You are on page 1of 6

GAGAL JANTUNG KIRI

Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri
menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum
akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat.
GEJALA :
Perasaan badan lemah
Cepatl lelah
Berdebar-debar
Sesak nafas
Batuk Anoreksia
Keringat dingin.
Takhikardia
Dispnea
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Ronki basah paru dibagian basal
Bunyi jantung III
GAGAL JANTUNG KANAN

Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului
oleh adanya gagal jantung kiri.
GEJALA :
Edema tumit dan tungkai bawah
Hati membesar, lunak dan nyeri tekan
Bendungan pada vena perifer (jugularis)
Gangguan gastrointestinal (perut kembung, anoreksia dan nausea) dan asites.
Berat badan bertambah
Penambahan cairan badan
Kaki bengkak (edema tungkai)
Perut membuncit
Perasaan tidak enak pada epigastrium.
Edema kaki
Asites
Vena jugularis yang terbendung
Hepatomegali
5. MANIFESTASI KLINIK
1. Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
2. kongesti jaringan
3. peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan
sesak nafas.
4. peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer
umum dan penambahan berat badan.
5. penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan,
intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab gagal
jantung output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk bentuk disfunsi jantung
lainnya
2. pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
3. tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan dengan
azotemia prerenal
4. pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
5. fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi
tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
6. pemeriksaan EKG
7. Radiografi dada
8. Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan
analisis gerakan dinding regional
9. kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas
yang terkena.
7. KOMPLIKASI
1. kematian
2. edema pulmoner akut
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Respon fisiologis pada gagal jantung membuentuk dasar rasional untuk
tindakan sasaran penatalaksanaan gagal jantung kongestif adalah untuk
menurunkan kerja jantung untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktivitas
miokard untuk menurunkan retensi garam dan air. Penatalaksanaan yang biasa
dilakukan adala tirah diuretik hormon, reduksi, volume darah sirkulasi, terapi
nitral dan casadilator digitalis dan inotrofik positif (Hundak, 1997 : 371)

B. TINJAUAN TERITIS KEPERAWATAN HEART FAILURE (HF)


1. PENGKAJIAN
Fokus pengkajia pada pasien dengan gagal jantung.
Pengamatan terhadap tanda-tanda dan gejala kelebihan cairan sistematik dan
pulmonal. Semua tanda-tanda yang menunjukkan harus dicatat dan dilaporkan
kepada dokter.
a. Pernafasan
Auskultasi pada interval yang sering untuk menentukan ada atau tidaknya krakles
dan mengi, catat frekuensi dan kedalaman bernafas.
b. Jantung

Auskultasi untuk mengetahui adanya bunyi bising jantung S3 dan S4,


kemungkinan cara pemompaan sudah mulai gagal.
c. Tingkat kesadaran
d. Perifer
Kaji bagian tubuh pasien yang mengalami edema dependen dan hepar untuk
mengetahui reflek hepatojugular (RHJ) dan distensi vena jugularis (DVJ).
e. Haluaran Urine ukur dengan teratur.
Data dasar pengkajian pasien :
1. Bernafas dengan normal
Dyspnea saat aktifitas, tidur, duduk, batuk denagn atau tanpa sputum, riwayat
penyakit paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan, takipnea, nafas dangkal.
Tanda : Batuk kering/ nyring/ non produktif atau terus menerus dengan atau tanpa
pembentukan sputum, mungkn bersama darah warna merah muda atau berbuih
(edema pulmonal).
Bunyi nafas : Mungkin tidak terdengar, krakles, mengi.
Fungsi mental : Mungkin menurun, letargi, kegelisahan
Warna kulit : Pucat atau sianosis
2. Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, peningkatan BB signifikan,
pembengkakan pada ekstermitas bawah, otot tinggi garam atau makanan yang
telah diproses, lemak, gula dan kafein.
Tanda : Penambahan BB dengan cepat, distensi abdomen (asites), edema.
3. Eliminasi
Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih pada malam hari, diare atau
konstipasi.
4. Personal Hygiene
Keletihan/ kelemahan saat aktifitas perawatan diri, penampilan menandakan
kelalaian perawatan diri.
5. Gerak dan keseimbangan
Keletihan, kelemahan terus menerus sepanjang hari, nyeri sesuai dengan aktifitas.
6. Istirahat dan tidur
Insomnia, dyspnea pada saat istirahat atau pada saat pengerahan tenaga
7. Temperatur suhu dan sirkulasi
Riwayat hipertensi, IM baru/ akut, episode GJK sebelumnya, penykit katup
jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, TD mungkin rendah,
normal atau tinggi, frekuensi jantung, irama jantung, sianosis, bunyi nafas, edema.
8. Rasa aman dan nyaman

Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot,
tidak tenang, gelisah.
9. Berkomunikasi dengan orang lain
Marah, ketukan, mudah tersinggung
10. Bekerja
Dyspnea pada saat beraktifitas
11. Spiritual
Sesuai kepercayaan yang diakuinya
12. Belajar
Menggunakan/ lupa menggunakan obat-obat penyakit jantung.
13. Rekreasi
Tidak dapat dilakukan, pasien hanya beristirahat.
(Doenges, 1999 : 52-54).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokard
Tujuan : menunjukkan TTV dalam batas yang diterima, penurunan episode
dyspnea angina (melapor).
Intervensi :
a. Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi dan irama jantung
b. Catat bunyi jantung
c. Palpasi nadi perifer
d. Kaji kulit terhadap sianosis dan pucat
e. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
2. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan dan kelemahan fisik.
Tujuan : Berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan diri
sendiri mencapai peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital selama beraktifitas.
Intervensi :
a. Periksa TTV sebelum dan sesudah aktifitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasolidator, diuretic.
b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi,
distrimia,dyspnea, berkeringat, pucat.
c. Kaji presipitator/ penyebab kelemahan contoh : pengobatan, nyeri, obat.
d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktifitas.
e. Berikan bantuan dalam aktifitas perawatan diri sesuai dengan indikasi.
3. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerolus (GFR).

Tujuan : Keseimbangan masukan dan keluaran, bunyi nafas bersih, TTV dalam
rentang yang dapat diterima, BB stabil, edema tidak ada. Menyatakan pemahaman
tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau haluaran urine
b. Pantau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran 24 jam.
c. Pertahankan duduk/ posisi semi fowler selama fase akut
d. Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan atau bunyi tambahan.
e. Pantau TD dan VP (bila ada).
4. Resti gangguan/ kerusakan pertukaran gas b.d penurunan curah jantung,
perubahan membrane kapiler alveolus dan edema paru.
Tujuan : Mendemonstrasikan ventilasi O2 adekuat.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat crakles, mengi.
b. Anjurkan pasien untuk batuk efektif
c. Dorong perubahan posisi sering
d. Kolaborasi pemberian diuretic
5. Resti terhadap kerusakan intregitas kulit b.d tirah baring lama, edema,
penurunan perfusi jaringan kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area
sirkulasinya terganggu/ pigmentasi.
b. Pijat area kemerahan atau memutih
c. Ubah posisi sering
d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan
kelembaban.

6. Kurang pengetahuan pola hidup/ perilaku yang perlu.


Intervensi :
a. Diskusikan fungsi jantung normal
b. Diskusikan obat/ tujuan pemberian obat dan efek samping
c. Berikan kesempatan untuk menanyakan, mendiskusikan masalah
dan membuat perubahan pola hidup.

d. Bahas ulang tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medic


cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku
Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 64 & 240 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
Mansjoer, Arief et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Media
Aescalapius
Smeltzer, Suzanne C. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta: EGC
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1993, Proses Keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem kardiovaskolar, Jakarta : Departemen Kesehatan

You might also like