Professional Documents
Culture Documents
Trakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yang terletak di anterior esofagus.
Trakea tersusun dari 16 20 cincin kartilago berbentuk C yang diikat bersama
jaringan fibrosa yang melengkapi lingkaran di belakang trakea (Ethel Sloane, 2003).
Trakea berjalan dari bagian bawah tulang rawan krikoid laring dan berakhir setinggi
vertebra thorakal 4 atau 5. Trakea kemudian bercabang menjadi bronkus principallis
dextra dan sinistra di tempat yang disebut carina. Carina terdiri dari 6 10 cincin
tulang rawan.
E. Bronkus
2007). Bronkhiolus berakhir pada saccus alveolaris. Awal proses pertukaran gas
terjadi di bronkhiolus respiratorius.
G. Alveolus
respiratorius
sehingga
memungkinkan
pertukaran
oksigen
dan
karbondioksida. Alveolus terdiri dari membran alveolar dan ruang intesrstisial (Hood
Alsagaaff,2006).
H. Paru
menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama
proses pernapasan dengan mengikuti penurunan tekanan gradien yang
berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas dari
otot-otot pernapasan.
Terdapat 3 tekanan yang penting pada proses pertukaran udara yaitu (Lauralee
Sherwood,2001) :
a. Tekanan atmosfer (tekanan barometrik)
Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas
permukaan laut karena kolom udara di atas permukaan bumi menurun.
b. Tekanan intra alveolus
Tekanan inilah yang mengatur aliran udara karena tekanannya dapat berubah
sesuai dengan pergerakan pernapasan.
c. Tekanan intra pleura
Merupakan tekanan di dalam kantung pleura atau disebut juga tekanan
intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi di luar paru dan di dalam rongga thoraks.
Tekanan intra pleura ini lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Pada saat inhalasi,
terjadi kontraksi dari otot-otot pernapasan sehingga volume rongga thoraks
meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan pada rongga thoraks menurun dan
mengakibatkan adanya perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar tubuh dengan
tekanan udara di dalam tubuh lebih rendah sehingga udara masuk ke dalam paru dan
paru mengembang. Pada saat ekhalasi, otot-otot respirasi berelaksasi sehingga
volume rongga thoraks menurun dan menyebabkan tekanan rongga thoraks
meningkat. Pada kondisi ini volume rongga dada akan berkurang dan terjadi
peningkatan tekanan di dalam paru sehingga mendorong udara keluar dari dalam paru
ke atmosfer.
melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif pada akhir volume tidak biasa.
Nilai rata-rata volume cadangan ekspirasi adalah 1.000 ml
d) Volume residual (VR), Volume residual adalah volume minimum udara yang
tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai rata-rata volume
residual adalah 1.200 ml.
e) Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), Volume ekspirasi paksa
dalam satu detik adalah volume udara yang dapat diekspirasikan selama satu
detik pertama ekspirasi pada penentuan kapasitas vital. Nilai volume ekspirasi
paksa dalam satu detik biasanya adalah sekitar 80% yang berarti dalam
keadaan normal 80% udara yang dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama.
B. Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau
lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru adalah (Hall Guyton,
2008):
a) Kapasitas inspirasi (KI), Kapasitas inspirasi adalah volume maksimum udara
yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi normal tenang (KI=VCI+TV). Nilai
rata-rata kapasitas inspirasi adalah 3.500 ml.
b) Kapasitas residual fungsional (KRF), Kapasitas residual fungsional adalah
volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (KFR=VCE+VR).
Nilai rata-rata kapasitas residual fungsional adalah 2.200 ml.
c) Kapasitas Vital (KV), Kapasitas vital adalah volume maksimum udara yang
dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi maksimum.
Subyek mula-mula melakukan inspirasi maksimum kemudian melakukan
ekspirasi maksimum (KV=VCI+VT+VCE). Nilai rata-rata kapasitas vital
adalah 4.500 ml.
d) Kapasitas paru total (KPT), Kapasitas paru total adalah volume udara
maksimal yang dapat ditampung oleh seluruh paru (KPT=KV+VR). Nilai
rata-rata kapasitas paru total adalah 5.700 ml.
