You are on page 1of 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil Tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran
penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat
mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman,
kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga
didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat
membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan
keyakinannya tersebut (Istiari, 2000).
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan

panca

indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan


pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
2.1.1.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1.

Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan. Cara-cara penemuan


pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah,
yang meliputi :
a. Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak
berhasil, maka

akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai

didapatkan hasil mencapai kebenaran.


b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
48

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaa


baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara
tersebut.
d. Melalui Jalan Pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.
2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah
(Notoatmodjo, 2007).
2.1.1.3 Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, Tahu ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :

2.

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.


Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar mengenai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
meteri tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

49

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan,


3.

merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.


Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang
lain. Dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah
(problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

4.

yang diberikan.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata - kata kerja. Dapat
menggambarkan

5.

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokan, dan sebagainya.


Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan

6.

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaianpenilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Sukmadinata

(2007)

mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor berikut ini:
1. Faktor internal
Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor jasmani adalah tubuh
orang itu sendiri, sedangkan faktor rohani adalah psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif dan kognitifnya.
2. Faktor eksternal
a. Tingkat pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari
luar. Orang berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional
50

terhadap informasi yang datang. Tingkat pendidikan berarti bimbingan


yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain

menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992, yang dikutip


Nursalam, 2001).
Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
Pendidikan tinggi: akademi/ PT
Pendidikan menengah: SLTP/SLTA
Pendidikan dasar : SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media
masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001).
Ketidaktahuan dapat

disebabkan karena pendidikan yang rendah,

seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit


menerima pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan
(Effendi, 1998).
Wiet Hary dalam Notoatmodjo (1993) menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya.
b. Papan media masa
Media masa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber informasi
yang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih
sering mendengar atau melihat media masa (tv, radio, dan majalah) akan
memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang
yang tidak pernah mendapat informasi dari media masa.
c. Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi
kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan
keluarga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang berinteraksi
51

secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi. Faktor hubungan


sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan
untuk menerima pesan menurut model komunikasi.
e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya. Orang yang
berpengalaman mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar
sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas merupakan hal yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengaruh dari
intelektual, afektif, kognitif dan pengalaman manusia sebagai subjek
akan mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang terjadi
melalui pengindraan.

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best teacher),


pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa
lalu (Notoatmodjo, 2007).
Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap
individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang
mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan (Cherin, 2009)
2.1.1.5 Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai
macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat
berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun informal ahli agama,
pemegang peerintahan, dan sebagainya (Notoatmojo, 2007).
2.1.1.6 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
52

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan
dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam
tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban
benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0
(Notoatmodjo, 2007).

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan


skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dilakukan 100% dan hasilnya berupa
persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:

Secara umum tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 3, yaitu


1) Kategori Baik

: 79-100 %

2) Kategori Cukup

: 56-78 %

3) Kategori Kurang

: <56%

(Notoatmodjo, 2007).
2.1.2 Teori Olahraga
2.1.2.1 Definisi Olahraga
Menurut Gale Encyclopedia of Medicine (2008), olahraga adalah
aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan dikerjakan secara berulang dan
bertujuan memperbaiki atau menjaga kesegaran jasmani. Sedangkan menurut
Mosbys Medical Dictionary (2009), olahraga adalah aktivitas fisik yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran jasmani
(fitness) atau sebagai terapi

untuk memperbaiki kelainan atau mengembalikan

fungsi organ dan fungsi fisiologis tubuh.


