Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Pustaka
Untuk menyelesaikan suatu masalah, diperlukan tinjauan pustaka
yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Pemilihan tinjauan
pustaka ini sangat penting agar pemecahan masalah dapat dilakukan.
Dalam masalah ini tinjauan pustaka yang digunakan pada intinya
adalah pengertian dari Jadwal Induk Produksi (JIP), perencanaan
produksi dengan metoda-metoda yang digunakan yang kesemuanya
itu terpaut dalam satu lingkungan yang dinamakan Sistem Produksi.
2.1. Konsep Dasar Sistem Produksi
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai
komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern
terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input
menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif dipasar.
Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut:
1.
2.
3.
4.
supervisi,
perencanaan,
pengendalian,
koordinasi,
dan
b.
c.
didalam organisasi berfungsi untuk mencapai tujuan dari keputusankeputusan tersebut, manajer membuat rencana untuk membantu
manajemen dalam membuat keputusan yang baik.
Membuat keputusan adalah suatu masalah yang komplek karena
sistem yang kita hadapi demikian kompleksnya dan dalam
kenyataannya suatu keputusan biasanya menyangkut banyak kriteria.
Kriteria untuk menentukan solusi yang baik misalkan suatu solusi
untuk meminimumkan ongkos atau memaksimumkan keuntungan,
tetapi kita harus menyadari akan kerumitan didalam membuat
keputusan dan mempertimbangkan semua faktor yang terlibat yang
berkenaan dengan masalah keputusan.
2.2.1. Sifat dari Keputusan
Proses pengambilan keputusan didahului dengan mengetahui
persoalannya, alternatif-alternatif yang ada serta kriteria untuk
mengukur atau membandingkan setiap alternatif yang memberikan
keuntungan yang paling besar dan resiko paling kecil serta paling
efektif. Jadi masalah yang akan mempersulit didalam pengambilan
keputusan adalah adanya alternatif-alternatif yang harus dipilih
sebagai landasan utama tindakan yang harus dilaksanakan.
Proses keputusan akan menjadi lebih sulit bila realisasi yang kita
ingin selalu berkenaan dengan nilai-nilai masa depan. Biasanya nilainilai seringkali bertentangan dengan yang kita harapkan. Setiap
alternatif dapat mempunyai aspek yang diinginkan dan aspek yang
nilai-nilai
atau
tujuan-tujuan
yang
paling
agregat
merupakan
salah
satu
metoda
dalam
2.
agregat
akan
mengurangi
kesalahan
seandainya
b.
2.
Metoda Optimasi
a.
b.
c.
Transportasi
Metoda Heuristik
a.
Metoda Tabel
b.
Metoda Parametrik
c.
b.
c.
Metoda Transportasi
Metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan
produk yang sama ke tempat-tempat tujuan secara optimal.
Dengan menggunakan metode transportasi, dapat diperoleh
suatu alokasi distribusi barang yang dapat meminimalkan total
biaya transportasi.
Selain untuk mengatur distribusi pengiriman barang, metode
transportasi juga dapat digunakan untuk masalah lain, seperti
penjadwalan dalam proses produksi agar memperoleh total
waktu proses pengerjaan yang terendah.
Metode
pendekatan
Vogel
(Vogels
approximation
method,VAM).
Metoda ini berusaha meminimumkan biaya yang dikeluarkan
dengan cara memproduksi sebanyak mungkin pada keadaan
normal, baru kemudian dengan cara lembur. Ongkos yang
terlibat dari metoda ini adalah ongkos lembur, regular atau
ongkos overtime.
d.
Metoda Tabel
Metoda ini adalah metoda yang paling populer karena mudah
dimengerti dan digunakan. Pendekatannya dilakukan dengan
cara uji coba (trial and error), selain itu metode ini hanya
memerlukan sedikit perhitungan dan dapat dilaksanakan oleh
para ahli staff.
e.
Metoda Parametrik
Metoda ini tidak dapat menjamin pemecahan dengan ongkos
terendah karena perhitungan kombinasi parameter tidak
dilakukan dengan kontinu, karena tidak dapat mendeteksi
perbedaan antara hasil yang didapat dengan keadaan optimal
yang sebenarnya.
f.
