Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
SUSANTI OKTARIA
07 06 16 68 06
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
DEPOK
DESEMBER 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
SUSANTI OKTARIA
07 06 16 68 06
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
DEPOK
DESEMBER 2011
i
Universitas Indonesia
Perhitungan dan..., Susanti Oktaria, FT UI, 2011
ii
Universitas Indonesia
iii
Universitas Indonesia
iv
Universitas Indonesia
v
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Susanti Oktaria
: Teknik Industri
: Perhitungan dan Analisa Nilai Overall Equipment
Effectiveness (OEE) Pada Proses Awal Pengolahan Kelapa
Sawit (Studi Kasus : PT. X)
Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah salah satu alat untuk menentukan
tingkat keefektifan pemanfaatan peralatan. OEE dikenal sebagai salah satu
aplikasi program dari Total Productive Maintenance (TPM). Penelitian ini
mengukur nilai OEE satu lini produksi dari pengolahan minyak kelapa sawit di
PT. X dalam satu periode, dilanjutkan dengan menganalisa nilai dengan
menggunakan analisa pareto dari hasil yang diperoleh oleh akar penyebab OEE
tersebut. Nilai yang diperoleh adalah 46,99%, yang jauh di bawah dari standar,
standar OEE > 84%, selanjutnya faktor yang sangat mempengaruhi nilai OEE
adalah nilai performance yaitu 55,06%. Penelitian ini menemukan bahwa speed
losses salah satu permasalahan yang sebenarnya, yaitu nilai idle and minor
stoppage yaitu 16,60% dan kerugian ini terjadi karena beberapa alasan seperti
menunggu untuk bahan untuk diproses dan tidak adanya operator, sehingga
tindakan yang disarankan adalah untuk memperkuat pengawasan karyawan,
terutama operator mesin.
vi
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Study Program
Tittle
: Susanti Oktaria
: Industrial engineering
: Calculation and Analysis of the Overall Equipment
Effectiveness (OEE) In Palm Oil Processing Initial Process
(Case Study: PT. X)
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng Sawit di
Indonesia.1
Tabel 1.2 Pelaku Usaha Industri Minyak Goreng diIndonesia.5
Tabel 3.1 Pematangan Buah mempengaruhi terhadap Rendamen Minyak dan
ALB 47
Tabel 4.1 Pengolahan Data Avaibility Ratio pada mesin Sterilizer ....65
Tabel 4.2 Pengolahan Data Performance Ratio pada mesin Sterilizer.....67
Tabel 4.3 Pengolahan Data Quality Ratio pada mesin Sterilizer ....69
Tabel 4.4 Pengukuran Nilai OEE pada mesin Sterilizer ..71
Tabel 4.5 Nilai Ideal OEE ...74
Tabel 4.6 Nilai Avaibility Ratio .74
Tabel 4.7 Nilai Performance Ratio .75
Tabel 4.8 Nilai Quality Ratio .77
Tabel 4.9 Analisa Pengukuran OEE ..78
Tabel 4.10 Rata-rata Nilai Kerugian (Losses) .79
Tabel 4.11 Rencana Tindakan Untuk Meningkatkan Nilai OEE ....84
x
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Masalah5
Gambar 1.2 Flow Cahrt Metodologi Penelitian.7
Gambar 2.1 16 Losses dalam TPM..14
Gambar 2.2 Delapan Pilar TPM...15
Gambar 2.3 Terjemahan 5-s 16
Gambar 2.4 Matriks Hubungan Input dan Output dalam aktivitas produksi ......22
Gambar 2.5 Tahap Perhitungan OEE ............................................................... ..27
Gambar 2.6 Diagram Pareto ............................................................................ ..31
Gambar 2.7 Diagram Sebab akibat..32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi...35
Gambar 3.2 Jembatan Timbangan....47
Gambar 3.3 Pernyortiran TBS.....48
Gambar 3.4 Sterilizer...49
Gambar 3.5 Threser......49
Gambar 3.6 Bagan Kerja Threser.....50
Gambar 3.7 Digester................. 51
Gambar 3.8 Screw Press ........................................... 51
Gambar 3.9 Stroge Tank ...... 54
Gambar 3.10 Bagan Kerja Ripple Mill ............ 55
Gambar 3.11 Bagan Kerja Claybath ..... 56
Gambar 3.12 Bagan Kerja Dryer .......... 57
Gambar 3.13 Proses Produksi Pengolahan Kelapa Sawit ........................ 58
Gambar 4.1 Kecenderungan Nilai Avaibility Ratio ....65
Gambar 4.2 Kecenderungan Nilai Performance Ratio 67
Gambar 4.3 Kecenderungan Nilai Quality Ratio .....69
Gambar 4.4 Kecenderungan Nilai OEE pada 24 Oktober-23 November.71
Gambar 4.5 Nilai Avaibility Ratio ..74
Gambar 4.6 Nilai Performance Ratio ..........76
Gambar 4.7 Nilai Quality Ratio ..........76
Gambar 4.7 Nilai Quality Ratio ..75
Gambar 4.8 Komposisi Pencapaian OEE ..........78
Gambar 4.9 Diagaram Akar Permasalahan.................82
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Mesin Sterilizer 89
Mesin Threser ..90
Mesin Empty Bunch Crusher ...91
Mesin Digester .92
Mesin Screw Press ...93
xii
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I pendahuluan ini mencakup gambaran besar yang akan diuraikan
dalam penelitian ini, mulai dari latar belakang masalah, diagram keterkaitan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi
hingga sistematika penulisan dalam penelitian ini.
1.1
1
Universitas Indonesia
Perhitungan dan..., Susanti Oktaria, FT UI, 2011
8.328.000
3.797.000
4.531.000
No
Pelaku Usaha
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
Kapasitas
Produksi
(Ton/thn)
2.819.400
2.109.000
932.000
713.027
654.900
370.000
Market
Share
355.940
341.500
310.800
307.396
6.542.637
15.430.000
2.31%
2.04%
2.01%
1.99%
42.40%
100.00%
18.27
13.67%
6.04%
4.62%
4.24%
2.40%
2
Universitas Indonesia
PT. Indomakmur Sawit Berjaya (ISB) adalah salah satu anak perusahaan
dari PT. Musim mas. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2000 dan merupakan
perusahaan yang mengolah Kelapa Sawit menjadi minyak Crude Palm Oil (CPO).
Hasil olahan tersebut diproses kembali oleh perusahaan PT. Musim mas menjadi
Minyak goreng.
