.

Dipaksa

d.

Semuanya benar

25. Ilmu akhlak mengandung unsur antara lain :


a.

Menjelaskan pengertian baik dan buruk

b.

Menjelaskan mana yang patut diperbuat

c.

Menunjukkan jalan lurus yang harus dilewati


24

d.

Semuanya benar

26. Jika akhlak telah lenyap maka masyarakat akan jadi berantakan dijelaskan didalam alQuran :
a.

Surat yasin : 80

b.

Surat al-Kafirun : 2

c.

Al-Maun : 5

d.

Al-Araf : 182

27. Syarat untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk adalah :
a.

Semua perbuatan dapat dinilai baik dan buruk

b.

Dilakukan dengan sengaja

c.

Pelaku tidak tau apa yang dilakukannya

d.

Semua benar

28. Perbuatan dapat dianggap akhlak apabila :


a.

Semua perbuatan merupakan akhlak

b.

Perbuatan tersebut sudah pernah dilakukan

c.

Perbuatan tersebut dilakukan beulang-ulang kali sehingga menjadi kebiasaan

d.

Semua salah

29. Yang termasuk perbuatan automatic action kecuali :


a.

Perbuatan reflex

b.

Perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran

c.

Lupa

d.

Denyut urat nadi

30. Ilmu akhlak menjamin seseorang untuk :


a.

mengetahui perbuatan baik dan buruk

b.

berakhlak mulai

c.

masuk surga

d.

semua benar

31. Tasawuf biasa juga disebut dengan istilah :


a.

Mistisisme dalam Islam

b.

Tarekat

c.

Marifat

d.

Syariat

32. Secara bahasa arti tasawuf antara lain :


a.

Suffah

b.

Saf
25

c.

Suf

d.

Semua benar

33. Dari beberapa teori tentang asal kata tasawuf yang paling mendekati kebenaran adalah :
a.

Suf

b.

Saf

c.

Suffah

d.

Sophos

34. Teori yang menyebutkan bahwa kata sufi berasal dari kata suffah karena dihubungkan
dengan:
a.

Kedekatan dengan Nabi

b.

Kedekatan dengan sahabat

c.

Suatu tempat di Masjid Nabi

d.

Semuanya salah

35. Suf berarti :


a.

Domba

b.

Bulu domba

c.

Kambing

d.

Selimut

36. Sufi yang pertama kali membahas masalah maqamat adalah :


a.

Al-Haris Ibnu Asad al-Muhasibih

b.

Ibrahim bin Adham

c.

Al-Hallaj

d.

Al-Gazali

37. Maqamat berarti :


a.

Kuburan

b.

Perjalanan

c.

Peristerahatan

d.

Jenjang atau terminal menuju kedekatan dengan Tuhan

38. Al-Ahwal adalah :


a.

Terminal

b.

Persinggahan

c.

Jalan menuju Tuhan

d.

Situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia dari Allah

39. Berikut ini maqamat sufi :


a.

Taubat
26

b.

Wara

c.

Zuhud

d.

Semuanya benar

40. Berikut ini ahwal sufi kecuali :


a.

Al-Khauf

b.

Al-Faqr

c.

Al-Taubah

d.

Al-Ridha

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :


1.

Jelaskan pengertian akidah!

2.

Sebutkan sumber dan tujuan akidah!

3.

Jelaskan perbedaan antara iman dan Islam!

4.

Jelaskan sebab munculnya aliran teologi dalam Islam!

5.

Sebutkan permasalahan-permasalahan apa saja yang mendasari lahirnya aliran teologi


dalam Islam!

6.

Jelaskan pendapat murjiah tentang pelaku dosa besar!

7.

Jelaskan yang saudara ketahui tentang al-Manzilah Bainal Manzilatain!

8.

Jelaskan pengertian akhlak!

9.

Jelaskan perbedaan antara akhlak dan ilmu akhlak!

10. Sebutkan faedah ilmu akhlak!


11. Jelaskan pengertian tasawuf!
12. Jelaskan apa yang dimaksud maqamat dan ahwal!
13. Sebutkan maqamat dan ahwal sufi?
Balikan dan tindak lanjut
Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat dibagian akhir
modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasan anda terhadap materi kegiatan belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan :
90-100%

= baik sekali

27

80-89%

= baik

70-79%

= cukup

< 70%

= kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% anda haruas mengulangi materi kegiatan belajar
selanjutnya. Jika masih dibawah 80% anda harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut,
terutama bagian yang belum dikuasai.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin, Studi Agama; Normativisme dan Historisitas, Jokjakarta, Pustaka Pelajar, 1996
Azhari, Kautsar Noer, Tasawuf Perenial, Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2002
Abdullah, Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid 3, Jakarta, Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi
Arabia Jakarta, 2002
Basyuni, Ibrahim, Nasyatal-Tshawwuf al-Islamy, Kairo, Dar al-Fikr, 1969
Hamka, Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1994
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Jokjakarta, LPPI UMY-Pustaka Pelajar, 2006
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1998
Al-Anshari, Muhammad Abdul Haq, Sufism and Syariah; A Study syeh Ahmad Sirhindis Effort to
Reform Muslim, London, The Islamic Foundation, 1986
Poedjawiyatna, Etika; Filsafat tingkah Laku, Jakarta, Rineka Cipta, 1996
Sinaga, Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2004

28

29

MODUL 5
STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK
A. Peta Konsep

Strategi Pembelajaran

Pendekatan
Scientific

Problem
Base
Learning

Projek
Based
Learning

Contextual

Discovery

Inquiry




2

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini anda sangat diharapkan dapat menggali


informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau
informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
C. Strategi dan Media Pembelajaran

Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam modul ini berorientasi pada
kurikulum 2013, yakni: dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning, Project Based Learning, dan Discovery Learning. Dengan pendekatan
scientific
D. Uraian Materi

Sebelum membahas tentang pendekatan scientific, akan diuraikan beberapa


istilah yang terkait dengan pelaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu
model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik pembelajaran. Keenam
istilah tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti yang diuraikan Kemp
tentang strategi pembelajaran.
Menurut Kemp (1995) Strategi pembelajaran dalam konsep adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut and
Carey (1985) Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut

pandang

kita

terhadap

proses

pembelajaran,

yang

merujuk

padapandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,


yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat

pada

guru

(teacher

centered

approach).

Dari

pendekatan

pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi


pembelajaran,

metode

pembelajaran,

serta

teknik

dan

taktik

dalam

pembelajaran.Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap


usaha, yaitu :(1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi basil
(out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi
dan selera masyarakat yang memerlukannya. (2) Mempertimbangkan dan memilih
jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. (3)
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akandtempuh
sejak titik awal sampai dengan sasaran. (4) Mempertimbangkan dan menetapkan
tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha.
Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan taktik
pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Model Pembelajaran

Bentuk pembelajaran yang bergambar dari awal sampai


akhir yang disajikan secara khan oleh guru. Dengan kata
lain model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran
PendekatanPembelajaran Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis
tertentu.
Metode Pembelajaran
Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;(2) demonstrasi; (3)

Tehnik Pembelajaran

Taktik Pembelajaran

diskusi; (4)simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman


lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium,
dan sebagainya.
Cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas.
Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
pembelajaran tertentu yang
sifatnya
individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya,
yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang
tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat
bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai
bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kernampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga
seni (kiat)

Berdasarkan uraian perbedaan istilah-istilah pembelajaran di atas, hubungan


antara pendekatan, strategi, metode, serta tehnik dan taktik dalam pembelajaran
dapat divisualisasikan seperti pada gambar di bawah ini :

Metode pembelajaran
Metode
pembelajaran

Pendekatan pembelajaran
(Student or Teacher Centered)

Metode
pembelajaran

Metode pembelajaran
(ceramah, diskusi, simulasi,

Strategi pembelajaran
(exposition-discoversi-learningorgroupindividual learning)

Teknik dan teknik pembelajaran


(spesifik, individual, unik)

Metode pembelajaran

1. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran


a. Esensi Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena
itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran.
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses
kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuan lebih mengedepankan pelararan
induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning).
Penalaran

deduktif

melihat

fenomena

umum untuk kemudian menarik simpulan

yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi


spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran
induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas.
Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan
detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau
beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan
memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
(method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat
diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.
Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data
melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis,
kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
b. Pendekatan Ilmiah dan Non-ilmiah dalam Pembelajaran
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya
dibandingkan dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah
15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih
dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70
persen.
Proses pembelajaran

dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu

dengan kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan


dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang
suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut
ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan
tepat

dalam

mengidentifikasi,

memahami,

memecahkan

masalah,

dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.


d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau
materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem
penyajiannya.
Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non-ilmiah
yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal
berpikir kritis.
a. Intuisi.
Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang kemunculannya bersifat
irasional dan individual. Intuisi juga bermakna kemampuan tingkat tinggi yang
dimiliki oleh seseorang atas dasar pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering
juga dipahami sebagai penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara cepat dan berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya

didapat secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun
demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang sistemik.
b. Akal sehat.
Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat selama proses
pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika guru dan
peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat pula menyesatkan
mereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
c. Prasangka.
Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas dasar akal
sehat (comon sense) umumnya sangat kuat dipandu kepentingan seseorang (guru,
peserta didik, dan sejenisnya) yang menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu
kuat didomplengi kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi halhal khusus menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal
sehat berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau
prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan berubah
menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai oleh kepentingan
subjektif guru dan peserta didik.
d. Penemuan coba-coba.
Tindakan atau aksi coba-coba seringkali melahirkan wujud atau temuan yang
bermakna.

Namun demikian, keterampilan dan pengetahuan yang ditemukan

dengan cara coba-coba selalu bersifat tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian,
dan tidak bersistematika baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya
bahkan mampu mendorong kreatifitas. Karena itu, kalau memang tindakan cobacoba ini akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan,
sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta didik
mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop, tiba-tiba dia kaget
komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun melihat lambang tombol yang
menyebabkan komputer laptop itu menyala dan mengulangi lagi tindakannya,

hingga dia sampai pada kepastian jawaban atas tombol dengan lambang seperti
apa yang bisa memastikan bahwa komputer laptop itu bisa menyala.
e. Berpikir kritis.
Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua orang, khususnya mereka yang
normal hingga jenius. Secara akademik diyakini bahwa pemikiran kritis itu
umumnya dimiliki oleh orang yang bependidikan tinggi. Orang seperti ini
biasanya pemikirannya dipercaya benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil
pemikirannya itu tidak semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen
yang valid dan reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang
logis semata.
c. Pendekatan scientific
1. Konsep pendekatan scientific
a) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b) Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
c) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam

mengidentifikasi,

memahami,

memecahkan

masalah,

dan

mengaplikasikan materi pembelajaran.


d) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
f) Berbasis

pada

konsep,

dipertanggungjawabkan.

teori,

dan

fakta

empiris

yang

dapat




10

g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik


sistem penyajiannya.
Langkah-langkah Pembelajaran
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan

gf
sikap
(tahu mengapa)

Produktif
Inovatif
Kreatif
Afektif
Keterampilan
(tahu bagaimana)

Pengetahuan
(tahu apa)

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu mengapa.

Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik tahu bagaimana.

Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik tahu apa.

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan


untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki




11

kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran semua mata
pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin
pendekatan ilmiah ini tidak selalu
tepat diaplikasikan secara prosedural.
Pada kondisi seperti ini, tentu saja
proses

pembelajaran

harus

tetap

menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat


ilmiah dan menghindari

nilai-nilai

atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan


ilmiah pembelajaran disajikan berikut
ini.

1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.




12

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkahlangkah seperti berikut ini:
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi
Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer
maupun sekunder
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat
tulis lainnya.
Kegiatan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan
peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.
Observasi biasa (common observation). Pada observasi biasa untuk kepentingan
pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan
observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak
melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa,
pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didik sama
sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.
Merepa juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau




13

situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada
observasi terkendali pelaku atau objek yang diamati ditempatkan pada ruang
atau situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi
terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen atas diri pelaku atau
objek yang diobservasi.
Observasi partisakidah akhlaktif (particakidah akhlak observation). Pada
observasi partisakidah akhlaktif, peserta didik melibatkan diri secara langsung
dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini
paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi.
Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada
pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa,
misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan
bermukim langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu
tertentu pula untuk

mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk

melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.


Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan
dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud yaitu observasi berstruktur
dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini.
Observasi

berstruktur.

Pada observasi berstruktur dalam rangka proses

pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi
oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah
bimbingan guru.
Observasi tidak berstruktur. Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka
proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang
harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik
membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas
subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.




14

Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik
dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain,
seperti: (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam
objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek
atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan
observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan
anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical
device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek,
objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk
mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotal berupa
catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar
biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi. Alat mekanikal
berupa alat mekanik yang dapat dakidah akhlakkai untuk memotret atau merekam
peristiwa-peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi.
Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama
observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk
kepentingan pembelajaran.
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau
situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen subjek, objek, atau situasi
yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu

dilakukan. Sebelum

obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan


menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.




15

2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar
dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyara, pertanyaan
dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu
dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,
asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya:
Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciriciri kalimat efektif!
a) Fungsi bertanya
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi
pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan
pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisakidah akhlaksi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.




16

Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau
gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam
hidup berkelompok.
Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati
satu sama lain.
b) Kriteria pertanyaan yang baik
Singkat dan jelas.
Contoh:

(1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?


(2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus
narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih
jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
Menginspirasi jawaban.
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting
pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat
kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba
jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal
membangun kerukunan umat beragama?
Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang
diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
Memiliki fokus.
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan?
Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta
memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya
menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan
sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif




17

jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban.
Pertanyaan

yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa

kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan


jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.
Bersifat probing atau divergen.
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik
harus rajin belajar? (2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar
cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh
peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut
jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan
memiliki bobot kebenaran yang sama.
Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik

yang

berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu
dimaksudkan untuk memvalidasi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta
didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban
yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka
memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Contoh:
Guru: mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?
Peserta didik I: karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang
bekerja.
Guru: siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?
Peserta didik II: karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang
malas tidak produktif
Guru : siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?
Peserta didik III: orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu
terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.




18

Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.


Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang
cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata.
Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat
sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan
tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang
menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari
sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang
lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata
kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
Merangsang proses interaksi.
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana
menyenangkan pada diri peserta didik. Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan
pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan
jawabannya. Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa
orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola
bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c) Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk
memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas
pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan
disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan
yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi
disajikan berikut ini.




19

Tingkatan

Subtingkatan

Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitif yang lebih Pengetahuan

Apa...

rendah

Siapa...

(knowledge)

Kapan...
Di mana...
Sebutkan...
Jodohkan atau pasangkan...
Persamaan kata...
Golongkan...
Berilah nama...
Dll.
Pemahaman

Terangkahlah...

(comprehension)

Bedakanlah...
Terjemahkanlah...
Simpulkan...
Bandingkan...
Ubahlah...
Berikanlah interpretasi...

Penerapan

Gunakanlah...

(application

Tunjukkanlah...
Buatlah...
Demonstrasikanlah...
Carilah hubungan...
Tulislah contoh...
Siapkanlah...
Klasifikasikanlah...




20

Tingkatan

Subtingkatan

Kata-kata kunci pertanyaan

Kognitif yang lebih Analisis

Analisislah...

tinggi

Kemukakan bukti-bukti

(analysis)

Mengapa
Identifikasikan
Tunjukkanlah sebabnya
Berilah alasan-alasan
Sintesis

Ramalkanlah

(synthesis)

Bentuk
Ciptakanlah
Susunlah
Rancanglah...
Tulislah
Bagaimana kita dapat
memecahkan
Apa yang terjadi seaindainya
Bagaimana kita dapat
memperbaiki
Kembangkan

Evaluasi

Berilah pendapat

(evaluation)

Alternatif mana yang lebih baik


Setujukah anda
Kritiklah
Berilah alasan
Nilailah
Bandingkan
Bedakanlah




21

3. Menalar
a. Esensi Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif dari guru akidah akhlak. Penalaran adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud
merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwaperistiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa
lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal
sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi, asosiasi merujuk pada
koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari kesamaan antara
pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu.
Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran pembelajaran akan berhasil secara
efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Pola
ineraksi itu dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Teori ini dikembangan
kerdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian dikenal dengan teori
asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah
asosiasi, yang juga dikenal dengan teori Stimulus-Respon (S-R). Menurut Thorndike,




22

proses pembelajaran, lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara
perlahan

atau

inkremental/bertahap,

bukan

secara

tiba-tiba.

Thorndike

mengemukakan berapa hukum dalam proses pembelajaran.


1) Hukum efek (The Law of Effect), di mana intensitas hubungan antara stimulus
(S) dan respon (R) selama proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
konsekuensi dari hubungan yang terjadi. Jika akibat dari hubungan S-R itu
dirasa menyenangkan, maka perilaku peserta didik akan mengalami penguatan.
Sebaliknya, jika akibat hubungan S-R dirasa tidak menyenangkan, maka
perilaku peserta didik akan melemah. Menurut Thorndike, efek dari reward
(akibat yang menyenangkan) jauh lebih besar dalam memperkuat perilaku
peserta didik dibandingkan efek punishment (akibat yang tidak menyenangkan)
dalam memperlemah perilakunya. Ini bermakna bahwa reward akan
meningkatkan perilaku peserta didik, tetapi punishment belum tentu akan
mengurangi atau menghilangkan perilakunya.
2) Hukum latihan (The Law of Exercise). Awalnya, hukum ini terdiri dari dua
jenis, yang setelah tahun 1930 dinyatakan dicabut oleh Thorndike. Karena dia
menyadari bahwa latihan saja tidak dapat memperkuat atau membentuk
perilaku. Pertama, Law of Use yaitu hubungan antara S-R akan semakin kuat
jika sering digunakan atau berulang-ulang. Kedua, Law of Disuse, yaitu
hubungan antara S-R akan semakin melemah jika tidak dilatih atau dilakukan
berulang-ulang.

Menurut

Thorndike,

perilaku

dapat

dibentuk

dengan

menggunakan penguatan (reinforcement). Memang, latihan berulang tetap


dapat diberikan, tetapi yang terpenting adalah individu menyadari konsekuensi
perilakunya.
3) Hukum kesiapan (The Law of Readiness). Menurut Thorndike, pada prinsipnya
apakah sesuatu itu akan menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk
dipelajari tergantung pada kesiapan belajar individunya. Dalam proses
pembelajaran, hal ini bermakna bahwa jika peserta dalam keadaan siap dan
belajar dilakukan, maka mereka akan merasa puas. Sebaliknya, jika pesert didik




23

dalam keadaan tidak siap dan belajar terpaksa dilakukan, maka mereka akan
merasa tidak puas bahkan mengalami frustrasi. Prinsip-prinsip dasar dari
Thorndike kemudian diperluas oleh B.F. Skinner dalam Operant Conditioning
atau pelaziman/pengkondisian operan. Pelaziman operan adalah bentuk
pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta
didik makin giat belajar. Dengan begitu, berarti makin tinggi pula kemampuannya
dalam menghubungkan S dengan R. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R
adalah:
a) Kesiapan (readiness). Kesiapan

diidentifikasi berkaitan langsung dengan

motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik.
Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap
menerima pelajaran dari gurunya. Sejalan dengan itu, segala sumber daya
pembelajaran pun perlu disiapkan secara baik dan saksama.
b) Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara berulang oleh peserta didik. Pengulangan ini memungkinkan hubungan
antara S dengan R makin intensif dan ekstensif.
c) Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dengan
R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik sebagai hasil belajarnya. Manfaat hasil belajar yang diperoleh oleh
peserta

didik

dirasakan

langsung oleh

mereka

dalam

dalam

dunia

kehidupannya.
Kaidah atau prinsip pengaruh dalam pembelajaran berkaitan dengan
kemamouan guru menciptakan suasana, memberi penghargaan, celaan, hukuman, dan
ganjaran. Teori S S ini memang terkesan robotik. Karenanya, teori ini terkesan
mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik.
a) Oleh karena tidak semua perilaku belajar atau pembelajaran dapat dijelaskan
dengan pelaziman sebagaimana dikembangkan oleh Ivan Pavlov, teori asosiasi




24

biasanya

menambahkan

teori

belajar

sosial

(social

learning)

yang

dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura, belajar terjadi karena proses


peniruan (imitation). Kemampuan peserta didik dalam meniru respons menjadi
pengungkit utama aktivitas belajarnya. Ada empat konsep dasar teori belajar
sosial (social learning theory) dari Bandura.
b) Pertama, pemodelan (modelling), dimana peserta didik belajar dengan cara
meniru perilaku orang lain (guru, teman, anggota masyarakat, dan lain-lain) dan
pengalaman vicarious yaitu belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain
itu.
c) Kedua, fase belajar, meliputi fase memberi perhatian terhadap model
(attentional), mengendapkan hasil memperhatikan model dalam pikiran
pebelajar (retention), menampilkan ulang perilaku model oleh pebelajar
(reproduction), dan motivasi (motivation) ketika peserta didik berkeinginan
mengulang-ulang perilaku model yang mendatangkan konsekuensi-konsekuensi
positif dari lingkungan.
d) Ketiga, belajar vicarious, dimana peserta didik belajar dengan melihat apakah
orang lain diberi ganjaran atau hukuman selama terlibat dalam perilakuperilaku tertentu.
e) Keempat, pengaturan-diri (self-regulation), dimana peserta didik mengamati,
mempertimbangkan, memberi ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya
sendiri.
Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah
dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai instrinsik dari
pembelajaran partisakidah akhlaktif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan
peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di
kelas.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas
pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan
dengan cara berikut ini.




25

a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai
dengan tuntutan kurikulum.
b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas
utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai
contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari
yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan
tinggi).
d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
e) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan atau pelaziman.
g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
h) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
b. Cara menalar
Seperti telah dijelaskan di muka, terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan
menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang
bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari
kasus-kasus yang bersifat nyata secara individual atau spesifik menjadi simpulan
yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada
observasi inderawi atau pengalaman empirik.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari
pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang
bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme. Cara kerja
menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagiannya yang khusus.




26

Ada tiga jenis silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,


silogisme alternatif. Pada penalaran deduktif tedapat premis, sebagai proposisi
menarik simpulan. Penarikan simpulan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
langsung dan tidak langsung. Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis,
sedangkan simpulan tidak langsung ditarik dari dua premis.
4. Analogi dalam Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru dan pesert didik sering kali menemukan
fenomena yang bersifat analog atau memiliki persamaan. Dengan demikian, guru dan
peserta didik adakalamua menalar secara analogis. Analogi adalah suatu proses
penalaran dalam pembelajaran dengan cara membandingkan sifat esensial yang
mempunyai kesamaan atau persamaan.
Berpikir analogis sangat penting dalam pembelajaran, karena hal itu akan
mempertajam daya nalar peserta didik. Seperti halnya penalaran, analogi terdiri dari
dua jenis, yaitu analogi induktif dan analogi deduktif. Kedua analogi itu dijelaskan
berikut ini.
Analogi induktif disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena
atau gejala. Atas dasar persamaan dua gejala atau fenomena itu ditarik simpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena atau gejala pertama terjadi juga pada fenomena
atau gejala kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode menalar yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu simpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua fenomena atau gejala khusus yang
diperbandingkan.
Analogi deklaratif merupakan suatu metode menalar untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu fenomena atau gejala yang belum dikenal atau masih samar,
dengan sesuatu yang sudah dikenal. Analogi deklaratif ini sangat bermanfaat karena
ide-ide baru, fenomena, atau gejala menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dketahui secara nyata dan dipercayai.
Contoh:




27

Kegiatan kepeserta didikan akan berjalan baik jika terjadi sinergitas kerja antara
kepala sekolah, guru, staf tatalaksana, pengurus organisasi peserta didik intra
sekolah, dan peserta didik. Seperti halnya kegiatan belajar, untuk mewujudkan
hasil yang baik diperlukan sinergitas antara ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
5. Hubungan Antar fenonena
Seperti halnya penalaran dan analogi, kemampuan menghubungkan
antarfenomena atau gejala sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hal itu
akan mempertajam daya nalar peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta
didik dituntut mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya
hubungan sebab-akibat.
Hubungan sebab-akibat diambil dengan menghubungkan satu atau beberapa
fakta yang satu dengan datu atau beberapa fakta yang lain. Suatu simpulan yang
menjadi sebab dari satu atau beberapa fakta itu atau dapat juga menjadi akibat dari
satu atau beberapa fakta tersebut.
Penalaran sebab-akibat ini masuk dalam ranah penalaran induktif, yang
disebut dengan penalaran induktif sebab-akibat. Penalaran induksi sebab akibat terdiri
dri tiga jenis.
Hubungan sebabakibat. Pada penalaran hubungan sebab-akibat, hal-hal yang
menjadi sebab dikemukakan terlebih dahulu, kemudian ditarik simpulan yang
berupa akibat.
Contoh:
Bekerja keras, belajar tekun, berdoa, dan tidak putus asa adalah faktor pengungkit
yang bisa membuat kita mencapai puncak kesuksesan.
Hubungan akibatsebab. Pada penalaran hubungan akibat-sebab, hal-hal yang
menjadi akibat dikemukakan terlebih dahulu, selanjutnya ditarik simpulan yang
merupakan penyebabnya.
Contoh :




28

Akhir-ahir ini sangat marak kenakalan remaja, angka putus sekolah, penyalahgunaan
Nakoba di kalangan generasi muda, perkelahian antar peserta didik, yang disebabkan
oleh pengabaian orang tua dan ketidaan keteladanan tokoh masyarakat, sehingga
mengalami dekandensi moral secara massal.
Hubungan sebabakibat 1 akibat 2. Pada penalaran hubungan sbab-akibat 1
akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat yang
pertama menjadi penyebab, sehingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua
menjadi penyebab sehingga menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, hidupnya terisolasi. Keterisolasian itu
menyebabkan mereka kehilangan akses untuk melakukan aktivitas ekonomi, sehingga
muncullah kemiskinan keluarga yang akut. Kemiskinan keluarga yang ikut
menyebabkan anak-anak mereka tidak berkesempatan menempuh pendidikan yang
baik. Dampak lanjutannya, bukan tidak mungkin terjadi kemiskinan yang terus
berlangsung secara siklikal.
6. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Pada mata pelajaran akidah akhlak, misalnya, peserta didik harus memahami
konsep-konsep akidah akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta
didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan
tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi

metode

eksperimen

atau

mencoba

dimaksudkan

untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan


pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus




29

disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan peserta didik (2) Guru
bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan peserta didik (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang
akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada peserta didik (7) Peserta
didik

melaksanakan

eksperimen

dengan

bimbingan

guru,

dan

(8)

Guru

mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga
tahapan eksperimen atau mencoba dimaksud dijelaskan berikut ini.
a. Persiapan
1) Menentapkan tujuan eksperimen
2) Mempersiapkan alat atau bahan
3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah peserta didik serta alat
atau bahan yang tersedia. Di sini guru perlu menimbang apakah peserta didik akan
melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran
4) Memertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau
menghindari risiko yang mungkin timbul
5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan
yang harus dilakukan peserta didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau
membahayakan.




