You are on page 1of 10

DIAGNOSIS WORKSHEET

Citation:

Are the results of this diagnostic study valid?


Was there an independent, blind comparison with a
reference (gold) standard of diagnosis?
Was the diagnostic test evaluated in an appropriate
spectrum of patients (like those in whom it would be
used in practice)?
Was the reference standard applied regardless of the
diagnostic test result?
Was the test (or cluster of tests) validated in a second,
independent group of patients?

Are the valid results of this diagnostic study important?


Are likelihood ratios for the test results presented or data necessary for their calculation provided?
SAMPLE CALCULATIONS
Target disorder
(iron deficiency anemia)
Present
Absent
Diagnostic
test result
(serum
ferritin)

Totals

Positive
(< 65 mmol/L)

731
a

270
b

1001
a+b

Negative
( 65 mmol/L)

78
c

1500
d

1578
c+d

Totals

809
a+c

1770
b+d

2579
a+b+c+d

Sensitivity = a/(a+c) = 731/809 = 90%


Specificity = d/(b+d) = 1500/1770 = 85%
Likelihood ratio for a positive test result = LR+ = sens/(1-spec) = 90%/15% = 6
Likelihood ratio for a negative test result = LR - = (1-sens)/spec = 10%/85% = 0.12
Positive Predictive Value = a/(a+b) = 731/1001 = 73%
Negative Predictive Value = d/(c+d) = 1500/1578 = 95%
Pre-test probability (prevalence) = (a+c)/(a+b+c+d) = 809/2579 = 32%
Pre-test odds = prevalence/(1-prevalence) = 31%/69% = 0.45
Post-test odds = pre-test odds LR
Post-test probability = post-test odds/(post-test odds +1)
YOUR CALCULATIONS

Target disorder

Diagnostic
test result

Absent
b

Totals

Positive

Present
a

Negative

c+d

a+c

b+d

a+b+c+d

a+b

Totals

Can you apply this valid, important evidence about a diagnostic test in caring for your patient?
Is the diagnostic test available, affordable, accurate, and
precise in your setting?
Can you generate a clinically sensible estimate of your
patients pre-test probability (from personal experience,
prevalence statistics, practice databases, or primary studies)?
Are the study patients similar to your own?

Is it unlikely that the disease possibilities or probabilities


have changed since the evidence was gathered?
Will the resulting post-test probabilities affect your
management and help your patient?
Could it move you across a test-treatment threshold?
Would your patient be a willing partner in carrying it out?
Would the consequences of the test help your patient?

Additional notes:

1.
2.
3.
4.
5.

SKENARIO 1
CLARIFYING UNFAMILIAR TERM
Critical appraisal: cara atau metode utk mengkritisi karya ilmiah, proses utk menilai relevansivaliditas untuk membuat keputusan. Telaah Kritis
Nglemeng: demam yg subfebris biasanya pada pasien anak, hanya istilah untuk menggambarkan
panas
Artikel berbasis bukti ilmiah: disebut EBM hasil suatu penelitian yang bisa dipercaya
Angka negatif palsu post appendiktomi: kesalahan dimana test menunjukan negatif, jika makin
rendah nilai maka angka negatif palsu tersebut menunjukkan sensitifitasnya tinggi. Menunjukkan
kesalahan diagnosis setelah operasi appendisitis
Appensitis akut: peradangan appendix kurang dari 3 bulan. Tandanya nyeri perut bagian bawah
PROBLEM DEFINITION
Bagaimana langkah melakukan critical appraisal?
Kapan dilakukan critical appraisal?
Apakah tindakan dokter melakukan pemeriksaan penunjang sudah tepat? (klinis)
Bagaimana melakukan penegakkan diagnosis untuk appendisitis akut? (klinis)
Bagaimana menyusun pertanyaan klinik sesuai kasus?