Apabila dilihat dari dari Tabel 1.1 Perkembangan produksi dan konsumsi
minyak yang setiap tahunnya semakin meningkat, baik dari konsumsi domestik
ataupun luar negeri maka dibutuhkan efektifitas mesin atau peralatan yang ada
seoptimal mungkin.
Pada prakteknya, seringkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut tidak
menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Untuk itu diperlukan suatu
metode yang mampu mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar dapat
melakukan peningkatan kinerja peralatan dengan optimal.
Salah satu metode pengukuran kinerja dan efektifitas mesin yang
digunakan adalah Overall Equipment Effectiveness (OEE). Metode pengukuran
ini terdiri dari tiga faktor utama yang saling berhubungan yaitu Avaibility
(ketersediaan), Performance (kemampuan), dan Quality (kualitas). Metode ini
merupakan bagian utama dari sistem pemeliharaan yaitu Total Preventive
Maintenance (TPM).
Penanganan dan analisa proses yang masih rendah dalam proses
pengolahan kelapa sawit ini mempengaruhi efektivitas mesin dalam pencapaian
output dan tingkat kualitas produksi. Pada Departemen Maintenance PT. ISB
berusaha dan fokus untuk mengurangi waktu berhenti (breakdown) yang terjadi
didalam proses pengolahan kelapa sawit hingga mencapai tahap yang maksimal
dalam peningkatan OEE dan peningkatan kualitas sebagai produk untuk
menurunkan losses. Selain itu tingkat kesadaran dan kepedulian operator tentang
efektivitas mesin dan cara pengukuran terhadap performa mesin dalam produksi
masih rendah. Standarisasi mesin belum diwujudkan sehingga kondisi mesin
belum berproduksi secara optimal. Perawatan mesin mengenai pembersihan
(cleaning) dan preventive maintenance belum dilakukan dengan maksimal.
3
Universitas Indonesia
dari
itu,
penulis
mencoba
melakukan
penelitian
dengan
4
Universitas Indonesia
1.2
Perusahaan mendapatkan
melakukan maintenace secara
tepat
Memperoleh Penyebab
Nilai OEE
Memperoleh Nilai
Quality rate
Memperoleh Nilai
Performance rate
Memperoleh nilai
Avaibility rate
Rendahnya produktivitas
Sistem manufaktur perusahaan
Rendahnya sense of
belonging operator
terhadap peralatan
Kurangnya pelatihan
yang diberikan
kepada operator
Komponen/part
mesin susah
didapatkan
Adanya kerusakan
mesin pada saat
proses produksi
Pelaksanaan
autonomous yang
belum maksimal
Tingginya waktu
set up &
adjustment
Speed Losses
(penurunan
kecepatan)
Defect in process
(quality losses)
5
Universitas Indonesia
1.3
Rumusan Permasalah
Sehubungan
latar
belakang
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai adalah:
Memperoleh nilai OEE dari mesin atau peralatan produksi yang telah
ditentukan menjadi objek penelitian.
1.5
Pembahasan hanya berfokus pada six big losses yang terjadi pada
perusahaan, tidak menguraikan ke 16 major losses dalam Total
Preventive Maintenance (TPM).
1.6
Metodologi Penelitian
Mulai
Menentukan topik
penelitian
Menentukan tujuan
penelitian
Dasar teori
TPM, OEE,
Pareto, Cause
and efect
Mempelajari dan
menentukan dasar teori
yang mendukung penelitian
Tahap
akhir
7
Universitas Indonesia
1.7
Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan ini
PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang masalah, diagram keterkaitan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
metodologi hingga sistematika penulisan dalam penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menyajikan dan menampilkan tinjauan kepustakaan yang berisi
teori dan pemikiran yang digunakan sebagai landasan teori dan
pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan
serta pemecahan masalah.
BAB III
PENGUMPULAN DATA
Melakukan pe;ngumpulan data-data yang akan dipakai untuk
analisa, baik yang berupa data utama maupun data pendukung,
wawancara, dan pengamatan langsung di lapangan. Dan pada bab
ini juga menjelaskan profil dari perusahaan sebagai tempat studi
kasus.
BAB IV
BAB V
8
Universitas Indonesia
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab kedua mengenai dasar teori ini akan dipaparkan mengenai teoriteori yang dipergunakan dalam penelitian ini. Dasar teori tersebut meliputi teori
mengenai Sistem manajemen pemeliharaan, Total Productive Maintenance
(TPM), Overall Equipment Effectiveness (OEE), dan Teknik-teknik perbaikan
kualitas (Diagram Pareto dan Diagram Sebab Akibat).
9
Universitas Indonesia
adalah
2. Breakdown Maintenance
Menurut Heizer dan Render (2001:704) Corrective Maintenance adalah
Remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be repaired o
an emergency or priority basis.
Artinya: Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan
harus segera diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah
prioritas utama.
Menurut Prawirosentono (2001:316) pemeliharaan korektif (Breakdown
Maintenance). Perawatan yang dilaksanakan karena adanya hasil produk
(setengah jadi maupun barang jadi) tidak sesuai dengan rencana, baik mutu, biaya,
maupun ketepan waktunya.