2.4 Pengukuran Fisiologis Paru
kapsul selular, isi nodul adalah silika, lokasi nodul di jaringan interstitial
sekitar bronkhiolus terminalis. Pada silikosis cepat gambaran klinisnya serupa
dengan silikosis kronik namun berlangsung lebih cepat. Sedangkan pada
silikosis akut gejala predominannya pada paru bagian bawah. Gejala silikosis
adalah batuk, sesak napas, disertai kelainan fisiologi paru tipe restriktif
(Pasiyan Rahmatullah, 2009). Pengobatan definitif terhadap silikosis tidak
ada. Bila terdapat infeksi sekunder maka diberikan terapi yang sesuai. Usaha
pencegahan dengan menghindari paparan debu silika.
3. Coal Workers Pneumoconiosis, Black Lung
Penyakit terjadi akibat penumpukan debu batubara di paru dan
menimbulkan reaksi jaringan terhadap debu tersebut. Penyakit ini terjadi bila
paparan cukup lama, biasanya setelah pekerja terpapar lebih daii 10 tahun.
Berdasarkan gambaran foto toraks dibedakan atas bentuk simple dan
complicated (Faisal Yunus, 1997). Simple Coal Workers Pneumoconiosis
(Simple CWP) terjadi karena inhalasi debu batubara saja. Gejalanya hamper
tidak ada, bila paparan tidak berlanjut maka penyakit ini tidak akan
memburuk. Kelainan foto toraks pada simple CWP berupa perselubungan
halus bentuk lingkar, perselubungan dapat terjadi di bagian mana saja pada
lapangan paru,yang paling sering di lobus atas. Sering ditemukan
perselubungan bentuk p dan q. Pemeriksaan faal paru biasanya tidak
menunjukkan kelainan. ilai FEV1 dapat sedikit menurun sedangkan kapasitas
difusi biasanya normal. Complicated Coal Workers Pneumoconiosis atau
Fibrosis Masif Progresif (PMF) ditandai oleh terjadinya daerah fibrosis yang
luas hampir selalu terdapat di lobus atas. Fibrosis biasanya terjadi karena satu
atau lebih faktor berikut:
1)
2)
3)
4)
Pada daerah fibrosis dapat timbul kavitas dan ini bisa menyebabkan
pneumotoraks. Foto toraks pada PMF sering mirip tuberkulosis, tetapi sering
ditemukan bentuk campuran karena terjadi emfisema. Gelaja awal biasanya tidak
khas. Batuk dan sputum menjadi lebih sering, dahak berwarna hitam (melanoptisis).
Kerusakan yang luas menimbuikan sesak napas yang makin bertambah, pada stadium
lanjut terjadi kor hipertensi pulmonal, gagal ventrikel kanan dan gagal napas
(Faisal Yunus, 1997)
4. Beryliosis
Merupakan suatu kelainan paru akibat paparan debu
berilium. Debu berilium merupakan debu yang paling halus dari
sejenis metal. Efek debu berilium pada paru ada dua macam,
efek akut dan efek kronis. Efek akut berupa bercak infiltrat paru,
bronkopneumoni. Efek kronis bisa timbul beberapa kerusakan
paru berupa granulom pada septum alveoli dan timbul nodul
halus, fibrosis, kerusakan jaringan elastis dan emfisema (Pasiyan
Rahmatullah, 2009).
Gambaran klinis berilosis akut berupa suatu keadaan
toksis,doserelated berylliosis injury syndrome, umumnya
menyerang saluran napas bagian atas, dan bila paparan hebat
dapat timbul bronkitis dan pneumonitis kemikal. Sedangkan
pada beriliosos kronis, timbul 6-18 bulan sesudah paparan.
Gejala awal biasanya asimptomatik, kemudian timbul gejala
berupa sesak napas saat aktifitas, batuk-batuk dan bila penyakit
memburuk timbul gejala penyakit paru interstitial yang meliputi
19
batuk nonproduktif, nyeri dada dan sesak nafas saat aktifitas.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronki kering pada bagian
basal paru (Pasiyan Rahmatullah, 2009).
Pada bentuk akut pengobatan yang diberikan adalah
menyingkirkan pasien dari paparan berilium, istirahat, terapi
oksigen, dan bila diperlukan bantuan ventilasi mekanik.
Sedangkan untuk bentuk kronik belum ada pengobatan yang
spesifik.