6. Jenis EBM/artikel berbasis bukti ilmiah


7. Apa syarat artikel/penelitian dapat dijadikan dasar atau artikel berbasis bukti ilmiah?
ANALYZING THE PROBLEM
1. Bagaimana langkah melakukan critical appraisal
Identifikasi dan memformulasikan masalah dalam pertanyaan ilmiah/PICO
PICO: Patient, Intevention, Comparison, Outcome
Penulisan informasi ilmiah untuk mencari evidance/bukti cari EBM, jurnal, teks book.
Penelaahan terhadap bukti ilmiah yang ada
Penerapan hasil penelaahan terhadap praktik
Evaluasi sesuai atau tidak
2. Kapan dilakukan critical appraisal?
Saat mendapat informasi yang belum kita ketahui kevalidannya
Saat kita ingin menerapkan hasil riset/penelitian ke aplikasi praktisnya : hasil penelitian digunakan
untuk praktik sehari-hari, tetapi sebelumnya dikritisi terlebih dahulu artikelnya
Prinsip:
Apakah penelitian valid?
Apakah penelitian penting?
Apakah penelitian bisa diaplikasikan?
Patient: wanita 22 tahun suspect appendisitis
Intervention adalah apa yang akan dilakukan dokter ke pasien: USG, darah rutin
Comparison -> dibandingkan dengan gold standar appendicitis: pemeriksaan histopatologi
Outcome: penegakkan diagnosis appendisitis
Pertanyaan Klinis adalah keyword untuk mencari EBM:
(diagnosis) Apakah pemeriksaan USG memberikan hasil yang baik untuk penegakkan diagnosis
appenisitis dibanding histopatologi ?
Jenis EBM/artikel berbasis bukti ilmiah
Meta analisis : metode paling mendalam terhadap suatu topik dari beberapa penelitian valid
dijadikan satu sehingga jadi menyerupai sebuah penelitian besar
Sistematik review : mereview suatu topik untuk menjawab pertanyaan,
RCT
Kohort: waktunya lebih lama, observasi dilakukan kedepan
Case control: dibandingkan pasien penderita dg tidak menderita
Case report
Experimental
Apa syarat artikel/penelitian dapat dijadikan dasar atau artikel berbasis bukti ilmiah?
Waktu: jurnal<5tahun, buku<10tahun
1. Apakah studi ini independent, blinding dan dibandingkan dengan baku emas penegakkan diagnosis
yang lazim?
2. Apakah tes diagnostik ini dievaluasi pada spectrum pasien yang cukup?
3. Apakah perlakuan tes baku (gold standard) tanpa mempertimbangkan hasil tes uji diagnosis?
4. Apakah tes ini divalidasi untuk kelompok pembanding yang independent (bukan/diluar kelompok
subyek penelitian)
5. Apakah tes diagnostik ini tersedia dan dapat digunakan secara akurat di tempat kita?
6. (modul hal 17-18)
LO
Mengkritisi jurnal ELS

Inti jurnal:
Tujuan penelitiannya untuk:
1. mengevaluasi peran USG utk diagnosis appendisitis akut
2. mempelajari adanya kolerasi tanda klinis juga hasil lab dengan penemuan USG.
Telaah Kritis
1. Primary Guides
- 1.1 Independent: peneliti TIDAK TAHU hasil dari gold standard test, membutuhkan orang lain untuk
menginterpretasikan hasilnya. Pemeriksaan dilakukan sendiri-sendiri tanpa saling mengerti. Pemeriksa USG
dan HPE harus berbeda dan saling tidak tahu hasil satu sama lain.
- Blinding: pembutaan. Orang yang menginterpretasikan hasil test dan rujukan berbeda.
double blinding: pasien-pemeriksa tidak tahu apa yang sedang dilakukan
single blinding: hanya pasien yang tidak tahu akan dilakukan apa
- Jurnal els:
Tidak full Independent, karena si pemeriksa tahu hasil dan kemudian melakukan tindakan invasif.
Independent karna tidak tahu di HPE positif atau negatif.
Tidak Blinding, paseien mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan pada dirinya yaitu di USG
untuk mengetahui diagnosanya.
HPE (gold standart) diketahui setelah laparotomi.
Di jurnal, si peneliti melakukan USG dahulu sebelum mengetahui hasil dari HPE
HPE dilakukan pada 68 orang dimana 58 orang adalah dengan hasil test USG positif dan 10 orang
negatif.
USG negatif ada 42 orang dengan 10 orang dilakukan HPE. Hanya untuk sampling saja.
1.2 Apakah pada spektrum pasien yang cukup?
Ya, karena dilakukan dari pasien yang suspect sampai kronis.
spektrum: bukan banyaknya variabel/subjek/pasien yang akan diteliti tapi sesuai faktor inklusi
(eksklusi: yang tidak masuk pada objek penelitian)
Secondary Guides
3. Mempertimbangkan hasil USG
4. Tes ini divalidasi untuk kelompok pembanding yang independent? IYA
Kriteria positif atau negatif pada USG, diambil dari subjek diluar dari penelitian, jadi pembandingnya adalah
yang berbeda dari yang diteliti. Dalam jurnal, berarti diluar dari 100 orang pasien. Jadi kelompok
pembanding adalah kelompok lain diluar kelompok yang diuji.
5. ADA data likelihood ratio.
a: USG + dan HPE + : 53
b: USG + HPE - : 5
c: USG HPE + : 5
d: USG-HPE + :
Hasil data sudah ada dijurnal.
Nilai Prediksi
- positif: a/(a+b) = 91.37%
- negatif: d/(c+d) = 88.09%
- Hasil sensitivitas dan prediksi positif SAMA
- Hasil spesifitas dan prediksi negatif SAMA
- Positif palsu dan negatif palsu sama, maka ini hanya kebetulan belaka.
Akurasi: akurat
Rasio kemungkinan positif: 7.67

