You are on page 1of 14

LAPORAN KASUS

Disusun oleh :
Elfira T.A (0815028)
Reddy N. H (0815046)

Preceptor:
dr. Amaranita, Sp.M

ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT IMMANUEL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2012

STATUS PASIEN
I. Keterangan Umum
Nama : Tn U
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : polisi
II. Anamnesis
Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan utama penglihatan buram dalam melihat
dekat maupun jauh sejak 3 bulan yang lalu. Pasien menyangkal adanya mata merah. Pasien
juga mengeluh silau dan lebih nyaman membaca di tempat redup. Pasien telah memakai
kacamata baca sejak 1 tahun yang lalu dan masih terus dipakai sampai sekarang. Pasien
menyangkal sering jatuh/ tersandung, menyangkal memiliki hipertensi namun pasien
menderita DM (GD 176.
III. Status Oftalmikus
Pemeriksaan Visus
OD
6/20
6/20
S+1,5 D

Visus dasar
PH
Koreksi

OS
6/20
6/20
S+1,5 D

Pemeriksaan Eksterna
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
COA
Pupil
Iris
Lensa
Shadow test

OD
N
N
N
N
N
N
Sedikit Keruh
+

OS
N
N
N
N
N
N
Sedikit keruh
+

Funduskopi

Refleks fundus

OD
+

OS
+

Papil
Batas

Tegas

Tegas

Bentuk

Bulat

Bulat

C/D ratio

1/3

1/3

2/3
Tidak ada perdarahan
+

2/3
Tidak ada perdarahan
+

A/V ratio
Retina
Refleks makula
KATARAK
Definisi

Kekeruhan yang timbul pada lensa sehingga cahaya terhambat masuk ke retina.
Etiologi
1. Proses hidrasi
Dimana terjadi kegagalan mekanisme pompa pada epitel lensa sehingga protein dan air
tidak dapat dikeluarkan air dan protein banyak berkumpul kekeruhan pada lensa
2. Sklerosis
Pada lensa manula serabut kolagen terus bertambah dan memadat di tengah sklerosis
nucleus lensa keruh
3. Denaturasi Protein
Terdapat pemecahan protein yang menyebabkan lensa menjadi keruh
Faktor Resiko
a. Senile
b. Trauma
c. Metabolik :
- DM
- hypoglikemia
- galaktosemia (penyakit genetic dimana penderita tidak dapat memetabolisme galaktosa
sehingga kadar gula galaktose meningkat)
- mannosidosis (penyakit dimana tubuh kekurangan enzim manosidase dalam lisozom
sehingga kadar gula meningkat dalam lisozom)

- Fabry disease (kekurangan enzim galaktosidase/ enzim yang memetabolisme lipid dalam
lisozom)
- lowes syndrome (terdapat defisienzi enzim PIP2-5-phosphatase tapi fungsi enzim
belum diketahui yang mengakibatkan kelainan mata, otak, ginjal)
- Wilsons disease (kelainan genetik yang mengakibatkan akumulasi tembaga di
jaringan)
- hipokalsemia
d. Toksik
- kortikosteroid (>15 mg)
- chlorpromazine (neuropletik)
- miotika
- bisulphan
- amiodaron
- thalidomide
e. Katarak komplikata :
- uveitis
- kekeruhan vitreus
- glaukoma fleken
- myotonic dystrofi (kelainan genetik dimana otot menjadi lemah dan miotonia/relaksasi
lambat setelah kontraksi)
f. Infeksi maternal :
- Rubella
- Toxoplasmosis
- CMV
g. Katarak sekunder : setelah operasi katarak

Klasifikasi
Klasifikasi menurut anatomis :
a. Kapsular

b. Subkapsular
c. Nuclear
d. Kortikal
e. Lamelar/zonular
Klasifikasi menurut stadium kekeruhan :
- Katarak immatur
Sebagian lensa keruh / katarak yang belum mengenai seluruh lapisan lensa. Katarak
immatur terdiri dari 2 bentuk yaitu insipien dan intumesen.
- Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Bila katarak intumesen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa akan kembali ke ukuran normal.
Kedalaman bilik mata depan akan normal kembali. Tidak ada bayangan iris pada lensa keruh
sehingga shadow test negative.
- Katarak hipermatur
Pada katarak hipermatur dapat mengalami degenerasi lanjut menjadi keras atau lembek.
Kadang- kadang pengkerutan terjadi terus sehingga zonula zinii menjadi kendor sehingga
bisa terjadi subluksasi lensa. Korteks yang mencair dalam kapsul dan nukleusnya terbenam
disebu katarak morgagni.
Kekeruhan
COA
Iris
Shadow test