2.1.2.2 Jenis Jenis Olahraga
A. Olahraga aerobik
53

Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan


otot-otot besar dan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta
dalam waktu yang cukup lama (Sherwood, 2001). Menurut Dorlands
Medical Dictionary (2007), olahraga aerobik adalah aktivitas fisik yang
dirancang utnuk meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi
sistem respirasi dan sistem kardiovaskular.
Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
ketahanan kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis
ini sangat dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight
(Sherwood, 2001; CDC, 2011; Cleveland Clinic, 2011). Olahraga aerobik
atau yang biasa disebut latihan kardiovaskular meningkatkan fungsi kerja
paru, jantung dan melancarkan sirkulasi darah, sehingga tubuh mendapatkan
dan menggunakan oksigen lebih baik untuk metabolisme sel. Oksigen
berfungsi dalam pembentukan sumber energi tubuh yaitu adenosin trifosfat
(ATP) dengan menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme
utama (Sherwood, 2001).
Aktivitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan cepat,
jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa, atau bersepeda. Intensitas dalam
setiap olahraga aerobik berbeda-beda. Intenitas adalah usaha yang diberikan
setiap orang dalam mengerjakan aktivitas fisik. AHA menganjurkan,
setidaknya dilakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang, yaitu di mana
Target Heart Rate (THR) atau detak jantung yang diinginkan adalah 60-80%
dari perkiraan detak jantung maksimal, (Cleveland Clinic, 2011). Perkiraan
detak jantung maksimal adalah 220 dikurang dengan umur saat ini. AHA
juga menganjurkan olahraga aerobik dilakukan dalam 20-30 menit
perharinya untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner.
Frekuensi atau jumlah

hari

untuk

olahraga

dalam

seminggu

yang

dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu (AHA, 2001).


Menurut salah satu institusi kesehatan jantung dan toraks terbesar di
Amerika Serikat, Cleveland Clinic (2011), olahraga aerobik memiliki tiga
bagian yang utama, yaitu:
a. Warm-up
Pada bagian warm-up atau biasa disebut pemanasan, dilakukan
latihan gerakan- gerakan dengan intensitas rendah selama 3-5 menit.
b. Conditioning
54

Pada bagian ini dilakukan latihan aerobik dalam durasi 30-45 menit
sampai mencapai THR yang diinginkan.
c. Cool-down
Bagian ini memerlukan waktu selama 3-5 menit dengan latihan
intensitas rendah untuk menurunkan detak jantung secara perlahan
dan mengurangi risiko kecelakaan.
B.

Olahraga anaerobik
Olahraga anaerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang tidak
memerlukan oksigen dalam pelaksanaannya. Olahraga ini dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (CDC, 2011).
Latihan-latihan yang dimaksud di sini adalah angkat beban.
Cleveland Clinic (2011) menganjurkan frekuensi olahraga anaerobik
dalam seminggu memiliki satu atau dua hari tanpa olahraga di antara harihari latihan. Satu set adalah sejumlah repetisi atau perulangan kembali
gerakan. Cleveland Clinic (2011) juga menganjurkan satu set mengandung
12-20 kali repetisi dengan angkat beban ringan dan 8-12 repetisi angkat
beban berat untuk membentuk massa otot. Disarankan terdapat masa
recovery yaitu 0-180 detik di antara dua set. Hal ini untuk mencegah
kelelahan otot yang lebih cepat.

2.1.2.3 Manfaat Olahraga


Menurut Centre for Diseases Control and Prevention (CDC) pada tahun
2011, terdapat enam manfaat olahraga, yaitu:
1. Mengontrol berat badan.
2. Menurunkan tekanan darah.
3. Menurunkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2, serangan jantung,
strok, dan beberapa bentuk kanker.
4. Menurunkan nyeri arthritis dan cacat akibat arthritis
5. Menurunkan risiko terkena osteoporosis
6. Menurunkan gejala depresi dan kecemasan.
Olahraga akan memberi manfaat pada tubuh menurut jenis, lama, dan
intensitas latihan yang dilakukan. Secara umum olahraga yang dilakukan secara
teratur dengan takaran cukup dan waktu yang cukup akan memberi manfaat sebagai
berikut:

55

1.

Manfaat bagi Jantung. Jantung akan bertambah besar dan kuat, sehingga
daya tampung besar dan denyutan kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan
efisiensi kerja jantung. Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak
perlu berdenyut terlalu sering. Pada orang yang tidak melakukan
olahraga, denyut jantung rata-rata 80 kali per menit, sedang pada orang
yang melakukan olahraga teratur, denyut jantung rata-rata 60 kali per
menit, sehingga dalam satu menit dihemat 20 denyutan, dalam satu jam
dihemat 1200 denyutan dan dalam satu hari 28.800 denyutan. Dengan
demikian jantung menjadi awet dan kita boleh berharap hidup lebih lama

2.

dan produktif.
Manfaat untuk
bertambah

karena

pembuluh

darah.