30

b. Pelaksanaan
1) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati
proses percobaan. Di sini guru harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu berhasil
dengan baik.
2) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi
secara keseluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalahmasalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.
c. Tindak lanjut
1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru
2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik
3) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil eksperimen.
4) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama
eksperimen.
5) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat
yang digunakan
2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem base learning)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world)
a. Kelebihan Problem base learning
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta
didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik/mahapeserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan




31

2) Dalam situasi PBL, peserta didik/maha peserta didik mengintegrasikan


pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan
3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
b. Langkah-langkah Operasional dalam Proses Pembelajaran
1) Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill
yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat
tentang arah dan tujuan pembelajaran
2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan
peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat
3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang
sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang
tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan.
Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah
relevan dan dapat difahami.
4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)




32

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam


langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian.
c. Contoh penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik
untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari
mereka.
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar
merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka




33

mencapai

penguasaan

standar

kompetensi,

kemampuan

dasar

dan

materi

pembelajaran.
Tahapan-tahapan Model Problem base learning
FASE-FASE
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah

PERILAKU GURU
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yg dibutuhkan
Memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik

Membantu peserta didik mendefinisikan


danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3
Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok

Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan


informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah

Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya

Membantu peserta didik dalam merencanakan dan


menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang


telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil
kerja

d. Sistem Penilaian
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft
skill, yaitu keaktifan dan partisakidah akhlaksi dalam diskusi, kemampuan




34

bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk
ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment.
Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang
sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan
belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (selfassessment) dan peer-assessment.
1) Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap
usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin
dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
2) Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan
penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya
3. Model pembelajaran berbasis proyek (Project based learning)
a. Definisi/konsep
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah
metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum.




35

Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat
berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang
dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata,
hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
b. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based learning)
1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu
untuk dihargai.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problemproblem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi.
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan
dunia nyata.
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
c. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based learning)
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak




36

3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana


instruktur memegang peran utama di kelas.
4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
d. Langkah-langkah Operasional
LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL

PENENTUAN
PERTANYAAN
MENDASAR

MENYUSUN
PERENCANAAN
PROYEK

MENYUSUN
JADWAL

EVALUASI
PENGALAMAN

MENGUJI HASIL

MONITORING

e. Sistem penilaian
1) Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.




37

2) Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan


mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan; Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.
2) Relevansi; Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian; Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap proyek peserta didik.
4. Contextual
a. Latar belakang makro
1) Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional
maupun nasional
2) Kondisi pembelajaran di sekolah secara empiris
b. Latar belakang micro (kondisi empiris)
Berbicara mengenai PBM di sekolah seringkali membuat kita kecewa, apalagi
bila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar.
Mengapa ?
1) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi
ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataan-nya mereka tidak memahaminya.
2) Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang
mereka

pelajari

dengan

bagaimana

pengetahuan

tersebut

akan

dipergunakan/dimanfaatkan.
3) Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana
mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan
metode ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-




38

konsep yang berhubung-an dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya
dimana mereka akan hidup dan bekerja.
Permasalahannya adalah;
a) Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat
menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut ?
b) Bagaimana setiap individual pada mata pelajaran akidah akhlak sebagai bagian
yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh?
c) Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya
yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan
hubungan dari apa yang mereka pelajari ?
d) Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa,
sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu
kesempatan selama hidupnya ?.
Beberapa permasalahan di atas merupakan Tantangan yang dihadapi oleh
guru setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang kurikulum.
c. Pengayaan CTL (Contextual Teaching and Learning)
1) Pengajaran dan pembelajaran kontekstual
Suatu konsepsi:
a) Membantu guru mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia
b) Memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2) Tujuh komponen CTL (Contextual Teaching and Learning)
a) Konstruktivisme;
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal




39

Pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan


menerima pengetahuan
b) Inquiry;
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
c) Questioning (bertanya);
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis
inquiry
d) Learning Community (masyarakat belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik darakidah akhlakda belajar sendiri
Tukar pengalaman
Berbagi ide
e) Modeling (pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
f) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
Penilaian produk (kinerja)
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
g) Reflection (refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
Mencatat apa yang telah dipelajari
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
d. Karakteristik pembelajaran berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning)
1) Kerjasama




40

2) Saling menunjang
3) Menyenangkan
4) Tidak membosankan
5) Belajar dengan bergairah
6) Pembelajaran terintegrasi
7) Menggunakan berbagai sumber
8) Siswa aktif
9) Sharing dengan teman
10) Siswa kritis, guru kreatif
11) Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dll
12) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa dll.
5. Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)
a. Definisi/konsep
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil
pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada
ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya
dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada
siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Kondisi seperti ini ingin merubah

kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented.




41

Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan


peserta didiknya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientis, historin,
atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
b. Keuntungan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
8) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;




42

11) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
12) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
13) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
14) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik;
15) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru;
c. Kelemahan model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)
1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir
atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya AKIDAH AKHLAK kurang fasilitas
untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
d. Langkah-langkah operasional
1) Langkah persiapan




43

a) Menentukan tujuan pembelajaran


b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya)
c) Memilih materi pelajaran.
d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi)
e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
2) Pelaksanaan
a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan.
b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c) Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk




44

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d) Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara,
observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu
e) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka

dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari

generalisasi
3) Sistem penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes maupun non tes.




45

Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka
dalam model pembelajaran discovery learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika
bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja
siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
6. Inquiry
a. Definisi/konsep.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
its main concerns with students learning a generalized methode of problem
solving. That methode would include sensing a problem, articulating it, hypothesizing
a plausible solution, gathering data, testing hypotesis and drawing appropriate
conclusions (Dorothy J. Skeel)
b. Ciri-ciri strategi pembelajaran inkuiri
Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan. Artinya, strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima
pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri (Self belief). Dengan demikian, strategi
pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi
sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya




46

dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan
guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan
inkuiri.
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam
strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi
pelajaran.
c. Prinsip-prinsip pembelajaran inkuiri
1) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir
2) Interaksi.
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa
dengan lingkungan.
3) Bertanya.
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah guru
sebagai penanya. Mengembangkan sikap kritis siswa dengan selalu
mempertanyakan segala fenomena yang ada.
4) Belajar untuk Berpikir.
Belajar adalah proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh
otak secara optimal
5) Keterbukaan.




47

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai


kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. secara
terbuka
d. Prosedur pembelajaran inkuiri
PROSEDUR PEMBELAJARAN INKUIRI

1
ORIENTASI

2
MERUMUSKAN
MASALAH

MENGUMPULKA
N DATA

MERUMUSKAN
HIPOTEIS

5
MENGUJI
HIPOTESIS

6
MERUMUSKAN
KESIMPULAN

1) Orientasi;
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa
kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan
lancar.
2) Merumuskan masalah;




48

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu


persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki
dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir
yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.
Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman
wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu
yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional
dan logis.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Menguji hipotesis
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,




49

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam


pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran guru
dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
e. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran inkuiri
1) Keunggulan
a) Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
b) Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
c) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
2) Kelemahan
a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
c) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan
f. Model Pembelajaran Inkuiri




50

1) Inkuiri Dedukif
Inkuiri deduktif adalah model inkuiri yang permasalahannya berasal dari
guru. Siswa dalam inkuiri deduktif diminta untuk menentukan teori/konsep
yang digunakan dalam proses pemecahan masalah.
2) Inkuiri Induktif
Inkuiri induktif adalah model inkuiri yang penetapan masalahnya ditentukan
sendiri oleh siswa sesuai dengan bahan/materi ajar yang akan dipelajari
g. Metode pembelajaran inkuiri
1) Inkuiri Terbimbing
Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa
dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari
seorang guru.Petunjuk-petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaanpertanyaan yang bersifat membimbing (Wartono 1999). Selain pertanyaanpertanyaan, guru juga dapat memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya pada
saat siswa akan melakukan percobaan, misalnya penjelasan tentang cara-cara
melakukan percobaan.
Metode inkuiri terbimbing biasanya digunakan bagi siswa-siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Pada tahap
permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, sedikit demi sedikit bimbingan
itu dikurangi seperti yang dikemukakan oleh (Hudoyono 1979) bahwa dalam
usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan
memerlukan pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan
bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru.
Walaupun siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi
tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.
2) Inkuiri Bebas
Metode ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan
siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan




51

menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan


masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang
diperlukan.
3) Inkuri Bebas Modifikasi
Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua strategi inkuiri
sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas.
Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap
diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam
metode ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki
secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan metode ini menerima masalah
dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun
bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak
terstruktur.
h. Refleksi
Bagaimana kemungkinan penerapan metode Inkuiri di tempat kerja Anda,
dilihat dari:
1) Karakteristik siswa
2) Sumber dan lingkungan belajar
3) Kompetensi guru
4) Kurikulum sekolah

RANGKUMAN
1.

Pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 yang diharapkan sesuai


dengan permendikbud no. 65 tahun 2013 adalah pendekatan Scientifiec

2.

Pendekatan Scientific meliputi: mengamati, menanya, menalar, mencoba,


membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

3.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran


yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk




52

belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta


didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
4.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metoda


pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

5.

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai


proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.

6.

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara


maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

LATIHAN
1. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu:
a. Sikap, pengetahuan, dan keterampilan
b. Spiritual, pengetahuan, dan keterampilan
c. Sikap, pengetahuan, dan kognitif
d. Sikap, dan keterampilan
2. Pendekatan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 adalah:
a. Pendekatan based
b. Pendekatan Scientifiec
c. Model scientific
d. Strategi scientific
3. Salah satu Kriteria Pendekatan Scientific adalah :
a. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
b. interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta,
pemikiran subjektif
c. Penjelasan guru, penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.




53

4.

5.

6.

7.

8.

d. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa tidak bebas
dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik:
a. tahu mengapa.
b. tahu bagaimana.
c. tahu apa.
d. tahu
Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik:
a. tahu mengapa.
b. tahu bagaimana.
c. tahu apa.
d. tahu
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik:
a. tahu mengapa.
b. tahu bagaimana.
c. tahu apa.
d. tahu
Langkah-langkah Operasional model pembelajaran berbasis masalah:
a. Konsep Dasar (Basic Concept), Pembelajaran Mandiri (Self Learning),
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pertukaran Pengetahuan
(Exchange knowledge), Penilaian (Assessment)
b. Konsep Dasar (Basic Concept), Pertukaran Pengetahuan (Exchange
knowledge), Pendefinisian Masalah (Defining the Problem), Pembelajaran
Mandiri (Self Learning), Penilaian (Assessment)
c. Konsep Dasar (Basic Concept), Pendefinisian Masalah (Defining the
Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Penilaian (Assessment),
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
d. Konsep Dasar (Basic Concept), Pendefinisian Masalah (Defining the
Problem), Pembelajaran Mandiri (Self Learning), Pertukaran Pengetahuan
(Exchange knowledge), Penilaian (Assessment)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah:




54

a. metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.


Guru melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
b. metoda pembelajaran yang menggunakan alat peraga sebagai media. Peserta
didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
c. metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
d. metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk proyek.
9. Salah satu Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek adalah:
a. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, Meningkatkan kolaborasi.
b. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber.
c. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
d. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, Meningkatkan kolaborasi,
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks, Meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber, dan Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi
10. Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama
dengan:
a. inkuiri (inquiry) dan Problem Solving.
b. inkuiri (inquiry) dan Problem Posing
c. Problem Solving
d. inkuiri (inquiry)
Essay
1. apa yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran berbasis
masalah?
2. Apa itu model pembelajaran berbasis proyek?
3. Buatlah proses pembelajaran berbasis masalah ketika membelajarkan materi
Etika jual beli berdasarkan tuntunan quran surah al-muthaffifiin!




55

DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian. ESQ Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga, 2002
Gordon Dryden & Jeannette Vos. Revolusi Cara Belajar I. Bandung: Kaifa, 2000
E. Mulyasa. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005
--------------

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

Konsep,

Karakteristik,

dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006


Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2013. Materi pelatihan guru Implementasi
kurikulum 2013
Moedjiarto. Sekolah Unggul Metodologi untuk Meningkatkan Mutu. TT: Duta Graha
Pustaka, 2002
Patricia Crinton. Planning Intruction for Adult Learners. Kanada: Wall & Emerson,
1989
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006
Sudiyono, dkk.. Strategi Pembelajaran Partisitori di Perguuan Tinggi. Malang: UIN
Malang Press, 2006
H. Abudin Nata, Pengantar esikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001
A. Lie, Cooerative Learning. Jakarta: PT Grasindo, 2002

MODUL6
PENILAIANPROSESDANHASILBELAJARAKIDAHAKHLAK

a.

Peta Konsep

PENILAIANPROSESDANHASILBELAJARAKIDAHAKHLAK

PENILAIANAUTENTIK

PENILAIANPORTOFOLIO
PENILAIANKINERJA
PENILAIANPROYEK
PENILAIANTERTULIS

b. Tujuan Pembelajaran
1. mendeskripsikan konsep penilaian autentik dalam bentuk tes dan nontes; dan
2. mendeskripsikan prinsip-prinsip penilaian pada pembelajaran Akidah Akhlak
3. mengidentifikasi kaidah perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil
belajar.
c.

Strategi dan Media Pembelajaran

Strategi dan media pembelajaran yang digunakan dalam modul ini berorientasi pada
kurikulum 2013, yakni: dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning,
Project Based Learning, dan Discovery Learning. Dengan pendekatan scientific
d. Uraian Materi
1. Pengertian Penilaian dan Hasil Belajar
Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi, yaitu pengukuran,
penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik
untuk menunjukkan keadaan individu (Allen & Yen, 1979). Menurut TGAT (1987),
Penilaian mencakup semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau
kelompok. Proses asesmen meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar
peserta didik. Definisi penilaian berkaitan dengan semua proses pembelajaran, seperti
karakteristik peserta didik, karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan
administrasi.
Menurut Griffin dan Nix (1991), pengukuran, asesmen, dan evaluasi adalah hirarki.
Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan
menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu
perilaku. Dapat perilaku individu atau lembaga. Sifat yang hirarki ini menunjukkan bahwa
setiap kegiatan evaluasi melibatkan pengukuran dan asesmen.
Penilaian merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran
dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik
akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari
hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk
menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan
perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.

2.

Penilaian Autentik
1. Definsi dan Makna Asesmen Autentik

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik
keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi,
frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Untuk mendapatkan pemahaman cukup komprehentif mengenai arti asesmen autentik,
berikut ini dikemukakan beberapa definisi. Dalam American Librabry Association asesmen
autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan
sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk
dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins
mendefinisikan asesmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang
mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa
oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya.
2. Asesmen Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013
Asesmen autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen semacam ini mampu
menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,
menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Asesmen autentik cenderung fokus
pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk
menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Karenanya, asesmen
autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya
jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian
proyek. Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat
populer untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang miliki ciri-ciri khusus,
mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Asesmen autentik dapat juga diterapkan dalam bidang ilmu tertentu
seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses
atau hasil pembelajaran. Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang
menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benarsalah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses
pembelajaran, karena memang lzim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.
Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama
dengan peserta didik. Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting.
Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu
bagaimana akan dinilai.
Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri
dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta

mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada asesmen autentik guru menerapkan
kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman
yang diperoleh dari luar sekolah.
Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa
belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian
itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman
tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk
mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta
didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana
belajar tentang subjek. Asesmen autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa
yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remidial harus dilakukan.
3.

Asesmen Autentik dan Belajar Autentik


Asesmen Autentik menicayakan proses belajar yang Autentik pula. Menurut Ormiston
belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta
didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Asesmen
semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta
didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan
yang dimilikinya. Contoh asesmen autentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan
mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain
peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan
sesuatu.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston
belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam
kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil
jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugastugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis
proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan caracara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang
berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas
di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik
dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama
lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar
sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang
fleksibel, dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong
peserta didik mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, menyintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi guru
autentik. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian.

Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu
seperti disajikan berikut ini.
1. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
2. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan
sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
4. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun
1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur
prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal
memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum,
karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika
asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan
kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan
kemampuan berpikir yang diartikulasikan dalam banyak mata pelajaran atau disiplin ilmu;
ketika itu pula asesmen autentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan
apa pun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun
demikian, sudah saatnya guru profesional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan
memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan
hasil belajar yang autentik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan
akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen
autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta
didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat,
dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik menerapkan rubrik skor atau
daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta didik relatif terhadap kriteria
dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir,
mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat berupa analitik atau holistik.
Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai
kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
4.

Jenis-jenis Asesmen Autentik


Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara
jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya
berkaitan dengan: (1) sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus
penilaian akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan;
dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a.

Penilaian kinerja

Para ahli menggunakan istilah performance assessment secara berbeda-beda dengan


merujuk pada pendekatan penilaian berbeda pula. Menurut Fitzpat-rick dan Morison (1971)

tidak ada perbedaan yang sangat besar antara performance assessment dengan tes lain yang
dilaksanakan di kelas. Trespeces (1999) menyatakan bahwa performance assessment adalah
berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemontrasikan
pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan dalam
berbagai macam konteks.
Menurut Maertel (1992), performance assessment mempunyai dua karakteristik dasar
yaitu, (1) peserta tes diminta untuk mendemontrasikan kemampuanya dalam mengkreasikan
suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan), misalnya melakukan eksperimen,
(2) produk dari performance assessment lebih penting dari pada perbuatannya (performance).
Untuk mengevalausi apakah penilaian kinerja (performance assessment) sudah
dianggap berkualitas baik, maka paling tidak harus diperhatikan tujuh criteria yang dibuat
oleh Popham (1995) kriteria-kri-teria tersebut antara lain adalah:
1. Generability artinya adalah apakah kinerja peserta tes (students performance) dalam
melakukan tugas yang diberikan tersebut sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada
tugas-tugas lain? Semakin dapat digeneralisaikan tugas-tugas yang dibe-rikan dalam
rangka penilaian keterampilan atau penialian kinerja tersebut atau semakin dappat
dibandingkan dengan tugas yang lainnya, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini
terutama dalam kondisi peserta tes diberikan tugas dalam penilaian keterampilan yang
berlainan.
2. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan tersebut sudah serupa dengan apa yang
sering dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?
3. Multiple Foci, artinya apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes sudah mengukur
lebih dari satu kemampuan yang diinginkan?
4. Teachability, artinya tugas yang diberikan berupa tugas yang hasilnya semakin baik
karena adanya usaha mengajar guru di kelas? Jadi tugas yang diberikan dalam penilaian
keterampilan atau peni-laian kinerja adalah tugas-tugas yang relevan dengan yang dapat
diajarkan guru di kelas.
5. Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan sudah adil untuk semua peserta tes. Jadi
tugas-tugas tersebut harus sudah dipikirkan tidak bias untuk semua jenis kelompok.
6. Feasibility, artinya apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan atau
kinerja memang relevan untuk dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya,
waktu, atau peralatannya?
7. Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable
Instrumen Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Pelaksanaan penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mengamati unjuk kerja yang
dilakukan peserta didik. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat
atau instrumen berikut:
a. Daftar Cek (Check-list)
Daftar cek merupakan seperangkat instrumen evaluasi yang mencerminkan rangkaian
tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta tes, yang merupakan indikatorindikator dari keterampilan yang akan diukur. Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika
tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai
hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati tidak dapat
diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih
praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar. Langkah-langkah dalam menyusun
daftar cek adalah:

1) Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diukur.


2) Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya.
3) Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subyek yang dinilai untuk melihat
pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul,
maka di beri tanda chek () atau tulis kataya pada tempat yang telah disediakan.
Sebagai contoh akan dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta didik dalam
mengamati etika proses jual beli di pasar berdasarkan tuntunan alquran.
Peserta didik dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu mengemukakan beberapa
pendapat tentang kriteria etika proses jual beli berdasarkan tuntunan alquran. Setelah
diperoleh indikator-indikatornya, kemudian disusun dalam bentuk daftar cek sebagai berikut.
Beri tanda chek () untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang dilakukan
peserta didik seperti yang diuraikan di bawah ini
Checklist Kemampuan mengamati etika proses jual beli di pasar
Nama Peserta didik :
Kelas/Smt

Mata Pelajaran

No.

Aspek Yang Dinilai

Penilaian
Ya

Tidak

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

a. Skala Penilaian (Rating Scale)


Skala penilaian adalah alat penilaian yang menggunakan suatu prosedur terstruktur
untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi. Terstruktur maksudknya
disusun dengan aturan-aturan tertentu dan secara sistematis. Perbuatan yang diukur
menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat tidak sempurna sampai
sangat sempurna. Jika dibuat skala 5, maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling
sempurna. Skala penilaian berisikan seperangkat pernyataan tentang karakteristik/kualitas
dari sesuatu yang diukur dan secara fisik skala penilaian biasanya terdiri 2 bagian, yaitu
pernyataan dan petunjuk penilaian. Petunjuk penilaian bisa berupa Angka (1, 2, 3, 4, 5),
Huruf (A, B, C, D, E), atau Kategori Verbal (baik sekali, baik, cukup, kurang, kurang sekali).
Langkah-langkah dalam menyusun skala penilaian adalah:

1) Menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang diukur.


2) Menentukan skala yang digunakan, misalnya dengan menggunakan skala 5 dengan
rentangan: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang.
3) Menyusun indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya.
Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun skala penilaian
adalah:
1) Jumlah butir pernyataan/pertanyaan tidak terlalu banyak
2) Angka/huruf untuk seperangkat rating scale tertentu harus mempunyai arti tetap
3) Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna dan
dapat dibedakan secara jelas
4) Setiap pernyataan/pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu karakteristik/satu
komponen
5) Bila rating scale akan mengukur suatu prosedur, maka hendaklah pernyataan/
pertanyaan disusun secara urut
Skala Penilaian
Kemampuan mengamati etika proses jual beli di pasar
Kelas/Semester

Mata Pelajaran

No.

Nama

Aspek Yang Dinilai


A

Total
Skor

1.
2.
3.
Dst.
Keterangan:
A = Indikator I
B = Indikator II
C = Indikator III
D = Indikator IV
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya
dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta
para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif
maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis
kinerja:

1. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur
tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
2. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik
peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik
berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang,
1 = kurang sekali.
4. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati
peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru
menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah
berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkahlangkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang nyata untuk
suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta
didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja
yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa
peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya
pada konteks yang, seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan
diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja
peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi
perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.
1. Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri
merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang
dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
3. Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai kecakapan
atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
4. Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai penguasaan
pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan
kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berperilaku
jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

b. Penilaian fortopolio
Penilaian Portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering
diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah. Di beberapa negara maju,
Portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas,
daerah, maupun untuk penilaian secara nasional.
Penilaian portofolio didasarkan pada koleksi atau kumpulan pekerjaan yang diberikan
guru kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ketika guru melakukan kegiatan
belajar mengajar portofolio siswa dibedakan antara tes dan koleksi yang dilakukan siswa.
Melalui penilaian portofolio siswa dapat menunjukkan perbedaan kemampuan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dari waktu ke waktu dan atau dibandingkan dengan
siswa yang lain.
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa
dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran
yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus
penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individu atau kelompok pada
satu periode pembelajaran tertentu.
Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi,
surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan
perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Tujuan portofolio ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang
akan menggunakan jenis portofolio. Beberapa tujuan portofolio diantaranya adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menghargai perkembangan yang dialami siswa;


Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung;
Memberi perhatian pada hasil kerja siswa yang terbaik;
Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran;
Bertukar informasi dengan orang tua dan guru lain;
Membina pertumbuhan konsep diri positif pada siswa;
Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
Prinsip portofolio yang perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai pedoman dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah antara lain;
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Saling percaya antara guru dan siswa;


Kerahasiahan bersama antara guru dan siswa;
Milik bersama antara guru dan siswa;
Kepuasan;
Kesesuaian;
Penilaian proses dan hasil;

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika merancang penilaian portofolio adalah
seperti berikut
1) Menentukan tujuan apakah akan memantau proses atau mengevaluasi hasil akhir
2) Isi portofolio harus sesuai dengan tujuan yang akan dinilai.
3) Guru harus menentukan (seleksi) terhadap hasil kerja siswa, siapa yang menyimpan?
Dan yang mana harus disimpan?
4) Membedakan portofolio kelompok dan individual.
Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan
kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi
digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta didik
dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi
secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini
hasil penilaian mereka sendiri.
b) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam satu map atau folder di
rumah masing-masing atau loker masing-masing di sekolah.
d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
e) Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. Contoh, Kriteria penilaian
kemampuan menulis karangan yaitu: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata,
kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta didik
mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha mencapai standar tersebut.
f) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang
kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
g) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat
kontrak atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya
yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.
h) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang
tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga
orangtua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

Contoh instrument portofolio


Portofolio yang bisa digunakan untuk penilaian Akidah akhlak ada tiga jenis:
1) Documentation portofolio : memperlihatkan pertumbuhan dan kemajuan belajar
siswa tentang hasil belajar yang teridentifikasi.
Format untuk jenis ini sebagai berikut:

No.

TINGKAT
PENCAPAIAN
UNJUK KERJA TERBAIK

Kompetensi
dasar 1

Memahami dan
meyakini
10
sifat-sifat Wajib
Allah swt.

Kompetensi
dasar 2

Memahami dan
meyakini
10
sifat-sifat
Mustahil bagi
Allah swt.

Kompetensi
dasar 3, dst.

Memahami dan
mengamalkan
akhlak terpuji
kepada
Allah
swt. , dst.

Kuan.

KETERANGAN
/ REFLEKSI

Kual.

Catatan : * Pencapaian kuantitatif, misalnya skala nilai 0 100, 0 10, atau 0 4


(A,B,C,D,E)
Pencapaian kualitatif, misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang, dan
gagal.
Refleksi/keterangan merupakan komentar, kritik, saran atau catatan
mengenai ketercapaian hasil yang dilakukan oleh guru atau tenaga
kependidikan lainnya, siswa, atau pihak-pihak yang berkepentingan.
2) Proccess portofolio : mendokumenkan seluruh segi tahapan proses belajar.
Format untuk jenis ini sebagai berikut:

No.

TINGKAT
PENCAPAIAN
UNJUK KERJA TERBAIK
Tahap 1

Mampu
menunjukkan
pemahaman tentang 10 sifatsifat wajib Allah swt.

Kuan.

Kual.

