You are on page 1of 7

RESUME 6

MANZILATUL RACHMAH (120342422170)


TIARA DWI NURMALITA (120342400172)
OFFERING G
GEN MENGENDALIKAN SIFAT: TIAP GEN DIKENDALIKAN
OLEH BEBERAPA GEN
KONSEP YANG TERBENTUK DARI TEMUAN MENDEL
Percobaan persilangan George Mendel atas Pisum sativum
lengkap dengan hasil-sahilnya yang telah dilaporkan, secara
tidak langsung menunjukkan sifat-sifat yang dikendalikan oleh
sepasang alela. Kerja persilangan memperlihatkan bahwa indukinduk yang dipersilangkan adalah yang memiliki sifat tertentu
yangsangat mudah dibedakan satu sama lain. hasil persilangan
semacam itu dalam wujud ratiio fenotip menunjkkan bahwa tiap
sifat dikendalikan oleh sepasang alela dari satu gen.
SIFAT-SIFAT

MAKHLUK

HIDUP

YANG

DITUNJUKKAN

SEBAGAI CONTOH YANG DIKENDALIKAN OLEH SATU GEN


Goodenough (1978) menunjukkan beberapa kelainan yang
ada pada manusia yang dikendalikan oleh satu gen. Kelainankelainan tersebut antara lain:

Alkaptonuria, penderita akan mengalami warna urin yang akan


segera menghitam jika terkena udara, dan pada usia tua dapat

mengalamigangguan arthritis
Phenylketonuria, yang penderitanya tidak mampu memroduksi

tyrosin dari phenylalanin.


Gangguan lesch-Nhylan Syndrome, yang bersangkut paut
dengan gen tertentu yang terdapat pada kromosom X.
Pnderita

akan

memiliki

intelegensi

mempunyai sifat bawaan merusak

rendah,

lumpuh,

Syndrome Tay-Sach Disease, penderita tidakterdapat enzim


lisosomal yang biasanya berfungsi untuk memecah beberapa

macam makromolekul kompleks.


INFORMASI TENTANG SIFAT MAKHLUK

HIDUP

YANG

DIKENDALIKAN OLEH SATU GEN


a. Sifat-sifat Makhluk Hidup yang Ditunjuk sebagai Contoh
yang Dikendalikan oleh Kelompok Gen
Berdasarkan kajian dari Clustered genes specifying one trait
dan Dispersd genes specifying one trait oleh Goodenough
(1978), contoh-contoh yang dikendalikan oleh kelompok gen
yang ltaknya tidak tersebar maupun tersebar antara lain:
1. Contoh Sifat Yang Dikendalikan Oleh Kelompok Gen Yang
Letaknya Tidak Tersebar
1.1
Contoh Pada Bakteri
Pada bakteri dijumpai sifat yang rangkaian reaksi
biokimianya

dikatalisator

oleh

enzim-enzim

yang

pembentukannya berada dalam koordinasi satu model


operon

Pada operon galactose diatas, sidat atau kemampuan


E.coli melakukan degradasi galactose menjadi Glu-1-P
dan

UDPG

tergantung

pada

enzim-enzim

yang

polipepidanya dibentuk dibawah kendali rangkaian gen


pada operon galactose.
1.2
Contoh pada jamur
Penelitian oleh Gen Fink

dkk

(Goodenough, 1978)

menunjukkan bahwa sifat atau kemampuan ragi untuk


melakukan proses biosintesis histidine tergantung pada
3 enzim yang polipeptidanya dibentuk berdasarkan
acuan

kode-kode

genetika

pada

ARN-d

yang

ditranskripsikan dibawah koordinasi gen pada locus HIS

$. Pelacakan membuktikan bahwa gen pada locus HIS 4


terbagi menjadi HIS 4A, HIS 4B, HIS 4C, dan diketahui
bahwa ketiga bagian HIS 4 itu ternyata berfungsi sebagai
tiga gen yang berbeda, sekalipun proses transkripsi atas
gn HIS 4 terlihat sebgai satu unit transkripsi.
1.3
Contoh pada Drosophila
Pada D. Melanogaster, rangkaian reaksi biokimia yang
mendukung sifat atau kemampuan D. Melanogaster
melakukan

proses

dikatalisis

oleh

biosintesis
enzim-enzim

pirymidine
yang

ternyata

polipeptidanya

dibentuk mengikuti acuan kode-kode genetika pda locus


rudimenter (r).

Gamba:

menunjukkan

tahap-tahap

awal

proses

biosintesis

pyrimidine D. Melanogaster, 3 tahap awal tersebut dikatalisis oleh


enzim-enzim yang polipeptidanya dibentuk di bawah koordinasi
bagian-bagian gen yang terdapat pada locus rudimenter (r).

Temuan pada D. Melanogaster memperlihatkan makna


yang sama seperti pada E.coli dan ragi. Jelas sekali
terlihat adanya sifat atau kemampuan tertentu pada D.
Melanogaster yang dikendalikan oleh kelompok gen yang
letaknya tidak tersebar.