Elastisitas

pembuluh

darah

berkurangnya timbunan lemak dan penambahan

kontraktilitas otot di dinding pembuluh darah. Elastisitas pembuluh darah


yang tinggi akan memperlancar jalannya darah dan mencegah timbulnya
hipertensi. Disamping elastisitas pembuluh darah meningkat, pembuluhpembuluh darah kapiler pun akan bertambah. Penyakit jantung koroner
dapat dicegah atau diatasi dengan mekanisme ini. Kelancaran aliran darah
juga akan mempercepat pembuangan zat-zat lelah sebagai sisa
3.

pembakaran, sehingga bisa diharapkan pemulihan yang cepat.


Manfaat untuk paru. Elastisitas paru akan bertambah, sehingga
kemampuan berkembang-kempis juga bertambah. Selain itu jumlah
alveoli yang aktif (terbuka) akan bertambah dengan olahraga teratur.
Kedua hal diatas menyebabkan kapasitas penampungan dan penyaluran
oksigen ke darah bertambah. Pernafasan bertambah dalam dengan
frekuansi yang rendah. Bersama-sama dengan manfaat pada jantung dan
pembuluh darah, ketiganya bertanggung jawab untuk penundaan

4.

kelelahan.
Manfaat pada otot. Kekuatan, kelentukan, dan dayatahan otot akan
bertambah. Hal ini disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan
meningkatnya sistem penyediaan energi di otot. Lebih dari itu perubahan
otot ini akan mendukung kelincahan gerak, kecepatan reaksi dan lain-lain,

5.

sehingga dalam banyak hal kecelakaan kerja dapat terhindari.


Manfaat bagi tulang. Penambahan aktiivtas enzim pada tulang akan
meningkatkan kekuatan, kepadatan, dan besarnya tulang, selain mencegah
56

pengeroposan tulang. Permukaan tulang juga akan bertambah kuat dengan


6.

adanya tarikan otot yang terus menerus.


Manfaat pada ligamentum dan tendo. Kekuatan ligamentum dan tendo
akan bertambah, demikian juga dengan perlekatan tendo pada tulang.
Keadaan ini membuat ligamentum dan tendo mampu menahan berat dan

7.

tidak mudah cedera.


Manfaat pada persendian dan tulang rawan. Latihan teratur dapat
menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di persendian, sehingga
dapat menjadi peredam (shock absorber) dan melindungi tulang serta

8.

sendi dari bahaya cedera


Manfaat terhadap aklimatisasi terhadap panas. Aklimatisasi terhadap
panas melibatkan penyesuaian faali yang memungkinkan kita tahan
bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas ini
disebabkan karena pada waktu melakukan olahraga, terjadi pula kenaikan
panas pada badan dan kulit kita. Keadaan yang sama akan terjadi bila kita

9.

bekerja di tempat yang panas.


Manfaat untuk Otak. Dengan berolahraga, myelin akan makin tebal
sehingga penghantaran impuls saraf menjadi lebih cepat. Disamping itu
akan keluar juga neurotropin yang merangsang neurotransmiter di sinaps
sehingga reaksi akan cepat dan tepat, dan demikian juga akan dengan

cepat dan tepat mengatasi masalah.


10. Perubahan psikologis. Melalui mekanisme fisiopsikologis, olahraga
akan

meningkatkan perasaan berprestasi, menghilangkan ketegangan,

membentuk jiwa sportif, mengajarkan sikap sabar, gembira dan melatih


konsentrasi.