Menurut Tampubolon (2004:251) pemeliharaan korektif (Breakdown
Maintenance) adalah Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya
kerusakan atau terjadinya karena kelainan yang terjadi pada fasilitas atau
peralatan sehingga tidak terdapat berfungsi dengan baik.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa pemeliharaan
korektif (Breakdown Maintenance) merupakan kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan apabila peralatan atau fasilitas produksi mengalami kerusakan atau
hasil produk tidak sesuai dengan rencana. Sekilas dapat dilihat bahwa kegiatan
11
Universitas Indonesia
Assauri
(2004:97)
maksud
dari
pemeliharaan
korektif
Sebagai salah satu pilar kegiatan TPM, Kaizen mengejar peralatan yang
efisien, operator dan material dan pemanfaatan energi, yaitu ekstrem produktivitas
dan bertujuan untuk mencapai efek substansial. Kegiatan Kaizen mencoba untuk
benar-benar menghilangkan 16 kerugian (losses) besar. Losses tersebut dapat
dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Loss
1. Failure Losses - Breakdown
loss
2. Setup / adjusment losses
3. Cuttinhg blade loss
4. Start up loss
5. Minor stoppage / idling loss
6. Speed loss - operating at low
speeds
7. Defect / rework loss
8. Scheduled downtime loss
9. Management loss
10. Operating morion loss
11. Line organization loss
12. Logistic loss
13. Measurement and adjusment
loss
14. Energy loss
15. Die, jig and tool breakage loss
16. Yield loss
Category
2.2.2
Pilar-Pilar TPM
Ahuja dan Kahamba (2008) berpendapat bahwa TPM akan memberikan
jalan untuk memperoleh kesempurnaan dalam hal perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengawasan (monitoring) dan pengaturan (controlling)
melalui metode delapan pilar uniknya yang terdiri dari pemeliharaan mandiri
(autonomous maintenance), perbaikan yang fokus (focused improvement),
pemeliharaan terencana (planned maintenance), pemeliharaan yang berkualitas
(quality maintenance), pendidikan dan pelatihan (education and training);
keselamatan, kesehatan dan lingkungan (safety, health and environment); TPM
14
Universitas Indonesia
English Translation
Organisation
Tidiness
Cleaning
Standardisation
Discipline
17
Universitas Indonesia
normalnya, jarum penunjuk pelumasan diberi warna agar pelumas yang diberikan
permukaan gauge diberikan warna untuk
normalnya, jarum penunjuk pelumasan diberi warna agar pelumas yang diberikan
sesuai dengan kapasitas dan jenis yang benar, dan sebagainya. Semua
pemeriksaan ini didokumentasikan dalam bentuk checklist yang sederhana
termasuk denah kerja dan rute pemeriksaannya. Operator juga
diharapkan
cara
bekerja
bersama-sama
dengan
penyedia
peralatan,
Dengan
konteks
ini
OEE
dapat
dianggap
sebagai
proses
menyenangkan. Hubungan antara input dan output ini dapat dilihat pada gambar
2.4 berikut:
Input
Output
Produksi
(P)
Kualitas
(Q)
Biaya
(C)
Penyerahan
(D)
Keselamatan
(S)
Moral
(M)
Manusia
Keuangan
Mesin
Metode
Manajemen
Pengontrolan
Produksi
Pengontrolan
Kualitas
Pengontolan
Biaya
Pengontrolan
Penyerahan
Keselamatan dan
polusi
Hubungan
Manusia
Material
Alokasi
Engineering Pengontrolan
Tenaga Kerja & Perawatan
Persediaan
Dalam
matriks
diatas
nyata
bahwa
keteknikan
dan
perawatan
TPM
memaksimumkan
adalah
keluaran
mempertinggi
peralatan
efektifitas
(PQCDSM)
peralatan
dengan
dan
berusaha
Semua
efisiensi
termasuk
efisiensi
ekonomis
dicapai
dengan
mengurangi apa yang disebut dengan enam kerugian besar (six big losses) yang
menurunkan efektifitas peralatan.
Nakajima juga menyarankan Overall Equipment Effectiveness untuk
mengevaluasi perkembangan dari TPM karena keakuratan data peralatan produksi
sangat esensial terhadap kesuksesan perbaikan berkelanjutan dalam jangka
panjang. Jika data tentang kerusakan peralatan produksi dan alasan kerugiankerugian produksi tidak dimengerti, maka aktifitas apapun yang dilakukan tidak
akan dapat menyelesaikan masalah penurunan kinerja sistem operasi. Kerugian
produksi bersama-sama dengan biaya tidak langsung dan biaya tersembunyi
merupakan mayoritas dari total biaya produksi. Itulah sebabnya Nakajima
mengatakan
OEE
sebagai
suatu
pengukuran
yang
mencoba
untuk
Downtime
failure
merupakan
perbaikan
peralatan
yang
belum
penyebabnya
umumnya
mesin,
menurunkan
mold/press
dengan
Speed Losses
24
Universitas Indonesia
Reduced Speed
Reduced Speed
III.
Quality Losses
25
Universitas Indonesia
2.3.1
sudah
dipelajari
dalam
beberapa
tahun
dengan
tujuan
2.3.2
basis waktu tertentu, seperti : shiftly, harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.
Pengukuran OEE lebih efektif digunakan pada suatu peralatan produksi. OEE
dapat digunakan dalam beberapa jenis tingkatan pada sebuah lingkungan
perusahaan.
1. OEE dapat digunakan sebagai Benchmark untuk mengukur rencana
perusahaan dalam performansi.
2. Nilai OEE, perkiraan dari suatu aliran produksi, dapat digunakan untuk
membandingkan garis performansi melintang dari perusahaan, maka akan
terlihat aliran yang tidak penting.
3. Jika
proses
permesinan
dilakukan
secara
individual,
OEE
dapat
26
Universitas Indonesia
Loading Time
Down
Time
Losses
Operating Time
Speed
Losses
Setup &
Adjustment
Idling & Minor
Stoppage
Reduced Speed
COMPUTATION OF OEE
Availability =
(Operating Time) /Loading Time)
Performance =
(Nett Operating Time/Operating
Time)
Defect in Process
Defect
Valuable Operating Time
Losses
Reduced Yield
Quality Rate =
(Valuable Operating Time/Nett
Operating Time)
Loading Time
Operating Time
Output
5. Down Time Losses = Equipment Failure Losses + Setup & Adjustment Losses
6. s =
7. & =
Loading Time
8. Speed Losses = Idle & Minor Stoppage Losses + Reduced Speed Losses
9. & =
10. =
11. =
dari
perusahaan
seperti
produktivitas
yang
meningkat
karena
2.4.
29
Universitas Indonesia
kumulatif yang
digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukan tingkat kepentingan relatif
masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting
untuk mendapat perhatian.
Adapun gambar mengenai Diagram Pareto dapat dilihat pada gambar 2.6
dibawah ini:
31
Universitas Indonesia
Dari gambar diatas seperti nampak tulang ikan sehingga sering disebut
dengan Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram). Manfaat Diagram Sebab
Akibat antara lain:
1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan
kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam menggunakan sumber daya
dan dapat mengurangi biaya.
2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan
ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan.
3. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan.
4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam dalam
kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.
33
Universitas Indonesia
BAB III
PENGUMPULAN DATA
Pada Bab ketiga dalam penelitian ini membahas mengenai sejarah singkat
perusahaan, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, penggolongan atau
klasifikasi dalam komoditas kelapa sawit, spesifikasi mesin-mesin proses
produksi, proses pengolahan kelapa sawit dan pengumpulan data penelitian.
3.1 Profil Pabrik
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Provinsi Riau merupakan daerah pengembangan kelapa sawit yang
memiliki lahan yang cukup luas, dilengkapi dengan banyaknya pabrik kelapa
sawit diareal perkebunan tersebut. Melihat pentingnya minyak nabati yang
dihasilkan kelapa sawit guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
melalui budi daya, pengolahan pemasaran dan pemanfaatan kelapa sawit serta
dengan penimbangan atas potensi yang ada baik pengadaan bahan baku dan
sumber daya manusia, maka didirikanlah perkebunan PT. Indomakmur Sawit
Berjaya (ISB) yang berkantor pusat di Medan.