Artinya: mederately helpful


Rasio kemungkinan negatif: 0.09
Artinya: conclusive
Jadi, USG baik untuk men-tidak-kan pasien yang teridagnosis appendisitis daripada meng-iya-kan
5. Tersedia dan akurat? iya tersedia dan akurat untuk digunakan di tempat kita
Pretest dan Postest??
- Pretest atau prevalensi: ketika sebelum dilakukan HPE. Hasil positif pada sebelum dilakukannya
HPE a+c/total pasien
- Postest: setelah dilakukannya HPE
Postest odds/1+postest odds = POSTEST
Pretest x LR(+) = POSTEST ODDS
6.
6a. Ya
6b. Ya. Jadi dengan penegakkan diagnosis menggunakan USG dapat meng-cut pasien yang memang tidak
memerlukan operasi
7.
7a. Bisa
7b. Bisa
8. Hasil test menunjukkan valid, jadi bisa konsekuen untuk membantu pasien kita.

Definisi
Criticals appraisal atau telaah kritis adalah cara atau metode untuk mengkritisi secara ilmiah
terhadap penulisan ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi untuk menerapkan
pengetahuan baru dalam praktek sehari-hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas (kebenaran) dan
kegunaan dari suatu artikel atau journal ilmiah.1
Critical Appraisal (Kajian Kritis) adalah suatu proses evaluasi secara cermat dan sistematis untuk
memutuskan apakah suatu tulisan penelitian atau majalah ilmiah layak dipercaya. Hal ini merupakan salah
satu kemampuan dasar yang penting bagi seorang klinisi untuk dapat mengetahui dan menggunakan datadata penelitian yang dapat dipercaya dan efisien. 1
Uji diagnostik adalah satu tindakan prosedur medis dengan maksud menyingkirkan ketidakpastian
tentang apakah suatu penyakit benar ada atau tidak. Idealnya, uji diagnostik (laboratorium, imejingradiologi, prosedur) yang dilakukan untuk melengkapi informasi medis, hasilnya cepat diperoleh artinya
status kesehatan belum banuak berubah diagnosis (hasil) telah didapat, sehingga diagnosis dapat ditegakkan
disertai biaya yang murah.4
Uji diagnostik dapat dilakukan secara bertahap (serial) , atau dilakukan sekaligus beberapa uji
diagnostik (paralel). Uji diagnostik yang ideal jarang sekali ditemukan yaitu uji yang memberikan hasil
positif pada semua subyek yang sakit dan memberikan hasil negatif pada semua subyek yang tidak sakit.
Hampir pada semua jenis penyakit atau keadaan abnormal dilakukan penelitian untuk memperoleh uji
diagnostik baru.2
2.2. Tujuan
Critical appraisal berfungsi sebagai berikut:
Secara sistematik mengevaluasi literature ilmiah
Dapat memilih literature yang akan diambil
Memutuskan artikel manakah yang akan mempengaruhi pekerjaan yang akan dilakukan
Memisahkan penghalang antara peneliti dengan hasil penelitian
Mendukung perkembangan dari Evidence Based Medicine (EBM). 5
Pengembangan uji diagnostik dapat mempunyai beberapa tujuan, termasuk:2
1 Untuk menegakkan diagnosis penyakit atau menyingkirkan penyakit
Untuk keperluan ini uji diagnosis harus sensitif (kemungkinan negatif semu kecil), sehingga
apabila didapatkan hasil yang normal (hasil uji negatif) dapat dipergunakan untuk menyingkirkan
adanya penyakit. Ia juga harus spesifik (kemungkinan hasil positif semu kecil), sehingga apabila
hhasilnya abnormal dapat dipergunakan untuk menentukan adanya penyakit.
2 Untuk keperluan skrining
Skrining dilakukan untuk mencari penyakit pada subyek yang asimtomatik, sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis dini dapat ditegakkan. Uji diagnostik untuk
skrining harus mempunyai sensitivitas yang sangat tinggi meskipun spesifisitasnya sedikit
rendah. Penyakit yang perlu dilakukan skrining memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Prevalens penyakit harus tinggi, meski kata tinggi ini relatif
Penyakit tersebut menunjukkan morbiditas dan / atau mortalitas yang bermakna apabila tidak
diobati
Harus ada terapi efektif yang dapat mengubah perjalanan penyakit
Pengobatan dini memberikan hasil yang lebih baik ketimbang pengobatan pada kasus lanjut
3 Untuk pengobatan pasien. Dalam pengobatan pasien, uji diagnostik sering dilakukan berulangulang untuk :
Memantau perjalanan penyakit atau hasil terapi
Mengidentifikasi komplikasi
Mengetahui kadar terapi suatu obat
Menetapkan prognosis
Mengkonfirmasi suatu hasil pemeriksaan yang tak terduga
Untuk kepentingan tersebut, reprodusibilitas suatu uji diagnostik sangat penting, artinya apabila
suatu uji dilakukan terhadap subyek yang sama pada waktu yang sama, maka uji diagnostik
tersebut harus memberi hasil yang sama pula