Keadaan

ini

secara

fisiopsikologis

disebabkan

oleh

meningkatnya kadar epinephrin dan norepinephrin, serta suplai darah ke


otak. Pengeluaran garam melalui keringat pada waktu berolahraga diduga
akan memperbaiki suasana hati. Lebih dari itu olahraga akan membuat
tidur lebih nyenyak, sehingga bisa mengurangi masalah kejiwaan.
2.1.2.4 Kriteria Olahraga
Dalam penentuan program olahraga, beberapa hal yang harus ditetapkan
antara lain adalah intensitas latihan, durasi (waktu) latihan, frekuensi latihan,
jenis latihan serta progresi latihan yang tepat.
A. Intensitas Latihan
Intensitas latihan ditetapkan secara spesifik pada setiap individu
sesuai dengan kapasitas fisik yang dalam pelaksanaannya memerlukan
57

pengawasan secara terus menerus agar intensitas latihan benar-benar


mencapai

intensitas

yang

diprogramkan.

Intensitas

latihan

dapat

diekpresikan dalam satuan absolut (contoh: watt) maupun diekspresikan


dalam bentuk relatif (misalkan terhadap frekuensi denyut jantung
maksimal, METs, VO2 maks maupun RPE/Rating

of Perceived

Exertion) (Jette,1999).
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kemampuan seseorang
untuk mempertahankan suatu intensitas latihan berbeda dengan orang
lain. Perbedaan ini sebagian besar disebabkan oleh perbedaan intensitas
latihan dimana terjadi akumulasi asam laktat (onset of blood lactate
accumulation) (Mock, 1997).
Perbedaan ketahanan dalam menjalankan level intensitas latihan ini
menjadi hal yang harus diperhatikan dalam menyusun program latihan.
Menurut Andersen (1999) pada umumnya, intensitas latihan dimulai
40 sampai dengan 85% kapasitas fungsional. Pada orang dengan dengan
permasalahan jantung, intensitas latihan dapat ditetapkan antara 40 sampai
dengan 60% kapasitas fungsional. Durasi latihan dapat ditetapkan sesuai
dengan respon seseorang terhadap latihan. Sebagai contoh, seseorang
sudah harus merasa pulih dalam satu jam setelah latihan.
Terlepas dari teknik penetapan intensitas dan level intensitas
yang dipilih, intensitas latihan tersebut merupakan intensitas yang
dapat dilakukan selama 15 sampai dengan 60 menit. Pada dasarnya
tujuan akhir menentukan besaran intensitas latihan

adalah

untuk

memberikan petunjuk bagi seseorang tentang intensitas latihan yang


akan dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk dirinya sekaligus
meminimalisir resiko terjadinya cedera (Slentz, 2004).
1.

Penetapan Intensitas dengan berdasarkan Frekuensi Denyut


Jantung
Pada umumnya, apabila tidak dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan

yang ekstrim, keadaan psikologis maupun penyakit,

terdapat hubungan yang relatif bersifat linear antara denyut jantung


pada saat latihan dengan intensitas latihan. Metode yang sering
dipergunakan

adalah

mempergunakan

jumlah

dari frekuensi

denyut jantung istirahat ditambah dengan persentase dari selisih


58

antara frekuensi denyut jantung maksimal dengan frekuensi nadi


istirahat. Denyut nadi maksimal didapat dari rumus 220-umur.
Contoh : Laki-laki usia 35 tahun, dengan denyut nadi istirahat 68
kali per menit, dengan target latihan 80 % VO2 maks, maka
denyut nadi maksimal =220-35=185 sedangkan target denyut nadi
= 68 + 0.8(185-68) =162 kali per menit. (Feigenbaum, 1999).
2.

Penetapan Intensitas dengan RPE (Rating of Perceived


Exertion)
Penetapan
seseorang

intensitas

juga

dapat

didasarkan

persepsi

terhadap kelelahan (perceived exertion). Konfirmasi

intensitas latihan dengan mempergunakan RPE

penting

untuk

dilakukan karena frekuensi denyut jantung maksimal dapat


bervariasi pada setiap orang. Konfirmasi ini penting untuk
mengevaluasi agar suatu latihan betul-betul dilakukan pada
intensitas yang optimal. Lebih lanjut, pada keadaan dimana terjadi
hambatan respon kardiovaskular,
dengan mempergunakan

penetapan intensitas latihan

skala RPE lebih tepat dibandingkan

berdasarkan frekuensi denyut jantung. (Feigenbaum et al., 1999).