Tahun 1987 PT. ISB berada dalam pengawasan PT. Astra Agro Niaga
(ANN) dimana segala aktfitas perkebunan dan pengoperasian pabrik wilayah
sumatera ditangani oleh divisi PT. ANN.
PT. ISB berlokasi di Desa Surau Tinggi, Kecamatan Rambah Hilir,
Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi ini berada sekitar 240 km dari kota
Pekanbaru.
PT. ISB mulai beroperasi pada bulan September 2000 dengan kapasitas
produksi 45 60 ton minyak/hari.
34
Universitas Indonesia
Syahidin
( Act.Askep )
Tan
Dewi
Bag.
TBS
Mei Yin
( KTU )
Susanto F
( Humas )
Benny
(Bag . Lab)
Mimi
Meli
Bag.
kasir
Yesi S J
Bag.
Timbangan
Yen -Yen
Bag.
Personalia
Dedi
(Proses shif
I)
Sugianto
Bag.
Bengkel
Ranto.M.S
( Bag. PM)
Andre
Kusmono
( Mandor)
Yuyun
Krani
Timbangan
A.Ihdal
Proses Shif II
Ariyanto
Kep
Sortasi
Andi S
Ali
Parman
Suherdi
(Mandor)
Putri
Krani
Timbangan
Sahata
(Mandor
bengkel )
Ponirin
Mandor
Listrik
Suryono
Mandor
Despatch
Mengawasi
semua
karyawan
dan
staff
dibawah
pengendaliannya.
2. Assisten Bengkel
3. Assisten Proses
36
Universitas Indonesia
4. Assisten Lab
5. Staff Sortasi
37
Universitas Indonesia
6. Assisten Gudang
Membuat
dan
mempersiapkan
anggaran
tahunan
dan
Melakukan
monitor
penerapan
dan
pelaksanaan
K3
39
Universitas Indonesia
Hulu Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911. Klasifikasi kelapa
sawit adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Palmaceae
Genus : Elaeis
Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina
dan Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan
kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul hasil persilangan antara lain: Dura Deli
Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x 435B; 34C x 43C), Dura Deli D.
Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, D. Ilir (keturunan 533 x 533; 544 x
571), Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun
Seleksi G. Bayu dan G. Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal
dari Yangambi), Pisifera Marihat (berasal dari Kamerun), Pisifera SP 540T
(berasal dari Kongo dan ditanam di Sei Pancur).
Beberapa ciri yang dapat digunakan untuk menandai kecambah yang
dikategorikan baik dan layak untuk ditanam antara lain sebagai berikut:
(As Palmitic)
Peroxide value
Iodine value
DOBI
Melting Point
Cloud Point
Saponifiable Matter
Dirt
Fibre
41
Universitas Indonesia
Profat
Dari beberapa faktor yang berkaitan dengan standar mutu minyak sawit
tersebut, didapat hasil dari pengolahan kelapa sawit, seperti di bawah ini :
RBD Olein
RBD Stearin
Palm Kernel
3.3.1
Sterilizer
42
Universitas Indonesia
Fungsi
Jumlah
: 4 unit
Thresing
Fungsi
memisahkan
loose fruit
dari
bunch
dengan cara
pembantingan.
Kapasitas
: 50 ton FFB/jam
Jumlah
: 2 unit
Fungsi
pemisahan lebih lanjut loose fruit yang masih melekat pada bunches.
3.3.3
Kapasitas
: 50 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Digester
Fungsi
dalam screw press dan untuk melumatkan daging yang masuk kedigester
sehingga kantung minyak pecah pada berondolan sebelum di press.
Kapasitas
Jumlah
: 4 unit
Screw Press.
43
Universitas Indonesia
Fungsi
3.3.4
Kapasitas
Jumlah
: 3 unit
Ripple Mill.
Fungsi
Kapasitas
: 6 ton/jam
Jumlah
: 3 unit
Depericarper.
Fungsi
Kapasitas
: 50 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Fibre Cyclone.
Fungsi
: menghisap fibre.
Jumlah
: 1 unit
Merk / Tipe
: Novenco, CBS-900/70/R
Polishing Drum.
Fungsi
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Fungsi
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Fungsi
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Winnowing System.
Fungsi
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 2 unit
3.3.5
Claybath.
Fungsi
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Vibrating Screen.
Fungsi
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 3 unit
Vacuum Drier.
Fungsi
kadar air.
Kapasitas
: 12 m3/jam
45
Universitas Indonesia
Jumlah
: 1 unit
Fungsi
kotoran-kotoran padat.
Kapasitas
: 45 ton FFB/jam
Jumlah
: 1 unit
Fungsi
Kapasitas
: 30 ton/jam
Jumlah
: 2 unit
3.4
Sand Cyclone.
Sludge Centrifudge.
Fungsi
Kapasitas
: 60 ton/jam
Jumlah
: 5 unit
3.4.1
truk yang melewati jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat
truk awal sebelum TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk
kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang ditrima
dipabrik.
buah
yang
diterima
pabrik
harus
diperiksa
tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera
dan jenis Dura. Kriteria matang
Kematangan buah
Buah mentah
14 18
1,6 2,8
Setengah matang
19 25
1,7 3,3
Buah matang
24 30
1,8 4,4
28 31
3,8 6,1
47
Universitas Indonesia
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan
tercapai juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m.
Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk
menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk
pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
48
Universitas Indonesia
Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan
Threser
Fungsi dari Thresing adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya
49
Universitas Indonesia
3.4.5
Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan
cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa
buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke
distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester.
Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar
atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian
poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah
dari digester ke screw press.
Fungsi Digester :
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
50
Universitas Indonesia
Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah
3.4.6
Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke
stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :
masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung
pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95C.
serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran-getaran pada Vibro kontrol melalui
penyetelan pada bantul yang diikat pada elektromotor. Getaran yang kurang
mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1 akan
berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan
tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada lapisan
bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan
minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan
minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95C) akan memudahkan proses
pemisahan ini.
Oil Tank
52
Universitas Indonesia
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh
Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk mendapatkan
temperatur yang diinginkan yaitu 95C. Kapasitas Oil Tank 10 Ton/Jam.
Vacumm Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui
Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam bejana,
sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan
membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.
Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari minyak
kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan
temperatur yang dinginkan yaitu 95C.
pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja sludge seperator. Alat ini terdiri dari
saringan dan sikat yang berputar.
Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak
53
Universitas Indonesia
yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar
melalui sudut-sudut ruang tangki pisah.
Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak
produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara
terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena
apabila terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air
pada CPO.
