You are on page 1of 6

BAGIAN INTI

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai cara perawatan gigi dan mulut
masih rendah. Hal ini terbukti dari tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut di
indonesia, terutama karies yang mencapai 72,1% (RISKESDAS, 2007). 1 Faktor
terpenting yang menyebabkan tingginya angka karies yaitu perilaku perawatan gigi
yang tidak baik. 90% penduduk Indonesia masih menggosok gigi di waktu yang salah
dan dengan cara yang salah.2 Selain itu, kesadaran masyarakat untuk mempertahankan
gigi dengan merawat gigi ke dokter gigi masih sangat rendah, yaitu 1,6 %.1
Berbagai media penyuluhan telah banyak diterapkan di Indonesia, diantaranya
dengan penyuluhan melalui flipchart, edukasi secara lisan, dan iklan layanan
masyarakat.3 Namun sebagian besar penyuluhan yang intensif dilakukan kepada anakanak usia sekolah sehingga masyarakat usia remaja hingga dewasa justru kurang
menyadari pentingnya kesehatan gigi dan mulut.3 Hal ini dibuktikan dengan hasil
survei Departemen Kesehatan RI yang menunjukkan peningkatan prevalensi karies
dan penurunan kebiasaan menyikat gigi dengan benar seiring bertambahnya usia,
terutama mulai 15 tahun ke atas.1
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu media yang efektif untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi, terutama pencegahan terhadap
karies. Video adalah salah satu media yang sangat cocok untuk penyuluhan karena
bersifat audio-visual, mudah diakses, dan menarik bagi sebagian besar masyarakat,
baik kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Penyusun ingin menghasilkan sebuah video edukasi tentang karies dan cara
pencegahannya yang menarik dan diangkat dari fenomena yang sering terjadi di
masyarakat Indonesia sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya merawat gigi dengan baik.
2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan Video Edukasi ini adalah:
1. Menyediakan media edukasi yang interaktif dan mudah diingat serta dipahami
2. Menjelaskan tentang fenomena karies di Indonesia dan penyebab karies
3. Memaparkan cara pencegahan karies yang mudah dilakukan oleh masyarakat
Adapun manfaat yang dapat dicapai dari media penyuluhan ini adalah:
1. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut masyarakat

2. Mengubah pola pikir masyarakat terkait kesehatan gigi dan mulut menjadi lebih
baik
B. GAGASAN
1. Kondisi Kekinian
Karies adalah penyakit jaringan keras gigi akibat invasi mikroorganisme
patogen yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi dan
meluas hingga pulpa (jaringan terdalam gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah). 4,5
Prevalensi karies di Indonesia mencapai 72,1% (RISKESDAS, 2007). Prevalensi
yang masih sangat tinggi tersebut terjadi akibat masih rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat untuk menjada kesehatan gigi dan mulutnya.
Faktor penyebab gigi karies yaitu makanan, oral hygiene, dan faktor anatomis
(saliva dan anatomis gigi).4 Makanan yang kaya karbohidrat dan glukosa adalah jenis
makanan kariogenik yang menjadi faktor predisposisi utama karies. Setiap kali
seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat atau
glukosa, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung dalam 20-40
menit setelah makan. Makanan asam juga secara langsung dapat menyebabkan
demineralisasi permukaan gigi.4,5 Faktanya, di Indonesia sangat banyak makanan
manis, lengket, dan asam yang sering dikonsumsi masyarakat seperti pempek yang
banyak menggunakan asam cuka, manisan, rujak buah, dan makanan khas daerah yang
kaya akan gula.
Faktor predisposisi lain terjadinya karies yaitu perawatan oral hygiene yang
buruk. Oral hygiene adalah kebersihan gigi dan mulut yang dilakukan dengan
mengontrol plak. Plak terdiri dari mikroorganisme dan sisa makanan yang melekat
pada permukaan gigi. Plak terbentuk dalam waktu yang cepat, yaitu sekitar 4 jam
setelah menyikat gigi. Plak yang tidak segera dibersihkan akan mengalami maturasi
dan mengubah kondisi oral menjadi semakin asam sehingga mengakibatkan terjadinya
karies.5 Menyikat gigi adalah tindakan yang paling penting untuk menjada oral
hygiene.6 Faktanya, di Indonesia, hanya 7,3% penduduk yang berperilaku benar dalam
menyikat gigi. Selain itu, hanya 13,3% penduduk Indonesia yang memiliki kesadaran
untuk melakukan kontrol dan konseling pada dokter gigi.1

