You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

IRIGASI DAN DRAINASE


(4. Pengenalan Perangkat Lunak Dalam Menghitung Kebutuhan Air Irigasi)

Disusun Oleh :
Nama dan NPM

: 1. Novita Aviani
2. Moch Randy A

(240110110064)
(240110110072)

3. Irsan Firmansyah (240110110079)


4. Rizky Tanda

(240110110085)

5. Andhitya H. H.

(240110110086)

Kelompok

:3

Kelas/Hari/Tanggal

: TMIP-B1/Jumat/05 April 2013

Asisten

: 1. Nela Angela. S
2. Vivi Veti Vania

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


JURUSAN TEKNIK MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini perkembangan teknologi dan informasi sangatlah pesat,
teknologi yang berkembang saat ini digunakan untuk membantu dan mempermudah
dalam proses pekerjaan manusia, salah satu nya adalah perangkat lunak. Perangkat
lunak merupakan data elektronik yang disimpan sedemikian rupa oleh komputer itu
sendiri, data yang disimpan ini dapat berupa program. Salah satu penerapan pada
perangkat lunak adalah penerapan dalam menghitung kebutuhan air irigasi.
Pengaplikasian software dalam bidang ilmu keirigasian ini sangat membantu dan
bahkan berperan penting dalam pengelolaan data klimatologi dan sehingga
menghasilkan datahasil yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan dalam halkebijakan keirigasian.
Dengan Menggunakan aplikasi Cropwat kita dapat mempermudah perhitungan
jumlah air yang dibutuhkan atau diperlukan untuk mengairi persawahan. Seorang
lulusan Teknik Pertanian sangatlah memerlukan aplikasi ini untuk mempermudah
pengerjaan dalam hal pengelolaan air irigasi, maka hal ini juga dapat diterapkan pada
kehidupan sehari-hari. Adapun dibuatnya laporan ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Irigasi dan Drainase.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah Mengenal perangkat lunak
(software) komputer untuk menghitung kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air
irigasi beserta karakteristiknya.
1.3 Metodologi
1.3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
1. Seperangkat komputer dan printer
2. Perangkat lunak CROPWAT 8 for WINDOWS
3. Data klimatologi bulanan dan data tanaman
1.3.2 Prosedur
Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah

1.
2.

Nyalakan komputer dan jalankan program CROPWAT 8


Masukkan data-data klimatologi dan lokasi stasiun klimatologi
pada menu Climat/Eto. Simpan data dengan nama baru. Lihat

3.

hasil perhitungan Eto.


Masukkan data curah hujan pada menu Rain. Simpan dengan data

4.

dengan nama baru. Lihat hasil perhitungan curah hujan efektif.


Masukkan data tanaman pada menu crop. Simpan data dengan

5.

nama baru.
Lihat kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi pada menu

6.
7.

CWR
Print hasil perhitungan dengan menu Print.
Bahas langkah perhitungan kebutuhan air tanaman dan air irigasi
(berikut

8.

dasar

teorinya)

menggunakan

perangkat

lunak

CROPWAT.
Bahaslah kelebihan dan kelemahan perangkat lunak CROPWAT
seperti tingkat presisinya, tingkat kemudahannya, kesesuaiannya
dengan jenis tanaman tropis, dan sebagainya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang
diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman)
tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah
yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan
mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Untuk
menghitung ET-tanaman direkomendasikan suatu prosedur tiga tahap, yaitu:
1. Pengaruh iklim terhadap kebutuhan air tanaman diberikan oleh ETo
(evapotranspirasi tanaman referensi), yaitu laju evapotranspirasi dari
permukaan berumput luas setinggi 8-15 cm, rumput hijau yang tingginya
seragam, tumbuh aktif, secara lengkap menaungi permukaan tanah dan tidak
kekurangan air. Empat metode yang dapat digunakan adalah BlaneyCriddle, Radiasi,