KETERANGAN
/ REFLEKSI

Tahap 2

Tahap
dst.

Mampu
menunjukkan
keyakinannya terhadap 10
sifat-sifat wajib Allah swt.
3,

Mampu
menunjukkan
pemahaman tentang akhlak
terpuji (khauf, raja, taubat,
tawadlu) kepada Allah swt.

3) Showcase portofolio : penguasaan siswa terhadap bukti hasil belajar selama


waktu tertentu (tengah dan akhir semester).
Format untuk jenis ini sebagai berikut:

No.

TINGKAT
PENCAPAIAN
UNJUK KERJA TERBAIK

Bulan ke 1

Kompetensi dasar 1
dan 2

Bulan ke 2

Kompetensi dasar 3
dan 4

Bulan ke 3, dst.

Kompetensi dasar 5
dan 6, dst.

Kuan.

KETERANGAN
/ REFLEKSI

Kual.

Ketiga jenis portofolio ini merupakan satu kesatuan yang utuh, artinya dalam
melakukan penilaian mata pelajaran pendidikan agama harus menggunakan ketiga
jenis untuk mengetahui perkembangan keberhasilan proses pembelajaran, sekaligus
untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa.
Tahapan portofolio adalah:
1) Pengorganisasian dan perencanaan (membangun kesepakatan guru-siswa)
2) Pengumpulan informasi mengenai kemajuan belajar (produk) yang dihasilkan siswa
3) Refleksi, yaitu guru memberikan catatan akhir dari seluruh proses penilaian yang
dilalui siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya siswa berkaitan dengan
mata pelajaran tertentu. Semua tugas yang dikerjakan siswa dikumpulkan, dan di akhir satu
unit program pembelajaran diberikan penilaian. Dalam menilai dilakukan diskusi antara
siswa dan guru untuk menentukan skornya. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat
melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya di bahas. Karya yang dinilai adalah suatu
metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan
mata pelajaran terkait.
c.

Penilaian proyek

Penilaian proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena dalam penilaian proyek bersumber pada data
primer atau skunder, evaluasi hasil dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu
sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam suatu bidang. Proyek juga dapat

memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran


tertentu, kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan, dan kemampuan siswa
dalam mengkomunikasikan informasi.
Dalam kurikulum 2013 Penilaian pembelajaran dengan metode Pembelajaran
Berbasis Proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek.
Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang
dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam kurikulum, hasil belajar dapat
dinilai ketika siswa sedang melakukan proses suatu proyek, misalnya pada saat:

Merencanakan dan mengorganisasikan investigasi;


Bekerja dalam tim
Arahan diri.
Selain itu, hasil belajar ada yang lebih sesuai apabila dinilai pada produk suatu
proyek, misalnya pada saat:

Mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi;


Menganalisis dan menginterpretasikan data; dan
Mengkomunikasikan hasil.
Karena keterampilan dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, mengevaluasi, dan
menyajikan informasi adalah hal umum yang sangat penting, penilaian proyek dapat
dilakukan pada semua level pendidikan. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu:
1) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
2) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
peserta didik.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan menyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan

penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala
penilaian.
Contoh Teknik Penilaian Proyek
Mata Pelajaran
Nama Proyek
Alokasi Waktu
Guru Pembimbing

:
:
:
:

Nama :
NIS :
Kelas :
No

ASPEK

1.

SKOR (1 - 5)

PERENCANAAN :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
PELAKSANAAN :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber
Data/Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
LAPORAN PROYEK :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan

2.

3.

TOTAL SKOR
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan
akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist. (Etika berjual beli)
Rubrik Tugas Otentik: Proyek Akidah Akhlak
No.

Kriteria

1
2
3
4
5
6
7

Kreativitas
Kejelasan atau keterangan jawaban lengkap
Kebenaran jawaban
Kerjasama dengan sesama anggota kelompok
Keakuratan interpretasi jawaban/gambar
Penggunaan strategi benar dan tepat
Kerapian atau keindahan

Kelompok
4
5

Tabel : Rubrik Penilaian Proyek


Nilai

Kriteria

Menunjukkan kreatifitas yang tinggi dalam pemecahan masalah, kejelasan atau


keterangan jawaban sangat lengkap, kebenaran jawaban masalah sangat tepat,
kerjasama kelompok sangat baik, interpretasi jawaban masalah/gambar sangat
akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan sangat
baik, tersedia laporan kerja dan disajikan dengan baik di depan kelas.
Menunjukkan kreatifitas yang cukup dalam pemecahan masalah, kejelasan atau
keterangan jawaban cukup lengkap, kebenaran jawaban masalah cukup tepat,
kerjasama kelompok cukup baik, interpretasi jawaban masalah/gambar cukup
akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan cukup
baik, tersedia laporan kerja dan disajikan dengan cukup baik di kelas.
Menunjukkan kreatifitas yang rendah dalam pemecahan masalah, kejelasan atau
keterangan jawaban cukup lengkap, kebenaran jawaban masalah cukup tepat,
kerjasama kelompok cukup baik, interpretasi jawaban masalah/gambar kurang
akurat, penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan kurang
baik, tersedia laporan kerja tetapi tidak disajikan di kelas.
Menunjukkan kreatifitas yang rendah dalam pemecahan masalah, kejelasan atau
keterangan jawaban tidak lengkap, kebenaran jawaban tidak tepat, kerjasama
kelompok kurang baik, interpretasi jawaban masalah/gambar tidak akurat,
penggunaan strategi benar dan tepat, kerapian atau keindahan tidak baik, tidak
tersedia laporan kerja dan tidak disajikan di depan kelas.
Tidak melakukan tugas proyek

d. Penilaian tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis
yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap
lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau menyuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban dan menyuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab akibat. Menyuplai jawaban terdiri dari
isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya
sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang
sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang
kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumber daya alam.
Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka
memiliki kebenaran yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tertulis berbentuk esai
biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau
jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang
diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur
hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Langkah-langkah penting yang dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan
memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar,

diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi
yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/menanyakan materi yang lalu,
pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester,
ulangan kenaikan kelas, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.
2. Memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Standar kompetensi
merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui
setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya.
Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung
kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan
urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi
(bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari
tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan
apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka
materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau
uraian. Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan:
kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam
menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
Penentuan dan Penyebaran Soal
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian
akhir semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
No

Kompetensi

Jumlah soal tes tulis

Jumlah soal

Materi

PG

Uraian

Praktik

Dasar
1

1.1 ............

...........

--

--

1.2 ............

...........

--

1.3 ............

...........

--

2.1 ............

...........

--

2.2 ............

...........

--

3.1 ............

...........

--

3.2 ...........

...........

--

--

3.3 ..........

...........

--

--

40

Jumlah soal

Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan
materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang
lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau
matriks seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Jenis sekolah

Jumlah soal

Mata pelajaran :
Bentuk soal/tes : ..................
Kurikulum
Penyusun

:
: 1.
2.

Alokasi waktu
No.

Standar
Kompetensi

:
Kompetensi
Dasar

Kls/
smt

Materi
pokok

Indikator
soal

Nomor
soal

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada
kolom 6.
Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan
secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

Perumusan Indikator Soal


Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki.
Kegiatan perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi.
Untuk merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan
diujikan, indikator pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang
baik dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik:
1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata
kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B =
behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D
= degree (tingkatan yang diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama
adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal
yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf,
gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah
menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang
kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).
Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal
Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan
handal, maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2)
menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4)
menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya
(tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6)
menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit
soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya (10) uji coba butir soal,
(11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan
soal berdasarkan hasil analisis.
1.

Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis


Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan
indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal
bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula
kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal
objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain.
Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur
kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah
dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya
menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di
antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya
adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

2. Penulisan Soal Bentuk Uraian


Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat
diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan
gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah

kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai
dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian
adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepattepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada
tingkat subyektivitas penskorannya.
Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau
pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu,
sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur
dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0). Bentuk uraian non-objektif
adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep
menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk
dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor
ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya
perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala
yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan

0-3

Skor
-

Sesuai

Cukup/sedang

Tidak sesuai

Kosong

Atau skala seperti berikut:


5

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan


Skor
-

Sangat Sesuai

Sesuai

Cukup/sedang

Tidak sesuai

0 - 5 Skor

Sangat tidak sesuai

Kosong

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal,
maka soal ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya
ditulis di dalam satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya
adalah seperti berikut ini.
KARTU SOAL

Jenis Sekolah

: ............

Mata Pelajaran

: ...........

Bahan Kls/Smt

: ............

Bentuk Soal

: ............

Aspek yang diukur

: ............

KOMPETENSI
DASAR

Penyusun

: 1.
2.
3.

Tahun Ajaran

: .

BUKU SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI

NO SOAL:

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL
NO

DIGUNAKAN
UNTUK

TANGGAL

JUMLAH
SISWA

TK DP

PROPORSI
ASPEK
A

PEMILIH
KET.
D

OMT

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN


NO
SOAL

KUNCI/KRITERIA JAWABAN

SKOR

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2)
pertanyaan, dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca,
dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.
3. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal
yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan
pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena
itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam
penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama adalah
menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga
menuliskan pengecohnya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di
dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya

seperti berikut ini.


KARTU SOAL
Jenis Sekolah

: .

Mata Pelajaran

: .

2.

Bahan Kls/Smt

: .

3.

Bentuk Soal

: .

Tahun Ajaran

: .

Aspek yang diukur

: .

KOMPETENSI
DASAR

Penyusun

: 1.

BUKU SUMBER

RUMUSAN BUTIR SOAL

NO SOAL:
MATERI

KUNCI :

INDIKATOR SOAL
KETERANGAN SOAL
NO

DIGUNAKAN TANGGAL
UNTUK

JUMLAH
SISWA

TK DP PROPORSI PEMILIH
A

KET.

OMT

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya.
Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan
jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada),
(2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!

Perhatikan pernyataan berikut


Dasar pertanyaan
stimulus
Pokok soal (tem)

Muhammad SAW dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul


Awwal tahun Gajah.
Tahun Gajah jika disesuaikan dengan tahun Masehi
adalah

(.) tanda akhir


kalimat
a. 470
Pilihan jawaban
(Option)

b. 471

Pengecoh
(distractor)

c. 570

Kunci jawaban

(...) tanda ellipsis


(pernyataan
yang sengaja
dihilangkan)

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.


1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/
materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian
atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal
hanya mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang
sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang
dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung
arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta
didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa,
penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru
pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya,
semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang
ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan
jawaban harus berfungsi.
f.

Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan
karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling
panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan
merupakan kunci jawaban.

g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan jawaban di atas


salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya
pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu
karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan
itu menjadi tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang
berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai
nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban
yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara
unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i.

Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal
bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat
pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

j.

Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan


pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab
benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/budaya
a.

b.
c.

Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b)
pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/peserta didik.
Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

RANGKUMAN
1. Pengukuran, Penilaian, dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil
pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran,
sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku.
2. Penilaian dalam kurikulum 2013 itu penilaian autentik, yaitu pengukuran yang bermakna
secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
3. Dalam kurikulum 2013, jenis-jenis penilaian autentik terdiri atas:
1. Penilaian kinerja
2. Penilaian Portofolio
3. Penilaian Proyek
4. Penilaian tertulis

LATIHAN
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat!
1. Istilah assesment merupakan sinonim dari
a. Penskoran
b. Penilaian atau pengukuran
c. Pelaporan
d. Pengolahan
2. Penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses, dan keluaran (output) pembelajaran disebut:
a. Penilaian diri
b. Penilaian kinerja
c. Portofolio
d. Penilaian Otentik
3. Penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta
didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau diluar
kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan disebut
a. Penilaian Otentik
b. Penilaian diri
c. Penilaian berbasis portofolio
d. Penilaian Kinerja
4. Yang dimaksudkan dengan penilaian unjuk kerja adalah .
a. Penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan teori
b. Penugasan yang diberikan oleh guru untuk membuat hasil karya di luar waktu
pembelajaran
c. Teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan secara
langsung
d. Tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik
dengan penguji secara lisan
5. Penilaian yang didasarkan pada koleksi atau kumpulan rekam jejak siswa dalam kurun
waktu tertentu disebut dengan penilaian:
a. Portofolio
b. Kinerja
c. Produk

d. Presentation
6. Contoh kasus: dalam waktu 3 minggu susunlah laporan dengan topik Hikmah berakhlak
terpuji dalam pergaulan secara berkelompok. Informasi-informasi mengenai berakhlak
terpuji dapat kalian peroleh dari buku, majalah, internet, dan dengan melakukan
wawancara pada Ustadz/ah yang ada di daerahmu. Jangan lupa menyertakan sumber
informasi pada laporan yang disusun. Apabila guru melakukan penilaian melalui tugas
seperti tersebut diatas, maka penilaian itu disebut dengan:
a. Portofolio
b. Presentation
c. Performance
d. Projek
7. Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera,
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman
pengamatan yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, disebut
a. Rubrik
b. Observasi
c. Jurnal
d. Angket
8. Jenis penilaian yang sesuai untuk menilai bagaimana tanggapan peserta didik tentang
kebijakan yang baru diberlakukan disekolah mengenai Peningkatan kedisiplinan dan
tanggapan siswa mengenai perubahan perilaku siswa dalam peningkatan kesadaran
beribadah sunnah siswa.
a. Produk
b. Tugas
c. Unjuk kerja
d. Penilaian sikap
9. Hal-hal yang berhubungan dengan emosi atau perasaan dalam mengukur sikap termasuk
dalam dimensi:
a. Afeksi
b. Kognisi
c. Psikomotor
d. Persepsi
Essay
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan benar!
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik?


Jelaskan apa itu penilaian proyek!
Bagaimanakah langkah-langkah penilaian unjuk kinerja?
Buatlah satu contoh rubrik unjuk kinerja!

Daftar Pustaka
Azwar, Syaifuddin. 2008. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan. 2013. Materi pelatihan guru Implementasi
kurikulum 2013
Mehrens, A. William & Lehmann, Irvin J. 1973. Measurement and Evaluation in Education
and Psychology, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran, , Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Peyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogjakarta: Mitra
Cendekia
Nasar, 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan kontekstual, , Jakarta: Grasindo
Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, , Jakarta: Bumi Aksara.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, , Jakarta: Grasindo.
Slameto.1988. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara.
Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan, , Surabaya: Usaha Nasional

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

7. MODUL 7 : PERANGKAT PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK


A. Peta Konsep
Modul mata diklat perangkat pembelajaran ini didesain dengan sistematika penulisan modul pada
umumnya dengan mengacu pada pencapaian kompetensi mata diklat perangkat pembelajaran Akidah
Akhlak. Modul mata diklat ini terdiri dari empat materi. Materi pertama berkaitan dengan analisis buku
guru dan buku siswa berdasarkan Kurikulum 2013. Materi kedua berkaitan dengan penyusunan silabus.
Materi ketiga berkaitan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Materi keempat
berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran. Materi kelima berkaitan dengan pengembangan
bahan ajar.
Lingkup kajian modul ini selanjutnya dapat dipetakan dalam peta konsep berikut.

PERANGKAT
PEMBELAJARAN

ANALISISBUKUGURU
DANSISWA

SILABUS

RPP

MEDIA

BAHANAJAR

.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat: (1) melakukan langkah-langkah
menganalisis buku guru dan siswa Kurikulum 2013 dengan tepat dan benar, (2) menyusun silabus
pembelajaran yang benar, (3) menyusun RPP yang benar, (4) mengembangkan media pembelajaran
yang tepat, (5) memilih bahan ajar yang tepat.

C. Strategi dan Media Pembelajaran


Strategi pembelajaran dalam diklat ini menggunakan empat pendekatan:
1.

Pendekatan Scientifik,

2.

Problem Base Learning,

3.

Project Based Learning,

4.

Contextual,

5.

Discovery,

6.

Inquiry,
1

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Media pembelajaran yang digunakan Internet and Communication Technology (ICT) mencakup:
(1) pembelajaran berbasis internet dan (2) media slide powerpoint.

D. Uraian Materi
ANALISIS BUKU GURU DAN SISWA
Salah satu perbedaan antara Kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya adanya buku guru dan
buku siswa yang telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.
Dalam Kata Pengantar buku guru maupun buku siswa dinyatakan bahwa buku siswa menjabarkan
usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai
dengan pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk mencari dari
sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Pean guru sangat penting untuk
meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik denga ketersediaan dalam buku ini. Guru
dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang
bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Guru sebagai pengendali utama di dalam proses
pembelajaran di kelas perlu mengamati terlebih dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan
guru yang telah disediakan pemerintah. Hal ini diperlukan karena buku yang disediakan oleh
pemerintah disediakan untuk keperluan skala nasional. Dengan kata lain, buku tersebut dibuat secara
umum untuk kondisi siswa di Indonesia tentu belum mengakomodasi kebutuhan khusus di masingmasing sekolah yang ada kemungkinan memiliki karakteristik.
Buku pegangan guru maupun buku siswa merupakan dokumen hidup yang senantiasa
diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan keperluan zaman.
Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini. Dengan demikian,
sebelum menggunakan buku pegangan guru dan siswa di kelas, tentunya guru telah membaca dan
mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan jika terjadi
kekeliruan dan ketidaktapatan dalam buku tersebut dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut
mengatasinya lebih awal.
1.

Komponen yang/dianalisis dalam Buku Guru dan Siswa


Beberapa hal yang diperlukan dalam melakukan analisis buku pegangan guru dan siswa sebagai

berikut:
a. Kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.
Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya dengan
kurikulum yang digunakan. Buku guru dan siswa yang telah disediakan pemerintah saat ini
2

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

untuk menunjang pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013. Oleh karena itu, buku pegangan
guru dan siswa yang akan dipergunakan perlu dianalisis apakah telah sesuai dengan standar
kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) yang telah
ditentukan. Jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian, guru dapat menindaklanjutinya lebih
awal.
b. Kecukupan materi
Materi dalam buku pegangan guru dan siswa perlu dianalisis dari segi kecukupan materi yang
ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial, dan alokasi waktu yang
dibutuhkan/disediakan.
c. Kedalaman materi
Upaya melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam buku
pegangan guru dan siswa perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik guru dan
siswa. Jika dianggap ada yang kurang sesuai dengan karakteristik guru dan siswa di sekolah,
diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan-tambahan penjelasan
seperlunya.
d. Kebenaran materi
Analisi buku juga sekaligus melihat kebenaran materi, contoh, maupun latihan-latihan yang
dituliskan. Jika ditemukan ada materi, contoh, soal yang dituliskan dalam buku terjadi
kesalahan, baik kemungkinan salah dalam penulisan konsep maupun kesalahan ketik, guru
diharapkan sesegera mungkin untuk menindaklanjutinya. Tindaklanjut dapat berupa ralat
perbaikan yang segera disampaikan kepada siswa agar tidak berdampak lebih lanjut kepada
siswa (membuat siswa bingung/ragu).
e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, sehingga buku siswa perlu ditinjau dari
segi penerapan pendekatan scientific. Apakah penyajiannya telah memfasilitasi siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum.
f. Kesesuaian penilaian
Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini penilaian authentik. Oleh karena
itu, buku pegangan guru dan siswa yang digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian
authentik tersebut.
Dari beberapa komponen hasil analisis yang telah dilakukan, jika masih ditemukan ada
ketidaksesuaian atau ketidaklengkapan, guru perlu menindaklanjutinya dengan membuat tambahan-

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

tambahan materi, contoh atau bentuk penilaian yang disarankan sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah.
2.

Pendekatan-pendekatan dalam analisis materi


1) Pendekatan Terhubung (connected) atau Pendekatan Sistemik, yakni suatu pendekatan yang
digunakan guru dalam mengorganisasi materi dengan mengaitkan sebagai satu kesatuan utuh
antara tema-subtema satu dengan tema-subtema yang lainnya dalam satu mata pelajaran.
2) Pendekatan Sistematik, yaitu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi
materi secara berurutan dalam satu tema materi pembelajaran.
3) Pendekatan Prosedural, yakni suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam
mengorganisasi materi dengan mempertimbangkan prosedur atau langkah-langkah yang harus
dikerjakan dalam suatu tugas pembelajaran. seperti menyusun materi dari yang sulit menuju
yang mudah atau sebaliknya, dari suatu contoh fakta ke suatu kon-sep teori atau sebaliknya, dari
suatu yang kongkrit ke suatu yang abstrak atau sebaliknya.
4) Pendekatan terjala (webbed), yaitu merupakan salah satu bentuk pendekatan terpadu
(integrated) atau tematis yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran
dengan cara mengaitkan dan memadukan beberapa tema dari berbagai mata pelajaran yang
relevan.

3.

Format Analisis Buku Guru dan Siswa

Format Analisis Buku Guru

LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU GURU


Judul buku
Kelas
Jenjang
Tema/Topik

: .....................................................................................................................
: ....................................................................................................................
: .....................................................................................................................
: .....................................................................................................................

NO. ASPEK YANG DIANALISIS

HASIL ANALISIS
4

TINDAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

TIDAK
SESUAI
1.
2.
3.
4.

5.

6.
7.
8.
9.

SESUAI
SEBAGIAN

SESUAI

LANJUT
HASIL
ANALISIS

Kesesuaian dengan SKL


Kesesuaian dengan KI
Kesesuaian dengan KD
Kecukupan materi ditinjau
dari:
a. Cakupan
konsep/materi
esensial
b. Alokasi waktu
Kedalaman materi pengayaan
ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan
b. Karakteristik siswa
Informasi pembelajaran sesuai
standar proses
Penerapan Pendekatan
Scientific
Penilaian Autentik dan Bahan
Remedial Teaching
Kolom interaksi antara guru
dengan orangtua

Format Analisis Buku Siswa

LEMBAR KERJA ANALISIS BUKU SISWA


Judul buku
Kelas
Jenjang
Tema/Topik
NO.

: .....................................................................................................................
: ....................................................................................................................
: .....................................................................................................................
: .....................................................................................................................
HASIL ANALISIS

ASPEK YANG DIANALISIS


5

TINDAK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

TIDAK
SESUAI
1.

Kesesuaian dengan SKL

2.

Kesesuaian dengan KI

3.
4.

Kesesuaian dengan KD
Kecukupan materi ditinjau dari:
a. Cakupan
konsep/materi
esensial
b. Alokasi waktu
Kedalaman materi pengayaan
ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan
b. Karakteristik siswa
Penerapan Pendekatan Scientific

5.

6.
7.
4.

SESUAI
SEBAGIAN

SESUAI

LANJUT
HASIL
ANALISIS

Penilaian Autentik yang tersedia


dalam buku siswa
Langkah-langkah dan Rubrik Penilaian
Langkah-langkah analisis buku guru dan siswa dan rubriknya dapat dilihat berikut ini:

a. Cermati format penilaian analisis buku guru atau buku siswa serta hasil analisis peserta yang
akan dinilai!
b. Berikan nilai pada setiap komponen sesuai dengan penilaian Anda terhadap hasil analisis
menggunakan rentang nilai sebagai berikut ini.
PERINGKAT

NILAI

KRITERIA

Amat Baik ( AB)

90 < A 100

Hasil analisis tepat, tindak lanjut logis dan bisa dilaksanakan

Baik (B)

75 < B < 90

Hasil analisis tepat, tindak lanjut kurang logis

Cukup (C)

60 < C < 75

Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut logis

Kurang (K)

< 60

Hasil analisis kurang tepat, tindak lanjut tidak logis

MATERI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1.

Memahami dan Menjabarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)


Peraturan pemerintah Repuplik Indonesia No. 32 Tahun 2013 tentang Standart Nasional

Pendidikan (SNP), dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan
suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penjelasan tentang Standar Kompetensi lulusan disebutkan juga dalam peraturan Menteri
Pendidikandan Kebudayaan No. 54 tahun 2013 dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2.

Tujuan Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,
standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

3.

Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi.

4.

Kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya
di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

5.

Monitoring dan Evaluasi Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar
Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang
digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala
dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi
digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa
yang akan datang.
Standar Kompetensi Lulusan masing-masing jenjang mulai dari tingkat SD/MI/SDLB/Paket A,

SMP/MTS/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMK/MAK/ SMALB/Paket C dapatdilihat dalam tabel


berikut:

No.

Dimensi

SD/MI

SMP/MTS

SMA/MA/SMK

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

1.

2.

3.

2.

Sikap

Memiliki
perilaku
yang mencerminkan
sikap orang beriman,
berakhlak
mulia,
berilmu, percaya diri,
dan
bertanggung
jawab
dalam
berinteraksi
secara
efektif
dengan
lingkungan sosial dan
alam di lingkungan
rumah, sekolah, dan
tempat bermain.

Pengetahuan

Memiliki
Memiliki pengetahuan Memiliki
pengetahuan
konseptual,
pengetahuan faktual faktual, konseptual, dan faktual,
dan
konseptual prosedural dalam ilmu prosedural,
dan
berdasarkan
rasa pengetahuan, teknologi metakognitif dalam ilmu
ingin tahunya tentang seni, dan budaya dengan pengetahuan, teknologi,
ilmu
pengetahuan, wawasan kemanusiaan seni, dan budaya dengan
teknologi, seni, dan kebangsaan, kenegaraan wawasan
kemanusiaan,
budaya
dalam dan peradaban terkai kebangsaan, kenegaraan,
wawasan
fenomena dan kejadian dan peradaban terkait
kemanusiaan,
yang tampak mata.
penyebab serta dampak
kebangsaan,
fenomena dan kejadian.
kenegaraan,
dan
peradaban
terkait
fenomena
dan
kejadian
di
lingkungan rumah,
sekolah, dan tempat
bermain.
Memiliki kemampuan Memiliki kemampuan Memiliki
kemampuan
pikir dan tindak yang pikir dan tindak yang pikir dan tindak yang
produktif dan kreati efektif dan kreatif efektif dan kreatif dalam
dalam ranah abstrak dalam ranah abstrak ranah abstrak dan konkret
dan konkret
sesua dan konkret
sesuai sebagai
pengembangan
dengan
yang dengan yang dipelajari dari yang dipelajari di
ditugaskan kepadanya. disekolah dan sumber sekolah secara mandiri.
lain sejenis.

Keterampilan

Memiliki perilaku yang


mencerminkan sikap
orang
beriman,
berakhlak
mulia,
berilmu, percaya diri,
dan bertanggung jawab
dalam
berinteraksi
secara efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan
dan
keberadaannya.

Memiliki perilaku yang


mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia,
berilmu, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.

Kompetensi Inti
Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang

harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program. (PP.no.32 tentang SNP).
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus
dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang
8

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar.
Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan
organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya
sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten
yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi
Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam
satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan
sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3),
dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari
Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif.
Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung
(indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok
3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). (lihat Permendikbud no. 67, 68 dan 69
tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SD, SMP, SMA).
3.

