Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetika
2.1.1 Defenisi Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahanbahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 1997).
Defenisi kosmetika sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 menyatakan bahwa kosmetika
adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,
dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada
badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,
memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk
golongan obat (Wasiatatmadja, 1997).
Definisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan suatu obat
yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit.
Kosmetika diharapkan mampu menghasilkan suatu
struktur maupun faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang tua ke
arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang
membentuk minyak pada permukaan kulit (Wasiatatmadja, 1997).
mengkerutkan
kelenjar keringat. Bahan-bahan yang biasa digunakan antara lain senyawa garam
aluminium, yaitu aluminium klorida, aluminium sulfat, dan lain-lain. Sedangkan
deodoran, mempunyai daya kerja antiseptik untuk mencegah bakteri menguraikan
keringat. Bahan-bahan yang mempunyai daya antiseptik antara lain formaldehid,
asam benzoat, asam salisilat, dan seng peroksida.
6. Depilatori
Depilatori digunakan untuk menghilangkan rambut terutama rambut ketiak
dan rambut yang tumbuh di kaki. Bahan yang biasa digunakan garam sulfida dari
barium, kalsium dan stronsiumdan natrium.
7. Sunscreen
Sunscreen digunakan dengan maksud mengubah kulit yang putih menjadi
warna coklat, tanpa kulit terbakar oleh sinar matahari. Sediaan sunscreen
mengandung bahan-bahan yang menahan sinar matahari terutama sinar matahari
dengan gelombang antara 290-320 milimikron yaitu gelombang matahari yang
membakar kulit. Bahan atau zat yang menahan sinar tersebut antara lain asam paminobenzoat, etil p-aminobenzoat, isobutil p-aminobenzoat, metil salisilat, dan
benzil salisilat.
2.1.4 Bahan-Bahan Kosmetika
1. Bahan dasar (Vehikulum)
Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain
sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lain.
Bahan dasar kosmetika terdiri dari :
a. air atau campurannya dengan bahan dasar lain seperti alkohol, aseton, minyak,
dan bedak.
b. alkohol atau campurannya dengan dengan air atau minyak.
c. vaselin atau campurannya dengan lanolin, gliserin atau talk.
d. minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air atau alkohol.
e. talkum atau campurannya dengan air, minyak atau vaselin (Wasitaatmadja,
1997).
2. Bahan aktif
Merupakan bahan kosmetika terpenting yang mempunyai daya kerja dalam
kosmetika. Konsentrasi bahan aktif kosmetika pada umumnya kecil namun dapat
pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut sekaligus berperan sebagai
bahan dasarnya, misalnya bahan aktif preparat pembersih muka (cleansing
cream). Contoh bahan aktif yaitu PABA, sulful, PPDA, hidrogen peroksida dan
aluminium klorida (Wasitaatmadja, 1997).
3. Bahan yang menstabilkan campuran (Stabilizer)
Bahan-bahan yang menstabilkan campuran (stabilizer) sehingga kosmetika
tersebut dapat bertahan lebih lama baik dalam warna, bau dan bentuk fisik.
Bahan-bahan tersebut adalah :
a. emulgator yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan secara
merata (homogen). Pada campuran dua cairan maka emulgator umumnya
ii.
anti oksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi yang juga dapat
menstabilkan kosmetika. Misalnya natrium sulfat (Wasitaatmadja, 1997).
ii.
iii.
kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan garam minyak, misalnya
sabun.
iv.
v.
c. pelembab
Pada kulit kering yang terjadi pada keadaan kelembapan udara sangat
rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau kelainan kulit
tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar, kosmetika pelembab
dapat mengurangi penguapan kulit dengan cara menutupinya (Wasitaatmadja,
1997).
d. pelindung
Pada keadaan tertentu, kulit memerlukan perlindungan tambahan. Pertama,
pada polusi yang bersifat iritan sangat kuat misalnya di dalam lingkungan kerja
pabrik kimia atau gas. Perlindungan tersebut dapat dilakukan dengan kosmetik
dasar (foundation cream). Kedua, pada pajanan sinar matahari yang mengandung
sinar ultraviolet secara langsung dan lama, perlindungan kulit dapat dilakukan
dengan menggunakan kosmetika tabir surya (Wasitaatmadja, 1997).