Penman dan

Evaporasi Panci, dimodifikasi

untuk

menghitung ETo dengan menggunakan data iklim harian selama periode 10


atau 30 hari.
2. Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air tanaman diberikan
oleh koefisien tanaman (kc) yang menyatakan hubungan antara ETo dan ET
tanaman (ETtanaman = kc . ETo). Nilai-nilai kc beragam dengan jenis
tanaman, fase pertumbuhan tanaman, musim pertumbuhan, dan kondisi cuaca
yang ada.
3. Pengaruh kondisi lokal dan praktek pertanian terhadap kebutuhan air
tanaman, termasuk variasi lokal cuaca, tinggi tempat, ukuran petak lahan,
adveksi angin, ketersediaan lengas lahan, salinitas, metode irigasi dan
kultivasi tanaman.
Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk perencanaan pemanfaatan
sumberdaya air secara optimal dalam sistem produksi pertanian. Informasi pokok
yang diperlukan adalah mengenai sumberdaya air, lahan dan tanaman. Khusus dalam
kaitannya dengan pekarangan, maka informasi yang diperlukan adalah sumberdaya
air (air hujan, air tanah dan air irigasi permukaan), sifat dari ciri tanah, dan syarat
tumbuh berbagai tanaman pekarangan. Berdasarkan atas informasi ini maka baru
dapat disusun alternatif sistem produksi pada lahan pekarangan. Beberapa parameter
penting adalah:
1. Pemilihan tanaman: beberapa faktor yang juga harus dipertimbangkan adalah
jumlah air yang tersedia, kondisi tanah dan iklim, preferensi petani, kebutuhan

tenagakerja dan modal, peluang pasar dan tingkat teknologi. Penyusunan pola
tanam dilakukan sesuai dengan neraca lengas lahan.
2. Intensitas pertanaman (Cropping intensity): seringkali intensitas ini bervariasi
antar waktu (musim) dan lokasi lahan. Hal ini berkaitan erat dengan tingkat
investasi.
3. Tingkat penyediaan air irigasi ditentukan oleh ketersediaan air irigasi, neraca
lengas lahan, pola tanam dan intensitas pertanaman. Suplai air tersedia dapat
dinyatakan sebagai: (a) kekurangan irigasi musiman tidak boleh melampaui
50% dari suplai air yang diperlukan selama satu tahun tertentu, (b) jumlah
kekurangan irigasi tidak boleh

melebihi 150%

dari suplai air yang

diperlukan dalam periode 25 tahun. Informasi sangat penting adalah periodeperiode kapan kekurangan air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
4. Metode irigasi: Pemilihan metode irigasi harus dilakukan pada awal periode
perencanaan. Pertimbangannya meliputi investasi, efisiensi penggunaan air,
kemudahan penerapan, dan kesesuaian dengan kondisi lokal, erodibilitas
tanah, laju infiltrasi, salinitas air dan lainnya.
5. Drainage dan pencucian. Drainase yang baik sangat diperlukan untuk
menunjang

keberhasilan

menghindari

akumulasi

program
garam

irigasi

pada

zone

lahan

pekarangan.

perakaran

tanaman

Untuk
dan

kemungkinan kerusakan tanaman yang diakibatkannya, maka kebutuhan


pencucian harus ditentukan secara tepat.
2.2 Evapotranspirasi
Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini
disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban
tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah
bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang tersedia
dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi
potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak
dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya
evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi
adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan

merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah
banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan. Evapotranspirasi adalah
jumlah dari beberapa unsur seperti terlihat dalam persamaan matematik dibawah ini :
ET = T + It + Es + Eo
Keterangan :
T : Transpirasi
It : Intersepsi total
Es : Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan lainnya
Eo : Evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau dan waduk
Untuk tegakan hutan Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It. Bila unsur
vegetasi diabaikan maka ET = Es.
Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanah mineral. Nilai E s
kecil dibawah tegakan hutan karena serasah dan tumbuhan menghalangi radiasi
matahari mencapai permukaan tanah mineral hutan dan mencegah gerakan udara di
atasnya. Es bertambah besar dengan makin berkurangnya tumbuhan dan jenis penutup
tanah lainnya.
Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar sesuai dengan yang
diperlukan tanaman untuk hidup. Pada tingkat yang paling praktis, perhitungan
pemakaian air oleh vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk memilih
jenis tanaman (pertanian) yang dapat tumbuh dengan baik di bawah kondisi curah
hujan yang tidak menentu. Perhitungan keperluan air irigasi untuk suatu tanaman juga
didasarkan pada besarnya evaportanspirasi vegetasi yang akan ditanam.
2.2.1 Faktor-faktor Penentu evapotranspirasi
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi
besarnya evapotranspirasi, maka evapotranspirasi perlu dibedakan menjadi
evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET
lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih
dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Uraian tentang
pengaruh faktor lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih
ditekankan pada pengaruh faktor- faktor tersebut pada PET. Faktor-faktor
yang dominan mempengaruhi PET adalah :

1. Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses


fotosntesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air
melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah
(perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi
panas matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan.
2. Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara langsung berkaitan
dengan intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Namun demikian perlu
dikemukakan bahwa suhu yang akan mempengaruhi PET adalah suhu daun
dan bukan suhu udara disekitar daun.
3. Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya
uap air yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin,
semakin besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi. Dibandingkan
dengan pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju ET
adalah lebih kecil.
4. Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk
berlangsungnya ET. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi,
demikian seterusnya sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan
ini tampak bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap ET adalah dominan.
Namur demikian proses terbuka dan tertutupnya stomata ditentukan oleh
faktor iklim terutama lama waktu penyinaran (suhu udara). Suhu udara
dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya stomata.
Sementara kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama
waktu stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses ET
terjadi terutama pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam
hari.
5. Kelembaban tanah juga mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya
evapotranspirasi. Evapotranspirasi berlangsung ketika vegetasi yang
bersangkutan sedang tidak kekurangan suplai air. Dengan kata lain
evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah
berkisar antara titik wilting point dan field capacity.
2.3 Hujan Efektif
Hujan efektif adalah bagian dari total hujan yang secara langsung memenuhi
keperluan air untuk tanaman. Hujan efektif untuk padi sawah merupakan aspek yang

masih dipertentangkan, sehingga asumsi hujan efektif dalam perencanaan proyek


masih beragam. Hujan efektif untuk sawah tadah hujan hampir 100%, sedangkan
pada sawah beririgasi dimana genangan dipertahankan penuh secara kontinyu maka
hujan efektif dapat dikatakan nol.
Ketergantungan terhadap hujan di petakan bawah dapat ditanggulangi dengan
menggunakan persentase hujan efektif yang lebih kecil dan menerima kenyataan
bahwa sebagian hujan yang akan terbuang cukup besar. Apabila pemberian air
dilakukan secara rotasi (giliran) maka hujan efektif akan lebih besar dari pada
pemberian air kontinyu. Efektifitas hujan pada daerah irigasi berkisar antara 100%
pada sawah tadah hujan dan 0% pada irigasi teknis sempurna. Hujan efektif untuk
padi sawah beririgasi dalam mm/hari umumnya diduga sebesar 70% dari hujan
tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun (dalam mm/hari) selama pengolahan
tanah, dan 40% sesudah tanam sampai panen.Beberapa metoda empirik untuk
menghitung hujan efektif untuk non-padi, antara lain:
1. Fixed percentage (nilai persentase tertentu dari hujan bulanan):
a. Peff = a x Ptot (biasanya nilai a = 0.7 0.9)
b. Peff = 0.6 * Pmean 10 ; untuk Pmean < 60 mm/bulan
c. Peff = 0.8 * Pmean 25 ; untuk Pmean > 60 mm/bulan
d. i. Peff = a Pmean + b untuk Pmean < Z mm
e. ii. Peff = c Pmean + d untuk Pmean > Z mm
2. Dependable rain (hujan andalan) didefinisikan sebagai hujan dengan peluang
terlewati tertentu, peluang terlewati 80% menggambarkan kondisi tahun kering,
50% kondisi tahun normal, 20% kondisi tahun basah. Secara empiric menurut
AGWL/FAO:
3. Rumus empirik yang dikembangkan secara lokal, biasanya dikembangkan dengan
rumus umum sebagai berikut:
USBR (United State Bureau of Reclamation) :
Peff = Pmean x (125 0.2 Pmean)/125 ; untuk Pmean < 250 mm
Peff = 125 + 0.1 x Pmean; untuk Pmean > 250 mm
2.4 Cropwat
Diseluruh dunia ini telah tersedia beribu- ribu jenis perangkat lunak komputer
dalam bidang teknik dan air yang telah disusun oleh berbagai lembaga untuk
bermacam macam keperluan. Penyusunan perangkat lunak dimaksudkan untuk
mempermudah dan mempercepat pekerjaan terutama yang berkaitan dengan