3.4.7
Oil dan Fiber. Fiber tersebut akan masuk ke stasiun kernel dan akan dijabarkan
proses pengolahannya.
Depericarper
Fungsi dari Depericarper adalah untuk memisahkan fiber dengan nut dan
membawa fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya adalah tergantung
pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fiber) akan terhisap, dan massanya
lebih berat (nut) akan masuk ke Nut Polishing Drum.
Nut Silo
Fungsi dari Nut Silo adalah tempat penyimpanan sementara nut sebelum
diolah pada proses berikutnya. Bila proses pemecahan nut dengan menggunakan
Craker maka nut silo harus dilengkapi dengan sistem pemanasan (Heater).
Riplle Mill
Fungsi dari Riplle Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Riplle Mill
terdapat rotor bagian yang berputar pada Riplle Plate bagian yang diam. Nut masuk
diantara rotor dan Riplle Plate sehingga saling berbenturan dan memecahkan
cangkang dari nut.
Claybath
Fungsi dari Claybath adalah untuk memisahkan cangkang dan inti sawit pecah
yang besar dan beratnya hampir sama. Proses pemisahan dilakukan berdasarkan
55
Universitas Indonesia
kepada perbedaan berat jenis. Bila campuran cangkang dan inti dimasukan kedalam
suatu cairan yang berat jenisnya diantara berat jenis cangkang dan inti maka untuk
berat jenisnya yang lebih kecil dari pada berat jenis larutan akan terapung diatas dan
yang berat jenisnya lebih besar akan tenggelam. Kernel memiliki berat jenis lebih
ringan dari pada larutan calcium carbonat sedangkan cangkang berar jenisnya lebih
besar.
Kernel Dryer
Fungsi dari Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang terkandung
dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti akan mempengaruhi nilai
penjualan, karena jika kadar air tinggi maka ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3
tingkatan yaitu atas 70C, tengah 60 C, bawah 50C. Pada sebagian PKS ada yang
menggunakan sebaliknya yaitu atas 50C, tengah 60 C, dan bawah 70C.
56
Universitas Indonesia
Kernel Stroge
Fungsi dari Kernel Stroge ini adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi
sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya berupa bulk silo
yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang masih terkandung dalam inti
dapat keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam Storage lembab yang pada
akhirnya menimbulkan jamur kelapa sawit.
57
Universitas Indonesia
TBS
Weight
Bridge
Objek penelitian
Loading
Ramp
Sterilizer
EFB plant
EFB
Thresher
fruit
Mentah
FFB
Bunch Crusser
masak
Digester
Screw press
Cake
Crude oil
Vibrating
Liquor
Cake
breaker conv
fibre
Crude oil
tank
Depericarper
Tangki
continuous
Nut
Minyak
Pulishing
drum
Sludge
Oil tank
Nut hopper
Ripple Mill
LTDS 1
Sand
cyclone
purifier
Buffer tank
cangkang
lightphase
Vacuum
dryer
LTDS 2
cangkang
Claybath
cangkang
solid
Hopper
solid
heavyphase
Stroge tank
Silo Heater
Kernel
Weigher
Decanter
Vibrating
Balance
stank
Reclamed
Fuel
stroge
Oil Recovery
Nut
sludge
sludge
Despacth
lightphase
Sludge
separator
Heavyphase
Kernel
Storage
Pat pit
Boiler
To
IPAL
Stasiun Perebusan
: Sterilizer
Stasiun Pembantingan
Stasiun Pengepresan
59
Universitas Indonesia
3.5.2
yang terserap tanpa menghasilkan output karena kerusakan mesin, mold atau press tool die
maupun komponen lainnya yang berhubungan dengan mesin dan peralatan serta waktu yang
dibutuhkan untuk memperbaikinya. Dalam pengumpulan data kerugian Down Time dicatat
sejak mesin berhenti perbaikan kerusakan hingga saat mulai start kembali. Sebagai contoh
waktu Failure & Repair tanggal 24 oktober pada data mesin Sterilizer adalah 30 menit
Setup Ttime atau dalam formulir pengumpulan data disebut sebagai Setup and
Adjustment Time merupakan waktu yang dibutuhkan pada saat memulai memproduksi
komponen baru. Setup and Adjustment Time dimulai dari saat mesin mulai dihentikan,
penurunan cetakan, menaikkan cetakan baru, pemanasan atau setting parameter, percobaan
dan adjustment hingga mencapai spesifikasi yang ditentukan. Sebagai contoh waktu Setup
and Adjusment tanggal 24 oktober pada data mesin Sterilizer adalah 43 menit.
Downtime = Failure Repair + Setup and Adjustment
60
Universitas Indonesia
= 30 menit + 43 menit
= 73 menit
3.5.4
Number of defect
Number of Defect dibedakan menjadi dua jenis defect yaitu Reduced Yield dan Reject
and Rework Component. Reduced Yield merupakan besarnya kerusakan produk yang terjadi
pada saat Setup and Adjustment sebagai hasil percobaan yang diluar spesifikasi untuk
mencapai stabilisasi dimensi seperti yang diinginkan.
Dalam formulir pengumpulan data Reduced Yield disebut sebagai jumlah barang
rusak saat proses penyesuaian. Komponen Reject and Rework dalam formulir pengumpulan
data disebut dengan jumlah reject saat produksi continue. Kedua jenis kerusakan ini perlu
untuk dipisah untuk memudahkan identifikasi masalah pada proses perbaikan.
Sebagai pada tanggal 24 oktober pada data mesin Sterilizer, jumlah barang rusak
yang dihasilkan sebanyak 0 ton (tidak ada) yang disebut sebagai jumlah Reduced Yield. Dan
jumlah Reject and Rework sebanyak 15 ton.
3.5.5
Output
Ouput dalam formulir pengumpulan data disebut sebagai jumlah hasil produksi pada
mesin. Hasil perhitungan output didapat dari hasil input dari proses awal. Misalnya pada
mesin sterilizer, sebelum masuk kedalam proses perebusan (Sterilizer) maka terlebih dahulu
terdapat proses pemasukan tandan buah segar (TBS) kedalam lori, dan lori tersebut
merupakan wadah untuk perebusan. Dan setiap pemasukan TBS jumlah TBS akan dihitung.
Namun pada proses selanjutnya berbeda, misalnyapada mesin penebahan (Threser), output
didapat dari nilai output dikurang dengan jumlah reject & rework saat proses produksi
berlangsung.
Sebagai contoh tanggal 24 oktober pada mesin Sterilizer, Output yang dihasilkan 250
ton. Dan pada mesin Threser, output yang dihasilkan 355 ton.