INFORMASI LAIN TENTANG GEN MENGENDALIKAN SIFAT


MAKHLUK HIDUP KONSEP INTERAKSI
adanya sifat tertentu yang dikendalikan oleh lebih dari 1
gen mengundang terjadinya interaksi antar gen (antar locus)
pada tingkat ekspresi fenotip. Interaksi tersebut dibagi menjadi 2
yaitu interaksi epistasis dan interaksi nonepistasis. Interaksi
epistasis

terjadi

jika

gen-gen

tersebut

mengendalikan

pembentukan polipeptida-polipeptida dari enzim-enzim pada


suatu urut-urtan reaksi biokimia yang sama yang mengarah ke
terwujudnya satu sifat fenotip. Sedangkan interaksi nonepistasis
terjadi

jika

gen-gen

tersbut

mengendalikan

pembentukan

polipeptida dari enzim-enzim pada urutan-urutan reaksi biokimia


berbeda tetapi mengarah ke terwujudnya sifat fenotip.
Contoh epistasis
g1
e1

g2
e2

Gambar: urut-urutan reaksi biokimia dari sau reaksi biokimia yang mengarh ke
satu sifat fenotip

Contoh nonepistasis
g1
A

e1

e2

Gambar: urut-urutan reaksi biokimia yang jumlahnya lebih dari 1 yang


mengarah ke terwujudnya 1 sifa atau kemampuan fenotip. Produk reaksi
pertama (B) akan berinteraksi dengan produk biokimia kedua (D) yang
berakibat munculnya suatu sifat fenotip hasil interaksi.

a. Pleiotropi
Pleiotropi merupakan efek fenotip dari suatu gen yang
bukan hanya dari satu macam, tetapi lebih dari satu macam.
Contoh pleiotropi:

Pada

Drosophila

melanogaster,

individu

yang

bersifat

homozigot untuk gen vg memiliki sayap vestigial, memiliki


balancer (halter) yang termodifikasi pasangan bristle dorsal

tertentu berposisi tegak, organ reproduksi agak cunditas.


Gen v (vermilon) mengendalikan warna mata

memengaruhi daya tarik seksual.


Gen y (yellow) bertanggung jawab atas wara tubuh dan

tingkah laku kawin.


Manusia yang memiliki gen Hb s, dalam keadaan homozigot
menyebabkan
heterozigot

herrolytic

dapat

anemia

menyebabkan

dan

dalam

peningkatan

dan

keadaan
resistensi

terhadap Plasmodium falciparum.


Terdapat tiga pola pengendalian sifat atau kemampuan
(fenotip) oleh gen gen
Satu sifat
Satu sifat
atau
atau
kemampuan
kemampuan
(fenotip)
(fenotip)

gen
gen
gen
gen
gen
gen

Satu sifat
Satu sifat
atau
atau
kemampuan
kemampuan
(fenotip)
(fenotip)

Satu sifat
atau
kemampuan
(fenotip)
1
1

1
1
gen
gen

2
3

b. Pengaruh Modifier Gene


Modifier gene merupakan gen yang merubah ekspresi
fenotip sesuatu gen termaksud. Sarin (1985) menyatakan bahwa
gen-gen yang tergolong sebagai modifier gene merupakan
kelompok gen yang efeknya bersifat kualitatif. Karena banyaknya
jumlah

gen

dalam

kelompok-kelompok

itu,

maka

sulit

menganalisis gen-gen yangb menjadi komponen dalam kompleks


itu.
Cara modifier gen merubah ekspresi fenotip suatu gen
belum diketahui. Sekalipun cara kerja modifier gen belum
diketahui, namun dewasa ini gen-gen semacam itu sudah
dijumpai

pada

makhluk

hidup.

Seringkali

banyak

keanekaragaman genetik dalam populasi-populasi disebabkan


oleh pengararuh gen semacam itu.
Bukti adanya modifier gene adalah bercak-bercak putih
pada bulu marmut, bercak-bercak putih pada bulu tikus, bercakbercak putih pada sapi Holstein-Frieslans. Jumlah bercak-bercak
putih tersebut bervariasi, mulai dari satu bercak kcil sampai
dengan dimana bercak memenuhi seluruh bulu kulit. Pada
manusia

contohnya

gen

yang

mengendalikan

sifat

atau

kemampuan mengecap senyawa PTC (phenylthiocarbomide).


Informasi mengenai pengaruh modifier gene pada
dasarnya menunjukkan adanya sifat atau kemampuan (fenotip)
tertentu

ternyata

dikendalikan

oleh

lebih

dari

satu

gen;

disamping dikndalikan oleh gen tertentu yang bersangkutan,


juga dipengaruhi oleh gen-gen lain yang letaknya pada locus
yang berbeda.
TIAP SIFAT ATAU KEMAMPUAN (FENOTIP) DIKENDALIKAN
OLEH BEBERAPA GEN
a. Komposisi Protein Enzim
Macam dan jumlah polipeptida pada suatu protein enzim
dapat berbeda-beda. Ada protein enzim yang hanya terdiri dari
satu polipeptida, namun ada pula yang tersusun dari dua
ataupun ebih polipeptida. Apabila protein enzim itu terdiri dari
satu polipeptida, maka macam polypeptida tersebut tentu hanya
satu. Akan tetapi, jika jumlah protein enzim tertentu tersusun
dari dua atau lebih polipepda, maka polipeptida-polipeptida
tersebut mungkin hanya satu macam (seragam), tapi dapat pula
lebih dari satu macam (tidak seragam). Jika polipeptida pada
suatu protein tidak seragam, dapat diketahui bahwa polipeptidapolipeptida itu bukan dikendalikan oleh satu macam gen.
Protein yang akan menjadi enzim strukturnya harus berupa
tertier atau kuarter. Berkenaan dengan macam polipeptida yang
seragam atau tidak seragam, dari kutipan Stansfield (1983)
dapat diketahui bahwa beberapa protein kuartener terdiri dari

subunit-subunit yang sama, seperti pada rantai polipeptida,


namun protein kuartener lain (seperti hemoglobin) tersusun atas
subunit-subunit yang tidak sama.

You might also like