2. Solusi Terdahulu
Solusi yang pernah ditawarkan diantaranya penyuluhan melalui flipchart,
edukasi langsung dokter gigi pada pasien, dan iklan layanan masyarakat. Media
tersebut cukup baik dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat. Namun sayangnya
media penyuluhan seperti flipchart seringkali kurang interaktif dan perlu tenaga
pendidik yang berkompeten untuk menjelaskan flipchart tersebut. Selain itu,
kebanyakan pendidikan kesehatan gigi dan mulut hanya ditekankan pada anak-anak
dan tidak kontinu sehingga kebiasaan oral hygiene yang baik akan ditinggalkan seiring
bertambahnya usia.7,8
Oleh karena itu, perlu adanya media penyuluhan yang bersifat interaktif dan
mudah diakses oleh seluruh kalangan usia. Selain itu, sangat penting untuk
mengangkat fenomena permasalahan gigi dan mulut yang terjadi dalam media
penyuluhan, sehingga menjadi shocking awal untuk menyadarkan masyarakat akan
pentingnya kesehatan gigi dan mulut.6 Penyusun berharap media penyuluhan melalui
Video Edukasi (Vokasi) dapat meningkatkan kesadaran dan memotivasi masyarakat
untuk merawat gigi agar terhindar dari karies.
3. Konsep VOKASI (Video Edukasi) What Caries Is: Media Penyuluhan
Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat
VOKASI adalah sebuah media penyuluhan berupa video interaktif yang
bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya
mencegah karies gigi. VOKASI dapat dijadikan media penyuluhan untuk kalangan
usia remaja hingga dewasa karena masih sedikitnya media penyuluhan yang dapat
diakses oleh kalangan tersebut. Video adalah salah satu media yang sangat diminati
sebagian besar penduduk dunia karena aksesnya yang mudah, dapat tersebar luas
dengan cepat, dan bersifat audio-visual sehingga mudah diingat.
VOKASI bertujuan memberikan promosi kesehatan dalam tahap shocking
untuk menyadarkan masyarakat akan fenomena permasalahan gigi dan mulut yang
ada di sekitar mereka, yaitu karies. Selanjutnya, video ini memberikan penjelasan
secara sederhana tentang karies, penyebab, dan cara pencegahannya. Dengan
menyajikan penjelasan yang menarik dan mudah diingat, penyusun berharap
masyarakat akan mengubah perilaku kesehatan gigi menjadi lebih baik.
Dalam VOKASI ini, penyusun menjelaskan tentang apa itu karies (gigi
berlubang) dan dampak buruk yang dapat terjadi akibat karies. Setelah itu, penyusun
menjelaskan tentang penyebab karies dengan memberikan contoh sehari-hari

sehingga memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang makanan yang dapat


menyebabkan karies dan perlu dikontrol. Pada bagian akhir, penyusun memberikan
langkah-langkah mudah yang bisa diterapkan oleh masyarakat untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulutnya.
Sebagai media penyuluhan inovatif, VOKASI memiliki keunggulan yaitu
lebih atraktif, mudah dipahami, dan interaktif dibandingkan dengan metode
penyuluhan pada umumnya. Selain itu, media VOKASI ini dapat disebarluaskan
dengan cepat dan mudah kepada masyarakat umum melalui media sosial sehingga
sasarannya menjadi lebih luas.
4. Pihak Terkait dan Langkah Strategis
Agar VOKASI dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai media penyuluhan,
dibutuhkan peran dari berbagai pihak yakni :
1.
2.
3.
4.
5.