61
Universitas Indonesia
terdokumentasi di Departemen proses produksi setiap mesin yang digunakan penulis dalam
penelitian ini. Sebagai contoh tanggal 24 oktober pada mesin sterilizer, nilai untuk ideal cyle
time adalah 1.2 menit, dan Actual Cycle time adalah 1.5 menit
3.5.7
Jumlah Target
Jumlah target (quantity target) merupakan target maksimum yang dapat dicapai
dalam kisaran waktu yang tersedia selama Operating Time. Sebagai contoh tanggal 24
oktober pada data mesin Sterilizer sebagai berikut :
Jumlah Target =
Operating Time
Ideal Cycle Time
349
1.2
Jumlah Target =
3.5.7
Operating time
Dimana Operating Time adalah waktu Loading Time dikurangi dengan Failure and
Repair Time serta Setup & Adjustment Time. Sebagai contoh tanggal 24 oktober pada data
mesin Sterilizer sebagai berikut :
Oerating time = loading time Failure and Repair Setup and Adjusment
= 422 menit 30 menit 43 menit
= 349 menit
62
Universitas Indonesia
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
Pengolahan data dan analisa dilakukan terhadap masing-masing faktor nilai
OEE yang sesuai dengan data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan tools
yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini.
4.1 Pengolahan Data
Hal yang pertama-tama dilakukan dalam pengolahan data ini yaitu melakukan
pengukuran terhadap nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk masing
masing mesin (yaitu mesin sterilizer, threser, empty bunch crusher, screw press, dan
digester). Pada perhitungan OEE tergantung pada tiga ratio utama, Availability,
Performance, dan Quality. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mendapatkan nilai
OEE, nilai dari ketiga ratio tersebut harus diperoleh terlebih dahulu.
Selanjutnya setelah nilai OEE didapatkan, maka dilakukan pengolahan
terhadap nilai losses (kerugian) sebagaimana yang telah diuraikan pada subbagian
terdahulu, yaitu dengan melihat hubungan dari nilai losses (kerugian) tersebut
terhadap nilai OEE serta kecenderungan dari losses (kerugian) tersebut .
Setelah didapatkan nilai Avaibility, Performance, dan Quality setiap mesin
serta mengetahui nilai Losses, maka langkah berikutnya adalah mencari penyebabpenyebab masalah yang berkaitan dengan nilai OEE yang diperoleh.
Dengan demikian, pada pengolahan data ini terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1) Mengukur nilai OEE.
2) Mencari hubungan antara nilai OEE terhadap losses peralatan.
3) Mencari penyebab masalah yang berkaitan dengan nilai OEE.
Sebagai contoh untuk pengukuran Avaibility Ratio, Performance Ratio,
Quality Ratio, OEE, dan Losses diambil analisa pada mesin Sterilizer. Dan untuk
63
Universitas Indonesia
pengukuran pada mesin yang lainnya (Thereser, Empty Bunch Crusher, Digester dan
Screw Press) dapat dilihat pada Lampiran.
4.1.1 Pengukuran Nilai Availability Ratio
Availability Ratio adalah ratio yang menunjukan penggunaan waktu yang
tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Adapun data-data yang
digunakan dalam pengukuran Avaibility Ratio ini adalah machine working time,
planned downtime, downtime (Failure and repair dan Setup and Adjustment). Dan
rumus yang digunakan untuk mencari Avaibilty Ratio adalah :
Availability =
Penyelesaian:
Machine Working Time = 480 menit
Planned downtime
= 58 menit
Loading time
= 30 menit
= 43 menit
Downtime
= ( 30 menit + 43 menit)
= 73 menit
Availability
=
=
= 82.70 %
Berikut adalah Tabel dari Pengukuran Nilai Avaibility Ratio pada mesin
Sterilizer tanggal 24 Oktober 23 November 2011:
Tabel 4.1 Pengolahan Data Avaibility Ratio pada mesin Sterilizer
23-Nov
21-Nov
19-Nov
17-Nov
15-Nov
13-Nov
11-Nov
9-Nov
7-Nov
5-Nov
3-Nov
1-Nov
30-Oct
28-Oct
26-Oct
100.00%
50.00%
0.00%
24-Oct
persentase
Avaibility Ratio
Avaibility Ratio
Performance =
Operating Time
Penyelesaian:
Output
= 250 ton
= 1.50 menit
Operating time
Performance
=
= 349
=
Operating Time
250 0.80
349
= 57.31%
66
Universitas Indonesia
Berikut adalah Tabel dari Pengukuran Nilai Performance Ratio pada mesin
Sterilizer tanggal 24 Oktober 23 November 2011:
Tabel 4.2 Pengolahan Data Performance Ratio pada mesin Sterilizer
23-Nov
21-Nov
19-Nov
17-Nov
15-Nov
13-Nov
11-Nov
9-Nov
7-Nov
5-Nov
3-Nov
1-Nov
30-Oct
28-Oct
26-Oct
100.00%
50.00%
0.00%
24-Oct
Persentase
Performance Ratio
Performance Ratio
Gambar 4.2 Kecenderungan Nilai Performance Ratio pada 24 Oktober23 November 2011
67
Universitas Indonesia
Quality Rate =
Output
Penyelesaian:
Output
= 250 ton
Reduced Yield
= 0 ton
Reduced Yield
= 15 ton
Quality Rate
Output
250 0 15
250
= 94.00 %
Berikut adalah Tabel dari Pengukuran Nilai Quality Ratio pada mesin
Sterilizer tanggal 24 Oktober 23 November 2011:
68
Universitas Indonesia
105.00%
100.00%
95.00%
90.00%
23-Nov
21-Nov
19-Nov
17-Nov
15-Nov
13-Nov
11-Nov
9-Nov
7-Nov
5-Nov
3-Nov
1-Nov
30-Oct
28-Oct
26-Oct
Quality Ratio
24-Oct
Persentase
Quality Ratio
Avaibility
= 250 ton
Perfomance
= 0 ton
Quality
= 15 ton
OEE
Berikut adalah Tabel dari Pengukuran Nilai OEE pada mesin Sterilizer dari
tanggal 24 Oktober 23 November 2011:
70
Universitas Indonesia
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
23-Nov
21-Nov
19-Nov
17-Nov
15-Nov
13-Nov
11-Nov
9-Nov
7-Nov
5-Nov
3-Nov
1-Nov
30-Oct
28-Oct
26-Oct
Series1
24-Oct
Persentase
Nilai OEE
4.1.5
produk serta kerugian tersembunyi seperti pengurangan kecepatan serta kerugian Idle
and Minor Stoppage dapat dimulai.