4
2.3.

2.4.

Untuk studi epidemiologi. Uji diagnostik seringkali dilaksanakan dalam studi epidemiologi.
Suatu uji diagnostik yyang memberikan hasil yang positif (ada penyakit) atau negatif (tidak ada
penyakit) sering dipakai dalam survai untuk menentukan prevalens suatu penyakit.
Langkah Langkah Critical appraisal
Secara formal penilaian kritis (critical appraisal) perlu dilakukan terhadap kualitas buktibukti yang dilaporkan oleh artikel riset pada jurnal. Penilaian kritis kualitas bukti dari artikel riset
meliputi penilaian tentang validitas (validity), kepentingan (importance), dan kemampuan
penerapan (applicability) bukti bukti klinis tentang etiologi, diagnosis, terapi, prognosis,
pencegahan, kerugian, yang akan digunakan untuk pelayanan medis individu pasien, disingkat
VIA.1
1 Validity
Setiap artikel laporan hasil riset perlu dinilai kritis tentang apakah kesimpulan yang ditarik
benar (valid), tidak mengandung bias. Bias adalah kesalahan sistematis (systematic error)
yang menyebabkan kesimpulan hasil riset yang salah tentang akurasi tes diagnosis,
efektivitas intervensi, akurasi prognosis, maupun kerugian/ etiologi penyakit.1
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset tergantung dari cara peneliti memilih
subjek/ sampel pasien penelitian, cara mengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor
ketiga yang disebut faktor perancu (confounding factor). Untuk memperoleh hasi riset yang
benar (valid), maka sebuah riset perlu menggunakan desain studi yang tepat.1
2 Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi medis perlu dinilai tidak hanya
validitas (kebenaran)nya tetapi juga apakah intervensi tersebut memberikan informasi
diagnostik ataupun terapetik yang substansial, yang cukup penting (important), sehingga
berguna untuk menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang efektif.1
Suatu tes diagnostik dipandang penting jika mampu mendiskriminasi (membedakan)
pasien yang sakit dan orang yang tidak sakit dengan cukup substansial, sebagaimana
ditunjukkan oleh ukuran akurasi tes diagnostik. Suatu intervensi medis yang mampu secara
substantif dan konsisten mengurangi risiko terjadinya hasil buruk (bad outcome), atau
meningkatkan probabilitas terjadinya hasil baik (good outcome), merupakan intervensi yang
penting dan berguna untuk diberikan kepada pasien. Suatu intervensi disebut penting hanya
jika mampu memberikan perubahan yang secara klinis maupun statistik signifikan, tidak bisa
hanya secara klinis signifikan atau hanya secara statistik signifikan. 1
Ukuran efek yang lazim digunakan untuk menunjukkan manfaat terapi dalam mencegah
risiko terjadinya hasil buruk adalah absolute risk reduction (ARR), relative risk reduction
(RRR), dan number needed to treat (NNT). Ukuran efek yang lazim digunakan untuk
menunjukkan manfaat terapi dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya hasil baik adalah
absolute benefit increase (ABI), relative benefit increase (RBI), dan number needed to treat
(NNT). 1
Setiap intervensi medis di samping berpotensi memberikan manfaat juga kerugian (harm).
Ukuran efek yang digunakan untuk menunjukkan meningkatnya risiko terjadi kerugian oleh
suatu intervensi medis adalah rasio risiko (RR), odds ratio (OR), absolute risk increase
(ARI), relative risk increase (RRI), dan number needed to harm (NNH).1
3 Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna jika bisa diterapkan pada
pasien di tempat praktik klinis. Bukti terbaik dari sebuah setting riset belum tentu bisa langsung
diekstrapolasi (diperluas) kepada setting praktik klinis dokter. Untuk memahami pernyataan itu
perlu dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy) dan efektivitas (effectiveness). Efikasi
(efficacy) adalah bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi, baik secara
klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan pada situasi riset yang sangat terkontrol. Situasi
yang sangat terkontrol sering kali tidak sama dengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu
intervensi menunjukkan efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal validity),
dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan pada populasi sasaran
(target population).1
Nilai Uji Diagnostik

