You are on page 1of 14

MAKALAH

MANFAAT PEMERIKSAAN HbA1c PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS

Disusun oleh :
1. Asti Rindriani
2. Bangkit Subondo Muslim
3. Syam Muhammad Badowi

NPM ??

AKADEMI ANALIS KESEHATAN PEKALONGAN


TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas Praktek Belajar
Lapangan (PBL) di RSU. BUDI RAHAYU, Pekalongan. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar kedepannya
dapat lebih baik.

Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, Maret 2015

Penyusun

Daftar isi
Kata pengantar ............................................................................................i
Daftar isi ......................................................................................................ii
Bab I pendahuluan .......................................................................................1
A. Latar belakang ........................................................................................1
B. Rumusan masalah ....................................................................................2
C. Tujuan penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ...................................................................................3
Bab II tinjauan pustaka dan kerangka berfikir............................................... 4
A. Tinjauan pustaka .................................................................................... 4
B. Kerangka berpikir .................................................................................. 5
Bab III Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 6
A. Kesalahan fonologi ................................................................................ 6
B. Kesalahan morfologi ............................................................................. 10
C. Kesalahan sintaksis ............................................................................... 11
D. Kesalahan leksikon................................................................................ 11
Bab IV Kesimpulan dan Saran ....................................................................12
A. Kesimpulan ............................................................................................12
B. Saran .....................................................................................................12
Daftar pustaka ............................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan kegiatan sehari-hari kita memerlukan energi yang berasal dari
berbagai sumber seperti makanan yang nantinya akan diserap oleh tubuh dalam bentuk glukosa
dan kemudian akan digunakan oleh sel-sel tubuh yang memerlukan energi ataupun disimpan
dalam hati dan otot sebagai cadangan energi tersebut. 1
Penyakit DM (Diabetes Melitus) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh
kadar glukosa darah yang melebihi normal. Pemantauan kadar glukosa atau A1c sangat baik
dilakukan untuk menilai penanganan penyakit diabetes, karena kontrol glikemik yang buruk
dalam jangka panjang akan menyebabkan komplikasi seperti retinopati dan lain-lain. 2 Dalam hal
ini apabila dibiarkan tidak terkendali maka DM akan menimbulkan komplikasi yang dapat
berakibat fatal seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi.
Penderita DM harus dapat menjaga agar konsentrasi glukosa darahnya senormal
mungkin untuk mencegah timbulnya komplikasi, Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan
laboratorium untuk pemantauan konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
antara lain gula darah puasa, gula darah 2 jam post prandial dan konsentrasi HbA1C. ??
Pemeriksaan gula darah puasa dan gula darah 2 jam post parindal (PP) hanya
mencerminkan kadar glukosa darah pada saat diabetisi diperiksa, tetapi tidak menggambarkan
pengendalian diabetes jangka panjang ( 3 bulan). Meski demikian, pemeriksaan glukosa darah
tetap diperlukan dalam pengelolaan diabetes, terutama untuk mengatasi permasalahan yang
mungkin timbul akibat perubahan kadar glukosa darah secara mendadak. ??
Pemeriksaan HbA1c pada penderita DM perlu dilakukan agar dapat diketahui rata-rata

kadar glukosa darah dalam waktu 1-3 bulan sebelumnya. Dengan demikian, diabetisi dapat
menilai pengendalian diabetesnya dengan tujuan untuk mencegah komplikasi diabetes. Selain itu,
pemeriksaan HbA1c juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas perubahan terapi setelah 2-3
bulan.?? Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan penunjang untuk memperoleh informasi
yang tepat mengenai kualitas pengendalian diabetes seseorang. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan untuk memantau kadar glukosa secara berkala yakni dengan pemeriksaan HbA1c. ??

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
Bagaimana manfaat pemeriksaan HbA1c pada penderita Diabetes Melitus ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui manfaat pemeriksaan HbA1c pada penderita Diabetes Melitus.
1.4 Manfaat
Pemeriksaan HbA1c memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

ref??

1. Mengukur kadar glukosa darah rata-rata selama 120 hari yang lalu (sesuai usia eritrosit).
2. Menilai efek perubahan terapi 8 - 12 minggu sebelumnya, sehingga tidak dapat digunakan
untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek.
3. Menilai pengendalian penyakit DM dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi
diabetes.