Kelompok Mahasiswa Kedokteran Gigi di seluruh Indonesia


Kader Kesehatan
Aktivis Media Sosial
Pihak Sekolah Menengah
Pemerintah
Pihak pihak tersebut berperan penting dalam mendukung langkah strategis

VOKASI ini. Kelompok mahasiswa kedokteran gigi sangat berperan dalam


melakukan penyuluhan ini kepada masyarakat secara langsung. Selain mahasiswa,
kader kesehatan juga dapat memutar video ini sebagai bahan penyuluhan yang
mudah diakses dan cocok untuk hampir semua kalangan usia. Para aktivis di media
sosial juga dapat berperan dalam penyebarluasan video penyuluhan ini agar pesan di
dalamnya bisa dirasakan oleh lebih banyak masyarakat. Kerjasama dengan pihak
Sekolah Menengah perlu diinisiasi agar penyampaian video dan pesannya dapat
dilakukan secara optimal. Selain itu, dukungan pemerintah sangat penting, baik
bantuan berupa pendanaan, penyebarluasan, dan perizinan. Dengan adanya pihakpihak yang mendukung, penyusun berharap video ini dapat diambil manfaatnya
secara maksimal oleh masyarakat umumnya
C. KESIMPULAN
1. Gagasan yang Diajukan
VOKASI merupakan media video yang menarik dan edukatif bagi
masyarakat tentang karies. Dengan menunjukkan permasalahan gigi dan mulut

masyarakat saat ini dan proses terjadinya penyakit, penyusun berhrap masyarakat
akan memiliki kesadaran apabila tindakannya salah. Selanjutnya, penyusun
menyajikan cara pencegahan sederhana yang bisa diterapkan untuk mengurangi
risiko karies.
2. Teknik Implementasi
Implementasi VOKASI ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, baik
penyuluhan secara langsung maupun penyuluhan melalui media sosial. Penyuluhan
secara langsung ini dapat dilakukan dengan bantuan tenaga pendidik kesehatan dari
golongan mahasiswa, kader kesehatan, maupun pendidik tingkat sekolah menengah.
Adanya video ini diharapkan dapat meningkatkan efektifitas penyuluhan yang
berlangsung. Penyuluhan tidak langsung atau tanpa tatap muka juga dapat dilakukan
dengan penyebarluasan video melalui media sosial seperti facebook dan youtube
yang aksesnya sangat mudah saat ini dan diminati berbagai kalangan usia. Melalui
langkah langkah strategis dan dengan bantuan dari berbagai pihak, VOKASI akan
dapat memberikan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya merawat gigi
dan selanjutnya masyarakat dapat mengubah perilaku kesehatan gigi dan mulut ke
arah yang lebih baik.
3. Prediksi Hasil
VOKASI yang tersebar luas di hampir semua kalangan usia ini, efektif
dalam memberikan kesadaran masyarakat akan perilaku kesehatannya selama ini
dan memotivasi untuk merawat gigi dengan baik. Dengan meningkatnya kesadaran
dan pengetahuan masyarakat akan kesehatan gigi, maka prevalensi permasalahan
gigi dan mulut diharapkan akan menjadi minimal dan perilaku kesehatan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Riset Kesehatan Dasar, Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, Desember 2008.
(2) Anitasari S, Rahayu N.E. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan
gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan palaran kotamadya samarinda
provinsi kalimantan timur. Dental Journal. 2005;38(2):88.
(3) Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta ;
2005.
(4) W.R.Hume, Graham J. Mount. Preservation and Restoration of Tooth Structure 2 nd
edition. 2005.
(5) Kidd E. Essentials of Dental Caries 3rd edition. London: Oxford University Press. 2005.

(6) Herijulianti, E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta : penerbit EGC ;
2001.
(7) Boedihardjo. Pemeliharaan kesehatan gigi keluarga. Surabaya : Airlangga University
Press; 1985.
(8) Astoeti T.E, Lestari S, Roeslan. Relation between oral health knowledge and attitudes to
oral hygiene. Available from:
http://iadr.confex.com/iadr/sea04/preliminaryprogram/abstract_52389.htm. Diakses pada
13 Maret 2014, pukul 15.34 WIB

You might also like