Sebelum suatu metode digunakan, protokol evaluasi metode harus memastikan bahwa prosedur
pengukuran memenuhi kriteria, seperti keakuratan, presisi, dan stabilitas yang dibutuhkan. Terdapat empat
indikator yang sering digunakan untuk menilai reliabilitas dari suatu tes laboratorium yaitu akurasi, presisi,
sensitivitas dan spesifisitas.6
Akurasi adalah kemampuan suatu tes untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan diartikan
sebagai proporsi dari seluruh hasil tes (positif dan negatif) yang benar. Presisi adalah kemampuan suatu tes
ntuk memberikan hasil yang sama dengan pengulangan pada pasien yang sama atau sampel.6
Validitas dari suatu tes didefinisikan sebagai kemampuan untk membedakan antara yang menderita
penyakit dan yang tidak menderita penyakit. Validitas memiliki dua komponen yaitu sensitivitas dan
spesifisitas. 7
Cara mudah untuk melihat hubungan antara hasil uji dan kebenaran diagnosis tampak pada gambar
berikut:8
PENYAKIT
Ya

Tidak

positif benar
positif salah (b)
(a)
UJI
negtive semu
negative benar
Negatif
(c)
(d)
Gambar 2.1. Hubungan antara hasil uji diagnostik dan terjadinya penyakit. Terdapat dua
kemungkinan pada hasil uji untuk benar (true positive and true negative) dan dua kemungkinan hasil
uji adalah salah (false positive and false negative)
Positif

2.5.

Uji Diagnostik Baru dan Baku Emas


Uji diagnostik baru tentu diperlukan, dengan harapan nilai diagnostiknya tidak beda dengan uji
diagnostik referensi yang dipakai sebagai standar baku emas (gold standard), prosedurnya lebih nyaman
bagi pasien, hasilnya lebih cepat diperoleh dan biaya lebih murah.4
Baku emas (gold standard) merupakan standar untuk pembuktian ada atau tidaknya penyakit pada
pasien, dan merupakan sarana diagnostik terbaik yang ada (meskipun bukan yang termurah atau termudah).
Baku emas yang ideal selalu memberikan hasil positif pada semua subyek dengan penyakit dan selalu
memberikan hasil negatif pada semua subyek tanpa penyakit. Dalam praktik hanya sedikit baku emas yang
ideal, sehingga kita harus memakai uji diagnostik terbaik yang ada, sebagai baku emas.2
Hasil uji diagnostik cukup banyak berupa skala dikotom seperti normal dan abnormal, sakit dan sehat,
positif dan negatif dan berbentuk tabel 2 x 2. Hasil uji diagnostik umumnya berupa :4,8
Sensitivitas, adalah besarnya persentase orang menderita penyakit bila hasil ujinya positif.
Spesifisitas, adalah besarnya persentase orang tidak menderita penyakit bila hasil ujinya negatif
Nilai prediktif positif (NPP), adalah persentase orang dengan uji tes positif akan menderita penyakit
di kemudian hari
Nilai prediktif negatif (NPN), adalah persentase orang dengan uji tes negatif tidak akan menderita
penyakit di kemudian hari
Rasio likelihood
Rasio likelihood positif (LR+) adalah kecenderungan berapa besar peningkatan post-tes probabiliti
dari pre-tes probabiliti jika hasil uji diagnostik positif.
Rasio likelihood negatif (LR-) adalah probabilitas hasil uji negatif pada orang yang sakit dibagi
dengan probabilitas uji tes negatif pada orang yang tidak sakit.
Pre-tes probabiliti atau prior probability adalah besarnya probabilitas dari orang yang menderita
penyakit sebelum tes tersebut dilakukan. Pre-test odds of disease ( prevalence ) merupakan estimasi
atau perkiraan besarnya probabilitas sebelum tes dilakukan pada orang yang menderita penyakit
dibandingkan dengan probabilitas orang yang tidak menderita penyakit.
Post-tes probabiliti adalah besarnya probabiliti dari orang yang menderita penyakit setelah tes
diagnostik dilakukan. Post test odds of disease adalah estimasi besarnya probabilitas setelah tes
dilakukan pada orang yang menderita penyakit dibandingkan dengan probabilitas orang yang tidak
menderita penyakit.