e. penipisan
Penipisan kulit kadang-kadang perlu dilakukan pada keadaan kulit menebal
dan agak kasar, misalnya pada gangguan keratinisasi kulit, pada keadaan kulit
kotor dan berminyak sehingga lapisan tanduk tidak mudah terlepas, atau pada
tempat terjadi gesekan kulit sehingga keratinisasi kulit bertambah cepat. Penipisan
kulit dapat dilakukan oleh penipis yang biasanya mengandung zat dengan partikel
kasar (Wasitaatmadja, 1997).
f. rias atau dekoratif
Kosmetika rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan seseorang. Kulit
yang hitam dapat dirias menjadi lebih putih, kulit yang terang dapat dirias menjadi
agak gelap. Kulit yang belang atau cacat dapat ditutup, kulit yang bolong-bolong
dapat didempul, hidung yang pesek dapat dipoles agar kelihatan lebih mancung,
mata yang sipit dapat diukir agar terlihat agak lebar, sebaliknya mata yang belo
dapat disamarkan agar kelihatan lebih kecil dan dalam (Wasitaatmadja, 1997).
g. wangi-wangian (Parfum)
Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi bau badan
yang mungkin kurang sedap untuk orang lain. Seperti juga warna pada rias,
parfum mempunyai tingkat resiko yang tinggi bagi kulit yang mungkin sensitif
terhadap zat kimia yang terdapat dalam salah satu komposisinya (Wasitaatmadja,
1997).
h. kosmetik medik
Selain sebagai penambah kecantikan, kosmetik dapat pula berperan sebagai
obat sehingga kosmetik diformulakan kosmetik mengandung zat yang dapat
bekerja lebih dalam dan biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur,
heksaklorofen, hormon, dan merkuri (Wasitaatmadja, 1997).
2.1.6 Efek Samping Kosmetika Pada Kulit
Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan
pada kulit dapat berupa :
1. dermatitis
Akibat kontak kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat alergik atau iritan,
misal PPDA (paraphenyl diamine) pada cat rambut, natrium laurilsufat atau
heksaklorofen pada sabun, hidrokuinon pada pemutih kulit (Wasitaatmadja,
1997).
2. akne kosmetika
Akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat aknegenik,
misalnya lanolin pada bedak padat atau masker menipis (peeling mask)
(Wasitaatmadja, 1997).
3. fotosensitivitas
Akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam
kosmetika, misalnya PPDA dalam pewarna rambut, klormerkaptodikarboksimid
dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta-karoten,
sinamat atau sinoksat pada tabir surya (Wasitaatmadja, 1997).
4. pigmented cosmetic dermatitis
Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa
gatal, timbul akibat pewarna jenis ter batubara terutama briliant lake red dan
turunan fenilazonaftol (Wasitaatmadja, 1997).
5. Granuloma
Akibat garam zirkonium dalam deodoran, merkuri dalam pemutih dan metal
dalam tato (Wasitaatmadja, 1997).
2.2 Krim Pemutih
2.2.1 Pengertian Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisonal telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi yang relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk
yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan
lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal (Depkes RI, 1995).
Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada yang A/M
dan M/A. Sebagai pengemulsi dapat berupa surfaktan anionik-kationik dan
nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun monovalen, tween, natrium
laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah dicuci air (Anief,
1994).
Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat
menekan atau menghambat melamin yang sudah terbentuk sehingga akan
memberikan warna kulit yang lebih putih (Saputri, 2010).
2.3 Asam Retinoat
2.3.1 Defenisi Asam Retinoat
Sifat fisika dan kimia Asam Retinoat adalah sebagai berikut:
menyebabkan kulit mengelupas dan muncul kulit baru, tetapi tidak semua kulit
tahan menerimanya, sehingga malah kulit menjadi rusak, kulit jadi kemerahmerahan (Rasyid, 2012)
Pada kulit sensitif, pemakaian tretinoin harus dimulai dengan dosis paling
rendah yakni 0,05 persen dengan pemakaian setiap dua malam sekali. Bila kulit
mulai kuat dan tidak timbul reaksi radang, rasa terbakar, secara perlahan, dosisnya
dapat ditambah atau ditingkatkan dan pemakaiannya pun dapat dipakai setiap
malam. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin tidak boleh dipakai pada siang
hari, karena paparan sinar matahari dapat memperkuat efek sampingnya. Pada
kulit normal, efek kemerahan karena peradangan, akan mereda setelah pemakaian
tretinoin dihentikan (Rasyid, 2012).