Kompetensi Dasar (KD)


Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh

Peserta Didik melalui pembelajaran. (PP.32 tentang SNP). Kompetensi Dasar adalah merupakan
kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi
Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan
tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi
esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan
dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi
sosial, progresif atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik
seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran
9

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan
perenialisme.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari Kompetensi Inti.
4.

Menghitung RPE (Rencana Pekan Efektif)


1. Pengertian Pekan Efektif
Pekan efektif adalah hitungan hari-hari efektif yang ada pada tahun pelajaran berlangsung.
Untuk menyusun RPE yang harus dilihat dan diperhatikan adalah kalender akademik yang
sedang berlangsung yang menjadi pedoman sekolah dalam menetapkan jumlah minggu/pekan
efektifnya, Jadwal pelajaran definitifnya dan juga kalender atau almanak secara umum. (contoh
kalender akademik ada pada lampiran).
2. Cara menghitung pekan efektif
Untuk lebih memudahkan dalam menghitung jumlah pekan efektif dalam satu semester
sebaiknya menentukan terlebih dahulu jumlah hitungan hari hari efektifnya dalam satu
semester. Sebagai contoh format rincian hari efektif sebagai berikut:
RINCIAN HARI/PEKAN EFEKTIF
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Bulan
Smt

Hari

Jumlah
Jul

Smt

II

Agt

Sep

Okt

Des

Jan

Nop

Des

Jan

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Total

Hari

Bulan
Jul

Agt

Sep

Okt

Senin
Selasa
Rabu
Kamis
10

Nop

Jumlah

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Jumat
Sabtu
Total
RINCIAN PEKAN EFEKTIF (RPE)
Satuan Pendidikan

Mata Pelajaran

: Pendidikan Agama Islam

Kelas / Semester

Alokasi Waktu

: x

a.

Hari Mengajar (

Hari

Juli

/
Menit
)

Agu

Sep

Okt

Nop

Des

Jan

Jumlah

Jumlah pekan dalam semester


Nomor Urut
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Nama Bulan

Jumlah Pekan

Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
b. Banyaknya Pekan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

3.

Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Januari
Jumlah

Banyak Pekan

Banyak Jam

Banyaknya Pekan Tidak Efektif


Pekan tidak efektif adalah banyaknya pekan yang terdapat dalam kalender pendidikan tetapi
tidak dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran/tatap muka terstruktur dalam
melaksanakan kegiatan pelaksanaan materi pembelajaran di kelas. Yang menentukan

11

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

banyaknya pekan tidak efektif adalah satuan pendidikan diselenggarakannya kegiatan


pembelajaran tersebut.
Sebagai contoh yang disepakati oleh sekolah X sebagai pekan tidak efektif:
Perayaan 17 Agustus
Ulangtahun sekolah, dll
Jumlah pekan efektif

4. Banyak Pekan Efektif


Jumlah semua Pekan dikurangi jumlah pekan tidak efektif=
Jumlah jam efektif

5. Distribusi Alokasi Waktu


Pembangian /pendistribusian jumlah pekan efektik ke dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran
selama semester berjalan. Komponen dalam distribusi alokasi waktu mencakup kegiatan sbb:
UTS

x3

UAS

x3

Uji Kompetensi

x3

Cadangan

x3

Tatap Muka

x3

Pekan Efektif =

jam pelajaran

6. Penyusunan Program Alokasi Waktu


Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru lebih dulu memprogramkan waktu
baik dalam pengalokasian waktu maupun waktu kegiatan belajar mengajar. Pengalokasian
waktu dimaksud dapat disusun dalam bentuk format program tahunan (prota) program
semester (promes) yang disesuaikan dengan kalender pendidikan yang telah dibuat lebih dulu.
Contoh format program semester ganjil
No

KD

Waktu

Juli

12

Agustus

Sept.

Okt.

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4

5. Silabus
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian
pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan
pembelajaran yang digunakan. (Permendikbud No.65 Tahun 2013).
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata
pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: Identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar,
materi Pokok/tema (untuk tingkat SD/MI), pembelajaran; penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran
tertentu.Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Silabus mencakup: (1) Identitas Mata Pelajaran, (2) Identitas Sekolah, (3) Kompetensi Inti, (4)
Kompetensi Dasar, (5) Materi Pokok, (6) Pembelajaran, (7) Penilaian, (8) Alokasi Waktu, dan (9)
Sumber Belajar. (Contoh silabus terlampir)
6.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran rinci dari suatu materi

pokok atau tema tertentu yang mencakup: data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; materi
pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan sumber belajar; langkah-langkah kegiatan
pembelajaran; dan penilaian.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan peserta didik dalam upaya mencapai KD, sesuai
dengan standar proses pembelajaran. Setiap guru dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP matapelajaran yang diampunya, di bawah supervisi guru senior yang ditunjuk, kepala sekolah,
pengawas, atau dari LPTK yang relevan. RPP disusun sebelum awal tahun pelajaran, dan menjadi
bagian KTSP Alur RP.

KI dan KD

SILABUS

13

RPP

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

a.

Prinsip-prinsip Pengembangan RPP


1) Perbedaan individual peserta didikantara lain

kemampuan awal, tingkat intelektual,

bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Partisipasi aktif peserta didik.
3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
4) Pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian
umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduanantara KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar.
7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas
aspek belajar, dan keragaman budaya.
8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasisecara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi.
b. Komponen dan Sistematika RPP
Landasan yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah Peraturan Pemerintah Nomor
19/2005 Pasal 20, yang berbunyi: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran, indikator, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar. Dengan demikian, RPP minimal harus memuat Tujuan Pembelajaran, Materi
Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Agar guru mendapatkan
manfaat dari RPP yang dikembangkannya, maka muatan minimal RPP tersebut perlu
dilengkapi dengan rincian langkah manajerial guru dalam pembelajaran.
Komponen RPP terdiri atas: (1) Identitas sekolah, (2) Mata pelajaran atau tema/sub tema, (3)
Kelas/semester, (4) Materi pokok, (5) Alokasi waktu, (6) Tujuan pembelajaran yang
14

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

dirumuskan berdasarkan KD, (7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (8)
Materi pembelajaran, (9) Metode pembelajaran, (10) Media pembelajaran, (11) Sumber
belajar, (12) Langkah-langkah pembelajaran, dan (13) Penilaian.
c.

Langkah-langkah Pengembangan RPP


1) Mengkaji Silabus pada Kurikulum tingkat nasional
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan
aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan
keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan
siswa secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan siswa ini
merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati
(observes), menanya (questions), mengumpulkan informasi, mengolah (associate) dan
mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam
bentuk langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat siswa
aktif belajar.

Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan

penilaiannya.
2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar
dengan mempertimbangkan: a) potensi peserta didik; b) relevansi dengan karakteristik
daerah, c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta
didik; d) kebermanfaatan bagi peserta didik; e) struktur keilmuan; f) aktualitas,
kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g) relevansi dengan kebutuhan peserta
didik dan tuntutan lingkungan; dan h) alokasi waktu.
3) Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap
pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek:
Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan).
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi dari KD
a.

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh


perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

b.

Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan,


dan potensi daerah

c.

Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.


15

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Prinsip pengembangan indikator adalah Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan


Kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, prilaku, dan
lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir,
dan bertindak secara konsisten.
5) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru,
agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus.
c) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah
guru dalam membuat siswa aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi
kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut
menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati
(observes), menanya (questions), mengumpulkan informasi, mengasosiasikan
(associates) dan

mengkomunikasikan.

Untuk

pembelajaran

yang

bertujuan

menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa


pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan
dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan.
6) Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian
kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran siswa
16

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

didorong untuk menyajikan karya, maka portofolio merupakan cara penilaian yang harus
dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI3 dan KI-4.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan
dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui
kesulitan siswa.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang
pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi
peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik
wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.
7) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
8) Menentukan Sumber Belajar
17

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan
fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar cetak utama adalah Buku Babon
(Kurikulum tingkat nasional) dan Buku Suplemen (Kurikulum tingkat daerah). Oleh
karena peserta didik didorong untuk mencari informasi, maka internet juga menjadi
sumber.

MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

1.

Pengertian Media Pembelajaran


Media berasal dari bahasa Latin, bentuk jamak dari Medium yang berarti Perantara atau

Pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media
pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat
bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke21 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan
digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat
bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan
internet.
Media Pembelajaran berbasis ICT adalah alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi informasi. Dalam sistem ini interaksi antara pengajar (guru) dan peserta
(murid) ajar tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem
pendidikan konvensional, mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan
memanfaatkan suatu media yang disebut komputer.
2.

Fungsi dan Kegunaan Media Pembelajaran


Ada beberapa fungsi media pembelajaran:

18

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta
didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang
menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan
sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak
mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta
didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar
gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin
dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang
disebabkan, karena: (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak
terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f)
obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui
penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan
lingkungannya.
4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan
abstrak.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merinci tentang fungsi media
pembelajaran sebagai berikut:
1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar
4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di
kalangan siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu
6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi
dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

19

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

3.

Kegunaan Media Pembelajaran


Secara umum media mempunyai kegunaan:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori &
kinestetiknya (self regulated learning).
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang
sama.
Selain itu, kontribusi media pembelajaran adalah:
1) Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2) Pembelajaran dapat lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4) Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5) Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6) Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7) Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8) Peran guru berubah kearah yang positif
Adapun Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama yang

digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk
membantupembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, (2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu
pengetahuan (science), (3) Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran
(literacy).Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu
untukmenguasai sebuah kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidak
ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai: fasilitator, motivator, transmitter, dan evaluator. Sebagai
bagian dari pembelajaran, teknologi/ICT memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen,
komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008).
Moldstad (dalam Harsya W Bachtiar, 1984) menyatakan bahwa media pembelajaran berbasis
ICT dalam proses pembelajaran akan dapat menimbulkan kondisi-kondisi positif, seperti:
1.

Belajar lebih banyak terjadi jika media diintegrasikan dengan program instruksional yang
tradisional.

20

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

2.

Jumlah belajar yang setara sering dapat tercapai dalam waktu yang lebih singkat dengan
menggunakan teknologi instruksional.

3.

Program instruksional dengan menggunakan berbagai media yang didasarkan pada suatu
pendekatan sistem, seringkali memudahkan siswa dalam belajar secara lebih efektif.

4.

Program-program multimedia dan atau tutorial audio untuk pembelajaran biasanya lebih disukai
siswa bila dibandingkan dengan pengajaran tradisional.

4.

Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran (ASSURE)


Model ASSURE adalah sebuah model pengembangan media yang dikembangkan oleh Heinich

dan kawan-kawan (1982) dalam mengembangkan perencanaan penggunaan dan pembuatan media yang
efektif. ASSURE merupakan kepanjangan dari huruf berikut ini:
AAnalyze leraner characteristic (menganalisis karakteristik siswa)
S State objective (merumuskan tujuan)
S Select or modify media (memilih dan memodifikasi media)
UUtilize (menggunakan media)
RRequire learner response (meminta tanggapan siswa terhadap media yang digunakan
EEvaluate (mengevaluasi seberapa jauh tingkat efektifitas penggunaan media
5.

Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran


Terdapat berbagai jenis dan karakteristik media belajar, diantaranya:
a.

Media Grafis:
1) Gambar Atau Foto
Gambar atau foto yang baik untuk media pendidikan:
a) Autentik, yaitu gambar/foto tersebut jujur melukiskan situasi apa adanya.
b) Sederhana, komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok
dalam gambar.
c) Ukuran relatif, gambar atau foto bisa menyesuaikan dengan kondisi.
d) Mengandung perbuatan.
e) Harus mencapai tujuan pembelajaran.
f)

Tidak setiap yang bagus merupakan media yang bagus.

2) Sketsa
3) Diagram
4) Bagan/Chart
21

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Bagan yang baik: (1) dapat dimengerti, (2) sederhana, dan (3) dapat di-update.
5) Grafik
6) Kartun
7) Poster
8) Peta dan Globe
9) Papan Flanel
10) Papan Buletin
b. Media Audio:
1) Radio
2) Alat perekam pita magnetik
3) Laboratorium bahasa
c.

Media Proyeksi Diam


1) Film bingkai
2) Film rangkai
3) Media transparansi
4) Proyektor tidak tembus pandang
5) Mikrofis
6) Film
7) Film gelang
8) Televisi
9) Video
10) Permainan dan simulasi

6.

Media Teknologi Informasi dan Komunikasi


a.

Situs internet arab

b.

E-Kutub Arabiyah (e-book)

c.

CD Multimedia Interaktif

d.

Games online/offline

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial,
projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak
melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya
bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

22

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

7.

Peranan Media dalam Pembelajaran


Peranan beberapa karakteristik tersebut sangan urgent dalam hasil belajar. Edgar Dale

memberikan gambaran dari hasil belajar melalui kerucut pengalamannya atau biasa dikenal corn of
experiences. Kerucut tersebut semakin kebawah semakin kongkrit hasil belajar para siswa.
1. Lambang Kata menempati kerucur yang paling atas yang bermakna bahwa apabila guru hanya
menyampaikan pesan maka hasil belajar hanyalah ruangan yang sempit.
2. Lambang Visual menempati urutan yang kedua, pada lambang visual hasil belajar lebih lebar yang
menandakan bahwa dengan belajar melalui Visualisasi, hasil belajar lebih banyak dibanding
dengan kata.
3. Gambar Tetap atau Rekaman, dan Radio menempati urutan yang berikutnya, hasil belajar lebih
banyak diperoleh.
4. Gambar Hidup menempati urutan beikutnya, hasil belajar lebih banyak daripada yang di atas.
5. Televisi. Hasil belajar semakin banyak diperoleh melalui layar televisi.
6. Pameran Museum, hasil belajar semakin banyak.
7. Darmawisata, demikian juga darmawisata akan mengahsilkan produk belajar lebih banyak.
8. Percontohan, melalui percontohan hasil yang didapatkan dalam belajar semakin banyak.
9. Pengalaman Dramatisasi. Melalui pengalaman dramatisasi hasil belajar semakin bertambah banyak.
10. Pengalaman Tiruan, demikian juga pengalaman tiruan, hasil belajar semakin bertambah banyak.
11. Pengalaman Langsung, melalui pengalaman langsung ini pembelajaran akan menghasilkan produk
pembelajaran yang efektif.

Kerucut pengalaman Edgar Dale

23

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik
bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau
kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan.
Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa
digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti:
biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
8.

Konsep Dasar Sumber Belajarn; Perbedaan Sumber, Alat, dan Bahan


a.

Sumber Belajar (Learning Resources)

Sumber belajar adalah segala daya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran untuk
kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau
secara keseluruhan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sumber belajar pengertian sempit misalnya buku-buku atau bahan-bahan cetak atau buku-buku
teks yang digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Sember belajar dalam
pengertian luas adalah sumber belajar yang dihasilkan oleh Edgar Dale dalam kerucut pengalamannya
(Cone of Experience)yaitu menyatkan bahwa pengalamannya itu adalah sumber belajar (Nana Sujana,
89:76) Sumber belajar tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala
sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar/sebagai media pengajaran ddengan tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya.
Sumber belajar pada prinsipnya adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi
kemudahan dalam belajarnya. dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam yaitu:
1.

Sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau dipergunakan untuk membantu
belajar mengajar, biasa disebut Learning resources by design (sumber belajar yang dirancang).
Misalnya buku, brosur, ensklopedi, film, video, tipe, slides, film strips, OHP. Semua perangkat
keras ini memang secara sengaja dirancang guna kepentingan kegiatan pengajaran.

2) Sumber belajar yang dimafaatkan guna memberi kemudhan kepada Seseorang dalam belajar
berupa segala macam sumber belajar yang ada disekeliling kita. Sumber belajar tersebut tidak
dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran. Sumber belajar ini disebut learning
resources by ultilization. (Isbani, 87:6). Misalnya, pasar, toko, museum, toko masyarakat dan
sebagainya yang adanya dilingkungan sekitar seperti taman dan sebagainya yang adanya di
lingkungan sekitar seperti taman, gedung lembaga Negara, dan lain-lain. Segenap sumber belajar
yang dirancang maupun yang tidak dirancang diklasifikasikan sebagai orang, peralatan, teknik atau
24

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

metode dan kondisi atau lingkungan. Dalam prakteknya, segala macam sumber belajar, baik yang
dirancang maupun yang dimanfaatkan, tidak selalu harus dibedakan karena memang sulit untuk
diidentifikasikan secara tegas.
b.

Klasifikasi Sumber Belajar


Klasifikasi Jenis-Jenis Sumber Belajar

JENIS SUMBER
PENGERTIAN
BELAJAR
Pesan (Message) Informasi yang harus
disalurkan oleh komponen
lain berbentuk ide, fakta,
pengertian data.
Manusia (People) Orang yang menyimpang
informasi
atau
menyalurkan
informasi.
Tidak termasuk yang
menjalankan
fungsi
pengembangan
dan
pengelolaan
sumber
belajar.
Bahan (Materials) Sesuatu,
bisa
disebut
media/software
yang
mengandung pesan untuk
disajikan
melalui
pemakian alat.
Peralatan
Sesuatu,
bisa
disebut
(Devide)
media/hadware
yang
menyalurkan pesan untuk
disajikan yang ada dalam
software.
Teknik/Metode
Prosedur yang disiapkan
(Technique)
dalam
mempergunakan
bahan pelajaran, peralatan,
situasi, dan orang untuk
menyampaikan pesan.
Lingkungan
Situasi sekitar dimana
(Setting)
pesan
disalurkan/ditranmisikan

CONTOH
DIRANCANG
DIMANFAATKAN
Bahan-bahan pelajaran.
Cerita rakyat dongeng,
nasihat.

Guru,
aktor,
siswa, Nara sumber, pemuka
pembicara pemain. Tidak masyarakat, pimpinan
termasuk teknisi ilmu kantor, responden.
Kurikulum.

Transparansi,
film, Rellef, candi arca,
slides,
tape,
buku, peralatan teknik.
gambar, lan lain-lain.

OHP, Proyektor, slides, Generator,


mesin,
film, tape, buku, gambar, alat-alat mobil.
dan lain-lain.

Ceramah,
diskusi Permainan sarasehan,
sosiodrama,
simulasi, percakapan
kuliah,belajar mandiri.
biasa/spontan.

Ruang kelas, studio, Taman, kebun, pasar,


perpustakaan,
museum, toko.
auditorium, aula.

Klasifikasi lain yang bisa dilakukan terhadap sumber belajar sebagai berikut;

25

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

1) Sumber belajar tercetak; buku majalah, brosur, koran, poster denah, ensklopedi, kamus, booklet,
dan lain-lain.
2) Sumber belajar non cetak; film, slides, video, model, audiocassette, transparasi, reali, obyek, dan
lain-lain.
3) Sumber belajar yang berbentuk fasilitas; perpustakaan, ruang belajar, carrel, studio, lapangan olah
raga, dan lain-lain.
4) Sumber belajar berupa kegiatan; wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan, dan
lain-lain.
5) Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat; taman, terminal pasar, toko, pabrik, museum,
dan lain-lain.
9.

Komponen dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sumber Belajar


Komponen adalah bagian-bagian yang selalu ada di dalam sumber belajar itu, dan bagian-bagian

itu merupkan satu kesatuan yang suli berdiri sendiri sekalipun mungkin dapat dipergunakan secara
terpisah.
a.

Komponen-komponen sumber belajar, antara lain:


1) Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar.
2) Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar
3) Pesan yang dibawah oleh sumber belajar
4) Tingkat kesulitan atau koleksitas pemakian sumber belajar

b.

Faktor-faktor yang berpengaruh kepada sumber belajar, antara lain:


1) Perkembangan teknologi
2) Nilai-nilai budaya setempat
3) Keadaan ekonomi pada umumnya
4) Keadaan pemakai

c.

Fungsi/Peran Sumber Belajar


Fungsi/peranannya antara lain:

1.

Meningkatkan produktifitas pendidikan dengan jalan


a.

Membantu guru untuk menggunakan waktu dengan secara lebih baik dan efektif.

b.

Meningkatkan laju kelancaran belajar

c.

Mengurangi beban guru dalam penyajian informasi sehingga lebih banyak kesempatan dalam
pembinaan dan pengembangan airah belajar siswa.
26

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

2.

3.

Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan;


a.

Mengurangi fungsi control guru yang sifatnya kaku dan tradisional

b.

Memberikan kesempatan pada siswa/murid untuk berkembang sesai dengan kemampuanya.

Memberikan dasar-dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan


a.

Merencanakan program pendidikan secara lebih sistematis

b.

Mengembangkan bahan pengajaran melalui upaya penelitian terlebih dahulu.

c.

Meningkatkan pemantapan pengajaran dengan jalan

d.

Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media

e.

Menyajikan informasi maupun data secara lebih mudah, jelas dan kongkrit. (isbani, 1987:10).

10. Pengembangan Media Pembelajaran


1.

Langkah Pengembangan Media Pembelajaran

a) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar.


b) Mengkaji media yang cocok dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dan bagaimana cara
pencapaiannya.
c) Merumuskan strategi dan caranya.
d) Mengembangkan naskah atau isi pesan. Siapa yang akan menggunakan media pembelajaran? Apa
pesan pokok yang akan disampaikan? Apakah ada media yang sudah dipakai? Apakah ada sumber
informasi lain?
e) Memilih bentuk dan jenis media pembelajaran.
a.

Media apa yang menjangkau peserta didik? Bentuk media seperti apa yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik? Mempertimbangkan dana, waktu, dan hambatan.

f)

Merancang dan menyelesaikan media pembelajaran. Bagaimana penyelesaian tugas. Apakah


semua tugas bisa diselesaikan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan.

g) Melakukan uji coba dan evaluasi. Sebelum media digunakan dalam proses belajar mengajar,
sebaiknya diuji cobakan terlebih dahulu dan dievaluasi kehandalannya.
h) Melakukan perbaikan.
i)

Melakukan evaluasi penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar.


2.

a.

Contoh Pengembangan Media Pembelajaran

Membuat sinopsis atau story board


Membuat storyboard merupakan langkah pembuatan desain pembelajaran, penulis merancang
seluruh skenario pembelajaran dan memperkirakan efek apa saja yang ditimbulkan dalam
pembentukan kompetensi yang diharapkan.
27

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

1) Menetapkankan jenis visual apa yang akan digunakan untuk mendukung isi materi
(tulisan,gambar diam atau animasi)
2) Video (kalau diperlukan)
3) Audio yang diperlukan (diam, sound effect khusus, suara latar belakang, musik dan narasi).
b.

Membuat Flipchart
Flipchart (lembar balik) adalah salah satu media cetakan yang sangat sederhana dan efektif.
Keunggulan flipchart sebagai berikut:
1) Mampu memberi info ringkas dengan cara praktis
2) Media yang cocok untuk kebutuhan dalam ruangan atau luar ruangan
3) Bahan dan pembuatan murah
4) Mudah dibawa kemana-mana
5) Tidak membutuhkan ketrampilan baca tulis
6) Membantu mengingatkan pesan dasar bagi fasilitator/pengguna media
Bagaimana membuat flipchart?

Tentukan tujuan dan penerapan flipchart

Menentukan bentuk flipchart

Sederhanakan informasi/pesan

Merancang draft kasar pada skala kecil

Memilih warna sesuai kesan yang diinginkan

Memastikan pesan jelas dan dinamis

Menentukan bentuk huruf , dan ukuran yang sesuai

Ujicoba tata letak pada kalangan terbatas

Desain flipchart:

c.

Ukuran standar 60- 90 cm, atau sesuaikan dengan jumlah peserta

Gunakan ilustasi foto/kartun yang sederhaan dan dikenal khalayak

Penulisan Judul yang menonjol, gunakan huruf besar dan sederhana

Pesan jelas dan ringkas, istilah disederhanakan

Gunakan warna mencolok dan tebal.

Membuat Poster
Poster adalah media cetakan berbentuk 1 muka/halaman dengan ukuran berkisar antara 60 cm x

40 cm. Bahan poster, umumnya menggunakan kertas karton atau kertas artpaper dengan ketebalan
antara 120 -260 gr.
28

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

11. Manual Media Pembelajaran


Manual media pembelajaran merupakan deskripsi dari tata cara atau prosedur media tersebut
digunakan. Prosedur tersebut berisi tentang bagaimana media tersebut dibuat, digunakan di dalam
pembelajaran, dan sampai pada sebrapa jauh media tersebut benar-benar sebagai perantara dalam
proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa contoh manual media pembelajaran pada tingkat
SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA
a.

Manual Media Pembelajaran untuk SD/MI


Mata Pelajaran

: Aqidah

Materi

: Iman Kepada Malaikat

Tingkat

: SD/MI

Bahan

: Kertas karton, manila, kertas lipat warna-warni, double tip, dan lem

Media

: Kereta Malaikat

Langkah-langkah Penggunaan:
1. Buat 11 gerbong yang terdiri dari 1 kepala gerbong yang diberi tulisan malaikat, dan 10
gerbong dengan tulisan masing-masing nama malaikat yang berjumlah 10 yang wajib
diketahui!
2. Buat 11 gerbong yang terdiri dari 1 kepala gerbong yang diberi tulisan tugas-tigas
malaikat dan 10 gerbong dengan

tulisan masing-masing tugas malaikat yang wajib

diketahui!
3. Dalam proses pembelajaran siswa akan mencocokkan setiap gerbong dengan cara
menempel.
4. Dapat dilakukan dengan membuat beberapa gerbong agar terjadi kompetisi antar kelompok.
5. Setelah kelompok selesai mencocokkan, guru mereview, kelompok yang paling cepat
mencocokkan layak mendapat penghargaan.
6. Siswa dapat menemukan tugas dan sekaligus nama-nama malaikat.
Surabaya, .
Guru Kelas,

_____________________________
NIP.
29

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

b. Manual Media Pembelajaran untuk SMP/MTs


Mata Pelajaran

: Akhlaq

Materi

: Akhlaq terpuji dan tercela

Tingkat

: SMP/MTs

Bahan

: Gambar-gambar akhlaq terpuji dan tecela, kertas karton, manila, kertas


warna, gunting, dan lem

Media

: Pohon Akhlaq terpuji dan tercela

Langkah-langkah Penggunaan:
1.

Pilih 10 gambar (sesuaikan jumlah kelas) yang mencerminkan akhlaq terpuji (gambar
pekerja keras, sekolah, menyeberangkan orang dan lain-lain)!

2.

Pilih 10 gambar (sesuaikan jumlah kelas) yang mencerminkan akhlaq tercela (gambar
orang marah, mencopet, memukul dan lain-lain)!

3.

Gunting karton menyerupai pohon dan buat juga batang pohon!

4.

Tempel gambar-gambar tersebut dalam masing-masing karton!

5.

Dalam proses belajar,

masing-masing siswa atau secara berpasangan mendapat satu

pohon.
6.

Mereka mendiskusikan tentang pohon yang telah mereka pegang, apakah pohon akhlaq
terpuji dan akhlaq tercela.

7.