Salah satu pedoman RPE dikembangkan oleh Bjorg pada tahun
1982 dengan mempergunakan skala dari 6 sampai dengan 20. Skala
Bjorg sampai dengan sekarang masih cukup sering dipergunakan
akan tetapi dewasa ini terdapat alternatif skala penggunaan Bjorg
dengan mempergunakan skala antara 0 sampai dengan diatas 10
(=maksimal).
sering

Dengan adanya dua skala yang sekarang ini

dipergunakan,

penetapan

intensitas

dengan

mempergunakan RPE harus jelas mencantumkan standard RPE


yang dipergunakan (Feigenbaum et al., 1999).
Penggunaan skala kategori Bjorg didasarkan pada temuan
bahwa

kategori RPE Bjorg meningkat secara linear dengan

peningkatan respon fisiologis seperti frekuensi

denyut

jantung,

ventilasi dan konsumsi oksigen. Walaupun demikian dewasa ini


skala Bjorg dikembangkan karena terdapat temuan bahwa pada
latihan intensitas rendah dan tinggi subjek lebih mudah untuk
59

mengaitkan persepsinya terhadap kelelahan dengan skala kategoriratio. (Jette, 1994).

3.

Penetapan Intensitas Latihan dengan METs


Jette (1994) menyatakan bahwa METS adalah satuan dari
kapasitas fungsional tubuh (VO2maks). 1 METs merupakan
kapasitas latihan yang membutuhkan 3,5 g O2/kgmenit. Biasanya
rentang latihan yang disarankan adalah 40 sampai dengan 85%
kapasitas

fungsional

intensitas
pengeluaran

maksimal.

Setelah

menetapkan

rentang

yang diinginkan, dapat dipilih kegiatan fisik yang


energinya

sesuai

dengan intensitas latihan yang

diinginkan.
Hal yang juga mempengaruhi kisaran METs aktivitas-aktivitas
tersebut adalah keadaan lingkungan. Perbedaan suhu, kelembaban,
kecepatan angin dan sebagainya berpengaruh

pada

keluaran

METs. Mengingat terdapat keterbatasan ini, pada lingkungan


yang ekstrim intensitas latihan dengan mempergunakan frekuensi
denyut jantung dan RPE lebih cocok untuk dilakukan (Jette et al.,
1994). Apapun pedoman intensitas latihan yang ditetapkan,
sebaiknya intensitas latihan ditetapkan dalam nilai kisaran. Setelah
kisaran intensitas latihan ditetapkan, misalnya 5 sampai dengan
9 METs, sebaiknya latihan dimulai dengan intensitas yang rendah
kemudian dilanjutkan pada intensitas yang lebih tinggi secara
bergantian. Hasil akhir pengeluaran energi pada kisaran ini akan
sama dengan latihan intermiten 6 sampai dengan 8 METs atau
latihan kontinyu dengan intensitas 7 METs (Jette et al., 1999)

Tabel 2.1 : Contoh Nilai METs Beberapa Jenis Aktivitas

60

Jenis latihan

Rata-rata

Bulutangkis

5.8

Basket

8.3

Berlari
12 menit menempuh 1,6 km

8,7

11 menit menempuh 1,6 km

9,4

10 menit menempuh 1,6 km

10,2

9 menit menempuh 1,6 km

11,2

8 menit menempuh 1.6 km

12,5

6 menit menempuh 1.6 km

14,1

Squash

9,9

Tenis Meja

4,1

B. Durasi Latihan
Durasi latihan inti berkisar antara 15 sampai dengan 60 menit (Blair,
1995). Durasi waktu ini dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas
fungsional tubuh. Durasi waktu yang diaksanakan berbanding terbalik
dengan intensitas

latihan.

Latihan dengan intensitas tinggi dan durasi

latihan pendek menimbulkan respons tubuh yang sama dengan latihan


dengan intensitas yang rendah dan durasi yang lama.