Proses Disagregasi
perencanaan
produksi
dilakukan
selanjutnya
adalah
Sc ( Kij.Dij )
Y=
jt
Sc ( Kij.Dij )
X RT
ji
Dimana :
Y = total jumlah item dalam family yang harus dibuat.
Sc = Setup cost mesin
Kij = Faktor konversi item
Dijt = permintaan item j family I pada periode t.
Zk , t dk , t
Xt ( Alk 1 SSk , t )
kK
dk , t
kK
dimana :
Zk,t = jumlah unit item k yang diproduksi
Al k = persediaan yang ada dari item k
SSk = persediaan pengaman item k
Dk = ramalan permintaan item k
SSk , t Alk , t 1
komunikasi
antara
bagian
pemasaran
dan
bagian
2.
3.
4.
Status Inventori
Berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,stok yang
dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock),
pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan
(released production and purchase orders), dan firm planned
orders. MPS harus mengetahui secara akurat berapa banyak
inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang
harus dipesan.
Rencana Produksi
Memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus
menjumlahkannya
untuk
menentukan
tingkat
produksi,
Data Perencanaan
Berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus
digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan
waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang
biasanya tersedia dalam file induk dari item (Item Master Fil).
2.4.3.
Fungsi JIP
Memberikan
input
bagi
MRP (Material
Requirement
Planning).
Production Plan
Demand data
Inventory status
Ordering policy
2.4.6.
Item-item JIP
Kriteria dasar :
2.4.7.
1.
Lingkungan manufakturing.
Lingkungan
manufakturing
sangat
menentukan
proses
Make-to-stock
Make to stock adalah tipe industri yang membuat produk
akhir untuk disimpan.
Produk-produk dari lingkungan make to stock biasanya
dikirim secara langsung dari gudang produk akhir, dan
karena itu harus ada stok sebelum pesanan pelanggan
(customer order) tiba. Hal ini berarti produk akhir harus
dibuat atau diselesaikan terlebih dahulu sebelum menerima
pesanan pelanggan.
Ciri-ciri Make to Stock:
Harga wajar
Make-to-order
Seringkali
komponen-komponen
yang
Assemble-to-order
Assemble to order adalah tipe industri yang membuat
produk dengan cara assembling hanya untuk memenuhi
pesanan.
Pada dasarnya produk-produk dalam lingkungan assemble
to order adalah make to order product, dimana semua
komponen
(semifinished,
intermediate,
subassembly,
Inputnya komponen
Contoh : KFC
2.
Struktur Produk
3.
horizon
perencanaan.
Horizon
perencanaan
harus
dipertimbangkan
aspek-aspek
berikut:
Time Fences
Perubahan-perubahan dalam MPS akan menjadi sulit, kacau
(disruptive), dan mahal (costly), apabila dibuat pada saat
mendekati waktu penyelesaian produk.
Untuk menstabilkan jadwal dan memberikan keyakinan bahwa
perubahan-perubahan
telah
dipertimbangkan
secara
tepat
atau
perubahan
Batas-batas
dalam
diantara
prosedur
operasi
periode
horizon
terhadap
MPS. Apabila
dibutuhkan
4.
bagaimana
MPS
beroperasi,
tetapi
juga
Jumlah
item-item
MPS
seharusnya
sedikit,
karena
Item-item
yang
dipilih
harus
dimasukkan
dalam
pembuatan produk
Lead Time
On Hand
Adalah posisi inventori awal yang secara fisik tersedia dalam
stok, yang merupakan kuantitas dari item yang ada dalam stok.
Lot Size
Adalah kuantitas dari item yang biasanya dipesan dari pabrik
atau pemasok. Sering disebut juga sebagai kuantitas pesanan
(order quantity) atau ukuran batch (batch size).