perencanaan dan perhitungan perhitungan yang rumit, memerlukan iterasi atau


presisi yang tinggi.
Perangkat lunak disusun berdasarkan suatu teori atau model tertentu sehingga
penggunaannya juga harus menguasai teori atau model tersebut sebelum
mengoperasikannya. Disamping itu, pengguna juga harus mengetahui cara
pengoperasian dan data yang diperlukan serta kelebihan dan kelemahan perangkat
lunak yang bersangkutan. Kesalahan dalam hal hal tersebut akan berakibat
kesalahan keluaran (output). Salah satu perangkat lunak dalam bidang irigasi adalah
CROPWAT yang disusun oleh FAO. CROPWAT dapat dipergunakan untuk
menghitung evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi
satu jenis tanaman maupun beberapa jenis tanaman dalam satu hamparan, serta
merencanakan pemberian air irigasi. Data yang diperlukan untuk mengoperasikan
CROPWAT adalah data klimatologi bulanan (temperature maksimum minimum
atau rata rata, penyinaran matahari, kelembaban, kecepatan angin, dan curah hujan).
Data tanaman tersedia dalam program secara terbatas dan dapat ditambahkan atau
dimodifikasikan sesuai dengan kondisi setempat.
Pada praktikum ini digunakan perangkat lunak CROPWAT 4 for WINDOWS
yang menggunakan persamaan yang sama dengan CROPWAT 7 versi DOS. Menu
file dan Input Data digunakan untuk memasukkan data. Menu Schedule digunakan
untuk mengatur penjadwalan irigasi. Menu Tables dan Graphs digunakan untuk
menyajikan hasil perhitungan. Program ini juga dilengkapi dengan menu Save Report
untuk menyimpan file dalam bentuk ASCII. Untuk mengolah data yang telah
dimasukkan tersedia Data Status Windows yang merupakan suatu tabel ringkasan
data yang sedang digunakan yang juga menunjukkan apakah data sudah cukup bila
akan melanjutkan perhitungan kebutuhan air tanaman atau penjadwalan irigasi.
Untuk mengelola data yang telah dimasukkan tersedia Data Status Window yang
merupakan suatu tabel ringkasan data yang sedang digunakan yang juga
menunjukkan apakah data sudah cukup bila akan melanjutkan perhitungan kebutuhan
air tanaman atau penjadwalan irigasi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Percobaan
3.2 Pembahasan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang terdapat pada praktikum ini adalah :
1. Perangkat lunak (soft ware) Cropwat dapat digunakan untung menghitung
evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi suatu jenis tanaman maupun

beberapa jenis tanaman dalam satu wilayah, serta dapat merencanakan


pemberian air irigasi
2. Cropwat merupakan salah satu aplikasi komputer dalam bidang pertanian
yang sangat membantu dalam penentuan kebutuhan air irigasi
3. Cropwat dapat menentukan jadwal panen suatu tanaman.
4. Dengan menggunakan data curah hujan yang diolah dengan menggunakan
perangkat lunak dalam menghitung kebutuhan air irigasi dapat diperoleh data
lainnya di bidang keirigasian dan kebutuhan air tanaman dan spesifikasi
tanaman yang cocok di wilayah tertentu.
4.2 Saran
1. Dalam memasukan dan menginput data pada Cropwat sebaiknya praktikan
harus teliti dan pastikan data yang dimasukan sesuai, agar hasil atau output
yang dikeluarkan tidak salah.
2. Tanyakan kepada asisten jika praktikan sulit memasukan atau menginput data
3. Sebaiknya praktikan dapat serius dan datang tepat waktu pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Aris, Bambang. 2002. Teknik Drainase Bagian Pertama. Teknotan Universitas
Padjadjaran : Bandung.
Bustami, Fuad., 1999. Sistem Irigasi: Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas Kuliah
Sistem Irigasi. Program Studi teknik Sipil, UGM; Yogyakarta.

Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pekerjaan Detail Desain Penanganan Pantai


Muarareja Kota Tegal. Laporan Hidrolika dan Hidro-oceanografi. Semarang.
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pekerjaan Detail Desain Penanganan Pantai
Muarareja Kota Tegal. Laporan Topografi dan Bathimetri. Semarang.
Sjamsuddin, E.AS. Karma.1996. Budidaya Hemat Air dan Panen Ilmiah. Prosedding
Seminar Nasional Gerakan Hemat Air ; Jakarta.
Mechan,

Angga.

2011.

Cropwat.

Terdapat

pada:

http://mechanarticle.blogspot.com/2011/12/cropwat.html diakses pada tanggal 12


April 2013 pukul 19.00 WIB
Yandra,

Afrita.

2013.

Terdapat

pada:

http://afritayandra.wordpress.com/2013/01/24/95/ diakses pada tanggal 12 April


2013 pukul 19.10 WIB

LAMPIRAN

Gambar 1. Screenshot Data climate//ETo

Gambar 2.Screenshot Data Dry CropPadi

Gambar 3. Screenshot Data Water RequirementsPadi

You might also like