Hasil diskusi disampaikan dalam lembar kerja siswa.

8.

Guru mereview proses pembelajaran.

9.

Siswa dapat menemukan apa dan bagaimana contoh akhlaq terpuji dan akhlaq tercela.

Surabaya, .
Guru Pengajar

_____________________________
NIP.
c.

Manual Media Pembelajaran untuk SMA/MA


Mata Pelajaran

: Fiqh

Materi

: Merawat Janazah

Tingkat

: SMA/MA
30

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Bahan

: Program flash animasi

Media

: Flash Animasi Perawatan Janazah

Langkah-langkah Penggunaan:
1. Memanfaatkan program flash dalam perawatan Janazah (memandikan, menyalati,
mengkafani, dan menguburkan janazah.
2. Guru memperlihatkan tayangan melalui LCD perawatan Jenazah.
3. Siswa mempraktekkan tayangan tersebut.
4. Siswa menemukan bagaimana cara perawatan jenazah.
Surabaya, .
Guru Pengajar
_____________________________
NIP.
12. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis ICT
Pemanfaatan ICT dalam konteks pendidikan pada dasarnya lebih cenderung pada proses
pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang memanfaatkan ICT ini biasanya menggunakan
perangkat hardware dan software dalam aplikasinya seperti, perangkat komputer yang tersambung
dengan jaringan internet, LCD, projektor, CD pembelajaran, televisi, bahkan menggunakan web atau
situs-situs tertentu dalam internet. Dengan adanya jaringan internet ini seseorang dapat mengakses data
apa saja dengan melakukan browsing ke berbagai penyelia data (server) di berbagai belahan bumi ini.
Artinya dengan adanya internet ini masalah ruang tidak menjadi halangan. Sebagai misal kita dapat
mengakses data dari berbagai tempat di Amerika dengan memanfaatkan layanan Yahoo, hanya dalam
hitungan detik berbagai data berhasil kita akses.
Media pembelajaran berbasis ICT ini dapat digunakan dalam:
a. Pencarian Data Melaui Search Engine (Mesin Pencarian)
Search engine adalah salah satu fasilitas internet yang dijalankan melalui browser untuk
mencari informasi yang kita inginkan. Search engine menampung database situs-situs dari seluruh
dunia yang jumlahnya milyaran halaman web, cukup dengan memasukkan kata kunci-nya maka
search engine akan menampilkan beberapa link situs yang disertai dengan keterangan singkat.
c. Yahoo Mail dan Langkah-langkah Penggunaannya dalam Pembelajaran

31

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Email adalah singkatan dari Electronic Mail atau jika dalam bahasa Indonesia adalah surat
elektronik. Melalui email kita dapat mengirim surat elektronik baik berupa teks maupun gabungan
dengan gambar, yang dikirimkan dari satu alamat email ke alamat lain di jaringan internet. Seperti
layaknya surat biasa pada umumnya, email berfungsi untuk mengirimkan surat atau pesan kepada
orang lain.
d. Pembuatan Blog Pembelajaran
Blog adalah situs web Anda yang mudah digunakan, fasilitas ini dapat dengan cepat
memposting pemikiran Anda, berinteraksi dengan orang lain, mempublikasikan karya, pengumuman
dan banyak lagi keuntungan lainnya. Karena mudah dan praktis Blok bisa digunakan tidak hanya untuk
kepentingan komunikasi tetapi juga digunakan sebagai media pembelajaran yang memungkin semua
orang bisa mengaskesnya. Penggunaan Blog dalam Pembelajaran bisa dijadikan media interaksi antara
guru dan pakar (guru); antara guru dan siswa, antar siswa dan siswa yang berkaitan dengan materi
pendidikan. Blog untuk kuliah maya, memuat:
Daftar mata kuliah
Silabus
Materi kuliah (ppt, pdf, doc, jpg, dll)
Referensi (e-book, url addres)
Pengumuman-pengumuman, tugas-tugas
Forum diskusi (milis, chating, instant messenger)
Profil dan kontak guru
Ujian
e. Media Pembelajaran Berbasis Slide Presentasi
a) Mengenal Program Power Point dan Manfaatnya dalam Pembelajaran
Microsoft Power Point adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun
sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah. Microsoft Power Point
akan membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika
dipresentasikan karena Microsoft Power Point akan membantu dalam pembuatan slide,
outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk
clip art yang menarik, yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer.
Manfaat Program Power Point dalam Pembelajaran: (1) penyampaian materi pembelajaran
lebih menarik, (2) menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan (3) materi
pembelajaran disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.
b.

Pengenalan Program Aplikasi Media Pembelajaran


32

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Ada banyak program aplikasi berbasis ICT yang dapat digunakan dalam pembelajaran:
1) Program Al-Quran Flash
Program ini adalah mushaf al-Quran digital yang dapat dibaca dan dibuka seperti ketika
membaca mushaf al-Quran sebagaimana biasa yang dilengkapi dengan ayat-ayat yang
berwarna warni sebagai petunjuk hukum bacaan tajwid, program ini sangat berguna bagi
guru yang akan mengajarkan membaca al-Quran di kelas secara klasikal.
2) Program Al-Quran in Word
Program al-Quran in Word adalah program penulisan teks ayat al-Quran lengkap
dengan harakat dan terjemahannya dalam beberapa bahasa yang dipalikasikan pada
program MS. Word. Program ini sangat membantu bagi kita umat Islam yang ingin
menulis ayat al-Quran dengan mudah tanpa hawatir muncul kesalahan dalam penulisan
ayat karena menulis secara manual menggunakan MS. Word.
3) Program KV-Soft Flipbook
Program ini merupakan program pengembangan media pembelajaran berbasis e-book
karena dengan memahami program ini siapapun dapat membuat buku, kitab, mushaf
maupun gambar menjadi format buku elektronik yang bisa dibuka dan dibaca
menggunakan komputer. Kvisoft Flipbook Maker adalah jenis perangkat lunak
profesional untuk mengkonversi file PDF ke bentuk seperti buku. Halaman yang dapat
di tambah fungsi editing memungkinkan Anda untuk menanamkan video, gambar,
audio, hyperlink, hotspot dan objek multimedia ke halaman. Sehingga untuk membuat
halaman buku multimedia menjadi begitu mudah dengan software ini.

BAHAN AJAR

1.

Pengertian, Kedudukan, dan Fungsi Bahan Ajar


a.

Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan
ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
(Marno 2011). Paulina Pannen (2001) menyebutkan bahwa bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi
33

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Meneurut Andi Prastowo (2011) menyatakan pemahaman bahan ajar sebagai segala
bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok
utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan
tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Yuniwati (2012) menyimpulkan, bahwa bahan ajar merupakan susunan sistematis dari berbagai
bentuk bahan pembelajaran (baik tertulis seperti buku pelajaran, modul, handout, LKS atau yang tidak
tertulis seperti maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif) yang di pakai atau digunakan sebagai
pedoman atau panduan baik oleh pendidik atau instruktur dalam rangka proses pembelajaran serta
memberikan materi kepada peserta didik.
Bahan ajar umumnya didesain dengan tujuan tertentu (by design) yakni disusun dengan
sistematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam kerangka pencapaian kompetensi yang
diharapkan. Berbeda dengan buku teks pada umumnya yang

merupakan sumber informasi yang

disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu, dia tidak berorientasi pada proses
pembelajaran atau pencapaian kompetensi sebagaimana bahan ajar.
Perbedaan karakteristik antara bahan ajar dan buku teks antara lain dapat digambarkan di bawah
ini:
Bahan ajar

Buku Teks

Menimbulkan minat baca


Ditulis dan dirancang untuk siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Disusun berdasar kan pola belajar yang
fleksibel
5. Struktur berdasarkan kebutuhan siswa
dan kompetensi akhir yang akan dicapai.
6. Memberi kesempatan pada siswa untuk
berlatih
7. Mengakomodasi kesulitan siswa
8. Memberikan rangkuman
9. Gaya penulisan komunikatif dan semi
formal
10. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
11. Dikemas untuk proses instruksional
12. Mempunyai
mekanisme
untuk
mengumpulkan umpan balik dari siswa
13. Menjelaskan cara mempelajari bahan
ajar.

1. Mengasumsikan minat dari pembaca


2. Ditulis untuk pembaca (guru, dosen)
3. Dirancang untuk dipasarkan secara luas
4. Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional
5. Disusun secara linear
6. Stuktur berdasar logika bidang ilmu
7. Belum tentu memberikan latihan
8. Tidak mengantisipasi kesukaran belajar siswa
9. Belum tentu memberikan rangkuman
10. Gaya penulisan naratif tetapi tidak komunikatif
11. Sangat padat
12. Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan
umpan balik dari pembaca.

1.
2.
3.
4.

b.

Manfaat Bahan Ajar dalam Sistem Pembelajaran


34

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Sebagaimana disebutkan dalam Sisdiknas tahun 2003 bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi antara guru dengan siswa dan dengan sumber belajar dalam lingkungan pembelajaran.
Menurut sisdiknas tersebut ada tiga komponen penting dalam pembelajaran yaitu; guru, siswa dan
sumber atau bahan ajar. Kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik kalau tidak tersedia sumber
dan bahan ajar, untuk dapat membelajarkan siswa maka mutlak diperlukan bahan ajar, sehingga
memungkinkan siswa dapat belajar dimana dan kapan saja melalui sumber dan bahan ajar yang
disiapkan. Sebab itu kedudukan bahan ajar sangat penting sekali dalam proses pembelajaran. Hubungan
antara komponen tersebut seperti digambarkan di bawah ini:

Peserta

Pendidik

Sumber/bahanBelajar

Lingkungan Belajar

Dalam proses pembelajaran kedudukan bahan ajar sangat penting sekali, manfaat bahan ajar bagi
guru antara lain; (1) menghemat waktu mengajar, (2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan (3)
menciptakan suasana pembelajaran lebih efisien & interaktif.
Sementara bagi siswa dapat; (1) mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri; (2) memperluas
waktu belajar kapan saja bias; (3) bisa belajar tanpa guru; (4) dapat belajar dengan kecepatan masingmasing; (5) dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri dan membiasakan untuk membaca ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya bahan ajar berfungsi untuk:
a.

Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan
membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru
dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

35

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

b.

Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)
mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

c.

Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program
pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh
penelitian. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber
belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

d.

Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran
yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan
pengetahuan yang sifatnya langsung.

2.

Jenis-jenis Bahan Ajar


Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran (instructional

materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis
materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap
atau nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat,
nama orang, dsb. Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau
bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lenganlengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar
konsep yang menggambarkan jika..maka., misalnya Jika logam dipanasi maka akan memuai,
rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis
atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat;
langkah-langkah berwudlu. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau
nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat
bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif
tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.
Tabel 1
Klasifikasi Materi Pembelajaran Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip
36

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

No

Jenis Materi

1.

Fakta

2.

Konsep

3.

Prinsip

4.

Prosedur

Pengertian dan contoh


Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana.
Contoh:
Kabah terletak di makkah; Masjid terbesar di Asia bernama Istiqlah yang
berada di Jakarta Negara Indonesia.
Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.
Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai
sanksi berupa denda atau pidana.
Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jikamaka.).
Contoh:
Jika kita berbuat kebaikan maka kita akan mendapat pahala dari Allah dan
melalui ridloNya kita akan dimasukkan ke dalam surgaNya
Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah
mengerjakan sesuatu secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah melakukan wudlu ialah:
1. Niat
2. Membasuh Muka
3. Membasuk kedua tangan sampai ke siku
4. Mengusap rambut
5. Membasuk kedua kaki hingga mata kaki
6. Tertib

Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam
kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen
penilaian yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar.
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan
pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan
ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio);
bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
a.

Bahan cetak (printed)


Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,

foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang
dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaed yaitu : (a) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi,
37

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari; (b) Biaya untuk pengadaannya relative sedikit; (c) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat
dengan mudah dipindah-pindahkan; (d) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu; (e) Bahan tertulis relative ringan dan dapat dibaca di mana saja; (f) Bahan ajar yang baik akan
dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti manandai, mencatat, membuat sketsa;
(g) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, (h) Pembaca dapat
mengatur tempo secara mandiri
Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain:
1) Handout: adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan
peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan
materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download
dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
2) Buku: adalah adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Oleh pengarangnya isi
buku di dapat dari berbagai cara misalnya:

hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi

pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku sebagai
bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum
dalam bentuk tertulis.
3) Modul: adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala
komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna
kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul
memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih
cepat menyelesaikan satu atau lebih kompotensi dasar dibandingkan dengan peserta didik,
disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
4) Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet): adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran
apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara
baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan materi
tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugastugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat
38

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja
lapangan, misalnya survei tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.
Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran,
bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas
tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai, karena sebuah lembar harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan
tercapainya atau tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh peserta didik.
5) Brosur: adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem
atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid atau selebaran
cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus
besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang
harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena
bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur
didesain hanya memuat hanya satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan
menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
6) Leaflet: adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar
terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar.
7) Wallchart: adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna
menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat menarik bagi siswa maupun guru, maka
wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengeturan proporsi yang baik. Wallchart
biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain
sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, wallchart harus memenuhi kriteria sebagai
bahan ajar antara lain harus memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didk, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara
menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang ular, tikus dan
lingkungannya.
8) Foto: merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika sesuatu yang akan dijelaskan
dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan muda
karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada
39

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama. Foto ini dapat mengatasi ruang dan
waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat yang lain dapat dilihat oleh orang yang berada jauh dari
tempat kejadian dalam bentuk setelah kejadian itu berlalu. Kalau kita memerlukan hasil yang hitam
putih pergunakanlah film hitam putih dan bila kita menghendaki hasil yang berwarna maka
gunakan film yang berwarna.
Beberapa alasan penggunaan foto sebagai media pengajaran sebagai berikut:
a) Bersifat konkrit, para siswa akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang dibicarakan
atau didiskusikan
b) Dapat mengatasi batas waktu dan ruang, melalui gambar dapat diperlihatkan kepada siswa
foto-foto benda yang jauh atau yang terjadi beberapa waktu lalu
c) Dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indra manusia. Misalnya benda-benda kecil
yang tak dapat dilihat dengan mata dan diperbesar sehingga dapat dilihat dengan jelas.
d) Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah
e) Mudah didapat dan murah biayanya, karenan dia mengandung nilai ekonomis dan
meringankan beban sekolah yang budgetnya terbatas
f)

Mudah digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok

b. Bahan ajar dengar (audio)


Bahan ajar dengan adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio)
seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
1) Kaset/piringan hitam/compact. Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulangulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan jar. Bahan ajar
kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa tau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset
tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya
seperti tape recorder dan lembar skenario guru.
2) Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta
didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio
dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah
program pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita siaran langsung suatu
kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.
c.

Bahan ajar pandang dengar (audio visual)

40

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio
visual seperti video compact disk, film.
1) Video/film. Program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual
aids/audio visual media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap,
sehingga setaip akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi
dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis
kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal dengan skenario) dari
sebuah program video atau film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya.
2) Orang/Nara Sumber. Orang sebagai sumber belajar dapat juga diakatakan sebagai bahan ajar yang
dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya karena orang
tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan
bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan
dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang
baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri
sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.
3) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Multimedia interaktif adalah kombinasi
dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya
dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini
sudah mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga
memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar
multimedia derancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga penilaian.
3.

Konsep Dasar Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Modul


a.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)


1) Pengertian, Tujuan dan kegunaan LKS

Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa
saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secra baik
apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu bahan pembelajaran. Secara umum LKS
merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana
41

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi
maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik
digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam
penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar sering dimanfaatkan sebagai buku
latihan siswa yang didalamnya memuat: Ringkasan Materi, dan soal-soal latihan. Dengan adanya
ringkasan materi ini, siswa akan lebih mudah memahami materi, dan melalui soal-soal latihan dapat
membantu siswa memahami dan menguasai materi secara terbimbing (guidance) melalui soal-soal
yang diberikan baik berupa uraian singkat atau pilihan ganda.
Adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut:
1) LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai 100 halaman
2) LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan
tertentu
3) Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum, rangkuman pokok
bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soal isian.
Tujuan dari LKS yaitu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan
pelaksanaan belajar mengajar. Selain itu, LKS akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Guru
akan memiliki bahan ajar yang siap digunakan, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman
belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis yang tertuang dalam LKS.
Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang didapat. Dan bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan
berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana
yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. Selain itu dengan adanya LKS siswa tidak perlu mencatat atau
membuat ikhtisar atau resume pada buku catatannya lagi, sebab dalam tiap LKS biasanya sudah
terdapat ringkasan seluruh materi pelajaran.
Berdasarkan fungsi lembar kerja di atas, guru sebagai pengelola proses belajar, kedudukannya
tidak dapat digantikan oleh adanya lembar kerja. Karena keberadaan lembar kerja siswa ini adalah
hanya membantu kemudahan dan kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi
antara guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses belajar dapat tercapai atau berhasil.
Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif
terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan
hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS adalah dengan menerapkan metode SQ3R (survey, Question,
Read, Recite, Review atau mensurvei, membuat pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang)
42

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Pada kegiatan survey, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi, termasuk membaca
ringkasan materi jika ringkasan diberikan.

Pada tahap question, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka
jawab sendiri pada saat membaca materi yang diberikan.

Pada tahap read, siswa dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan
tanda-tanda khusus pada materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda
kurung pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab
pertanyaan yang sudah disiapkan pada tahap question.

Recite menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta
untuk meringkas materi dalam kalimat mereka sendiri.

Review dimaksudkan agar siswa sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai
dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut. Dalam pengembangan LKS kita harus
berusaha memasukkan unsur-unsur SQ3R secara terintegrasi.
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai

berikut.
1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.
3) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
5) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan
belajar.
6) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40).
Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.
1) Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.
Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran,
sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaiakn pelajaran. LKS
merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi
dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan
kerja pada peserta didik.
2) Lembar Kerja Siswa Berstruktur.

43

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang
untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit
atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS
telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam
kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi
bimbingan pada setiap siswa. (Indrianto, 1998:14-17).
2) Langkah-langkah menyusun LKS
1) Tahap Persiapan
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum diamaksudkan untuk menentukan kompetensi mana yang memerlukan
bahan ajar LKS. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, pengalaman belajar, dan indicator ketercapaian hasil belajarnya.
b) Menyusun peta kebutuhan LKS
Pada kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan
sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuen LKS ini sangat diperlukan dalam
menentukan prioritas penulisan.
c) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar atau materi-materi pokok
yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS
apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dasar dapat
dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya
kompetensi dasar dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi
pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai
satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4MP, maka perlu dipikirkan
apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS. Judul LKS tidak harus sama dengan yang
tercantum dalam kurikulum, yang penting adalah bahwa kompetensi dasar yang harus dicapai
secara esensi tidak berubah. Penentuan judul akan menjadi lebih mudah apabila pengalaman
belajar siswa diuraikan terlebih dahulu.
d) Penulisan LKS
Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum:
(1) Rumusan kompetensi dasar LKS.
44

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

(2) Menentukan alat penilaian.


(3) Menyusun materi.
(4) Menentukan alat penilaian
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:

Judul, mata pelajaran, semester, tempat

Petunjuk belajar

Kompetensi yang akan dicapai

Indikator

Informasi pendukung

Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

Penilaian

2) Tahap Pelaksanaan (Langkah-langkah penulisan LKS)


Adapun langkah-langkah penulisan LKS adalah sebagai berikut:
a) Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
b) Rumusan kompetensi dasar pada suatu LKS diambil dari rumusan yang sudah ada dalam
kurikulum atau dalam silabus yang mengacu pada Permendiknas no.22 tahun 2006.
c) Menentukan alat penilaian
d) Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan
pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada
penguasaan kompetensi.
e) Penyusunan Materi
f)

Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat
berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan
dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal
hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam
LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih mendalam tentang
materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa
tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi.
Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam
kelompok diskusi dan berapa lama.

3) Langkah-langkah Mendesain LKS


Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain LKS yaitu, a) tingkat
kemampuan membaca, b) pengetahuan siswa.
45

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara mandiri, dan Guru hanya berperan sebagai
fasilitator sehingga yang diharapkan berperan aktif dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS
adalah siswa. Jika desain LKS yang kita kembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan
kesulitan dalam memahami LKS. Berikut ini beberapa batasan yang bisa dipakai untuk
menentukan desain LKS.
a) Ukuran, pergunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan instruksional yang telah
ditetapkan. Misalnya jika menginginkan siswa untuk mampu membuat bagan alur, maka
ukuran LKS sebaiknya A4 agar siswa cukup ruang dan leluasa untuk membuat bagan.
b) Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati dengan tulisan. Halaman
yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu,
pengorganisasian halaman juga perlu diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana judul
dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal ini akan menimbulkan kesulitan
siswa untuk memahami materi secara keseluruhan. Hal ini bisa ditanggulangi dengan
memanfaatkan penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan pola penulisan
ini harus konsisten.
c) Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diebrikan dalam LKS dapat dengan jelas
dibaca siswa. Sesempurna apa pun materi yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat
membacanya dengan jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.
Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS yang baik harus memenuhi
persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang
berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan
yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu
peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang
efektif
Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri,
percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar
mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada
tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada
tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud
memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu
penanaman konsep.
b. Modul
1) Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Modul
46

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Di bawah ini ciri-ciri modul, antara lain:
1) Disusun secara sistematis dan menarik mencakup isi materi, metoda, dan evaluasi yang dapat
digunakan secara mandiri
2) Bahasaannya dibuat sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa
3) Digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing individu secara efektif
dan efesien.
4) memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak tergantung pada media lain
5) bersahabat dengan user atau pemakai, membantu kemudahan pemakai untuk direspon atau diakses.
6) mampu membelajarkan diri sendiri.
7) Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan terukur,
8) Materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, tersedia contoh-contoh, ilustrasi yang jelas
9) Tersedia soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya
10) Materinya up to date dan kontekstual,
11) Bahasa sederhana lugas komunikatif,
12) Terdapat rangkuman materi pembelajaran,
13) Tersedia instrument penilaian yang memungkinkan peserta diklat melakukan self assessment.
14) Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri,
15) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat,
16) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi
17) Dipergunakan untuk ORANG LAIN Bukan untuk PENULIS !!!
2) Tujuan Penulisan Modul
Tujuan penulisan modul antara lain adalah sebagai berikut :
1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun
guru/instruktur.
3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti: (1) Meningkatkan motivasi dan gairah belajar
bagi siswa atau peserta diklat; (2) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya; (3) Memungkinkan siswa atau peserta
diklat belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya; (4) Memungkinkan siswa atau peserta
diklat dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
47

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

3) Karakteristik Modul
1.

Self instructional

Peserta diklat mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada


pihak lain.

2.

Self Contained

Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub


kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.

3.

Stand alone

Modul manual/multimedia yang dikembangkan tidak tergantung pada


media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

4.

Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap


perkembangan ilmu dan teknologi.

5.

User friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab dengan


pemakainya

4) Bentuk Modul
a) Konsistensi dalam penggunaan:

Font

Spasi

Tata letak (layout)

b) Format

Format kolom tunggal atau multi

Format kertas vertikal atau horisontal

Icon yang mudah ditangkap

c) Organisasi
Tampilkan peta/bagan
Urutan dan susunan yang sistematis
Tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi yang menarik
Antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan susunan dan alur yang mudah dipahami
Judul, sub judul (kegiatan belajar), dan uraian yang mudah diikuti

d) Daya Tarik
Mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi
Menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf

tebal, miring, garis bawah atau warna.


Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.

48

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

e) Bentuk dan Ukuran Huruf

Bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca

Perbandingan huruf yang proporsional

Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks

5) Prosedur Penyusunan Modul


Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,
tahap penyusunan dan tahap validasi dan penyempurnaan.
Tahap Persiapan, langkah-langkahnya seperti di bawah ini:

Tahap Penyusunan, langkah-langkahnya seperti dalam gambar dibawah ini:

Tahap Validasi dan penyempurnaan, langkah-langkahnya sebagai berikut:

49

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Sumber: Sosialisasi KTSP Departemen Pendidikan Nasional.


6) Kerangka Modul

Halaman Sampul
Halaman Francis
Kata Pengantar
Daftar Isi
Peta Kedudukan Modul
Glosarium

I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
B. Prasarat
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Penjelasan Bagi Peserta diklat
2. Peran Guru Antara Lain
D. Kompetensi
E. Tujuan Akhir
II. PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta diklat
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
b. Uraian Materi
c. Rangkuman
d. Tugas
e. Tes Formatif
f. Kunci Jawaban Formatif
g. Lembar Kerja
2. Kegiatan Belajar 2
3. Kegiatan Belajar n
III. EVALUASI
50

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Kognitif Skill
Psikomotor Skill
Attitude Skill
Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standart
Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan
Kunci Jawaban

IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
7) Kiat Menyusun Modul
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun modul antara lain dibawah ini:
a.

Menggunaan Ilustrasi dalam Modul. Ilustrasi dapat berupa: foto, gambar, grafik, tabel, kartun, dsb,
yang memiliki fungsi: Fungsi Ilustrasi, Fungsi deskriptif, Fungsi ekspresif, Fungsi Analitis, Fungsi
kuantitatif

b.

Merumuskan Tujuan Akhir. Perumusan tujuan akhir berisi pernyataan pencapaian kompetensi
sesuai yang ada dalam kurikulum dan silabus. Rumusan tujuan tersebut harus memuat:

Kinerja yang diharapkan

Kriteria keberhasilan

Kondisi atau variable yang diberikan

Contoh Tujuan Akhir Modul. Peserta diklat dapat menyusun modul belajar (kinerja) berdasarkan
prosedur dan langkah-langkah yang benar (kriteria) dan dapat menggunakannya dalam kegiatan
pembelajaran (kondisi).
c.

Tujuan kegiatan pembelajaran.


Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk mencapai satu indikator kompetensi pada
kompetensiu dasar setelah mengikuti satu satuan kegiatan belajar berisikan komponen:
kemampuan, kondisi, dan kriteria. Contoh tujuan kegiatan belajar peserta diklat dapat menerapkan
prosedur pengembangan materi dalam penyusunan RPP.

d.

MenyusunTugas
Berisi instruksi untuk peserta diklat meliputi:
Tugas-tugas yang harus diketahui dan dikerjakan sesuai kriteria unjuk kerja
Kegiatan observasi untuk mengenal fakta,
Menyusun learning evidence indicator (indikator bukti belajar),
Melakukan kajian materi pada kegiatan belajar,
Tutorial dengan guru.

51

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

e.

Menyusun Tes Formatif


Berisi tes tertulis sebagai bahan pertimbangan bagi peserta dan guru untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan kegiatan belajar yang telah dicapai sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan
berikut (lembar kerja).

4.

Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI


Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran memilih atau

menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai
kompetensi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait strategi pemilihan dan penyusunan
bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran PAI. Secara strategis guru harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: (1) Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar; (2) Faktor pertimbangan
dalam memilih dan menyusun bahan ajar, (3) Alternatif tindakan strategis dalam memilih dan
menyusun bahan ajar; (4) Alternatif bentuk penyusunan bahan ajar (LKS dan Modul) (5) Pendekatan
pengembangan strategi pengembangan materi PAI.
a.

Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Pertama, Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran
hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan. Kedua, Prinsip
konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka
bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa adalah pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis, materi yang diajarkan juga harus meliputi pengertian thaharah
(bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis. Ketiga, Prinsip
kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.
b.

Faktor Pertimbangan dalam Memilih dan Menyusun Bahan Ajar


52

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Ada beberapa kriteria yan dijadikan pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar
secara umum dan bahan ajar PAI khususnya. Menurut Harjanto (1997: 222), materi pelajaran atau
bahan ajar berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi atau bahan ajar
tentu harus sejalan dengan ukuran-ukurran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum mata
pelajaran bersangkutan. Secara garis besar ada sejumlah kriteria pada tabel berikut:
Kriteria

Sasaran

Akurat dan up to Sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru dalam
date

bidang teknologi.

Kemudahan

Untuk memahami prinsip, generalisasi, dan memperoleh data.

Kerasionalan

Mengembangkan kemampuan berpikir rasional, bebas, logis.

Essensial

Untuk mengembangkan moralitas penggunaan pengetahuan

Kebermaknaan

Bermakna bagi siswa dan perubahan sosial.

Keberhasilan

Merupakan ukuran keberhailan untuk mempengaruhi tingkah laku siswa.

Keseimbangan

Mengembangkan pribadi peserta didik secara seimbang dan menyeluruh.

Kepraktisan

Mengarahkan tindakan sehari-hari dan untuk pelajaran berikutnya.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Harjanto (1997), bahwa ada sejumlah kriteria pemilihan materi
pelajaran (bahan ajar) yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan sekaligus menjadi
dasar penentuan strategi pembelajaran, yaitu: kriteria tujuan pembelajaran, materi/bahan ajar terjabar,
relevan dengan kebutuhan siswa, dan kesesuaian dengan kondisi masyarakat, mengandung segi-segi
etik, urutan yang sistematis dan logis, bersumber dari sumber yang baku.
1) Kriteria tujuan pembelajaran. Suatu materi/bahan ajar yang dipilih dimaksudkan untuk
mencapai tujuan terkait aspek tertentu (kognitif, afektif, atau psikomotor). Karena itu bahan ajar
yang dipilih tentu yang sejalan dengan tujuan tersebut. Contoh: tujuan pembelajaran adalah siswa
mampu mempraktikkan gerakan shalat dengan baik dan benar. Bahan ajar yang dipilih tentu yang
mendukung kemampuan peserta didik untuk mempraktikkan gerakan shalat, untuk ini jenis bahan
ajarnya dapat dipilih foto atau video yang menunjukkan gerakan shalat yang sempurna. Artinya
tidak cukup hanya bahan ajar sebentuk handout yang berisi uraian materi saja tetapi perlu
dilengkapi dengan foto atau gambar gerakan shalat yang sempurna).
2) Materi/bahan ajar terjabar. Perincian bahan ajar berdasarkan pada tuntutan indikator
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan

53

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

terukur. Artinya ada keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi/bahan
ajar.
3) Materi relevan dengan kebutuhan Siswa. Kebutuhan pokok siswa adalah agar mereka dapat
berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena itu bahan ajar yang akan disajikan
hendaknya sesuai dengan upaya untuk mengembangkan pribadi siswa secara utuh, meliputi aspek
kognitif, nilai dan keterampilan. Artinya bahan ajar yang dikembangkan jangan hanya berorientasi
pada pengembangan aspek kognitif saja.
4) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat. Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat
yang berguna dan mampu hidup mandiri. Karena itu bahan ajar yang dipilih hendaknya turut
membantu memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan siswa menjadi
manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5) Bahan

ajar

mengandung

segi-segi

etik.

Bahan

ajar

yang

akan

dipilih

hendaknya

mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan keterampilan yang
bakal mereka peroleh dari bahan ajar yang mereka terima di arahkan untuk mengembangkan
dirinya sebagai manusia yang etik, berkarakter sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang
berlaku di masyarakatnya.
6) Bahan ajar tersusun dalam lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Setiap bahan ajar
disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu kompetensi
dasar tertentu. Bahan ajar disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor
perkembangan psikologis siswa. Dengan demikian diharapkan isi bahan ajar akan lebih mudah
diserap peserta didik dan dapat diamati keberhasilannya segera.
7)

Bahan ajar bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi pendidik yang ahli dan
masyarakat. Ketiga faktor tersebut perlu diperhatikan dalam memilih bahan ajar. Buku sumber
yang baku disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Guru yang ahli penting, karena sumber utama memang pendidik itu sendiri. Pendidik
dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu untuk disajikan kepada siswa berdasarkan
ukuran pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, terkait bahan ajar tertentu.
c.

Alternatif Tindakan Strategis dalam Memilih dan Menyusun bahan Ajar

Strategi dapat dipahami dalam arti ...sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu (Sanjaya:
2006, h.125). Ada beberapa hal yang yang merupakan bagian dari suatu rencana pengembangan dan
penyusunan bahan ajar, yaitu: mengenali unsur-unsur bahan ajar dan kriteria pemilihan bahan ajar yang
baik. Dua hal tersebut harus diperhatikan dan dipersiapkan serta direncanakan terlebih dahulu sebelum
menyusun bahan ajar.
54

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

a.

Mengenali Unsur-Unsur Bahan Ajar


Menurut Zulfiani, dkk. (2009) Untuk membuat bahan ajar sesuai dengan tujuan yang

diharapkan maka perlu memperhatian unsur-unsur yang meliputi : (1) Petunjuk Belajar, merupakan
petunjuk atau pedoman yang perlu diketahui baik oleh siswa maupun pendidik meliputi materi yang
akan dibahas dalam proses pembelajaran; (2) Kompetensi Yang Akan Dicapai, bahwa agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik perlu penetapan standar kompetensi yang meliputi standar
materi atau standar isi (content standard) berisikan jenis, kedalaman, & ruang lingkup materi
pembelajaran yang harus dikuasi siswa serta standar pencapaian atau standar penampilan (performance
standard) berisikan tingkat penguasaan yang harus ditampilkan siswa sesuai dengan pokok-pokok
pikiran yang dibahas sehingga jelas indikator pencapaian hasil dalam pembelajaran; (3) Informasi
Pendukung, merupakan informasi-informasi yang harus diketahui atau dijelaskan kepada siswa yang
dapat menambah wawasan maupun pengetahuan siswa. Dalam hal ini diperlukan kemauan dari siswa
untuk menambah wawasan, pengetahuan dengan mempelajari materi lain yang senada dengan materi
pokok yang dibahas dalam suatu pengajaran yang pada akhirnya menambah pemahaman siswa. Contoh
Foto/ Ilustrasi, Kotak Kecil (insert ) yang berfungsi untuk memperjelas materi yang perlu dipahami
oleh siswa; (4) Latihan-Latihan, merupakan tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik kepada siswa
dalam rangka mempraktikkan teori yang telah diberikan sehingga dengan pemberian latihan akan
menambah dan meningkatkan keterampilan siswa terhadap materi ajar yang diberikan dalam proses
pembelajaran; (5) Petunjuk Kerja atau Lembar Kerja adalah form / lembaran yang berisi catatancatatan sistematis atau tahapan-tahapan proses kegiatan sebagai langkah prosedural yang ditempuh
siswa dalam proses pembelajaran hal ini banyak dilakukan untuk materi praktik; (6) Evaluasi,
merupakan komponen yang harus ada dalam proses pembelajaran artinya sebagai wahana atau sarana
mengukur penilaian terhadap pemahaman dan pekerjaan siswa. Proses evaluasi ini merupakan
komponen terakhir untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. Hasil evaluasi
yang baik maka dapat dipakai sebagai indikator keberhasilan dan efektifitas pembelajaran dan apabila
hasil pengukuran atau penilaian belum memuaskan maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan pola atau strategi yang berbeda. Evaluasi dapat dilakukan
berdasarkan: unjuk kerja (performance); penugasan (proyek/project); hasil kerja(produk/product); tes
tertulis (paper & pen); portofolio (portfolio); penilaian sikap.
b.

Mengenali Kriteria Bahan Ajar yang Baik


Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan

bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh
55

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar
yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain,
pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa
dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi
kriteria berikut:
1) Sesuai dengan topik yang dibahas
2) Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.
3) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis,
sehingga mudah difahami.
4) Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih
mempermudah memahami isinya.
5) Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat
dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
6) Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.
Selain kriteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta
pemikiran.

Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang

penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang disusun
adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, dan KD; Standar sarana dan Buku pegangan utama
yang digunakan.
d. Pendekatan-pendekatan dalam Pengembangan Materi PAI
Materi atau bahan ajar merupakan kurikulum dalam makna sempit. Menurut Muhadjir (2000)
dikutip oleh Muhaimin (2010, h.139), bahwa di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya ada empat
pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek
akademis, pendekatan humanistis, pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstruksi sosial.
Ada beberapa karakteristik PAI yang membedakannya dengan mata pelajaran lain. Karakteristik
ini perlu diperhatikan terkait pemilihan pendekatan dalam pengembangan materi PAI, sebagaimana
dikemukakan Muhaimin (2010), bahwa (1) PAI berusaha untuk menjaga akidah peserta didik agar tetap
kokoh dalam situasi dan kondisi apa pun; (2) PAI berusaha menjaga dan memelihara ajaran dan nilainilai yang tertuang dalam Al Quran dan Hadis serta otentisitas keduanya sebagai sumber utama ajaran
Islam; (3) PAI menonjolkan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan keseharian; (4) PAI
berusaha membentuk dan mengembangkan kesalehan individu dan sekaligus kesalehan sosial; (5) PAI
56

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

menjadi landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya serta aspek-aspek kehidupan
lainnya; (6) Substansi Pai mengandung entitas-entitas yang bersifat rasional dan supra rasional; (7) Pai
berusaha menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban)
Islam; dan (8) dalam beberapa hal, PAI mengandung pemahaman dan penafsiran yang beragam,
sehingga memerlukan sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah.
Muhaimin (2010) menyatakan bahwa dengan memperhatikan karakteristik PAI tersebut maka
pengembangan kurikulum atau materi PAI dapat menggunakan pendekatan eklektik, yaitu dapat
memilih yang terbaik dari keempat pendekatan yang dikemukakan terdahulu. \
1) Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan
pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing Muhaimin (2010). Pendidikan agama Islam di sekolah
meliputi aspek Al Quran/Hadis, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarikh/sejarah umat Islam.
Aspek-aspek tersebut tergabung dalam suatu mata pelajaran PAI. Dengan demikian pengembangan
materinya harus mampu menjelaskan saling keterkaitan satu aspek materi dengan aspek materi lainnya.
Sehubungan dengan hal ini guru dapat menyusun sebentuk peta konsep materi PAI, yang berguna bagi
guru dalam memahami keterkaitan materi satu dengan lainnya serta mengarahkan pula dalam
pengembangan materinya.
Implikasinya dengan pengembangan materi PAI, bahwa sebelum menyusun materi atau bahan
ajar guru seharusnya mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan secara langsung maupun tidak
langsung dengan mata pelajaran PAI yang akan diajarkan pada tingkatan kelas tertentu. Untuk
memudahkan perancangan materi guru dapat menggunakan peta konsep. Peta konsep ini menampilkan
satu gambar tentang konsep-konsep materi yang tersusun sesuai sifat dan hubungan antara satu materi
pokok dengan materi pokok lainnya atau antara satu topik dengan topik lainnya tanpa mengindahkan
urutan atau sequence materi pokok yang tertera dalam kurikulum.
2) Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide memanusiakan
manusia. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang mausia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar
pengembangan program pendidikan (Muhaimin: 2010). Implikasi konsep tersebut terhadap
pengembangan materi PAI adalah materi dikembangkan selayaknya memberi peluang dan kesempatan
serta memperhatikan pada pengembangan potensi peserta didik secara optimal, baik itu terkait potensi
kognitif maupun potensi psikologis dalam rangka mendidik karakter mereka. Sebagaimana
57

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

dikemukakan oleh Lickona (1991) dikutip oleh Muhaimin (2010), bahwa untuk mendidik karakter dan
nilai-nilai yang baik kepada peserta didik diperlukan pendekatan terpadu antara tiga komponen sebagai
berikut:
1)

Moral Knowing, yang meliputi: (1) moral awareness; (2) knowing moral values; (3) perspectivetaking; (4) moral reasoning; (5) decision making; (6) self-knowledge.

2)

Moral Feeling, yang meliputi: (1) conscience; (2) self-esteem; (3) emphaty; (4) loving the good;
(5) self-control; (6) humality.

3)

Moral Action, mencakup: (1) competence; (2) will; (3) habit.


Sehubungan dengan komponen-komponen tersebut guru bertugas meramunya dalam suatu bahan

ajar yang mampu menghadirkan ketiaga nuansa pendidikan karakter yaitu dalam mengenal dimensi
moral, memahaminya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya mampu menjadi
pakaian siswa dalam menyikapi hidup dan kehidupannya semenjak dini dengan harapan akan
membentuknya menjadi manusia dewasa yang ideal sesuai dengan harapan.
Upaya pembelajaran aktif harus dimulai dari pengembangan bahan ajarnya. Bahan ajar yang
dikembangkan hendaknya dilandasi prinsip (1) berpusat kepada siswa, (2) megembangkan kreativitas
peserta didik; (3) punya daya tarik sehingga mampu menggugah rasa ingin tahu siswa; (4)
mengembangkan keragama kemampuan yang bermuatan nilai; dan (5) menyediakan pengalaman
belajar bagi siswa.
3) Pendekatan Teknologis
Menurut Muhaomin (2010), pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan termasuk mengembangkan materi pelajaran bertolak dari analisis kompetensi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan
analisis tugas (job analysis) tersebut. Misalnya cara menjalankan shalat, haji, puasa, zakat, dan
seterunya. Pembelajaran PAI dikatakan menggunaka pendekatan teknologis jika menggunakan
pendekatan sistem. Pendekatan sistem menuntut siswa melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga
proses dan rencana hasilnya dapat diprogram sedemikian rupa mulai dari perencanaan, proses sampai
mencapai hasil dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pendekatan ini punya keterbatasan, karena
dalam pembelajaran PAI tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Pendekatan ini
hanya cocok untuk orientasi penguasaan materi dan keterampilan tertentu, namun tidak mampu
dimensi keyakinan dan kesadaran siswa dalam mengamalkan ajaran agama Islam.
Contoh penerapan pendekatan teknologis dalam materi ibadah shalat sebagai berikut:
1) Kompetensi Dasar: mampu melaksanakan shalat
58

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

2) Hasil belajar: (1) siswa mampu menjelaskan tata cara shalat yang benar; (2) siswa mampu
menghafal dan mempraktikkan bacaan shalat.
3) Indikator:
a) Menjelaskan pengertian shalat dan dalilnya
b) Menjelaskan syarat-syarat shalat
c) Menjelaskan rukun shalat
d) Menjelaskan sunnah shalat
e) Menjelaskan hal-hal yang membatalkan shalat
f) Melafalkan bacaan shalat dengan benar
g) Menghafal bacaan shalat
h) Mempraktikkan shalat
i) Mau melaksanakan shalat
j) Terbiasa melaksanakan shalat.
Sehubungan dengan rumusan KD dan hasilnya serta indikator pencapaiannya, dapat diketahui
pengorganisasian materinya. Organisasi materi tidak terbatas pada apa yang tertera susunannya, namun
dapat diubah oleh guru dengan memperhatikan karakteristik pokok bahasan dan sub pokok bahasan,
kendala dan karakteristik siswa, serta pengalaman guru. Menurut Muhaimin (2010) untuk dapat
mengorganisasi isi materi dengan baik, maka perlu dilakukan analisis tugas dan jenjang belajar sesuai
dengan pendekatan teknologis. Yang dimaksud dengan analisis tugas yaitu usaha mengidentifikasi
tugas pokok yang harus dilakukan siswa dalam mencapai hasil belajar dan indikator-indikatornya.
Analisis tugas ini sangat penting untuk menjawb hasil belajar dan indikator-indikator apa yang perlu
dipelajarinya. Sedangkan jenjang belajar ialah urutan dalam mempelajari tugas-tugas sehingga tercapai
kompetensi dasar dan hasil belajarnya. Selanjutnya dengan analisis tugas dan jenjang belajar tersebut
juga akan mempermudah dalam menentukan strategi penyampaian dan pengolahannya, sekaligus
mempermudah dalam menggunakan alat atau media yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan
pencapaian kompetensi dasar dan hasil belajar secara efektif dan efisien, serta penuh daya tarik.
4) Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak
dari problem yang dihadapi dalam masyarakat., untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu dan
teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik. (Muhaimin: 2010).

59

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial, dengan demikian siswa
perlu dibekali dan dibantu agar mampu berperan serta dalam pengembangan masyarakatnya. Dengan
demikian pengembangan materi pelajaran atau bahan ajar PAI perlu dikaitkan dengan problemproblem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Disamping itu juga memberi
peluang siswa untuk mempelajari materi secara berkelompok agar dapat mengembangkan kemampuan
bersosialisasi dan saling menghargai sesama, serta memupuk sikap sportifitas dan kreatifitas sebagai
modal dasar dalam kehidupan bermasyarakat. Khusus untuk pengembangan materi atau bahan ajar PAI
dapat dilakukan dengan cara mengamati berbagai persoalan yang relevan di masyarakat dengan materi PAI
yang akan dikembangkan. Dengan kata lain pengembangan materi PAI perlu memperhatikan nuansa
kontekstual di samping konseptual.
5.

Langkah-Langkah Pemilihan dan Penyusunan Bahan Ajar PAI


a.

Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar


Setelah mengetahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada langkah-langkah

pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenisjenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber
bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut
perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis
materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut
memerlukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu pencapaiannya.
2) Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek
kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur
(Reigeluth, 1987).
a) Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang,
peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya.
60

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

b) Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.


c)

Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.

d) Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkahlangkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.
e) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi),
internalisasi, dan penilaian.
f)

Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.

3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Perhatikan pula
jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai
standar kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam
standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi
apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis
materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan
kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah
berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk
keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran
atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan
materi fakta atau hafalan dengan menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics),
sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah demonstrasi.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan
adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita
ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah
pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat nama suatu objek, simbul
atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya ya maka materi pembelajaran yang harus diajarkan
adalah fakta.
Contoh:
61

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah dakwah Rasulullah, nama-nama Para rasul ulum
azmi.
2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan untuk menyatakan suatu
definisi, menuliskan ciri khas sesuatu, mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh
objek sesuai dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya ya berarti materi yang harus diajarkan
adalah konsep.
Contoh:
Seorang guru menunjukkan beberapa sifat-sifat yang ada pada diri manusia kemudian siswa
diminta untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan mana yang termasuk sifat terpuji dan
mana yang termasuk sifat tercela.
3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan atau melakukan langkahlangkah atau prosedur secara urut atau membuat sesuatu? Bila ya maka materi yang harus
diajarkan adalah prosedur.
Contoh:
Langkah-langkah mengkafani jenazah; langkah-langkah melakukan wudlu; langkah-langkah
menjalankan ibadah haji, dsb.
4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan hubungan antara
beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara berbagai macam konsep ? Bila jawabannya
ya, berarti materi pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori prinsip. Seperti:
hubungan antara orang yang berbuat baik kepada sesama manusia dengan kebahagiaan hidup. Jika
kita berbuat baik dengan sesama manusia maka Allah akan membalas kebaikan kita dan kita akan
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih berbuat atau tidak berbuat
berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak suka, indah tidak indah? Jika jawabannya Ya,
maka materi pembelajaran yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai. Seperti: Ali
belajar rajin dan kerja keras. Karena dengan rajin dan kerja keras dia akan memperoleh kesuksesan
dalam hidupnya. Ali memiliki sikap rajin dan kerja keras setelah di sekolah diajarkan pentingnya
sifat rajin dan kerja keras.
6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan perbuatan secara fisik?
Jika jawabannya Ya, maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Seperti: Dalam pelajaran gerakan dalam solat, siswa diharapkan mampu melakukan gerakan-

62

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

gerakan dalam solat dengan benar. Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah gerakangerakan dalam solat.
4) Memilih sumber bahan ajar
Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar.
Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran,
majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dan sebagainya.
b.

Penentuan Cakupan dan Urutan Bahan Ajar


Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran

penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi
pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlalu
dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan memudahkan bagi siswa
mempelajari materi pembelajaran.
1) Penentuan Cakupan Bahan Ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah
materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek
psikomotorik, sebab nantinya jika sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut
memerlukan strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.
Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip-prinsip yang
perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan
kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materimateri yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi
menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh
siswa. Sebagai contoh, materi tentang shalat diajarkan di SD, SLTP dan SMU, juga di perguruan tinggi,
namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin
tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas cakupan aspek materi tentang shalat yang dipelajari dan
semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari.
Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau
memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi
dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang
telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada
siswa di bidang rukun shalat, maka uraian materinya mencakup: (1) penguasaan atas konsep tentang

63

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

rukun shalat; (2) menghafalkan doadoa dalam shalat; dan selanjtnya (3) penerapan/mempraktikkan
shalat berdasarkan rukun shalat yang benar.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus
dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan
kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2) Penentuan Urutan Bahan Ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari
atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran
mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam
mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum
dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.
Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan
melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
a) Pendekatan prosedural. Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan
langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas.
Misalnya langkah-langkah berwudlu, langkah-langkah menghilangkan kotoran najis berat atau
mughaladzah.
b) Pendekatan hierarkis. Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan
yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus
dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)
Agar siswa dapat menjalankan sholat dengan benar dan memenuhi syarat dan rukunnya, maka
pertama siswa harus mempelahari dan memahami dulu materi tentang thaharah atau tata cara
bersuci terutama yang berkaitan dengan cara berwudlu. Kemudian siswa mempelajari syarat dan
rukun shalat dengan bacaan-bacaan yang ada di dalamnya. Selanjutnya siswa mempraktikan
gerakan-gerakan shalat dengan benar secara tertib.
a. Penentuan Sumber Bahan Ajar
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari
sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari
koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif dan berorientasi
64

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

pada standar proses PP. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19 ayat 1.
Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:
1) Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan sebagai sumber
bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran
tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan
sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
2) Laporan hasil penelitian
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat
berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir.
3) Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)
Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan
pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.
4) Pakar bidang studi
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat
dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan,
dsb.
5) Profesional
Kalangan profesional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan
misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan itu bahan ajar yang
berkenaan dengan eknomi dan keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di
perbankan.
6) Buku kurikulum
Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum
itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi
yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus
menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.
a) Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan
ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau mingguan menggunakan bahasa

65

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

popular yang mudah dipahami. Karena itu baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan
sebagai sumber bahan ajar.
b) Internet
c) Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita dapat memperoleh
segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai
matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi.
d) Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)
e) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata
pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui
siaran televisi.
f) Lingkungan (alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)
g) Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan seni budaya,
teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai sumber bahan ajar. Untuk
mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis pasir, gelombang pasang misalnya kita
dapat menggunakan lingkungan alam berupa pantai sebagau sumber.
Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau
terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan
pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku
pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks
yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang
telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi.
Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk
mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
E. Rangkuman
1.

Guru sebagai pengendali utama di dalam proses pembelajaran di kelas perlu mengamati terlebih
dahulu terhadap buku siswa maupun buku pegangan guru yang telah disediakan pemerintah. Hal
ini dimaksudkan jika terjadi kekeliruan dan ketidaktapatan dalam buku tersebut. Beberapa hal yang
diperlukan dalam melakukan analisis buku pegangan guru dan siswa: (1) kesesuaian isi buku guru
dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD, (2) kecukupan materi, (3) kedalaman materi,
(4) kebenaran materi, (5) kesesuaian pendekatan yang digunakan, dan (5) kesesuaian penilaian.
Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 ini penilaian authentik. Buku pegangan
66

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

guru dan siswa yang digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian authentik tersebut. Dari
beberapa komponen hasil analisis yang telah dilakukan, jika masih ditemukan ada ketidaksesuaian
atau ketidaklengkapan, guru perlu menindaklanjutinya dengan membuat tambahan-tambahan
materi, contoh atau bentuk penilaian yang disarankan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah.
2.

Silabus termasuk salah satu perangkat pembelajaran. Silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
identitas mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/tema (untuk tingkat
SD/MI), pembelajaran; penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan
sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

3.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran rinci dari suatu materi
pokok atau tema tertentu yang mencakup: data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; materi
pokok; alokasi waktu; tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi; materi pembelajaran; metode pembelajaran; media, alat dan sumber belajar; langkahlangkah kegiatan pembelajaran; dan penilaian. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
peserta didik dalam upaya mencapai KD, sesuai dengan standar proses pembelajaran. RPP minimal
harus memuat Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Sumber Belajar,
dan Penilaian.

4.

Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan standar kompetensi lulusan (SKL)
digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan. Kompetensi inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik di setiap tingkat
kelas atau program. Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard
skills dan soft skills. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2),
67

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Kompetensi
dasar (KD) adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta
Didik melalui pembelajaran. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai
peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta
didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.
5.

RPP dapat dikembangkan melalui langkah-langkah: (1) mengkaji silabus pada kurikulum tingkat
nasional, (2) mengidentifikasi materi pembelajaran, (3) menentukan tujuan, (4) merumuskan
indikator pencapaian kompetensi dari KD, (5) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (6)
penjabaran jenis penilaian, (7) menentukan alokasi waktu, dan (8) menentukan sumber belajar.

6.

Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Fungsi media pembelajaran: (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
oleh para peserta didik, (2) melampaui batasan ruang kelas, (3) media pembelajaran
memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya, (4)
menghasilkan keseragaman pengamatan, (5) menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan
realistis, (6) membangkitkan keinginan dan minat baru, (7) membangkitkan motivasi dan
merangsang anak untuk belajar, (8) memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak, dan lain-lain.

7.

Secara umum media mempunyai kegunaan: (1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis,
(2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar,
interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (4) memungkinkan anak belajar
mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya (self regulated
learning), (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan
persepsi yang sama.

8.

Media pembelajaran Internet and Communication Technology (ICT) memilliki tiga fungsi utama
dalam kegiatan pembelajaran: (1) teknologi berfungsi sebagai alat (tools), untuk membantu
pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, (2) teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan
(science), (3) teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran (literacy).
Terdapat berbagai jenis dan karakteristik media belajar, diantaranya: (1) media grafis, (2) media
audio, (3) media proyeksi diam. Di samping itu, ada media teknologi informasi dan komunikasi
mencakup: (1) situs internet Arab, (2) E-Kutub Arabiyah (e-book), (3) CD Multimedia Interaktif,
dan (4) games online/offline.