Safety Stock
Adalah stok tambahan dari item yang direncanakan untuk
berada dalam inventori yang dijadikan sebagai stok pengaman
guna mengatasi fluktuasi dalam ramalan penjualan, pesananpesanan pelanggan dalam waktu singkat (short-term customer
orders), penyerahan item untuk pengisian kembali inventori, dan
lain-lain. Safety stock merupakan kebijaksanaan manajemen
berkaitan dengan stabilisasi dari sistem manufakturing, dimana
apabila sistem manufakturing semakin stabil kebijaksanaan stok
pengaman ini dapat diminimumkan.
telah
Actual Orders
Merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti
(certain).
Available-To-Promise ( ATP )
Merupakan informasi yang sangat berguna bagi departemen
pemasaran untuk mampu memberikan jawaban yang tepat
terhadap pertanyaan pelanggan tentang: Kapan Anda dapat
mengirimkan item yang telah dipesan itu? . Nilai ATP
memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk
tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk
pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian
pemasaran dapat membuat janji yang tepat kepada pelanggan.
ATP dapat juga dihitung secara kumulatif untuk memberikan
informasi tentang cumulative ATP pada periode waktu tertentu.
jadwal
produksi
atau
manufakturing
yang
Lead Time
:
On Hand
:
Sales Plan ( Sales Forecast )
Actual Orders
Projected Available Balances
(PAB)
Available To Promise (ATP)
Cumulative ATP
MPS
Demand Time
Lot Size
:
Fence :
Safety
Planning Time Fence
Stock
:
:
Time Periods (Weeks)
1
2
3
4
5
6
pesanan-pesanan
yang
telah
dijanjikan
untuk
Lead Time
:1
On Hand
: 10
Sales Plan ( Sales Forecast )
Actual Orders
Projected Available Balances
(PAB)
Available To Promise (ATP)
Cumulative ATP
MPS
:
Demand Time Fence
Lot Size
20 : 2
Safety
Planning Time
Stock
: 0 Fence : 4
Time Periods (Weeks)
1
2
3
4
5
6
10
10 10 10 10
10
12
5
20 5
0
0
18
13
13
20
13
13
13
-5
8
20
-7
-17
Actual Orders
Before Next MPS
ATP1 = ( 10 + 20 0 ) ( 12 + 5 ) = 30 7 = 13
ATP3 = (
20 0 ) ( 20 + 5 ) = 20 25 = -5
pelanggan
yang
berkaitan
dengan
kuantitas
2.
3.
4.
Produk
A
Produk 1
Produk 2
Produk 3
Total
Minggu
32
180
Minggu
33
180
180
180
Minggu
34
Minggu
35
180
36
144
180
180
Total
360
216
144
720
Persentase
50%
30%
20%
100%
Gambar 2.6. Struktur Produk dan Waktu Tunggu untuk Product Family
Sumber : Production Planning and Inventory Control (PPIC), Vincent
Gaspersz,1998
Tabel 2.2. Perhitungan jam standar penggunaan mesin berdasarkan unit produksi.
Produk A
Jam
Standar /
Minggu 32
Minggu 33
180 x 0,342
= 61,56
180 x 0,342
= 61,56
Minggu 34
Minggu 35
180 x 0,294
= 52,92
36 x 0,294 =
10,58
144 x 0,210 =
30,24
10,58 + 30,24 =
40,82
Unit (Jam)
Produk 1
0,342
Produk 2
0,294
Produk 3
0,210
Total Jam
Standar
(Jam)
61,56
61,56
52,92
Minggu
33
Minggu
34
Minggu
35
61,56
61,57
0,95
0,95
0,95
0,95
64,80
64,80
55,71
42,97
228,28
58,25
58,25
58,25
58,25
233,00
6,55
6,55
2,54
15,28
4,72
Deskripsi
216,86
sebelum
melaksanakan
produksi.
Total
Bagaimanapun
60
50
40
Kapasitas aktual
30
Kapasitaa Tersedia
20
10
0
32
33
34
35
Periode (minggu)
Gambar 2.7. Capacity Load Profile
Sumber : Production Planning and Inventory Control (PPIC), Vincent
Gaspersz,1998