BAB II
ISI
A. Pengertian
1. Diabetes Melitus (DM)
DM atau penyakit kencing manis adalah penyakit metabolik akibat kurangnya
insulin secara absolut (DM tipe 1) atau relatif (DM tipe 2) sehingga mengganggu
metabolisme karbohidrat serta lemak dan protein. DM tipe 2 terjadi akibat kerusakan di sel
beta pankreas yang memproduksi insulin yang terjadi sejak anak-anak. ??
Sampai saat ini DM tipe 1 tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan
dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita DM tipe 1 memiliki kesehatan dan
berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun
respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada DM tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. ??
Saat ini, DM tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
Pengobatan dasar DM tipe 1 untuk tahap paling awal adalah penggantian insulin. Tanpa
insulin, ketosis dan diabetic

ketoacidosis

bisa

menyebabkan

koma

bahkan

bisa

mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya dimungkinkan pemberian insulin
melalui pump yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada
tingkat dosis yang telah ditentukan juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari insulin
yang dibutuhkan pada saat makan. Pemberian masukan insulin dapat dilakukan melalui
"inhaled powder".
DM tipe 2 yang juga dikenal sebagai Diabetes Mellitus Tidak Tergantung insulin
(DMTTI) diduga jumlahnya 90 95 % dari total kasus DM. Umumnya ditemukan pada
waktu dewasa. Penyebab utama DMTTI ini adalah adanya defisiensi insulin dan atau
resistensi insulin. DM tipe 2 merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi
pada

banyak gen

termasuk

yang

mengekspresikan

disfungsi sel

gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh
disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormonresistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama
pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan
glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut
sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan
pada manusia. DMTTI juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom
resistansi insulin.??
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.Hiperglisemia dapat
diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun
semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang
menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas
sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam
kaitan dengan pengeluaran dariadipokines itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan
di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing
manis.Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir
telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Pengaturan glukosa darah merupakan kunci dari pencegahan serta perkembangan
komplikasi DM. Pengaturan makan (diet), olahraga dan penyuluhan merupakan terapi pokok
dalam pengelolaan DM di samping pemberian obat berkhasiat menurunkan kadar glukosa
darah. Obat ini bisa memperbaiki kadar glukosa darah, HbA1c, insulin plasma, mempunyai

resiko hipoglikemi yang minimal, serta aman untuk penderita usia lanjut, kelainan ginjal serta
kelainan hati.

2. Kriteria Pengendalian Penyakit DM


Tabel 1. Kriteria Pengendalian Penyakit DM
Parameter
* Gula darah puasa (mg/dl)

Baik
80 100

Sedang
110-139

Buruk
> 140

* Gula darah 2 jam (mg/dl)

110 159

160 199

> 200

* HbA1c (%)

4 5,9

68

>8

* Kolesterol total (mg/dl)

< 200

200 239

> 240

< 130

130 159

> 160

< 100

100 129

> 130

> 45

35 45

< 35

< 200

200 249

> 250

Kolesterol

LDL

tanpa

PJK
dengan PJK
* Kolesterol HDL (mg/dl)
*

Trigliserida

(mg/dl)
tanpa PJK

dengan PJK
* BMI = iMT wanita
pria
* Tekanan darah (mmHg)

< 150

150 199

> 200

18,5 23,9

23 25

> 25 atau < 18,5

20 24,9

25 27

> 27 atau < 20

< 140/90

140-150/90-

> 160/95

95

3. HbA1c

HbA1c dikenal juga sebagai hemoglobin terglikasi, hemoglobin terglikosilasi atau


fraksi hemoglobin yang berikatan langsung dengan glukosa. HbA1c digunakan untuk
menggambarkan komponen stabil hemoglobin yang terbentuk dari reaksi non enzimatik
lambat.
Jumlah HbA1c yang terbentuk dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh rata-rata
konsentrasi glukosa darah. HbA1c yang dibentuk dalam tubuh akan terakumulasi dalam selsel darah merah dan akan terurai perlahan bersamaan dengan berakhirnya masa hidup sel
darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari atau sekitar 3 bulan). Ikatan
HbA1c dapat bertahan lama dan jumlah HbA1c yang terbentuk tergantung pada konsentrasi
glukosa darah, maka pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan konsentrasi glukosa darah
rata-rata selama 1-3 bulan.
Pemeriksaan HbA1c berbeda dengan pemeriksaan glukosa darah, dimana pada
pemeriksaan glukosa darah hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat
diperiksa saja, sedangkan pada pemeriksaan HbA1c dapat memberikan gambaran rata-rata
glukosa darah selama 1-3 bulan, dan juga pada pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh
asupan makanan, olahraga ataupun obat yang dikonsumsi.
Jadi meskipun pada saat pemeriksaan konsentrasi glukosa darah puasa / N dan 2 jam
sesudah makan / PP dalam rentang normal (untuk pasien DM) belum tentu pengendalian
konsentrasi glukosa darahnya baik.

Gambar 1. Mekanisme HbA1c ??