Latihan selama 5

sampai 10 menit dengan intensitas 90% kapasitas fungsional tubuh dapat


memperbaiki kerja kardiovaskular. Walaupun demikian latihan dengan
intensitas tinggi dan durasi yang pendek tersebut tidak dapat diterapkan
pada kebanyakan orang, sehingga lebih disarankan untuk melaksanakan
program latihan dengan intensitas yang

sedang

lebih lama (Kraemer,

tersebut disarankan

2004).

Program

dan

durasi

yang
karena

61

memiliki

resiko

cedera

yang

rendah

menghasilan total keluaran kalori yang tinggi.


Untuk orang yang terbiasa dengan
durasi

dan

potensial

aktivitas

untuk

yang rendah,

yang disarankan adalah 20 sampai dengan 30 menit dengan

intensitas (40 sampai dengan 60% kapasitas fungsional). Penyesuaian


durasi dan intensitas latihan didasarkan pada respon

fisiologis individu

terhadap latihan, status kesehatan dan tujuan latihan (misalkan: penurunan


berat badan). Pada umumnya pada fase awal durasi latihan dapat
bertahap ditingkatkan dari 20 menit menjadi 45 menit (Blair, 2005).
C. Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan tergantung dari durasi dan intensitas latihan.
Frekuensi latihan yang dapat dilakukan dapat beberapa laki dalam sehari
sampai dengan 5 kali dalam seminggu tergantung jenis latihan, keadaan
fisik dan tujuan latihan (Kraemer et al., 2004). Pada orang dengan
kondisi fisik yang rendah dapat dilakukan latihan dengan intensitas 3
METs selama 5 menit yang dilakukan beberapa kali sehari. Sesorang
dengan kapasitas fungsional 3-5 METs, latihan dapat dilakukan 1-2 kali
sehari.
Individu dengan kapasitas fisik >5METs disarankan untuk berlatih 3
kali per minggu pada har yang berselingan.

Individu dengan jenis

latihan beban sebaiknya juga berlatih tiga kali dalam semimngu pada hari
yang berselingan. Latihan dengan frekuensi intensif sebaiknya juga
dilakukan dengan jenis latihan beban dan non beban secara bergantian. Hal
yang dihindari adalah latihan beban yang dilakukan lebih dari 5 kali
dalam seminggu. Latihan jenis ini dengan frekuensi yang tinggi
meningkatkan resiko cedera ortopedik (Andersen, 1999).

2.1.2.5 Olahraga Untuk Lansia


Banyak perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya perubahan
pada komposisi tubuh, otot, tulang dan sendi, sistem kardiovaskular, respirasi dan
kognisi. Pada lansia, ada penurunan massa otot, perubahan distribusi darah ke otot,
penurunan PH dalam otot, otot menjadi lebih kaku, dan ada penurunan kekuatan otot.
62

Olahraga dapat meningkatkan kekuatan otot, massa otot, perfusi otot dan kecepatan
konduksi saraf ke otot.
Massa tulang menurun 10 % dari massa puncak tulang pada usia 65 tahun dan
20 % pada usia 80 tahun. Tulang, sendi dan otot saling terkait. Jika sendi tidak dapat
digerakkan sesuai dengan ROM-nya maka gerakan menjadi terbatas sehingga
fleksibilitas menjadi komponen esensial dari program latiuhan bagi lansia. Jika suatu
sendi tidak digunakan, maka otot yang melintasi sendi akan memendek dan
mengurangi ROM. Riset menunjukkan bahwa olahraga teratur menjadi salah satu hal
penting untuk mencegah osteoporosis karena olahraga dapat meningkatkan massa
tulang, kepadatan, dan kekuatan pada lansia. Olahraga yang direkomendasikan bagi
lansia yang mengalami osteoporosis sebaiknya yang tidak membebani tubuh seperti
bersepeda atau latihan didalam air ( berenang).
Perubahan pada sistem kardiovaskular ditandai dengan adanya perubahan
anatomi di jantung dan pembuluh darah, menurunnya denyut nadi maksimal,
meningkatnya tekanan darah, hipotensi postural, perubahan dalam pemulihan denyut
nadi setelah aktivitas fisik, menurunnya jumlah darah yang dipompa dalam tiap
denyutan dan perubahan dalam darah (sel darah merah, hemoglobin). Latihan pada
penderita penyakit kardiovaskular difokuskan pada latihan aerobik 30-60 menit per
hari untuk menurunkan tekanan darah.
Lansia direkomendasikan melakukan aktivitas fisik setidaknya selama 30 menit
pada intensitas sedang hampir setiap hari dalam seminggu. Lansia dengan usia lebih
dari 65 tahun disarankan melakukan olahraga yang tidak terlalu membebani tulang,
seperti berjalan, latihan dalam air, bersepeda statis, dan dilakukan dengan cara
menyenangkan.
Partisipasi lansia dalam aktivitas fisik yang teratur atau program latihan fisik
yang terstruktur sangat disarankan dan mempunyai banyak manfaat. Perbaikan cara
berjalan, keseimbangan, kapasitas fungsional tubuh secara umum, dan kesehatan
tulang dapat diperoleh melalui latihan. Kesehatan olahraga bagi lansia merupakan hal
penting yang harus diprogramkan, baik dari petugas kesehatan, profesional olahraga
maupun masyarakat.