Dalam pengukuran ini Equipment Failure Losses dihitung dengan membagi
waktu kerusakan hingga perbaikan mesin dengan waktu pembebanan mesin.
30
x 100%
422
Setup & Adjustment Losess, merupakan kerugian yang terjadi akibat waktu
pembebanan mesin yang digunakan untuk mempersiapkan peralatan tetapi belum
memberikan output. Kerugian ini merupakan persentase langsung waktu persiapan
dan penyesuaian terhadap waktu pembebanan mesin.
Setup & =
Setup &
x 100 %
Loading Time
Setup & =
43
x 100 %
422
Defect Losses mencerminkan seberapa lama waktu yang tersedia pada waktu
pembebanan mesin yang terserap untuk menghasilkan produk yang rusak.
Perhitungannya dilakukan dengan mengalikan total produk rusak dengan actual cycle
time dibagi dengan waktu pembebanan mesin.
Defect Losses =
Defect Losses =
15 x 1.20
x 100 %
422
Reduced Speed =
Reduced Speed =
Reduced Speed = 71 %
Idle and Minor Stoppage Losses merupakan kerugian yang menyerap Loading
Time tetapi tidak menghasilkan keluaran karena menunggu material atau tidak adanya
operator oleh berbagai urusan.
Idle & =
100%
Idle& =
Idle& = 12 %
73
Universitas Indonesia
Nilai
Availability
Performance Rate
Quality Rate
OEE
> 90 %
> 95 %
> 99 %
> 84 %
Mesin-mesin
Sterilizer
Threser
Empty Bunch Crusher
Digester
Screw Press
Nilai Avaibility
88.20%
85.81%
88.50%
89.38%
87.79%
Pencapaian (%)
Nilai Avaibility
90.00%
88.00%
86.00%
84.00%
Digester
Nilai Avaibility
89.38%
88.50%
Sterilizer
Screw
Press
Threser
88.20%
87.79%
85.81%
Dan dari gambar tersebut terlihat bahwa nilai avaibility ratio keseluruhan
mencapai 85.81% - 89.83%, untuk nilai avaibility terendah terdapat pada mesin
Threser yaitu 85.81 %, dan nilai avaibility tertinggi terdapat pada mesin Digester
yaitu 89.38%. Nilai Avaibility Ratio dari keselurahan mesin adalah 87.94%.
Dilihat dari standar nilai avaibility untuk analisa pada penelitian ini yaitu
90%, maka dapat disimpulkan bahwa mesin yang dianalisa masih dibawah nilai
standar untuk pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE). Namun
selisih antara nilai tersebut tidak jauh berbeda yaitu 2.06%.
Mesin-mesin
Nilai Performance
Sterilizer
60.30%
Threser
57.69%
53.90%
Digester
53.16%
Screw Press
50.26%
75
Universitas Indonesia
Pencapaian (%)
Nilai Performance
62.00%
60.00%
58.00%
56.00%
54.00%
52.00%
50.00%
48.00%
Nilai Performance
Sterilizer
Threser
Empty
Bunch
Crusher
Digester
60.30%
57.69%
53.90%
53.16%
Mesin-mesin
Sterilizer
Threser
Empty Bunch Crusher
Digester
Screw Press
Nilai Quality
98.06%
96.94%
96.43%
96.57%
96.11%
Pencapaian (%)
Nilai Quality
98.50%
98.00%
97.50%
97.00%
96.50%
96.00%
95.50%
95.00%
Nilai Quality
Sterilizer
Threser
Digester
Empty
Bunch
Crusher
Screw
Press
98.06%
96.94%
96.57%
96.43%
96.11%
No
1
2
Mesin-mesin
Sterilizer
Threser
Empty Bunch
Crusher
Digester
Screw Press
TOTAL
3
4
5
Nilai
Avaibility
88.20%
85.81%
88.50%
89.38%
87.79%
87.94%
Nilai Performance
60.30%
57.69%
Nilai
Qualtity
98.06%
96.94%
OEE
52.15%
47.90%
53.90%
53.16%
50.26%
55.06%
96.43%
96.57%
96.11%
96.82%
46.24%
45.84%
42.32%
46.89%
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Sterilizer
Threser
Empty
Bunch
Crusher
Digester
Screw
Press
Nilai Avaibility
88.20%
85.81%
88.50%
89.38%
87.79%
Nilai Performance
60.30%
57.69%
53.90%
53.16%
50.26%
Nilai Qualtity
98.06%
96.94%
96.43%
96.57%
96.11%
OEE
52.15%
47.90%
46.24%
45.84%
42.32%
No
Mesin-mesin
1
2
Sterilizer
Threser
Empty Bunch
Crusher
Digester
Screw Press
3
4
5
Equipment
Failure
Losses
4.39%
6.68%
Setup &
Adj
Losses
7.41%
7.51%
Defect
Losses
1.48%
2.01%
Reduced
Speed
Losses
-78.25%
-74.21%
6.67%
3.94%
4.83%
6.69%
2.10%
2.10%
-68.00%
-69.59%
20.00%
19.44%
4.97%
7.24%
2.29%
-65.00%
22.70%
Pada analisa losess terlihat bahwa rata-rata losess pada perusahaan terbesar
terdapat pada idle and minor stoppages losess yaitu sebesar 16.60%, kemudian setup
& adjustment losess yaitu sebesar 6.74%, equipment failure losess sebesar 5.33%,
defect losess sebesar 2%, dan yang terakhir adalah pengurangan kecepatan yaitu
79
Universitas Indonesia
sebesar -71.01%. Losess idle and minor stoppages dan pengurangan kecepatan
(reduced speed) merupakan komponen dari speed losess, sehingga total speed losess
adalah 9.60% - 22.70% merupakan waktu yang tersedia untuk proses produksi
(Loading Time) ternyata terbuang percuma. Dan juga merupakan losess yang
mempengaruhi rendahnya nilai Performance Ratio setiap bulannya.
81
Universitas Indonesia
Manusia
Setiap pekerjaan dalam proses membutuhkan pengawasan, untuk melihat
seberapa besar kemampuan kerja karyawan dan ketaatan peraturan karyawan, agar
pekerjaan yang dilakukan bisa terkoordinasi dengan baik. Dari hasil pengamatan
belum terlihat adanya pengawasan yang ketat dari pihak perusahaan sehingga
karyawan atau misalnya operator mesin yang seharusnya berada untuk melihat atau
mengkoordinasi mesin selama proses, tidak berada ditempat.
Operator yang mengoperasikan mesin, secara umum berlatar belakang
pendidikan yang berbeda, tentunya ini sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan
keterampilan dari operator tersebut. Dari hasil pengamatan belum adanya penyetaraan
pendidikan dalam pemilihan atau memperkerjakan operator mesin yang ada.