B. Pemeriksaan HbA1c
HbA1C dapat diukur kadarnya dengan menggunakan beberapa metode, seperti
kromatografi afinitas, metode elektroforesis, immunoassay, atau metode afinitas boronat.
Spesimen/ sampel yang digunakan untuk Pemeriksaan HbA1C adalah darah kapiler atau vena
dengan menggunakan antikoagulan (EDTA, Na sitrat, atau heparin).
Apabila hemoglobin bercampur dengan larutan dengan kadar glukosa sangat tinggi serta
rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara irreversibel (Glikolisasi),
dapat terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar
glukosa dalam darah tinggi. Pada orang normal, sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi
menjadi hemoglobin glikosilat atau HbA1c. Pada kasus hiperglikemia yang berkepanjangan,
dapat meningkatkan kadar HbA1c hingga 18-20%. Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan
hemoglobin dalam hal mengangkut oksigen, akan tetapi kadar HbA1c yang tinggi mencerminkan
kurangnya pengendalian diabetes selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah jumlah kadar
normoglikemik menjadi stabil maka kadar HbA1c kembali normal dalam waktu sekitar 3
minggu.
HbA1c terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 3 4 bulan, maka HbA1c dapat
mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 100 120 hri sebelumnya. Hal ini
lebih menguntungkan secara klinis karena memberikan informasi yang lebih jelas tentang
keadaan penderita dan seberapa efektif terapi diabetik yang diberikan. Peningkatan kadar HbA1c
> 8% mengindikasikan diabetes mellitus yang tidak terkendali sehingga menyebabkan penderita
berisiko tinggi dapat mengalami berbagai macam komplikasi jangka panjang seperti nefropati,
neuropati, retinopati, dan/atau kardiopati.

Eritrosit yang tua karena berada dalam sirkulasi lebih lama dari pada sel-sel eritrosit
yang masih muda memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Penurunan hasil palsu kadar HbA1c
bisa disebabkan oleh penurunan dari jumlah eritrosit total. Pada penderita dengan gejala
hemolisis episodik atau kronis, darah dapat mengandung lebih banyak eritrosit muda sehingga
jumlah kadar HbA1c dapat dijumpai dalam kadar yang sangat rendah. Adanya Glikohemoglobin
total dalam darah merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian terhadap penyakit
diabetes pada penderita yang mengalami anemia ataupun kehilangan darah.

1. Persiapan Alat Dan Bahan


a. Alat:
1) I Chamber
2) I Chroma

Gambar 2. I Chamber

Gambar 3. I Chroma

b. Bahan:
1) Whole Blood
2) Reagen HbA1c
2. Prosedur kerja

a. I Chamber: ON Tunggu sampai suhu 30 C (sampai bunyi selesai) kurang lebih


15 menit
b. Siapkan:
1) Cardridge
2) Cup reagen

3) Buffer
4) Sample (whole blood)
c. Masukan 100 ml buffer ke dalam cup reagen kocok 10 kali
d. Masukan ul sampel kocok 10 kali
e. Setelah I chamber siap masukan cardridge kedalam I chamber menit keluar
tandabintang* tarik cartridge keluar (jangan sampai pol)
Masukan sempel campur 75 ul ke lubang I (bulat), 10 ul ke lubang ii (panjang)

f.

timmer otomatis 12
Sembari menunggu inkubasi selesai siapkan alat.
g. I Chroma
1) ON tunggu tampilan di layar id chipp masukan tekan select maka
tempat cartridge akan keluar.
2) Waktu timer bunyi lepas cartridge dari I Chamber masukan cartridge ke
tempatnya (I Chroma) sampai pol tekan select hasil keluar catat hasil.
3. Interpretasi Hasil
a. Orang normal
: 4,0 6,0 %
b. DM terkontrol baik
: kurang dari 7%
c. DM terkontrol lumayan : 7,0 8,0 %
d. DM tidak terkontrol : > 8,0 %

Gambar 4. Interpretasi Hasil pemeriksaan HbA1c

??

Nilai hasil rujukan dapat berlainan pada setiap laboratorium tergantung dari metode yang
digunakan.

4. Masalah Klinis
Masalah klinis ????....................
a. Terjadi Peningkatan kadar Diabetes Mellitusm yang tidak terkendali, hiperglikemia,
Diabetes Mellitus yang baru terdiagnosis, ingesti alkohol, Faktor kehailan,
hemodialisis.
b. Pengaruh obat seperti : asupan kortison jangka panjang, ACTH.
c. Penurunan kadar : adanya anemia (pernisiosa, hemolitik, sel sabit), penyakit
talasemia, kehilangan darah jangka panjang, penyakit gagal ginjal kronis.
d. Apabila pemeriksaan HbA1c tidak normal:
1) Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatur pola makanan. Larangan
makanan harus ditaati yaitu menghindari makanan dan minuman yang
mengandung gula yaitu gula dari tebu, gula kelapa dan gula aren. Diganti dengan
pemanis buatan misalnya gula tropicana, equal, diasweet.
2) Bila kadar HbA1C belum berhasil mencapai harga normal, maka dilakukan
pengaturan dosis OAD-nya.
3) Bila cara ini belum berhasil mungkin perlu ditambahkan injeksi insulin.
4) Selanjutnya pemeriksaan HbA1C dilakukan setiap 3 bulan sekali.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

You might also like