2.2 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Sukmadinata
(2007), yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
63

Jasmani
Faktor Internal
Rohani

Pendidikan

Paparan Media
Massa

Faktor Eksternal

Pengetahuan

Ekonomi

Hubungan Sosial

Pengalaman

Gambar 2.1 : Kerangka teori pengetahuan menurut Sukmadinata 2007

2.3 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di RT
002/RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten.
64

Pendidikan
Paparan Media Massa
Ekonomi

Pengetahuan
Olahraga

Hubungan Sosial
Pengalaman

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

2.4 Definisi Operasional


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional
ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa
yang sedang didefinisikan dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala
yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain
65

Tabel 2.2. Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Pengetahuan Olahraga Pada
Daerah Keluarga Binaan RT 002/ RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang

No

VARIABEL

1.

Pengetahuan
Olahraga

DEFINISI

ALAT

CARA

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

Pemahaman responden

Kuesioner

Wawancara

HASIL
Baik : 79-

tentang definisi

100 %

olahraga(Gale

Cukup : 56-

Encyclopedia Of

SKALA
Ordinal

78 %

Medicine,2008), jenis

Kurang : <

olahraga, manfaat olahraga

56 %

(CDC,2011), durasi
olahraga (AHA,2011 ) dan
frekuensi olahraga
2.

Pendidikan

(AHA,2011).
Jenjang pendidikan formal

Kuesioner

Wawancara

terakhir yang ditamatkan

Baik : SMA

Ordinal

Sedang :

oleh responden.

SMP
Rendah : SD

3.

Paparan
media massa

Informasi yang didapatkan

Kuesioner

Wawancara

Ada, jika

tentang olahraga dari

media elektronik dan

Tidak Ada,

media cetak, atau

Nominal

jika < 1

penyuluhan.

Tabel 2.2. Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Pengetahuan Olahraga Pada Daerah
Keluarga Binaan RT 002/ RW 04 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang (Lanjutan)

No

VARIABEL

DEFINISI

ALAT

CARA

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

HASIL

SKALA

66

Baik jika

Pemanfaatan sumber

ekonomi oleh responden


4.

Ekonomi

sebagai sarana dan


prasarana untuk

Kuisioner

Wawancara

memperoleh pengetahuan

Cukup jika
=1
Kurang jika

mengenai olahraga
5.

Hubungan
Sosial

Interaksi antara responden

Ordinal

<1

Kuesioner

Wawancara

Baik, jika

Ordinal

dengan keluarga lain di


lingkungan sekitar berupa

Buruk, jika

ajakan oleh tetangga

<1

kepada responden dan


ajakan responden untuk
tetangga dalam melakukan
olahraga

6.

Pengalaman

Sesuatu yang pernah


dirasakan, didengarkan,
dan dialami oleh responden
dalam hal olahraga

Kuesioner

Wawancara

Ada, jika

Nominal

1
Tidak Ada,
jika < 1

67

You might also like