Immatur
Sebagian
Normal-dangkal
Normal-terdorong
-

Lensa
COA
Sudut bilik mata

Klasifikasi menurut umur :


- kongenital : sejak lahir
- infantile : 1-5 tahun
- juvenile : 6 -13 tahun
- presenile : 13 - 35 tahun
- senile : > 35 tahun

Insipien
N
N
N

Matur
Seluruh
Normal
Normal
+

Hipermatur
Seluruh
Dalam
Tremulans
Pseudopositif
Intumesen
Mencembung
Dangkal
Sempit

Patogenesis-Patofisiologi
1. Senile
Konsep penuaan dimana adanya radikal bebas yang mengakibatkan terjadinya degenerasi
protein sklerosis katarak
2. Metabolik
DM, galaktosemia, mannosidosis kelebihan gula di lensa mata diubah oleh enzim
aldose reduktase menjadi sorbitol peningkatan tekanan osmotic katarak
Dasar Diagnosis
Dasar diagnosis dapat ditentukan dengan anamnesis dan dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik. Tanda yang didapat ketika pemeriksaan visus yaitu penurunan visus. Pemeriksaan
katarak imatur dengan menggunakan oftalmoskop direk terlihat fundus yang keruh.
Kekeruhan keabu-abuan terlihat pada Shadow test. Kekeruhan ini terlihat sebagai area gelap
seperti bayangan yang dibayangi dengan reflek merah di pupil ketika dilihat dengan
oftalmoskop pada jarak 15 cm. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan identifikasi lokasi
kekeruhan dengan tepat. Pada katarak yang terletak sentral, pemeriksaan visus di ruangan
gelap akan lebih baik daripada pemeriksaan di ruangan dengan penerangan cukup. USG bola
mata dilakukan untuk mengetahui organ di bagian posterior dimana kekeruhan sudah tampak
menutupi seluruh lensa.
Katarak senil didapatkan karena proses ketuaan tanpa riwayat herediter ataupun kelainan
metabolik. Pada stadium awal tajam penglihatan dapat dikoreksi menggunakan kacamata,
tetapi

progresifitasnya

tidak

simetris

dikarenakan

anisometropia.

Kekeruhan

ini

menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan. Kekeruhan di kortikal menyebabkan


gangguan penglihatan ketika kekeruhan melibatkan aksis visual, sedangkan kekeruhan
subkapsular mempengaruhi aksis visual sejak stadium awal.

Diagnosis banding
Visus
Warna lensa
Bilik mata depan
Shadow test
Fundus refleks

Katarak Imatur
6/9 - FC
Abu-abu
Normal/ Dangkal
Positif
+

Katarak Matur
FC 1/300
Putih
Normal/ Dangkal
Negatif
-

Katarak Hipermatur
1/300 1/~
Putih
Dalam
Negatif
-

Penatalaksanaan
Indikasi pembedahan:
1. Indikasi Optis
Saat terjadi gangguan pada penglihatan yang mengganggu aktivitas normal sehari-hari,
merupakan suatu indikasi operasi untuk katarak. Kebutuhan operasi dengan indikasi optis
sangat bervariasi pada tiap orang. Lalu dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari
jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
2. Indikasi Medis
Dalam beberapa kondisi, katarak harus dihilangkan secepatnya meskipun bila pasien tidak
tertarik untuk memmperbaiki penglihatannya atau prognosis visusnya tidak baik.
Kondisi tersebut antara lain:
Katarak hipermatur
Lens induced glaucoma
Lens induced uveitis
Dislokasi atau subluksasi lensa
Benda asing di lensa
Retinopati diabetik untuk fotokoagulasi laser
Retinal detachment
3. Indikasi Kosmetik
Bila penglihatan telah hilang secara permanen karena kelainan pada retina atau saraf
optikus, tetapi pupil yang putih yang diakibatkan oleh katarak mengganggu penampilan,
pembedahan dilakukan hanya untuk membuat pupil terlihat hitam meskipun telah diketahui
bahwa penglihatan tidak lagi dapat dipulihkan.
4. Indikasi sosial
Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan.
Evaluasi Preoperatif
Selain pemeriksaan secara umum, pasien yang akan dioperasi katarak memerlukan
pemeriksaan oftalmikus yang lengkap, yaitu:
1. Ketajaman Visus
2. Cover test
Heterotrophia

dapat

mengindikasikan

adanya

suatu

ambliopia

yang

dapat

mempengaruhi prognosis penglihatan setelah operasi, atau kemungkinan timbulnya


diplopia bila visus telah diperbaiki.
3.