68

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

9.

Sumber belajar adalah segala daya yang bisa dimanfaatkan sebagai media pengajaran untuk
kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian atau
secara keseluruhan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pengembangan sumber belajar itu
terdiri dari dua macam. Pertama, sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau
dipergunakan untuk membantu belajar mengajar, seperti buku, brosur, ensklopedi, film, video,
tipe, slides, film strips, OHP. Kedua, sumber belajar yang dimafaatkan guna memberi kemudhan
kepada Seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita.
Sumber belajar tersebut tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan pengajaran,
seperti pasar, toko, museum, toko masyarakat dan sebagainya.

j)

Media pembelajaran dapat dikembangkan melalui langkah-langkah: (1) mengkaji standar


kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengkaji media yang cocok dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar dan bagaimana cara pencapaiannya, (3) merumuskan strategi dan caranya, (4)
mengembangkan naskah atau isi pesan, (5) memilih bentuk dan jenis media pembelajaran, (6)
merancang dan menyelesaikan media pembelajaran, (7) melakukan uji coba dan evaluasi, (8)
melakukan perbaikan, (9) melakukan evaluasi penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar.

k) Pemanfaatan ICT dalam konteks pendidikan pada dasarnya lebih cenderung pada proses
pembelajaran itu sendiri. Contoh pengembangan media pembelajaran, antara lain: (1) membuat
synopsis atau story board, (2) membuat flipchart, (3) membuat poster, dan lain-lain.
Pengembangan ICT juga dapat dilakukan untuk: (1) pencarian data melalui Search Engine (Mesin
Pencarian), (2) yahoo Mail, (3) pembuatan blog pembelajaran, dan lain-lain. Ada juga
pengembangan media pembelajaran berbasis slide presentasi, seperti power point dan program
aplikasi dalam pembelajaran, seperti: program Al-Quran Flas dan program Al-Quran in Word.
l)

Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar didesain dengan tujuan tertentu
(by design) yakni disusun dengan sistematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam
kerangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Kedudukan bahan ajar sangat penting dalam
proses pembelajaran. Manfaat bahan ajar bagi guru antara lain; (1) menghemat waktu mengajar,
(2) menempatkan guru sebagai fasilitator dan (3) menciptakan suasana pembelajaran lebih efisien
& interaktif. Sementara bagi siswa dapat; (1) mendorong siswa menjadi pembelajar mandiri; (2)
memperluas waktu belajar kapan saja bias; (3) bisa belajar tanpa guru; (4) dapat belajar dengan
kecepatan masing-masing; (5) dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri dan membiasakan
untuk membaca ilmu pengetahuan.

69

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

m) Bahan ajar pada dasarnya semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan
pembelajaran. Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan
cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar
interaktif. Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Bahan
ajar dengar adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio) seperti
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar
yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact disk, film.
n) Bahan ajar juga mencakup LKS dan modul. Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah
lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar
kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak
akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secra baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau
referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS
berfungsi untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. Bagi guru
LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta
mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang akan ditumbuhkan pada diri siswa.
Penulisan LKS Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum:
(1) rumusan kompetensi dasar LKS, (2) menentukan alat penilaian, (3) menyusun materi, (4)
menentukan alat penilaian. Struktur LKS secara umum: (1) judul, mata pelajaran, semester,
tempat, (2) petunjuk belajar, (3) kompetensi yang akan dicapai, (4) indicator, (5) informasi
pendukung, (6) tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, dan (7) penilaian.
o) Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan
cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Tujuan penulisan modul antara lain: (1)
memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, (2) mengatasi
keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau peserta diklat maupun guru/instruktur,
(3) dapat digunakan secara tepat dan bervariasi. Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan
melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penyusunan dan tahap validasi dan
penyempurnaan.
p) Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait strategi pemilihan dan penyusunan bahan ajar
yang relevan dengan kebutuhan pembelajaran PAI: (1) prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar; (2)
70

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

faktor pertimbangan dalam memilih dan menyusun bahan ajar, (3) alternatif tindakan strategis
dalam memilih dan menyusun bahan ajar; (4) alternatif bentuk penyusunan bahan ajar (LKS dan
modul) (5) pendekatan pengembangan strategi pengembangan materi PAI. Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Pertama, prinsip
relevansi, artinya materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi
(keajegan). Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, bahan ajar yang harus
diajarkan juga harus meliputi empat macam. Ketiga, prinsip kecukupan artinya materi yang
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
q) Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pertama, pendekatan subjek
akademis. Pendekatan ini dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada
sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Kedua, pendekatan humanistis dalam pengembangan
kurikulum bertolak dari ide memanusiakan manusia. Penciptaan konteks yang akan memberi
peluang mausia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar
filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Ketiga,
pendekatan teknologis. Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program
pendidikan termasuk mengembangkan materi pelajaran bertolak dari analisis kompetensi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan disesuaikan dengan
analisis tugas (job analysis) tersebut. Keempat, pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk
selanjutnya dengan memerankan ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan
kolaboratif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih
baik.
r)

Langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi
aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) identifikasi jenisjenis materi pembelajaran, dan (3) memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar.

s)

Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan penyampaian materi pembelajaran
penting diperhatikan. Ketepatan dalam menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi
pembelajaran akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak,
terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian (sequencing) akan
memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran. Urutan penyajian (sequencing) bahan
71

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Materi
pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui
dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis.
8) Sumber bahan ajar merupakan tempat bahan ajar dapat diperole(1) h. Berbagai sumber dapat
digunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi
dasar antara lain: (1) uku teks, (2) laporan hasil penelitian, (3) jurnal (penerbitan hasil penelitian
dan pemikiran ilmiah), (4) pakar bidang studi, (5) professional, (6) buku kurikulum, (7) penerbitan
berkala, (8) penerbitan berkala, (9) internet, dan lain-lain.
F. Latihan
Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pertanyaan-pertanyaan berikut!
1.

2.

3.

4.

Perbedaan Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah


a.

Buku diberikan kepada seluruh guru

b.

Buku diberikan kepada seluruh siswa

c.

Buku disiapkan oleh pemerintah pusat

d.

Buku diberikan secara cuma-cuma

Di bawah ini yang bukan termasuk dalam komponen analisis buku siswa
a.

Informasi pembelajaran sesuai standar proses

b.

Kesesuaian isi buku dengan tuntutan SKL, KI, dan KD

c.

Kesesuaian penilaian

d.

Kebenaran materi

Aspek yang dianalisis dalam buku guru di antaranya kecukupan materi ditijau dari:
a.

Pola pikir keilmuan

b.

Karakteristik siswa

c.

Alokasi waktu

d.

Kemampuan guru

Ada beberapa alasan guru melakukan analisis terhadap buku pegangan guru dan siswa, yaitu:
a.

Buku guru merupakan dokumen hidup

b.

Buku siswa merupakan dokumen hidup

c.

Buku guru dan siswa merupakan dokumen hidup

d.

Kebutuhan dan keperluan zaman selalu dinamis

72

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

5.

Seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program,
atau menyelesaikan satu pendidikan disebut

6.

a.

Standar Kompetensi Lulusan

b.

Kompetensi

c.

Kompetensi Inti

d.

Kompetensi Dasar

Tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang
peserta didik dalam setiap tingkat atau program disebut

7.

a.

Kompetensi Inti

b.

Kompetensi Dasar

c.

Standar Kompetensi Lulusan

d.

Kompetensi

Kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan disebut

8.

a.

Kompetensi

b.

Standar Kompetensi Lulusan

c.

Kompetensi Inti

d.

Kompetensi Dasar

Kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui
pembelajaran disebut
a.

Kompetensi

b.

Kompetensi Dasar

c.

Kompetensi Inti

d.

Standar Kompetensi Lulusan

9. Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru lebih dulu memprogramkan waktu.
Pengalokasian waktu dapat disusun dalam bentuk
b.

Program tahunan

c.

Program semester

d.

Program kokurikuler

e.

Program tahunan dan semester

10. Acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk tiap bahan kajian mata pelajaran disebut
a.

Silabus
73

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

b.

Rencana pelaksanaan pembelajaran

c.

Kompetensi

d.

Kompetensi Inti

11. Rencana pembelajaran rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu disebut
a.

Silabus

b.

Rencana pelaksanaan pembelajaran

c.

Kompetensi

d.

Kompetensi Inti

12. Di bawah ini yang tidak termasuk dalam dalam komponen silabus adalah
a.

Kompetensi Inti

b.

Kompetensi Dasar

c.

Metode Pembelajaran

d.

Sumber Belajar

13. Di bawah ini yang tidak termasuk komponen RPP dalam perencanaan pembelajaran adalah
a.

Materi Pokok

b.

Alokasi Waktu

c.

Tujuan pembelajaran

d.

Tanda tangan kelapa sekolah

14. Rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran disebut
a.

Media pembelajaran

b.

Alat pembelajaran

c.

Perlengkapan pembelajaran

d.

Sumber belajar

15. Penentuan alokasi waktu dalam setiap kompetensi dasar didasarkan pada:
a.

Program tahunan

b.

Program semester

c.

Jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu

d.

Silabus pembelajaran

16. Materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran merupakan pengertian dari:
a.

Bahan rujukan

b.

Bahan ajar

c.

Bahan cetak
74

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

d.

Bahan interaksi

17. Di bawah ini yang tidak termasuk karakterisitik bahan ajar adalah
a.

Menimbulkan minat baca

b.

Ditulis dan dirancang untuk siswa

c.

Menjelaskan tujuan pembelajaran

d.

Di tulis untuk pembaca

18. Materi yang berkenaan dengan nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat,
nama orang, termasuk jenis materi
a.

Konsep

b.

Prinsip

c.

Fakta

d.

Prosedur

19. Materi yang berkenaan dengan dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar
konsep merupakan materi
a.

Konsep

b.

Prinsip

c.

Fakta

d.

Prosedur

20. Materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu tugas adalah materi jenis
a.

Konsep

b.

Prinsip

c.

Fakta

d.

Prosedur

21. Yang tidak termasuk manfaat bahan ajar bagi guru ...
a.

Menghemat waktu mengajar

b.

Membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan

c.

Menempatkan guru sebagai fasilitator

d.

Menciptakan suasana PBM lebih efisien & interaktif .

22. Yang tidak termasuk manfaat bahan ajar bagi siswa


a.

Bisa belajar tanpa guru

b.

Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing

c.

Dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri


75

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

d.

Bisa menghemat waktu belajar

23. Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa
denda atau pidana. Contoh tersebut termasuk jenis materi
a.

Konsep

b.

Prinsip

c.

Fakta

d.

Prosedur

24. Di bawah ini termasuk wujud bahan ajar kecuali


a.

Bahan ajar IT

b.

Bahan cetak (printed)

c.

Bahan ajar lihat-dengar (audio visual)

d.

Bahan ajar interaktif.

25. Beberapa manfaat atau keuntungan dari bahan ajar kecuali


a.

Biaya untuk pengadaannya relative sedikit

b.

Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti
manandai, mencatat, membuat sketsa

c.

Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri

d.

Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan jarak jauh

26. Bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik
pengertian dari
a.

Buku

b.

Handout

c.

Brosur

d.

LKS

27. Bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan merupakan pengertian dari
a.

Modul

b.

Handout

c.

Buku

d.

LKS

28. Buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan guru pengertian dari
a.

Buku

b.

Handout
76

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

c.

Modul

d.

LKS

29. Dibawah ini macam-macam bahan ajar cetak keculai


a.

Buku

b.

Handout

c.

Brosur

d.

Radio

30. Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio termasuk bahan ajar dengan
menggunakan
a.

Visual

b.

Audio

c.

Interaktif

d.

Audio visual

31. Video/film, orang/nara sumber termasuk bahan ajar dengan menggunakan


a.

Visual

b.

Audio

c.

Interaktif

d.

Audio visual

32. Di bawah ini yang tidak termasuk kriteria bahan ajar yang baik adalah
a.

Sesuai dengan topik yang dibahas

b.

Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas

c.

Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa

d.

Menggunakan teknologi yang terbaru dalam proses pembelajaran

33. Rujukan utama dalam penyusunan bahan ajar berikut ini kecuali
a.

Standar kompetensi lulusan (SKL),

b.

SK, dan KD,

c.

Buku pedoman/pegangan

d.

Modul

34. Lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik merupakan
pengertian dari
a.

Buku

b.

Handout

c.

LKS
77

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

d.

Brosur

35. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan buku latihan siswa didalamnya memuat
a.

Rencana pembelajaran guru

b.

Ringkasan materi dan soal-soal latihan

c.

Keseluruhan sumber belajar bagi siswa

d.

silabus

36. Yang tidak termasuk ciri-ciri LKS di bawah ini


a.

LKS terdiri dari beberapa halaman

b.

LKS dipergunakan oleh satuan pendidikan tertentu

c.

Memuat pokok bahasan secara umum

d.

LKS terdiri dari 100 halaman lebih

37. Yang tidak termasuk manfaat penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
a.

Melatih peserta didik untuk belajar mandiri

b.

Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran

c.

Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep

d.

Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran

38. Yang tidak termasuk fungsi LKS bagi guru sebagai berikut:
a.

Melatih peserta didik untuk belajar mandiri

b.

Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran

c.

Menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya

d.

Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran

39. Bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menarik yang mencakup isi materi, metode,
dan evaluasi merupakan pengertian dari
a.

Buku

b.

Modul

c.

Handout

d.

LKS

40. Yang tidak termasuk tujuan penulisan modul adalah


a.

Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal

b.

Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera

c.

Digunakan secara tepat dan bervariasi

d.

Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri

41. Salah satu karakteristik Modul


78

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

a.

Komprehensif

b.

Adaptif

c.

Interaktif

d.

Humanistik

42. Yang tidak termasuk kiat-kiat dalam menyusun modul adalah


a.

Menggunakan ilustrasi dalam modul

b.

Penggunaan syarat kalimat

c.

Tujuan kegiatan pembelajaran

d.

Tujuan penyusunan modul

43. Modul mempunyai kerangka dalam penulisan. Dibawah ini yang tidak termasuk kerangka
modul adalah
a.

Pendahuluan

b.

Pembelajaran

c.

Evaluasi

d.

Analisis

44. Dibawah ini yang tidak termasuk prinsip-prinsip pemilihan materi pembelajaran adalah
a.

Relevansi,

b.

Konsistensi

c.

Komprehensif

d.

Kecukupan.

45. Kriteria pokok pemilihan bahan/materi pembelajaran adalah


a.

SKL

b.

SK dan KD

c.

Indikator

d.

Tujuan pembelajaran

46. Berikut yang tidak termasuk langkah-langkah pemilihan bahan


a.

Memilih sumber bahan ajar

b.

Memilih bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD

c.

Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar

d.

Menyesuaikan dengan keinginan peserta didik

47. Dalam menentukan ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan aspek-aspek
penting. Yang tidak termasuk aspek penting itu
a.

Fleksibelitas
79

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

b.

Keluasan

c.

Kedalaman

d.

Materi

48. Beberapa pendekatan yang dipakai dalam penentuan urutan bahan ajar adalah
a.

Pendekatan konsep

b.

Pendekatan fakta

c.

Pendekatan prinsip

d.

Pendekatan prosedural

49. Prinsip relevansi artinya


a.

Keajegan

b.

Keterkaitan

c.

Memadai

d.

Keteraturan

50. Prinsip konsistensi artinya


a.

Keajegan

b.

Keterkaitan

c.

Memadai

d.

Keteraturan

51. Prinsip kecukupan artinya


a.

Keajegan

b.

Keterkaitan

c.

Memadai

d.

Keteraturan

52. Berbagai jenis aspek standar kompetensi materi pelajaran dapat dibedakan menjadi jenis
materi
a.

Afektif, psikomotorik

b.

Kognitif, afektif

c.

Kognitif, afketif, psikomotorik

d.

Kognitif, psikomotorik

53. Dengan mengacu pada kompetensi dasar kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita
ajarkan berupa
a.

Fakta, prinsip, psikomotor

b.

Prosedur, psikomotor, konsep


80

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

c.

Konsep, prosedur, fakta, psikomotr

d.

Psikomotorik, fakta, prosedur, konsep, prinsip

54. Suatu pendekatan yang digunakan guru dalam mengorganisasi materi dengan mengaitkan
sebagai satu kesatuan utuh antara tema-subtema satu dengan tema-subtema yang lainnya
dalam satu mata pelajaran disebut
a.

Pendekatan sistemik

b.

Pendekatan prosedural

c.

Pendekatan terjala

d.

Pendekatan organik

55. Suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi dengan
mempertimbangkan prosedur atau langkah-langkah yang harus di kerjakan dalam suatu tugas
pembelajaranbdisebut
a.

Pendekatan sistemik

b.

Pendekatan prosedural

c.

Pendekatan terjala

d.

Pendekatan organik

56. Bentuk pendekatan terpadu (integrated) atau tematis yang digunakan oleh guru dalam
mengorganisasi materi pembelajaran dengan cara mengaitkan dan memadukan beberapa tema
dari berbagai mata pelajaran yang relevan disebut
a.

Pendekatan sistemik

b.

Pendekatan prosedural

c.

Pendekatan terjala

d.

Pendekatan organik

57. Yang tidak termasuk strategi penyampaian bahan ajar oleh guru adalah
a.

Strategi urutan penyampaian simultan

b.

Strategi urutan penyampaian suksesif

c.

Strategi urutan penyampaian mekanisme

d.

Strategi urutan penyampaian afektif

58. Menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara
a.

Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b.

Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula

81

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

59. Menurut strategi urutan penyampaian suksesif, materi secara keseluruhan disajikan secara
a.

Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b.

Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

60. Menurut strategi urutan penyampaian fakta, materi secara keseluruhan disajikan secara
a.

Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b.

Penyajian materi dengan lisan, tulisan, dan pemberian bantuan siswa untuk menghafal

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

61. Menurut strategi urutan penyampaian konsep, materi secara keseluruhan disajikan secara
a.

Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b.

Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik, dan pemberian tes

62. Menurut strategi urutan penyampaian materi pembelajaran prinsip, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a.

Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)

b.

Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula

82

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-soal latihan,


pemberian umpan balik, pemberian tes

63. Menurut strategi urutan penyampaian materi prosedur, materi secara keseluruhan disajikan
secara
a.

Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi, pemberian latihan,


pemberian umpan balik, pemberian tes

b.

Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-soal latihan,


pemberian umpan balik, pemberian tes

64. Menurut strategi urutan penyampaian materi aspek afektif, materi secara keseluruhan disajikan
secara
a.

Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi, pemberian latihan,


pemberian umpan balik, pemberian tes

b.

Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan
materi berikutnya secara mendalam pula

c.

Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan
contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian umpan balik

d.

Penciptaan kondisi, pemodelan, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran

65. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, ada yang tidak termasuk dalam
kegiatan siswa yaitu:
a.

Menghafal

b.

Menganalisis

c.

Menemukan

d.

Memilih

66. Yang dimaksud dengan memilih dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa adalah
a.

Menghafal verbal dan menghafal parafrase

b.

Menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta,


konsep, prinsip dan prosedur
83

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

c.

Menggunakan, mengaplikasikan materi yang telah dipelajari

d.

Memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

67. Suatu model pembelajaran yang membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar
mata pelajarannya dengan situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan
pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
sebagai anggota masyarakat di mana siswa hidup merupakan pengertian dari
a.

Pembelajaran humanistik

b.

Pembelajaran behavioristik

c.

Pembelajaran konstruktivistik

d.

Pembelajaran kontekstual

68. Pembelajaran kontekstual dilandasi filsafat


a.

Behaviorisme

b.

Konstruktivistik

c.

Humanistik

d.

Progresif

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!


1.

Mengapa guru perlu melakukan analisis terhadap buku pegangan guru dan siswa?

2.

Sebutkan aspek-aspek yang dilakukan dalam analisis buku pegangan guru dan siswa!

3.

Jelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan jika ditemukan ketidaksesuaian dan


ketidaktepatan beberapa hasil analisis yang telah dilakukan terhadap buku guru dan siswa?

4.

Jelaskan perbedaan SKL, KI, dan KD dalam Kurikulum 2013!

5.

Jelaskan cara menentukan pekan efektif dalam rencana pembelajaran?

6.

Jelaskan perbedaan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)!

7.

Sebutkan fungsi dan kegunaan media pembelajaran!

8.

Sebutkan jenis dan karakteristik media pembelajaran!

9.

Sebutkan langkah-langkah dalam pengembngan media pembelajaran!

10. Berikan contoh bentuk pengembngan media pembelajaran!


11. Sebutkan cara nembuat blog pembelajaran!
12. Sebutkan langka-langkah menyusun powerpoint!
13. Sebutkan program aplikasi dalam pembelajaran!

A. Balikan Dan Tindak Lanjut


84

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di hagian akhir modul
ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan
belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar
tersebut, terutama bagian yang belum dikuasai.
G. Daftar Pustaka
Abdorrakhman Ginting. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Humaniora
Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan
Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan
Intelektual terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta : PAU - UT.
Arsyad Azhar. (2005) Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. Error! Hyperlink reference not valid.didownload pada
tanggal 20 Mei 2007.
Asnawir dan Basyirudin, Usman. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers
Blanchard, Alan. (2001). Contextual Teaching and Learning. BEST: USA.
Bloom et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals.
New York: McKay.
Center for Civics Education (1997). National Standard for Civics and Governement. Calabasas CA:
CEC Publ.
CORD. 2001. What is Contextual Learning. World Wide Internet Publishing, Waco Texas.
Degeng, I. Nyoman S. (1989). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud. Dikti.
Proyek P2LPTK.
Dick, W. & Carey L. (1978). The Systematic Desgin of Instruction. Illinois: Scott & Co. Publication.
Dick, W. & Carrey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction. Glenview, Illinois: Scott, Foresman
85

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

dan Company.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan Pendidikan Menengah umum. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Direktorat Sekolah Menengah Umum Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah (2010): Modul Pengembangan Pendidikan Islam
Pada Sekolah, Jakarta, Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama RI
Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, Teaching, and Evaluating: a Competency Approach.
Chicago: Nelson-Hall.
Fowler, J.W. (1995). Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Fraenkel, J.R. (1997). How to Teach About Values: An Analytic Approach. New Jersey: Englewood
Cliffs, Prentice-Hall, Inc.
Gagne, N. L. & Berliner, D. C. (l984). Educational Psychology. Boston: Houghton Mifflin Company.
Gagne, R. M. & Briggs, L. J. (l979). Prinsiples of In-structional Design. New York: Holt, Renehart
and Winston.
Gagne, R.M. (l967). The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart, and Winston.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-Based Education: a Process for the Improvement of
Education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Harjanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hardjito. (2002). Internet Untuk Pembelajaran. Di download pada tanggal 21 Mei 2007.
Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan PAI 2. Semarang: Jurusan PAI UNNES.
Indrianto, Lis. (1998). Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran PAI Sebagai Upaya
Peningkatan Prestasi Belajar PAI. Semarang: IKIP Semarang.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jersey: Englewood Cliffs, Publ.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational Systems Planning. New Jersey: Englewood Cliffs.
Kemp, Jerold (1977). Instructional Design: a Plan for Unit and Curriculum Development. New
Jersey: Sage Publication.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing Standard-Based Districs, Schools, and Classrooms.
Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey:
Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Muhaimin, 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Nuansa.
Muhaimin, (2005). Pengembangan Kurikulum, sekolah umum, madrasah dan perguruasn tinggi,
86

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Bandung: Nuansa.
Muhaimin. (2010). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Nana Sudjana. (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: Sinar Baru.
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for Instructional Systems Development. New York: Academic
Press.
Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana. com, diakses 14 Desember 2010
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional Theories in Action: Lessons Illustrating Selected Theories
and Models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ.
Russell, James D. (1984). Modular Instruction: a Guide to Design, Selection, Utilization and
Evaluation of Modular Materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September 2010
Sounders, John. (1999). Cotextually Based Learning: Fad or Proven Practice. CORD. Waco, Texas,
USA.
S.T. Vebrianto, (1985). Pengantar Pengajaran Modul, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.
Suyitno, Amin, dkk. (1997). Dasar dan Proses Pembelajaran PAI. Semarang: FMIPA Unnes.
Tarmizi Taher, (1996). Prospek Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan dalam Pembangunan
Pendidikan Nasional..Ujungpandang: Ceramah Menteri Agama

pada Konvensi Nasional

Pendidikan Nasional III, tanggal 4-7 Maret.


Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Yaniawati, R. Poppy. (2000). Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran PAI Yang Berbasis
Kompetensi. http://www.jurnalkopertis4.org. didownload pada tanggal 15 Mei 2007.
Zainuddin,M. (2008). Paradigma Pendidikan Terpadu: Menuju Pembentukan Generasi Ulul Albab
Malang, UIN Press,

GLOSARIUM

Abiotik

: Tidak memiliki ciri hidup, tidak hidup

Aqil-baligh

: Orang yang sudah bisa memberdakan baik dan buruk

Ayat kauniyah : Tanda-tanda keberadaan Allah yang ada di alam


semesta
87

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Biotik

: Mahluk hidup baik yang mikro maupun makro dan


prosesnya

Dedikasi

: Pengabdian

Deskriptif

: Gambar

Dimensi

: Sudut pandang

Dinamis

: Selalu bergerak

Dogmatis

: Ajaran yang bersifat mutlak kebenarannya

Eksistensi

: Keberadaan

Fleksibel

: Seseuai dengan kondisinya

Feed back

: Umpan balik

Formulasi

: Rumusan

Ilahiyah

: Ketuhanan Kognitif : Aspek Pengetahuan

Implementasi : Pelaksanaan
Innovatif

: Selalu mengarah kemajuan

Integrasi

: Penyatuan

Internalisasi

: Pengahayatan terhadap suatu ajaran atau nilai

Loyalitas

: Kesetiaan

Kompleks

: Sesuatu yang bersifat menyeluruh

Konstruks

: Membangun

Muallaf

: Orang yang baru masuk Islam

Normatif

: Sesuatu yang berdasar aturan, adat istiadat

Performances : Penampilan, apa yang tampak


Respon

: Tanggapan

Sistematis

: Teratur dan terkontrol

Transeden

: Sesuatu yang utama atau hakiki

Ubudiyah

: Bersifat peribadatan

Universal

: Umum, Menyeluruh melingkupi seluruh dunia

88

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

oleh siswa
1.

Memahami strategi menggunakan buku guru dan buku siswa untuk kegiatan pembelajaran.

2.

Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan tuntutan SKL, KI, dan KD.

3.

Menganalisis buku guru dan buku siswa dilihat dari aspek kecukupan dan kedalaman materi.
Untuk Buku Guru dan Buku Siswa

1.

Menganalisis kesesuaian isi buku guru dan buku siswa dengan SKL, KI dan KD.

2.

Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis.


