You are on page 1of 5

PENGERTIAN

ETIOLOGI

timbunan cairan abnormal dalam paru baik di


rongga interstisial dalam alveoli

Penyebab acut odem secara umum dapat digolongkan menjadi


dua yaitu :
1. Edema Paru Kardiogenik
Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan pada
jantung atau sistem kardiovaskuler seperti penyakit jantung
aterosklerotik, hipertensi, kelainan katup, decompensasi
cordis.
2. Edema paru non kardiogenik

MANIFESTASI KLINIS
1. Dyspnoe deffort :
Sesak nafas yang
terjadi ketika melakukan aktivitas.
2. Terdengar suara ronchi basah yang halus/
kasar.
3. Hipoksia dengan sianosis sentral, asidosis
metabolik dan hipokapnea.
4. Penurunan kesadaran
PENATALAKSANAAN
1. Posisi penderita didudukkan 60 90 untuk memperbaiki
ventilasi.
2. Memberikan oksigen 68 liter/menit atau 100 %
O2 dengan masker.
3. Memberikan morphin 46 mg intervena untuk
mengurangi venous retourn.
4. Memberikan furosemid 4080 mg IV.
5. Memberikan aminofiln IV secara perlahanlahan untuk
mengurangi cardiak asma.
6. Lakukan digitalis yang cepat 1.6 mg lanatosid C atau 1,2
mg digitoksin dan dengan dosis yang lebih rendah pada
pasien yang telah mendapat digitalis.
7. Nitrogliserin dapat diberikan pada penderita dengan tensi
yang normal atau hipertensi 0.40.8 mg bila nitrogliserin
memberikan hasil yang baik dapat diulang 3 4 jam.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboraturium rutin ( DL, BGA, LFT, RFT ) dan BNP
2. Foto thorax
3. Pemeriksaan EKG, dapat menerangkan secara akurat adanya takikardia supra
ventrikular atau arterial. Selain itu, EKG dapat memprediksi adanya iskemia,
infark miokard dan LVH yang berhubungan dengan ALO kardiogenik.
4. Pemeriksaan ekokardiografi

EDEMA PARU AKUT (ACUTE


LUNG OEDEM)

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan dan pemasangan alat bantu
nafas
2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler pulmonar
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area invasi mikroorganisme sekunder terhadap
pemasangan selang endotrakeal
4. Bersihan jalan napas tak efektif b.d sekret yang kental atau hipersekresi sekunder akibat
ALO
5. Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan transport O2 ke jaringan sekunder akibat ALO
No
Diagnosa
1 Ketidakefektifan
pola

Tujuan & KH
Pola nafas kembali efektif 1.Berikan

nafas

Intervensi
informasi pada

pasien

setelah dilakukan tindakan

tentang penyakitnya
2.Atur posisi semi fowler
berhubungan
keperawatan selama 3
3.Observasi tanda dan gejala sianosis
dengan
keadaan 24 jam, dengan kriteria 4.Berikan terapi oksigenasi
5.Observasi tanda-tanda vital
tubuh yang lemah
hasil:
6.Observasi timbulnya gagal nafas.
Tidak terjadi hipoksia 7.Kolaborasi dengan tim medis dalam
atau hipoksemia
Tidak sesak
RR normal (16-20 /
menit)
Tidak

memberikan pengobatan

terdapat

kontraksi otot bantu


nafas
Tidak
2

terdapat

Gangguan

sianosis
Fungsi pertukaran

pertukaran

Gas dapat maksimal setelah

gas 1. Berikan penjelasan pada pasien

tentang penyakitnya
2. Atur posisi pasien semi fowler
berhubungan
dilakukan
tindakan
3. Bantu pasien untuk melakukan
dengan
distensi keperawatan selama 3
reposisi secara sering
kapiler pulmonar
24 jam dengan kriteria 4. Berikan terapi oksigenasi
5. Observasi tanda tanda vital
hasil:
6. Kolaborasi dengan tim medis
Tidak terjadi sianosis
dalam memberikan pengobatan
Tidak sesak
RR normal (16-20 /
menit)

BGA normal:
partial pressure of
oxygen (PaO2): 75100 mm Hg
partial pressure of
carbon

dioxide

(PaCO2): 35-45 mm
Hg

oxygen

content

(O2CT): 15-23%

oxygen

saturation

(SaO2): 94-100%
bicarbonate (HCO3):
22-26 mEq/liter
pH: 7.35-7.45
3

Resiko

tinggi Infeksi

tidak

terjadi 1. Berikan penjelasan pada pasien

infeksi berhubungan setelah dilakukan tindakan

tentang kondisi yang dialaminya


2. Observasi tanda-tanda vital.
dengan area invasi keperawatan selama 3
3. Observasi daerah pemasangan
mikroorganisme
24 jam, dengan kriteria
selang endotrakheal
sekunder terhadap hasil:
4. Lakukan tehnik perawatan secara
pemasangan selang Pasien

mampu

endotrakeal

kontak

mengurangi
dengan

aseptik
5. Kolaborasi dengan tim medis
dalam memberikan pengobatan

area

pemasangan

selang

endotrakeal
Suhu normal (36,5oC)
4

Bersihan jalan napas Keadekuatan pola napas


tak efektif b.d sekret tercapai setelah pemberian
yang

kental

hipersekresi
sekunder
ALO

atau intervensi

selama

1.

panjang dan dalam apabila tidak

2x24

terdapat kontra indikasi

jam.
akibat Kriteria hasil:

Motivasi klien untuk napas

2.

Kolaborasi

pemberian

RR dalam rentang
normal,

14-18

kali/menit

3.

Kolaborasi

aspirasi

cairan

paru (pungsi) sesuai indikasi

Tidak
retraksi

diuretik sesuai indikasi

terdapat
otot

bantu

napas tambahan

Ekspansi

dada

simetris

Klien mengatakan
tidak sesak

Perubahan

perfusi Perfusi jaringan adekuat 1. Observasi vital sign pasien


2. Berikan posisi semi fowler
jaringan
b.d setelah
pemberian
3. Kolaborasi pemberian oksigenasi
gangguan transport intervensi selama 1x24
sesuai indikasi
O2 ke jaringan jam
4. Monitoring hasil laboratorium
sekunder
ALO

akibat Kriteria hasil:

BGA secara berkala

CRT <3 detik


Akral hangat, kering,
merahNadi

dalam

rentang normal, 60-100


kali/menit
Ph darah dalam rentang
normal, 7,35-7,45
BGA dalam
batas
normal

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Simon, G. 1981. Diagnostik Rontgen untuk Mahasiswa Klinik dan Dokter
Umum. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga
Harrison.

1995.

Prinsip-prinsip

Ilmu

Penyakit

Dalam.

Volume3.

Yogyakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC


Griffiths, M. J. D, 2004. Respiratory Management in Critical Care. London:
BMJ Publishing

You might also like