4.

Refleks pupil
Karena katarak tidak pernah mengakibatkan suatu defek pada saraf aferen. Adanya
defek tersebut dapat mempengaruhi hasil akhir penglihatan setelah operasi.
Adneksa Okular

Dacryocystitis, blepharitis, konjungtivitis kronis, lagophtalmus, ektropion, entropion


dapat menjadi predisposisi timbulnya endophtalmitis, maka perlu perawatan yang
5.
6.
7.
8.

9.

efektif sebelum pembedahan.


Kornea
Segmen anterior
COA yang dangkal dapat membuat kesulitan pada operasi katarak.
Lensa
Funduskopi
Melihat ada-tidaknya degenerasi makula yang akan mempengaruhi visus nantinya.
Bila lensa sangat keruh, dapat diperiksa dengan USG.
Biometri
Biometri dapat mengkalkulasi kekuatan lensa yang diperlukan untuk koreksi refraktif
post-operasi. Biometri meliputi dua parameter :
a. Keratometer kurvatura permukaan kornea anterior diukur dalam dioptri/mm
b. Axial length dimensi anteroposterior pada mata dalam milimeter

Persiapan Pre-Operasi
1. Pemeriksaan keadaan umum seperti hasil lab, tensi darah, ekg dan tekanan bola mata
2. Pemberian informed consent
3. Istirahat santai (sedatif ringan Diazepam 5 mg bila pasien cemas)
4. Bulu mata dipotong dan mata dibersihkan dengan larutan bethadine
5. Pemberian tetes antibiotik tiap 6 jam sebelum operasi
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan.
7. Pupil dilebarkan dengan midriatika tetes sekitar 2 jam sebelum operasi.
8. Obat-obat yang diperlukan dapat diberikan, misalnya obat asma, antihipertensi, atau
anti glaukoma. Tetapi untuk pemberian obat antidiabetik sebaiknya tidak diberikan
pada hari operasi untuk mencegah hipoglikemia, dan obat antidiabetik dapat
diteruskan sehari setelah operasi.
Anestesi
1. Anestesi Umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan yang tinggi, tuna rungu, atau retardasi mental,
juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson, dan reumatik yang tidak mampu
berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi Lokal :
Peribulbar
Paling sering digunakan. Diberikan melalui kulit atau konjungtiva dengan jarum 25 mm.
Efek : analgesia, akinesia, midriasis, peningkatan TIO, hilangnya refleks Oculo-cardiac
(stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus rasa sakit pada bola mata, yang
mengakibatkan bradikardia dan bisa menyebabkan cardiac arrest)
Retrobulbar
Anestesi regional saraf ke ruang blok retrobulbar, daerah yang terletak di belakang dunia
mata. Injeksi anestesi lokal ke ruang ini merupakan blok retrobulbar. Injeksi ini memberikan

akinesia dari otot-otot luar mata dengan memblokir saraf kranial II, III, dan VI, sehingga
mencegah pergerakan bola mata. Hal ini memberikan anestesi sensorik dari kornea,
konjungtiva dan Uvea dengan memblokir saraf siliaris
Subtenon Block
Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul tenon 5 mm dari
limbus dan sepanjang area subtenon. Anestesi diinjeksikan diantar ekuator bola mata.
Topical-intracameral anesthesia
Anestesi permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymetacaine 0.5%, lidocaine 2%) yang
dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa larutan lidokain 1%, biasanya selama
hidrodiseksi.
Teknik Operasi Katarak
Saat ini tersedia beberapa macam teknik operasi yang digunakan untuk pengobatan
katarak, yaitu :
1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Pengambilan lensa dilakukan secara in toto sebagai satu potongan utuh, dimana nukleus
dan korteks diangkat didalam kapsul lensa dengan menyisakan vitreus dan membrana
Hyaloidea. Kapsula posterior juga diangkat sehingga IOL tidak dapat diletakkan di bilik mata
posterior. IOL dapat diletakkan di bilik mata anterior dengan risiko infeksi kornea.
Selain itu tidak ada lagi batasan antara segmen anterior dan posterior yang dapat
meningkatkan kemungkinan komplikasi lainnya seperti vitreus loss, cystoid macular edema,
endophtalmitis, dll. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila terjadi
subluksasio lensa atau dislokasi lensa. Insisi kornea dibuat cukup besar, sekitar 1800 dan
dilakukan iridektomi perifer sebelum mengangkat lensa.
2. Pars Plana Lensectomy
Teknik ini digunakan pada anak yang masih sangat kecil. Lensa dan bagian anterior vitreus
dijepit menggunakan alat yang disebut Vitrectomy Probe atau VISC (Vitreuous Irrigation
Suction Cutting) yang dimasukkan ke daerah pars plana pada badan siliar kira-kira 3.5 mm di
belakang limbus. Keuntungannya adalah mekanisme imun aktif tubuh tidak terekspos
sekuestrasi protein lensa sehingga mencegah respon inflamasi.
3. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Nukleus dan korteks diangkat dari kapsul dan menyisakan kapsula posterior yang utuh,
bagian perifer dari kapsula anterior, dan zonula zinii. Teknik ini selain menyediakan lokasi
untuk menempatkan IOL, dapat juga dilakukan pencegahan prolaps vitreus dan pembatas
antara segmen anteror dan posterior. Sebagai hasilnya, teknik ECCE dapat menurunkan
timbulnya komplikasi seperti vitreus loss, edem kornea, dll. Ada 3 jenis operasi ECCE, yaitu:
a. Konvensional