Khusus untuk Buku Guru

Menganalisis kesesuaian isi buku guru dengan buku siswa ditinjau dari berbagai aspek.
Khusus untuk Buku Siswa
Menganalisis kesesuaian isi buku dengan konsep pendekatan scientific dan penialain autentik.
1.

Kerjakanlah secara berkelompok!

2.

Pelajari format Analisis Buku Guru dan Buku Siswa!

3.

Siapkan SKL, KI dan KD sesuai jenjang pendidikan dan mata pelajaran!

4.

Cermatilah buku guru yang berisi strategi penyajian pembelajaran sesuai dengan buku siswa serta
informasi lainnya!

5.

Cermatilah buku siswa sesuai dengan materi ajar yang Anda ampu!

6.

Lakukanlah analisis terhadap buku tersebut dengan menggunakan format yang tersedia!

7.

Berdasarkan hasil analisis, tuliskan tindak lanjut hasil analisis sebagai berikut.
Jika sesuai dengan kebutuhan, buku bisa digunakan dalam pembelajaran!

89

Perangkat Pembelajaran Akidah Akhlak

Jika kurang/tidak sesuai, Anda disarankan untuk memberikan rekomendasi tindak lanjut yang
harus dikerjakan guru sebagai pengguna buku guru tersebut!

90

Contoh Silabus PAI dan Budi Pekerti SD


SILABUS KELAS: 4

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Tema/SubTema
Kelas
Semester

: SD Harapan Kita Bersama


: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
: Beriman Pada Malaikat
: IV (Empat)
: 1 (Ganjil)

Kompetensi Inti*
1. KI 1: Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta
cinta tanah air.
3. KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku.

KI

Kompetensi Dasar*

Materi Pokok**

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama


yang dianutnya

1.1 Meyakini
keberadaan
malaikat-malaikat
Allah SWT

Malaikat-malaikat
Allah SWT dan tugastugasnya

Pedekatan
Pembelajaran***
Menyimak buku teks
tentang malaikatmalaikat Allah SWT dan
tugas-tugasnya
Menyimpulkan hasil
menyimak tentang
Malaikat-malaikat Allah
SWT dan tugas-tugasnya
Menjelaskan hasil
menyimak malaikatmalaikat Allah SWT dan
tugas-tugasnya

Pendekatan
Penilaian****
Tugas
Portofolio
Tes

Alokasi
Waktu

Sumber Belajar

2 jp

Buku Teks Siswa


Pendidikan
Agama
Islam
dan Budi Pekerti,
Kelas
4,
Depdikbud, 2013
Buku Pegangan
Guru Pendidikan
Agama
Islam
dan Budi Pekerti,
Kelas
4,
Depdikbud, 2013

Contoh RPP PAI dan Budi Pekerti SD


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Tema/SubTema
Kelas
Semester
A.

: SD Harapan Kita Bersama


: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
: Beriman Pada Malaikat
: IV (Empat)
: 1 (Ganjil)

Materi Pokok
Iman kepada Malaikat
B. Alokasi Waktu
1 x 4 jam pelajaran
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model cooperative learning peserta didik dapat:
1. Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah SWT. dengan benar.
2. Menyebutkan 10 nama-nama malaikat Allah dengan benar;
3. Menunjukkan dalil tentang keberadaan malaikat Allah SWT dengan tepat;
4. Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah dengan benar;
5. Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah dengan tepat;
6. Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah dengan cermat.
D. Kompetensi Dasar
1.5 Meyakini keberadaan malaikat -malaikat Alla h SWT
2.4 Memiliki sikap yang dipengaruhi oleh keimanan kepada para malaikat Allah SWT
keimanan kepada para malaikat Allah SWT yang tercermin dari perilaku
kehidupan sehari-hari.
3.1 Mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan
terhadap dirinya dan alam sekitar.
4.2.1 Melakukan pengamatan diri dan alam sekitar sebagai implementasi makna
iman kepada malaikat-malaikat Allah
E. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah
3.1.2 Menyebutkan 10 nama malaikat Allah dengan
3.1.3 Menunjukkan dalil adanya malaikat Allah
3.1.4 Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah
4.2.1 Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah
4.2.2 Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah
F. Materi Pembelajaran
1. Pengertian iman kepada malaikat
2. Nama-nama malaikat
3. Dalil adanya malaikat

G.
H.
I.
J.

4. Sifat-sifat malaikat
5. Tugas malaikat
6. Bukti-bukti adanya malaikat
Beriman kepada Malaikat adalah meyakini bahwa malaikat itu adalah makhluk
ciptaan Allah dan tidak boleh disembah yang memiliki sifat-sifat khusus seperti
selalu mentaati perintah Allah, tidak mati, diciptakan dari cahaya dan memiliki
tugas-tugas tertentu, dan seterusnya
Metode Pembelajaran
Metode:
Kooperatif: Small Group Discussion,The Power of Two
Media Pembelajaran
Multimedia Interaktif/CD Interaktif /Video
Gambar/ Poster
Sumber Belajar
Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls I SD
Al-Quran dan Terjemahnya
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
1.

2.

Kegiatan
Pendahuluan
a. Guru membuka pembelajaran dengan dengan salam dan
berdoa bersama dipimpin oleh salah seorang peserta didik
dengan penuh khusyu;
b. Guru Memulai pembelajaran dengan membaca al-Quran surah
pendek pilihan dengan lancar dan benar (nama surat sesuai
dengan program pembiasaan yang ditentukan sebelumnya);
c. Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran
dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran;
d. Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri
kepada peserta didik.
a. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan
dengan materi pokok iman kepada malaikat Allah;
b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan
dicapai;
c. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, ,menanya, eksplorasi dan mengomunikasikan serta
menyimpulkan
Kegiatan Inti
a. Mengamati
Peserta didik mengamati keberadaan malaikat melalui
pencermatan terhadap fenomena orang yang selamat dari
musibah melalui tayangan media ICT/gambar
Peserta didik Menyimak kisah keberadaan malaikat secara
klasikal maupun individual.
b. Menanya
Melalui motivasi guru peserta didik mengajukan pertanyaan

Waktu
20 menit

110 menit

No.

3.

K.

Kegiatan
tentang iman kepada malaikat Allah
Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan iman
kepada malaikat
c. Explorasi
Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan isi
tayangan video secara individu/kelompok
Secara berkelompok mendiskusikan bukti adanya malaikat
yang terdapat pada kisah orang yang selamat dari musibah
dalam tayangan video
Secara berpasangan peserta didik mendiskusikan tugastugas dan sifat-sifat malaikat Allah
d. Asosiasi
Guru dan peserta didik bertanya jawab hasil diskusi
kelompok tentang hikmah beriman kepada malaikat Allah
Guru dan peserta didik menghubungkan kisah orang yang
selamat dari musibah dengan keberadaan malaikat
e. Komunikasi
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi iman kepada
malaikat secara kelompok
Peserta didik menanggapi hasil diskusi kelompok lain
(melengkapi, mengkonfirmasi, menyanggah)
Peserta didik membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing
guru
Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan
pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah
dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah
selanjutnya;
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas
baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik yang
menguasai materi;
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.

Waktu

10 menit

Penilaian Hasil Pembelajaran


Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Tugas
Mengisi rubrik tentang iman kepada malaikat Allah
Menemukan bukti-bukti adanya malaikat Allah dari kisah kisah orang yang
selamat dari musibahdalam tayangan video
Observasi

Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi terkait


dengan
- Hikmah iman kepada malaikat Allah
- Tugas dan sifat malaikat Allah
No

Nama Peserta didik

Aspek yang diamati


1
2
3
4
5

Keterangan

Aspek yang dinilai


1. Keaktifan
2. Kerjasama
3. Aktifitas berpendapat
4. Keberanian berpendapat
5. Kemampuan berbahasa
Skor penilaian:
Nilai =

Skor perolehan

x 100

Skor Maksimal
Kriteria Nilai
A = 80 100
B = 70 79
C = 60 69
D = 60

:
:
:
:

Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang

Portofolio
Membuat paparan tentang bukti-bukti adanya malaikat Allah
Tes
Tes tulis tentang nama,sifat dan tugas malaikat Allah
Guru juga melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan mengamati
kisah pada kolom ayo berlatih.

Rubrik Penilaian
No.
1.
2.
3.
4.

Aspek

*Nilai
2 3

Penguasaan materi
Penguasaan nilai-nilai
Keaktifan
Kesantunan

Catatan:
*4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Sedang
1 = Kurang baik
Rentang Skor = Skor Maksimal Skor Minimal
= 16 - 4
= 12/4
= 3
MK
= 14 - 16
MB
= 11 - 13
MT
= 7 - 10
BT
= 4- 6
Keterangan:
BT
: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda
awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai
tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku
yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Guru dapat mengembangkan soal berikut rubrik dan penskorannya sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
......................, ......................................
Mengetahui,
Kepala SD.....

Guru Mata Pelajaran PAI

...............................................
NIP. ......................................

.................................................
NIP. ........................................

Contoh Pengembangan Media Pembelajaran dalam Bentuk Power Point


Membuat Slide Presentasi
New Blank Presentation Pada layar akan nampak slide berikut:

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat slide:


1) Membuat text
Membuat judul
Klik pada tulisan "Click to add title" lalu ketikkan judul presentasi
Membuat textbox pada click to add text
Klik icon
Klik pada bagian dari slide yang ingin ditambahkan tulisan
Menggunakan Bullet and Numbering
Klik area textbox yang ingin menggunakan Bullet and Numbering
lalu klik Format - Bullets and Numbering - pilih yang akan
digunakan
Bila telah selesai maka klik di luar area textbox
Membuat WordArt
Klik Insert Picture- WordArt atau cari icon Insert
WordArt pada Drawing Toolbar
Pilih 1 model kemudian klik OK
Muncul kotak dialog seperti di bawah ini, lalu ketikkan
tulisan yang diinginkan lalu klik OK

2)

Menampilkan gambar

Klik Insert- Picture lalu pilih Clip Art bila gambar yang ingin digunakan adalah

3)

gambar yang disediakan oleh Microsoft Office atau pilih From File bila ingin
menggunakan gambar koleksi pribadi (untuk memilih akan muncul kotak
dialog open kemudian cari lokasi filenya sampai ditemukan filenya).
Atur sesuai keinginan lalu klik di bagian lain slide yang tidak ada gambar
tersebut.
Memberikan Background

Klik kanan pada bagian slide yang kosong


Pilih Background
Muncul kotak dialog berikut

Pilih More Colors dengan menklik drop down untuk mengatur warna yang
diinginkan

Pilih Fill Effect dengan menklik drop down untuk mengatur efek yang

4)

5)

diinginkan dengan memilih pola gradient/texture/pattern yang diinginkan


Pilih Apply untuk memberi background pada 1 lembar slide yang sedang
dipilih itu saja atau Apply to All untuk memberi background pada seluruh slide
Menambah Slide Presentasi
klik icon Menambah Slide Presentasi pada formatting toolbar
Pilih salah satu tipe slide yang diinginkan
Tekan delete pada Keybord
Memberi animasi
Klik kanan tek atau objeknya
Klik custume animation
Pilih effect untuk memberikan animasi pada text atau objek yang dinginkan
dengan memilih icon add effect
Atur Start berdasarkan pada saat apa animasi ini dilakukan
Atur Direction berdasarkan arah yang diinginkan
Atur Speed berdasarkan seberapa cepat animasi tersebut dilakukan
Sesuaikan urutan tampilan animasi sesuai keinginan dengan mengatur order
Tekan play untuk melihat tampilan

ContohAnimasi

6)

7)

Menambahkan Slide Transition


Klik bagian slide di luar textbox lalu klik kanan pilih Slide Transition atau klik
Slide Show pada Menu Bar lalu pilih Slide Transition
Lalu pilih jenis yang diinginkan pada tiap slide
Sesuaikan komponen lainnya seperti pada pemberian animasi
Membuat tabel

Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih table


Isikan jumlah baris dan kolom tabel yang akan dibuat pada kotak dialog yang
muncul

Untuk melakukan pengesetan lebih lanjut terhadap tabel yang ada dapat
dilakukan dengan men-"double click" tabel tersebut atau
kanan pada bagian garis tabel tersebut dan memilik "Borders and Fill"

8)

mengklik

Membuat diagram
Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih chart.
Secara otomatis akan nampak tampilan sebagai berikut:

Perubahan

terhadap nama, jumlah, maupun data-data lain hanya


dengan mengganti isi dari tabel pada Datasheet tersebut dan
secara
otomatis diagramnya akan ikut berubah mengikuti data pada tabel
Datasheet.
Bila sudah selesai klik di luar area Datasheet maka akan diperoleh grafik
yang diinginkan (untuk mengeditnya kembali dapat dilakukan dengan me"double click" diagram tersebut).
Untuk melakukan pengaturan lainnya dapat dilakukan dengan meng-klik
kanan bagian-bagian diagram sehingga tampilannya akan dapat
disesuaikan sesuai keinginan.

3D View (untuk mengatur posisi chart secara keseluruhan)

Chart Type (untuk mengatur jenis diagram yang diinginkan

Chart Option (untuk pemberian nama sumbu, legenda, label)

9)

Menambahkan file video

Klik Insert pada Menu Bar lalu klik Movies and Sounds lalu pilih yang diinginkan
seperti pada gambar berikut:

IconInsertVideo

Setelah memilih file maka akan keluar kotak dialog apakah ingin
movie langsung dijalankan atau harus di klik terlebih dahulu maka pilihlah
sesuai kebutuhan.
10) Membuat Hyperlink

Klik kanan bagian yang ingin di Hyperlink lalu pilih Hyperlink


Isikan alamat tujuan yang ingin dituju
11) Menampilkan Slide (Slide Show)
Klik icon Slide Show

Materiyang
dilinkkankevideo

Hasil slide-slide yang telah dibuat akan ditampilkanIconslideshow


sesuai dengan apa
yang telah diatur

Untuk keluar dari Slide Show tekan End Show

Contoh Silabus PAI dan Budi Pekerti SD


SILABUS KELAS: 4

Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Tema/SubTema
Kelas
Semester

: SD Harapan Kita Bersama


: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
: Beriman Pada Malaikat
: IV (Empat)
: 1 (Ganjil)

Kompetensi Inti*
1. KI 1: Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta
cinta tanah air.
3. KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku.
KI

Kompeten
si Dasar*

1.
1.1 Meyaki
Meneri
ni
ma dan
kebera
mendaan
jalankan
malaik
ajaran
atagama
malaik
yang
at
dianutny
Allah
a
SWT

Materi
Pokok*
*

Malaika
tmalaika
t Allah
SWT
dan
tugastugasny
a

Pedekatan
Pembelajaran*
**
Menyimak
buku teks
tentang
malaikatmalaikat
Allah SWT
dan tugastugasnya
Menyimpulk
an hasil
menyimak
tentang
Malaikatmalaikat
Allah SWT

Pendekatan
Penilaian**
**
Tugas
Portofoli
o
Tes

Aloka
si
Waktu

Sumber
Belajar

Buku
Teks
Siswa
Pendi
dikan
Agam
a
Islam
2 jp
dan
Budi
Pekert
i,
Kelas
4,
Depdi
kbud,

dan tugastugasnya
Menjelaskan
hasil
menyimak
malaikatmalaikat
Allah SWT
dan tugastugasnya

Contoh RPP PAI dan Budi Pekerti SD


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Tema/SubTema
Kelas
Semester
A.
B.

Materi Pokok
Iman kepada Malaikat
Alokasi Waktu

: SD Harapan Kita Bersama


: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
: Beriman Pada Malaikat
: IV (Empat)
: 1 (Ganjil)

2013
Buku
Pegan
gan
Guru
Pendi
dikan
Agam
a
Islam
dan
Budi
Pekert
i,
Kelas
4,
Depdi
kbud,
2013

C.

D.

E.

F.

G.
H.

1 x 4 jam pelajaran
Tujuan Pembelajaran
Melalui model cooperative learning peserta didik dapat:
1. Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah SWT. dengan benar.
2. Menyebutkan 10 nama-nama malaikat Allah dengan benar;
3. Menunjukkan dalil tentang keberadaan malaikat Allah SWT dengan tepat;
4. Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah dengan benar;
5. Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah dengan tepat;
6. Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah dengan cermat.
Kompetensi Dasar
1.5 Meyakini keberadaan malaikat -malaikat Alla h SWT
2.4 Memiliki sikap yang dipengaruhi oleh keimanan kepada para malaikat Allah SWT
keimanan kepada para malaikat Allah SWT yang tercermin dari perilaku
kehidupan sehari-hari.
3.1 Mengerti makna iman kepada malaikat-malaikat Allah berdasarkan pengamatan
terhadap dirinya dan alam sekitar.
4.2.1 Melakukan pengamatan diri dan alam sekitar sebagai implementasi makna
iman kepada malaikat-malaikat Allah
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Mendefinisikan pengertian iman kepada malaikat Allah
3.1.2 Menyebutkan 10 nama malaikat Allah dengan
3.1.3 Menunjukkan dalil adanya malaikat Allah
3.1.4 Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah
4.2.1 Menunjukkan bukti-bukti adanya malaikat Allah
4.2.2 Menjelaskan hikmah beriman kepada malaikat Allah
Materi Pembelajaran
1. Pengertian iman kepada malaikat
2. Nama-nama malaikat
3. Dalil adanya malaikat
4. Sifat-sifat malaikat
5. Tugas malaikat
6. Bukti-bukti adanya malaikat
Beriman kepada Malaikat adalah meyakini bahwa malaikat itu adalah makhluk
ciptaan Allah dan tidak boleh disembah yang memiliki sifat-sifat khusus seperti
selalu mentaati perintah Allah, tidak mati, diciptakan dari cahaya dan memiliki
tugas-tugas tertentu, dan seterusnya
Metode Pembelajaran
Metode:
Kooperatif: Small Group Discussion,The Power of Two
Media Pembelajaran
Multimedia Interaktif/CD Interaktif /Video

I.
J.

Gambar/ Poster
Sumber Belajar
Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls I SD
Al-Quran dan Terjemahnya
Langkah-langkah Pembelajaran
No.
1.

2.

Kegiatan
Pendahuluan
a. Guru membuka pembelajaran dengan dengan salam dan berdoa bersama
dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khusyu;
b. Guru Memulai pembelajaran dengan membaca al-Quran surah pendek pilihan
dengan lancar dan benar (nama surat sesuai dengan program pembiasaan yang
ditentukan sebelumnya);
c. Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran;
d. Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta didik.
a. Guru mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan materi pokok
iman kepada malaikat Allah;
b. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai;
c. Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati,
,menanya, eksplorasi dan mengomunikasikan serta menyimpulkan
Kegiatan Inti
a. Mengamati
Peserta didik mengamati keberadaan malaikat melalui pencermatan terhadap
fenomena orang yang selamat dari musibah melalui tayangan media
ICT/gambar
Peserta didik Menyimak kisah keberadaan malaikat secara klasikal maupun
individual.
b. Menanya
Melalui motivasi guru peserta didik mengajukan pertanyaan tentang iman
kepada malaikat Allah
Peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan iman kepada malaikat
c. Explorasi
Peserta didik diberikan kesempatan mengemukakan isi tayangan video
secara individu/kelompok
Secara berkelompok mendiskusikan bukti adanya malaikat yang terdapat
pada kisah orang yang selamat dari musibah dalam tayangan video
Secara berpasangan peserta didik mendiskusikan tugas-tugas dan sifat-sifat
malaikat Allah
d. Asosiasi
Guru dan peserta didik bertanya jawab hasil diskusi kelompok tentang
hikmah beriman kepada malaikat Allah
Guru dan peserta didik menghubungkan kisah orang yang selamat dari

Waktu
20 menit

110 menit

No.

3.

K.

Kegiatan
musibah dengan keberadaan malaikat
e. Komunikasi
Peserta didik menyampaikan hasil diskusi iman kepada malaikat secara
kelompok
Peserta didik menanggapi hasil diskusi kelompok lain (melengkapi,
mengkonfirmasi, menyanggah)
Peserta didik membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru
Penutup
a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan
masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;
b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu
maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai materi;
c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Penilaian Hasil Pembelajaran


Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil penilaian digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Tugas
Mengisi rubrik tentang iman kepada malaikat Allah
Menemukan bukti-bukti adanya malaikat Allah dari kisah kisah orang yang
selamat dari musibahdalam tayangan video
Observasi
Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi terkait
dengan
- Hikmah iman kepada malaikat Allah
- Tugas dan sifat malaikat Allah
No

Nama Peserta didik

Aspek yang dinilai

Aspek yang diamati


2
3
4

Keterangan

Waktu

10 menit

1. Keaktifan
2. Kerjasama
3. Aktifitas berpendapat
4. Keberanian berpendapat
5. Kemampuan berbahasa
Skor penilaian:
Skor perolehan
Nilai =

x 100
Skor Maksimal

Kriteria Nilai
A = 80 100
B = 70 79
C = 60 69
D = 60

:
:
:
:

Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang

Portofolio
Membuat paparan tentang bukti-bukti adanya malaikat Allah
Tes
Tes tulis tentang nama,sifat dan tugas malaikat Allah
Guru juga melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam kegiatan mengamati
kisah pada kolom ayo berlatih.
Rubrik Penilaian
No.
1.
2.
3.
4.

Aspek

*Nilai
2 3

Penguasaan materi
Penguasaan nilai-nilai
Keaktifan
Kesantunan

Catatan:
*4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Sedang
1 = Kurang baik
Rentang Skor = Skor Maksimal Skor Minimal
= 16 - 4
= 12/4

MK
MB
MT
BT

=
=
=
=

= 3
14 - 16
11 - 13
7 - 10
4- 6

Keterangan:
BT
: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda
awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai
tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku
yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
Guru dapat mengembangkan soal berikut rubrik dan penskorannya sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
......................, ......................................
Mengetahui,
Kepala SD.....

Guru Mata Pelajaran PAI

...............................................
NIP. ......................................

.................................................
NIP. ........................................

Contoh Pengembangan Media Pembelajaran dalam Bentuk Power Point


Membuat Slide Presentasi
New Blank Presentation Pada layar akan nampak slide berikut:

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membuat slide:


1) Membuat text
Membuat judul
Klik pada tulisan "Click to add title" lalu ketikkan judul presentasi
Membuat textbox pada click to add text
Klik icon
Klik pada bagian dari slide yang ingin ditambahkan tulisan
Menggunakan Bullet and Numbering
Klik area textbox yang ingin menggunakan Bullet and Numbering
lalu klik Format - Bullets and Numbering - pilih yang akan
digunakan
Bila telah selesai maka klik di luar area textbox
Membuat WordArt
Klik Insert Picture- WordArt atau cari icon Insert

2)

WordArt pada Drawing Toolbar


Pilih 1 model kemudian klik OK
Muncul kotak dialog seperti di bawah ini, lalu ketikkan
tulisan yang diinginkan lalu klik OK

Menampilkan gambar

Klik Insert- Picture lalu pilih Clip Art bila gambar yang ingin digunakan adalah

3)

gambar yang disediakan oleh Microsoft Office atau pilih From File bila ingin
menggunakan gambar koleksi pribadi (untuk memilih akan muncul kotak
dialog open kemudian cari lokasi filenya sampai ditemukan filenya).
Atur sesuai keinginan lalu klik di bagian lain slide yang tidak ada gambar
tersebut.
Memberikan Background
Klik kanan pada bagian slide yang kosong
Pilih Background
Muncul kotak dialog berikut

Pilih More Colors dengan menklik drop down untuk mengatur warna yang

4)

5)

diinginkan
Pilih Fill Effect dengan menklik drop down untuk mengatur efek yang
diinginkan dengan memilih pola gradient/texture/pattern yang diinginkan
Pilih Apply untuk memberi background pada 1 lembar slide yang sedang
dipilih itu saja atau Apply to All untuk memberi background pada seluruh slide
Menambah Slide Presentasi

klik icon Menambah Slide Presentasi pada formatting toolbar


Pilih salah satu tipe slide yang diinginkan
Tekan delete pada Keybord

Memberi animasi

Klik kanan tek atau objeknya


Klik custume animation
Pilih effect untuk memberikan animasi pada text atau objek yang dinginkan

dengan memilih icon add effect


Atur Start berdasarkan pada saat apa animasi ini dilakukan
Atur Direction berdasarkan arah yang diinginkan
Atur Speed berdasarkan seberapa cepat animasi tersebut dilakukan
Sesuaikan urutan tampilan animasi sesuai keinginan dengan mengatur order
Tekan play untuk melihat tampilan

ContohAnimasi

6)

7)

Menambahkan Slide Transition


Klik bagian slide di luar textbox lalu klik kanan pilih Slide Transition atau klik
Slide Show pada Menu Bar lalu pilih Slide Transition
Lalu pilih jenis yang diinginkan pada tiap slide
Sesuaikan komponen lainnya seperti pada pemberian animasi
Membuat tabel
Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih table
Isikan jumlah baris dan kolom tabel yang akan dibuat pada kotak dialog yang
muncul

Untuk melakukan pengesetan lebih lanjut terhadap tabel yang ada dapat
dilakukan dengan men-"double click" tabel tersebut atau
kanan pada bagian garis tabel tersebut dan memilik "Borders and Fill"

8)

Membuat diagram

Klik Insert pada Menu Bar lalu pilih chart.


Secara otomatis akan nampak tampilan sebagai berikut:

mengklik

Perubahan

terhadap nama, jumlah, maupun data-data lain hanya


dengan mengganti isi dari tabel pada Datasheet tersebut dan
secara
otomatis diagramnya akan ikut berubah mengikuti data pada tabel
Datasheet.
Bila sudah selesai klik di luar area Datasheet maka akan diperoleh grafik
yang diinginkan (untuk mengeditnya kembali dapat dilakukan dengan me"double click" diagram tersebut).
Untuk melakukan pengaturan lainnya dapat dilakukan dengan meng-klik
kanan bagian-bagian diagram sehingga tampilannya akan dapat
disesuaikan sesuai keinginan.

3D View (untuk mengatur posisi chart secara keseluruhan)

Chart Type (untuk mengatur jenis diagram yang diinginkan

Chart Option (untuk pemberian nama sumbu, legenda, label)

9)

Menambahkan file video

Klik Insert pada Menu Bar lalu klik Movies and Sounds lalu pilih yang diinginkan
seperti pada gambar berikut:

IconInsertVideo

Setelah memilih file maka akan keluar kotak dialog apakah ingin
movie langsung dijalankan atau harus di klik terlebih dahulu maka pilihlah
sesuai kebutuhan.
10) Membuat Hyperlink

Klik kanan bagian yang ingin di Hyperlink lalu pilih Hyperlink

Isikan alamat tujuan yang ingin dituju


11) Menampilkan Slide (Slide Show)
Klik icon Slide Show

Materiyang
dilinkkankevideo

Iconslideshow

Hasil slide-slide yang telah dibuat akan ditampilkan sesuai dengan apa
yang telah diatur

Untuk keluar dari Slide Show tekan End Show

You might also like