Pelatihan sangat dibutuhkan untuk menambah ilmu dan keterampilan
karyawan, misalnya memberi pelatihan bagaimana cara melihat dan melakukan
tindakan awal kerusakan mesin terhadap operator mesin. Dari hasil pengamatan
belum adanya pelatihan terhadap operator mesin yang ada.
82
Universitas Indonesia
Mesin
Setting (pemasangan) terhadap mesin seharusnya dilakukan dengan efektif
dan efisien, akan tetapi karena susahnya penyetelan (settingan) terhadap mesin
mengakibatkan membutuhkan waktu yang lama bahkan penyetelan dilakukan salah,
sehingga membutuhkan penyetelan ulang. Dari hasil pengamatan penyetelan yang
salah sering dilakukan.
Preventive maintenance adalah salah satu usaha dalam menjaga umur mesin,
agar mempunyai kerja yang optimal. Dari hasil pengamatan yang dilakukan
preventive maintenance yang dilakukan tidak efektif, ini dapat dilihat dari jadwal
maintenance dan saat dilakukan maintenance sering didapatkan masalah yaitu spare
part yang rusak tidak didapatkan.
Setiap mesin mempunyai nilai umur setiap unitnya, semakin tua umur mesin
tersebut maka tingkat kinerja mesin tersebut akan turun. Dan dari hasil pengamatan
yang dilakukan mesin yang terdapat pada perusahaan ini, merupakan mesin yang
diadopsi atau diambil dari induk perusahaan, dan mesin tersebut adalah mesin yang
sudah tua.
Material
Kestabilan kualitas bahan baku seharusnya mempunyai standar sebelum
diproses, agar hasil yang didapatkan mempunyai kualitas yang sama. Dan dari hasil
pengamatan yang dilakukan belum adanya standar kualitas bahan baku, misalnya
dalam penerimaan TBS, semua TBS yang masuk kedalam proses awal, tindakan
penyortiran tidak dilakukan dengan baik, tergantung dari karyawan yang melakukan
penyortiran tersebut, kebanyakan karyawan yang ada tidak menyortir TBS yang
masih muda dan TBS yang busuk.
Bahan baku cacat seharusnya dikualifikasi dari proses sehingga hasil proses
yang didapatkan mempunyai kualitas yang baik. Dan dari hasil pengamatan yang
dilakukan dijelaskan bahwa tidak adanya identifikasi produk cacat tersebut.
Alat cek kualitas adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengecek
tingkat kualitas bahan baku. Dan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan,
83
Universitas Indonesia
perusahaan belum mempunyai alat cek kualitas yang otomatis, cek kualitas dilakukan
hanya dengan melihat dari warna dan bentuk buah, dan ini sangat membutuhkan
waktu yang lama. Faktor inilah yang menyebabkan karyawan bagian penyortiran,
jarang atau tidak melakukan pengecekan terhadap bahan baku.
Metode
Standar waktu dalam mengerjakan sesuatu sangat dibutuhkan untuk mencapai
kerja yang optimal, dengan adanya standar waktu kita bisa mencapai target yang
diinginkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan bahwa tidak adanya standar waktu dalam pembersihan ataupun
penyetingan mesin, sehingga waktu yang dihasilkan untuk pembersihan dan
penyetingan terlalu lama. Selain itu dalam serah terima antar shift ketika pergantian
shift dinilai kurang optimal karena sebagian besar tidak melakukan didepan mesin
produksi dan kondisi mesin berhenti, terkadang dilakukan ditempat ganti.
84
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab kelima ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari keseluruhan
penelitian serta saran dari penulis.
5.1
KESIMPULAN
Dari hasil pengolahan data dan analisa dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari periode penelitian yang dilakukan (24 Oktober - 23 November 2011)
didapatkan Nilai Avaibility 87.94%, Nilai Performance 55.06%, Nilai Quality
96.82%
2. Nilai Avaibility, Nilai Performance, dan Nilai Quality masih dibawah nilai
OEE standar yaitu > 84%. Selisih nilai OEE yang diperoleh dibawah standar
yaitu 39.01%.
3. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap rendahnya nilai OEE adalah Nilai
Performance yang rendah yaitu 55.06%.
4. Rata-rata losess pada perusahaan
stoppages losess yaitu sebesar 16.60%, kemudian Setup & adjustment losess
yaitu sebesar 6.74%, Equipment failure losess sebesar 5.33%, Defect losess
sebesar 2%, dan yang terakhir adalah Reduced speed losses yaitu sebesar
-71.01%.
5. Penyebab permasalahan tidak tercapainya OEE sebagai berikut:
Waktu pembersihan dan set up yang lama, karena tidak ada standar
waktu dan cara-cara yang cepat dan tepat.
5.2
SARAN
Dari hasil pengolahan data dan analisa penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Perusahaan bisa melakukan perhitungan OEE terhadap semua mesin, agar
mengetahui efektivitas mesin diperusahaan tersebut dan melakukan evaluasi
terus menerus terhadap kegiatan yang disarankan sehingga didapatkan hasil
dalam penelitian kali ini.
2. Perusahaan diusulkan desain program untuk tindakan perbaikan guna
meningkatkan nilai OEE sesuai target yang diinginkan.
3. Untuk penelitian bidang yang sama agar melakukan implementasi dan
pengamatan selanjutnya terhadap tindakan yang disarankan dan melakukan
analisa dengan mensimulasi tingkat kerugian berdasarkan satuan biaya.
86
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Ahuja, I.P.S and Khamba, J.S. (2008). Total Productive Maintenance, literature
review and direction: International Journal of Quality and Reability Management,
Vol. 25 No. 7.
American National Standard. (2004). A Guide to the Project Management Body of
Knowledge (3rd ed). Project Management Institute, Newtown Square.
Assauri, S. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi, edisi revisi. Lembaga Penerbit
FE UI, Jakarta.
A.S. Corder. (1996) Teknik Manajemen Pemeliharaan.
Blanchard. (1997). Logisticts Engineering And Management, sixth edition. Pearson
Prentice Hall, New Jersey.
Corder, Antony. (1996). Teknik Manajemen Pemeliharaan. Erlangga.
Dal, B. (2000). Overall Equipment Effectiveness as Measure of Operational
Improvement, a Practical Analisis: International Journal of Operations and
Production Management, Vol. 20 No. 12.
Heizer, J and Render, B (2001). Operation management, sixth edition.
Prentice Hall, New Jersey.
Pearson
87
Universitas Indonesia
88
Universitas Indonesia