Pada teknik ini, insisi dilakukan di kornea dan dibuat cukup lebar, yaitu sekitar 120 0 . Hal
ini mengakibatkan perubahan kurvatura kornea yang cukup hebat pasca-operasi dan dapat
terjadi astigmatisma irregular.
b. Small Incision
Pada teknik ini, insisi dilakukan di sclera dan dibuat sekitar 6 mm. Insisi dibuat 3 tahap
seperti terowongan (tunnel incision). Keuntungannya adalah konstruksi irisan pada sclera
kedap air sehingga membuat sistem katup dan isi bola mata tidak mudah prolaps keluar. Dan
karena insisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih ke posterior, kurvatura kornea
hanya sedikit berubah.
c. Phacoemulsification
Merupakan suatu teknik yang lebih canggih dibanding jenis ECCE lainnya. Dengan teknik
ini, nukleus lensa dipecah-pecah (intraokular) dengan menggunakan frekuensi tinggi (40.000
MHz) kemudian dihisap keluar dari mata melalui suatu insisi yang dibuat sangat kecil (3.2
mm). Kemudian sejenis IOL yang terlipat dimasukkan ke bilik mata posterior melalui insisi
yang sama. Keuntungan dari operasi ini adalah dapat digunakan pada pasien yang visusnya
masih baik karena insisi yang dibuat sangat kecil tidak menimbulkan perubahan kurvatura
kornea yang besar, penyembuhannya juga jauh lebih cepat dibanding teknik yang lain..
Perbandingan Teknik Operasi ICCE dan ECCE
Pengangkatan lensa
Kapsula posterior

ICCE
Lensa diangkat in toto
dan Diangkat

Zonula Zinii
Insisi
Iridektomi perifer
Waktu operasi
Lokasi IOL
Keahlian
Biaya
Komplikasi yang muncul

Lebih besar (10 mm)


Dilakukan
Lebih lama
Anterior chamber
Teknik lebih mudah
Lebih murah
Prolaps vitreus, cystoid macular

ECCE
Nukleus lensa diangkat dari kapsul
Utuh
Lebih kecil
Tidak dilakukan
Lebih cepat
Posterior chamber
Teknik lebih sulit
Lebih mahal
Katarak sekunder

edema, endophtalmitis, aphakic


Komplikasi

yang

dihilangkan
Indikasi

glaucoma
dapat Katarak sekunder

Dislokasi lensa, subluksasi lensa, Dapat untuk semua jenis katarak


Chronic lens induced uveitis,

Kontraindikasi

Komplikasi pada ICCE

kecuali dengan kontra indikasi

Intra-lenticular foreign bodies


Pasien muda (< 35 tahun) yang Dislokasi lensa, subluksasi lensa
vitreus dan lensa nya masih