Penggunaan asam retinoat bentuk all-trans (tretinoin) untuk pengobatan
melasma dapat secara kombinasi maupun tersendiri. Konsentrasi tretinoin untuk
pengobatan melasma adalah 0,05 % atau 0,1 % sedangkan bila secara kombinasi,
dapat disertai dengan hidrokuinon 2-5 % dengan/tanpa kortikosteroid topikal.
Kombinasi tretinoin dan hidrokuinon dengan/tanpa kortikosteroid bertujuan untuk
meningkatkan kemanjuran dan mengurangi efek samping (Sawitri, 2000).
Mekanisme kerja tretinoin pada pengobatan melasma belum jelas, namun
diduga tretinoin menghambat enzim tirosinase pembentuk melanin. Disamping
itu, mendispersikan butir-butir pigmen di keratinosit, menghambat transfer
melanosom dari melanosit ke keratinosit, dan mempercepat degradasi melanosom
akibat peningkatan turn over epidermis. Pada penelitian in vitro, terbukti tretinoin
menghambat induksi tirosinase pada sel melanoma yang di kultur. Pada akhir
kekuatan pada lapisan, dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat
yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat (Ningsih, 2009).
Harga Rf dapat didefenisikan sebagai berikut :
Harga Rf =
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan hargaharga standart. Senyawa standart biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip
dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram (Ningsih, 2009).
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
gerakan
noda
dalam
menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi.
Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi (Depkes RI, 1995).
2.5.1 Bagian-Bagian dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
1. Pompa
Fase gerak dalam KCKT sudah tentu zat cair dan untuk menggerakkannnya
melalui kolom diperlukan alat. Ada dua jenis utama pompa yang digunakan yaitu
tekanan-tetap dan pendesakan-tetap. Pompa pendesakan tetap dapat dibagi dalam
lagi menjadi pompa torat dan pompa semprit. Pompa torat menghasilkan aliran
yang berdenyut, jadi memerlukan peredam denyut atau peredam elektronik untuk
menghasilkan garis alas detektor yang stabil jika detektor peka terhadap aliran.
Kelebihan utamanya ialah tandonnya tidak terbatas. Pompa semprit menghasilkan
aliran yang tak berdenyut, tetapi tandonnya terbatas (Johnson, 1991).
2. Injektor
Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom),
diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada
tiga jenis dasar injektor, yaitu :
a. aliran-henti
Aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atmosfer, sistem
ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi (biasanya sistem aliran utama tetap pada
tekanan kerja). Cara ini dapat dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil, jadi
umumnya daya pisah tidak dipengaruhi.
b. septum
Ini adalah injektor langsung pada aliran yang sama dengan injektor yang lazim
dipakai pada kromatografi gas. Injektor tersebut dapat dipakai pada tekanan
sampai sekitar 60-70 atmosfer. Setpum tidak dapat dipakai pada semua pelarut
kromatografi cair
c. katup jalan-kitar
Biasanya dipakai untuk menyuntikkan volum yang lebih besar dari 10 mikro
liter dan sekarang dipakai dipakai dalam sistem yang diotomatkan (Johnson,
1991).
3. Kolom
Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilihihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom
dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm. Panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk
kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan
mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm
b. kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25-100 cm
(Johnson, 1991).
4. Detektor
Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan di dalam
efluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik sangat peka, tidak
banyak berderau, rentang tanggapan liniernya lebar, dan menanggapi semua jenis
g. harganya wajar
Pada umumnya pelarut dibuang setelah dipakai karena tata kerja pemurnian
memakan waktu dan mahal (Jayanti, 2011).
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya
elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase
diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih
polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari pada
fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik
adalah campuran larutan buffer dengan methanol atau campuran air dengan
asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering
digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut-pelarut
jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan
fase terbalik (Jayanti, 2011).
7. Wadah Fase Gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong
ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak
sebelum digunakan harus dilakukan degassing ( penghilangan gas ) yang ada pada
fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama
dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat
pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut,
buffer, reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih lagi jika
pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT ( HPLC
grade ). Adanya pengotor dalam dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung
yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau
tabung tersebut. Karenanya, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih
dahulu untuk menghindari partikel kecil ini (Jayanti, 2011).
2.5.2 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi mempunyai banyak keuntungan jika
dibandingkan dengan kromatogarafi tradisional yaitu :
a. cepat.
b. daya pisah baik.
c. peka dan detektor unik.
d. kolom dapat dipakai kembali.
e. ideal untuk molekul besar dan ion.
f. mudah memperoleh kembali cuplikan (Jayanti, 2011).