Gambar berikut menunjukkan hubungan antara uji diagnostik dan adanya kemunculan penyakit.
Merupakan ekspansi dari gambar 2.1.4,8
PENYAKIT

UJI

Ya

Tidak

Jumlah

Positif

a+b

Negatif

c+d

Jumlah

a+c

b+d

a+b+c+d

Gambar 2.2. karakteristik uji diagnostik


Sensitivisitas = a / (a + c)
Spesifisitas = d/ (b + d)
NPP
= a/ (a + b)
NPN
= d/ (c + d)
LR+
= sensivisitas/ (1- spesifisitas)
LR= (1- sensitivisitas)/ spesifisitas
Pre-test probability/ prevalens = (a + c )/ (a +b +c +d )
Pre-test odds = prevalensi / (1 prevalensi)
Post-test odds = pre-tes odds x LR+
Post-tes probability = post-tes odds/ (post-test odds + 1)
2.6.

Langkah-langkah penelitian uji diagnostik


Pelaksanaan uji diagnostik memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:1
1 Menentukan mengapa diperlukan uji diagnostik baru
Dalam hal ini harus diidentifikasi apakah misalnya uji yang saat ini tersedia bersifat invasif,
terlalu mahal, terlalu sulit, atau memerlukan keahlian khisus, dan apakah alat diagnostik yang
baru dapat mengatasi kekurangan tersebut.
2 Menetapkan tujuan utama uji diagnostik
Uji diagnostik untuk skrining memerlukan sensitivitas yang tinggi; bila uji diagnostik untuk
skrining memberikan hasil positif, maka perlu konfirmasi dengan pemeriksaan lainnyg. Uji
diagnostik untuk konfirmasi diagnosis juga memerlukan nilai sensitivitas yang tinggi dengan
spesifisitas yang cukup, sedangkan untuk menyingkirkan penyakit, diperlukan uji dengan
spesifisitas yang tinggi
3 Memilih subyek penelitian
Subyek harus terdiri atas orang sehat, mereka yang sakit ringan, dan sakit berat. Besal sampel
perlu ditentukan berdasarkan interval kepercayaan (biasanya IK 95%). Harus tersedia subyek
yang cukup.
4 Menetapkan baku emas
Baku emas merupakan suatu hal yang mutlak dalam setiap penelitian uji diagnostik. Telah
disebutkan bahwa baku emas merupakan suatu uji diagnostik terbaik yang tersedia. Kadang suatu
alat diagnosis secara teoritis ideal dipakai sebagai baku emas, namun kenyataannya tidak baik
dipakai karena memberikan hasil yang salah.
5 Melaksanakan pengukuran
Pengukuran terhadap variabel prediktor (alat diagnostik yang diuji) maupun variabel efek (baku
emas) harus dilakukan dengan cara standar dan harus diusahakan pengukuran dilakukan secara
tersamar (masked, blinded), yakni pemeriksa variabel prediktor (uji tidak boleh mengetahui hasil
pemeriksaan variabel efek (baku emas) dan sebaliknya.
6 Melakukan analisis
Laporkanlah sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif atau negatif serta likelihood ratio-nya,
masing-masing dengan interval kepercayaan yang dipilih. Apabila hasil uji diagnostik berskala
ordinal atau kontinu, harus disertakan ROC.

You might also like