memiliki penempelan yang kuat


Rehabilitasi Visual Pasca Operasi Katarak
Pengangkatan lensa pada operasi katarak menimbulkan afakia, yang menyebabkan
hipermetropia tinggi, astigmatisma, hilangnya daya akomodasi atau berkurangnya persepsi
warna Karena itu diperlukan rehabilitasi visual pasca operasi, dengan menggunakan beberapa
alat bantu, yaitu :
1. Kacamata
Koreksi refraksi dengan menggunakan kacamata digunakan kekuatan sebesar +10 D.
Tingginya kekuatan lensa merupakan suatu masalah bagi fisik dan optik. Dan masalahnya
akan semakin berat bila mata yang afakia unilateral (mata yang lain normal). Kacamata yang
berat dan tebal akan terasa tidak nyaman saat dipakai. IOL tidak menimbulkan masalah ini
Diplopia
Roving Sign Scotoma
Jack in the box phenomenon
Pin Cushion Effect
Aberasi Spheris
Aberasi kromatis
2. Lensa kontak
Kekuatan yang dimiliki lensa kontak adalah +12 D. Dapat mengatasi masalah afakia
unilateral (yang tidak menggunakan IOL). Tetapi untuk pasien berusia lanjut kurang efektif.
3. IOL
Merupakan metode terbaik untuk mengatasi afakia. IOL yang tersedia saat ini aman, tidak
mahal dan memiliki kualitas optik yang baik. Implantasi IOL dapat dilakukan setelah
pengangkatan lensa pada saat operasi. Meskipun memiliki banyak keuntungan, IOL tidak
dapat mengatasi masalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi pasca operasi, dan pasien
tetap harus menggunakan alat bantu saat melihat dekat /membaca.
Sebuah IOL terdiri dari optik (elemen refraksi sentral) dan haptik, yang diletakkan
berhubungan dengan struktur okular (kapsul posterior, cilliary sulcus, atau COA). Pada
operasi katarak modern, posisi IOL ada pada lokasi ideal (in the bag position). Desain IOL:
a. Anterior Chamber lenses
Lensa jenis ini berada di depan iris dan di suport oleh anterior chamber. ACIOL ini
ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena mempunyai resiko
tinggi terjadinya bullous keratopathy
b. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang dipakai
karena mempunyai insidensi yang tinggi terjadiny komplikasi postoperatif
c. Posterior chamber lenses
PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau oleh
capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
Rigid IOL, terbuat secara keseluruhan dari polymethylmethacrylate

Foldable IOL, dipakai untuk penanaman melalui insisi kecil (3,2mm) setelah tindakan

fakoemulsifikasi dan terbuat dari silikon, akrilik, hydrogel dan collaner IOL
Rollable IOL, merupakan yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi
terbuat dari hidrogel

Komplikasi Katarak
1. Lens induced glaucoma
Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam 3 cara :
a. Phacomorphic glaucoma
Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan. Sudut yang
tertutup menghalangi jalur trabekular dan TIO meningkat. Ini merupakan jenis
glaukoma sudut tertutup sekunder.
b. Phacolytic glaucoma
Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan dimakan oleh
makrofag. Makrofag yang membengkak akan menyumbat jalur trabekular dan
mengakibatkan peninggian TIO. Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka
sekunder.
c. Phacotoxic Glaucoma
Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO karena
menutup pupil atau sudut bilik depan.
2. Lens Induced Uveitis
Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh mekanisme imunitas
tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan, protein lensa akan
dikenali sebagai benda asing dan mengakibatkan terjadinya reaksi imun. Reaksi imun ini
akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai dengan adanya kongesti siliar, sel, dan fler
pada humor aqueous.
3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan rusak. Hal ini
menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula zinii tetap utuh dan terdapat bagian
sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan tidak ada sisa
lensa.
Komplikasi Pasca Bedah
Terdiri atas 2 fase :
1. Intraoperasi
a. Kerusakan endotel kornea
b. Ruptur kapsula posterior
c. Vitreus proplaps

2.

d. Hifema
e. Dislokasi nukleus ke vitreus
f. Perdarahan ekspulsif
Postoperasi
Awal :
a. Edema korrnea
b. Kebocoran luka
c. Iris prolaps
d. COA dangkal atau datar
e. Hyphema
f. Hypotony
g. Glaukoma
h. Dislokasi IOL
i. Endophtalmitis
Lambat :
a. Posterior Capsular Opacity (PCO)
b. Cystoid macular edema
c. VCA
d. Uveitis Glaucoma Hyphaema syndrome
e. Bullous Keratophaty
f. Glaukoma

Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan:
- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata
- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya
Prognosis
Dengan evaluasi pre operatif yang dilakukan untuk memeriksa fungsi mata secara umum,
serta adanya penyulit lain, dapat diperkirakan tingkat keberhasilan operasi dan pemulihan
paska operasi. Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%.

Daftar Pustaka
Kanski, Jack J. Lens. 2000. In: Clinical Ophtalmology. 4th Edition. Oxford: ButterworthHeinemann
H. Sidarta Ilyas. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Moore K.L. 2006. Clinically Oriented Anatomy. 5th ed. Philadelphia: Lippincoot William &
Wilkins Baltimore
James B, Chew C, Bron A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga

You might also like