You are on page 1of 3

1.

Aphis gossypii Glover

Penyebab : Aphis gossypii Glover.


Gejala :
Tanaman yang terserang, daunnya akan
mengeriting karena cairan dalam daun dihisap
oleh hama ini. Pada serangan hebat akan
menyebabkan
pertumbuhan
tanaman
mengerdil. Hama ini juga merupakan vektor
(pembawa)
penyakit
virus. Hama dapat
mengeluarkan kotoran "embun madu', sehingga
kadang pada tanaman yang terdapat banyak
kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan
memamfaatkan kotorannya. Embun madu yang
dapat menjadi media tumbuhnya jamur jelaga
yang dapat menutupi daun dalam proses
fotosintesa.

2. Myzus persicae Sulzer


Penyebab : Myzus persicae Sulzer.
Gejala :
Seperti halnya Aphis gossypii, tanaman yang
terserang oleh hama ini daunnya (terutama
daun muda) akan mengerut, melengkung dan
mengeriting. Bila serangan menghebat daun
akan
menampakkan
gejala
klorosis
(menguning). Hama ini juga merupakan vektor
penyakit virus yang sangat efektif. Kutu daun
ini juga menghasilkan kotoran berupa embun
madu yang dapat mendorong timbulnya jamur
jelaga

Hama dan Penyakit


HAMA APHIS (KUTU DAUN) Serangan hama ini ditandai dengan mengerutnya daun karena
mengering. Daunnya berwarna kuning. Pemberantasannya umumnya dilakukan dengan
Basudin 40 WP dan Bayrusi125 EC. Tungau (Tetranychus) Serangan hama ini ditandai dengan
pertumbuhan tanaman terung menjadi abnormal. Daun pucuk atau tunas yang terserang
berubah menjadi keriput dan berwarna kuning. Hama ini menyerang daun dan cabang muda
dengan cara mengisap cairan dalam jaringan tanaman. Pengendalian serangan dilakukan
dengan menggunakan larutan Kalthene 0,2 %, Dimetoate (Rogor, Roxixon) 0,1 % atau larutan

Sumithion 1:1.000 (18 cc dalam 15 liter air). PENYAKIT KARAT DAUN Serangan penyakit ini
ditandai dengan adanya bercak-bercak kuning (blight) dan kanker pada daun maupun
-tanaman. Penyebabnya adalah Phomopsis vexans (Sacc & Syd) Harter atau Diaphote vexans
Gratz. Penyakit ini sulit diberantas. Untuk itu, sebaiknya pada awal penanaman digunakan
Dithane M-45 berkonsentrasi 0,2-0,3 %. BUSUK AKAR Serangan penyakit ini ditandai dengan
warna daun menjadi lebih hijau, lalu menjadi kuning, dan akhirnya mati. Penyebabnya adalah
cendawan Yerticilium alboatrum yang menyerang akar dan pembuluh pada jaringan tanaman.
Pencegahan serangan selanjutnya dengan menggunakan Dithane M-45 (0,2-0,3 %).
Sebenarnya penyakit ini dapat dikendalikan dengan perlakuan tanah, antara lain fumigasi,
drainase yang baik, dan rotasi tanaman.

Hama dan Penyakit HAMA APHIS (KUTU DAUN) Serangan hama ini ditandai dengan
mengerutnya daun karena mengering. Daunnya berwarna kuning.
Pemberantasannya umumnya dilakukan dengan Basudin 40 WP dan Bayrusi125 EC.
Tungau (Tetranychus) Serangan hama ini ditandai dengan pertumbuhan tanaman
terung menjadi abnormal. Daun pucuk atau tunas yang terserang berubah menjadi
keriput dan berwarna kuning. Hama ini menyerang daun dan cabang muda dengan
cara mengisap cairan dalam jaringan tanaman. Pengendalian serangan dilakukan
dengan menggunakan larutan Kalthene 0,2 %, Dimetoate (Rogor, Roxixon) 0,1 %
atau larutan Sumithion 1:1.000 (18 cc dalam 15 liter air). PENYAKIT KARAT DAUN
Serangan penyakit ini ditandai dengan adanya bercak-bercak kuning (blight) dan
kanker pada daun maupun -tanaman. Penyebabnya adalah Phomopsis vexans (Sacc
& Syd) Harter atau Diaphote vexans Gratz. Penyakit ini sulit diberantas. Untuk itu,
sebaiknya pada awal penanaman digunakan Dithane M-45 berkonsentrasi 0,2-0,3 %.
BUSUK AKAR Serangan penyakit ini ditandai dengan warna daun menjadi lebih
hijau, lalu menjadi kuning, dan akhirnya mati. Penyebabnya adalah cendawan
Yerticilium alboatrum yang menyerang akar dan pembuluh pada jaringan tanaman.
Pencegahan serangan selanjutnya dengan menggunakan Dithane M-45 (0,2-0,3 %).
Sebenarnya penyakit ini dapat dikendalikan dengan perlakuan tanah, antara lain
fumigasi, drainase yang baik, dan rotasi tanaman. Panen dan Pasca Panen Umur
terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam. Namun, secara
umum terung dapat dipanen sekitar 4 bulan atau 90 hari sejak semai. Selanjutnya
selang seminggu sekali, buah terung dapat dipanen 6-7 kali. Dalam pemanenan,
diperhitungkan pula lama pengangkutan sampai ke tangan konsumen. Sebaiknya
terung yang dipetik adalah buah muda yang bijinya belum keras dan daging
buahnya belum liat. Apabila pengangkutan memerlukan waktu lama, maka
sebaiknya terung dipetik sebelum masak, tapi sudah tampak bernas (berisi). Waktu
panen sebaiknya dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Hindari waktu panen saat

terik matahari karena dapat mengganggu tanaman dan membuat kulit terung
menjadi keriput (kering) sehingga menurunkan kualitas.
Diposkan oleh Marjono di 20:57

Label: TATA CARA BERTANI

Reaksi:

2 komentar:
yogakoe mengatakan...
kalau bahasa luwuknya POPOKI bos
2009 Februari 10 21:09

You might also like