Professional Documents
Culture Documents
HELMINTH ZOONOSIS
(FASCIOLIASIS DAN SCHISTOSOMIASIS)
Oleh :
B6
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
NAMA ANGGOTA :
ALVIONITA LINGGA
1209005074
1209005077
1209005078
1209005080
1209005081
Pokok Pembahasan
1. Sinonim
2. Etiologi
3. Siklus Hidup
4. Distribusi Geografis
5. Kejadian pada Manusia
6. Kejadian pada Hewan
7. Penyakit pada Manusia
8. Penyakit pada Hewan
9. Sumber Infeksi dan Model Transmisi
10.Peranan Hewan dalam Epidemiologi Penyakit
11.Diagnosis dan Kontrol
Fascioliasis
Sinonim:
Hepatic distomiasis, Fasciolosis
Etiologi:
Fasciola hepatica, Fasciola gigantica
Merupakan cacing trematoda
Berpredileksi di saluran empedu hewan herbivora
peliharaan, ataupun liar dan terkadang manusia
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Trematoda
Subclass: Digenea
Order : Echinostomida
Suborder
: Distomata
Family : Fasciolidae
Genus : Fasciola
Species : Fasciola hepatica
Fasciola gigantica
b
a
c
Morfologi :
Gambar a) Fasciola gigantica : panjang 2,5 7,5 cm, lebar 1,2 cm
Gambar b) dan c) Fasciola hepatica : berbentuk pipih, panjang 2,5 3
cm, lebar 1,3 cm, berwarna kecoklatan dan berbentuk seperti daun salam
Siklus Hidup
Fasciola hepatica :
Telur yang belum berembrio dikeluarkan bersama cairan empedu
menuju saluran cerna dikeluarkan bersama feces lingkungan
yang sesuai miracidia tubuh siput/ keong sporocyst rediae
cercaria berenang aktif di air dan menempel pada tumbuhan
metacercaria di lingkungan basah kontaminasi mll pakan/ air
minum (host definitif) hewan herbivora peliharaan, liar, dan
manusia larva dilepas di duodenum dinding usus ruang
abdominal parenkim hati kantong empedu pematangan.
Fasciola gigantica :
Memiliki siklus hidup yang sama seperti Fasciola hepatica
Perkembangan siklus hidup lebih panjang
Siklus Hidup
Distribusi Geografis
Fasciola hepatica:
Tersebar luas di
seluruh dunia (Eropa,
Amerika Tengah &
Selatan, Oceania,
Asia dan Afika
Fasciola gigantica:
Sering terjadi di
Afrika, beberapa
negara Asia dan
Hawaii
Host Intermediet
Fasciola hepatica :
Lymnaea truncatula di Asia, Eropa dan Afrika
Lymnaea humilis, Lymnaea bulimoides, Lymnaea cubensis di
Amerika Utara
Lymnaea viator (Lymnaea viatrix) dan Lymnaea diaphana di
Amerika Selatan
Lymnaea tomentosa di Australia dan New Zealand
Lymnaea viridis di Asia, Hawaii dan Papua New Guinea.
Lymnaea truncatula
Host Intermediet
Fasciola gigantica :
Lymnaea auricularia
Lymnaea rufescens di India dan Pakistan
Lymnaea rubiginosa di Malaysia
Lymnaea euphratica di Irak
Diagnosis
Selama fase akut pada manusia, disarankan
menggunakan pemeriksaan hematologi dg melihat
adanya eosinophilia, sedangkan pada hewan dg autopsi
u/ menguji lesi hepatik dan penemuan parasit
Kondisi kronis dg uji coprologic dan observasi telur
parasit melalui metode sedimentasi
Selama periode prepaten dg uju kutaneus dg fascioline,
complement fixation, immunofluorescence,
immunoelectroforesis, counterimmunoelectroforesis,
dan ELISA.
Kontrol
Pada manusia: mencegah konsumsi salada yang asalnya tidak
diketahui secara pasti.
Pada hewan: pemberian fasciolicida pada host definitif seperti
domba dan sapi
Kontrol terhadap keong meliputi: modifikasi lingkungan/
penggunaan bahan kimia dan biologi serta drainase tanah sesuai
dg prinsip teknik dan ekonomi
Treatmen pada hewan : hexacholoethana, karbon tetrachloride,
hexachlorophene bithionol, oxyclozanida, nitroxnyl, dan
triclabendazole (sangat memuaskan)
Treatmen pada manusia berupa bithinol.
SCHISTOSOMIASIS
Sinonim : Bilharziasis, Katayama
Syndrome (akut Schistosomiasis)
Etiologi : Pada manusia yaitu 3
spesies klasik trematoda darah yaitu,
Schistosoma mansoni, S. japonicum
dan S. haematobium
Lanjutan
Pada stadium lanjut menimbulkan lesi pada
paru-paru dan respiratorius
Fase kronis terjadi intetinal,hepatointestinal,
hepatosplenic dan bentuk paru
Infeksi yang disebabkan S. haematobium,
lesi pada saluran urogenitalis, kadangkadang meluas ke usus
Pada dinding kantong kencing ada lipatan
papilloma, pseudoabscess, dan
pseudotuberkel
Lanjutan
Fibrosis total organ
Terjadi sumbatan pada ureter dan
uretra
Akut schistosomiasis (sindrom
Katayama) : demam yang
intermitten, batuk-batuk, kelemahan,
myalgia, dan eosinophilia
Lanjutan
Hepatik sindrom membentuk
granuloma, peradangan, fibrosis dan
sumbatan vena portal dalam suplai
darah
Bentuk infeksi hewan yang kronis:
kekurusan, anemia, eosinophilia dan
hypoalbunemia
Diagnosis
Adanya telur didalam material fecal
(untuk S. intercalatum dan S.
japonicum) atau diantara urin dan
feses (untuk S. haematobium)
Dalam kasus yang kronis, telur
sedikit sehingga sulit ditemukan
Uji immunobiologik
Uji circumoval radial immuno
precipitation dengan telur segar S.
mansoni
Kontrol
a). Pendidikan kesehatan
b). Pencegahan adanya kontaminasi pada
tubuh oleh air yang mengandung ekskreta
manusia
c). Kemoterafi terhadap populasi yang
terjangkit
d). Modifikasi ekologi
e).Schistosomaspecies
Penggunaan molluscicida
untuk kontrol
Praziquantel
dose and
infection
Duration
keong.
Schistosoma mansoni, S.
haematobium, S.
intercalatum
Daftar Pustaka
Brindley PJ et al. 2009.Helminth genomics: The
implications for human health.PLoS Negl Trop Dis
. 26;3(10):e538.
Colley DG, Secor WE. 2007.A schistosomiasis
research agenda.PLoS Negl Trop Dis. 26;1(3):e32.
Gryseels B. et al. 2006. Human schistosomiasis.
Lancet. 23;368(9541):1106-18.
http://en.wikipedia.org/wiki/Lymnaea?
http://
www.cdc.gov/parasites/fasciola/health_professiona
ls/index.html
http://www.cdc.gov/parasites/schistosomiasis/
http://
www.metapathogen.com/schistosoma/schistosom
a-mansoni.html
Suardana, I.W., dan Soejoedono,R.R. 2005. Buku