Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut Undang Undang No 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang
dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai
sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan
dengan orang lain. Sedangkan menurut ANA keperawatan merupakan satu bidang spesialistik
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusiasebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara teraupetik sebagai kiatnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
perasaan sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek
konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian diri. Indikator mengenai keadaan sehat
mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah individu tidak merasa tertekan atau depresi.
( Sujono Riyaldi & Teguh Purwanto, 2009 halaman 1 ).
Menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. ( menurut WHO ).
Sementara data yang ditemukan oleh penulis di Rumah Sakit Duren Sawit Jakarta di Ruang
belimbing pada bulan November 2012 sampai Mei 2013, penderita gangguan jiwa berjumlah
379 orang, dengan penderita Halusinasi 253 orang, penderita isolasi sosial 35 orang,
penderita Perilaku Kekerasan 60 orang, Depisit Perawatan Diri 20 orang, penderita Harga
Diri Rendah 7 orang. (Sumber : Rumah Sakit Khusus Duren Sawit Jakarta Timur Ruang
Belimbing ).
Jika seorang individu tidak mempunyai ciri sehat jiwa maka individu tersebut mengalami
sakit jiwa
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan diri
sendiri secara teraupetik dalam mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental klien,
dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada ( Iyus Yosep, 2007 ).
Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi: peran perawat promotif adalah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/menurunkan angka kesakitan dengan cara
memberikan penyuluhan tentang
peran perawat preventif adalah mengidentifikasi perilaku khusus dan menghindari kegagalan
peran, peran perawat kuratif adalah menyediakan lingkungan yang kondusif, memecahkan
masalah, merawat kesehatan fisik/mencegah usaha bunuh diri melalui terapi psikoterapi dan
terapi medik, peran perawat rehabilitatif adalah dengan mengikutsertakan klien dalam
kelompok, mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan dan melatih ketrampilan
klien sehingga isolasi sosial dapat terkontrol dengan baik.
Melihat data diatas, penulis tertarik dan berminat untuk membahas kasus Asuhan
Keperawatan pada Tn.R dangan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran di
Ruang Belimbing Rumah Sakit Khusus Duren Sawit Jakarta Timur.
B.
1.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara nyata dan lebih mendalam tentang asuhan Keperawatan pada klien
Tn.R dengan masalah utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
2.
a.
Tujuan Khusus
Diharapkan penulis mampu :
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi:
b.
Halusinasi Pendengaran.
Merumuskan masalah keperawatan dan pohon masalah pada klien Tn.R Gangguan Sensori
c.
d.
Halusinasi Pendengaran.
Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi:
e.
Halusinasi Pendengaran.
Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi:
f.
Halusinasi Pendengaran.
Melakukan evaluasi keperawatan pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi:
g.
Halusinasi Pendengaran.
Mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan kasus serta faktor pendukung penghambat ,
dan mencari alternatif pemecahan masalah pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori
h.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan Makalah ilmiah ini penulis hanya membahas asuhan keperawatan
pada klien Tn.R dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran di ruang
Belimbing Rumah Sakit Khusu Duren sawit Jakarta Timur dari tanggal 16 18 Mei 2013.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu suatu
metode yang menggambarkan situasi masalah melalui wawancara, observasi, data dari
catatan keperawatan dan catatan medik serta perawat ruangan melalui proses keperawatan
yaitu ; pengumpulan bahan bacaan, mempelajari dan memahami buku-buku dan sumbersumber yang berhubungan dengan permasalahan didalam makalah ini, mengadakan observasi
untuk melakukan pengamatan dan memberi asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Dokumentasi yaitu penulis
dalam melengkapi data merujuk dari catatan keperawatan dan medik klien.
1.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima bab, yaitu ;
BAB I Pendahuluan meliputi : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan dan
2.
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori meliputi : tinjauan teori, terdiri dari konsep dasar yang meliputi
definisi, psikodinamika (etiologi, proses terjadinya halusinasi, jenis-jenis halusinasi,
komplikasi), rentang respon, dan asuhan keperawatan (pengkajian, pohon masalah, diagnosa
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang dapat timbul pada klien skizofrenia, psikosa, pada
sindroma otak organik, epilepsi, nerosa histerik, intokasi atropin, atau kecubung dan zat
halusinogenik.( Trimelia, 2011 hal.2 )
Halusinasi adalah tergantungnya persepsi sensori seseorang dimana tidak terdapat stimulus
( Varcarolis, 2006 ).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar. Halusinasi
merupakan distori persepsi yang muncul dari berbagai indera. (Stuart & Laraia, 2005 ).
Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan persepsi sensori halusinasi adalah salah satu
gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan
sensasipalsu berupa suara, penglihatan, pengecapan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Selain itu perubahan persepsi sensori bisa juga diartikan sebagai
persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpaadanya
rangsangan dari luar meliputi semua sistem penginderaan ( pendengaran, penglihatan,
perabaan, penciuman, dan pengecapan ). (Nita Fitria, 2010 hal. 51-52 ).
1.
B. Pikodinamika
Etiologi
Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi atau
keadaan yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya. Halusinasi
dapat terjadi karena gangguan otak akibat kerusakan pada otak, keracunan dan pengaruh
lingkungan sosial budaya yang berbeda dapat menimbulkan persepsi berbeda.
a.
1.
Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa dengan adanya stres yang berlebihan, tubuh
seseorang yang menghasilkan zat halusinogenik neurokimia ( struktur dan fungsi otak ) yang
2.
3.
sehingga
orang
tersebut
merasa
kesepian
dilingkungan
ayang
4.
membesarkannya.
Faktor perkembangan jika tugas perkembangan mengalami hambatan dalam hubungan
5.
b.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitas yaitu stimulus yang di persepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Adanya
rangsangan dari lingkungan seperti, partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak
diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi
sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
2.
Proses Terjadinya Halusinasi
Tahapan halusinasi, karakteristik, dan perilaku yang ditampilkan terbagi atas empat
tahap/fase :
a.
Tahap I ( Non-Psikotik )
Pada tahap ini halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien tingkat orientasi
sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
klien.
Karakteristik :
Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
Mencoba berfokus pada pikiran dan menghilangkan kecemasan.
Tahap II ( Non-Psikotik )
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat kecemasan berat.
Tahap IV (Psikotik )
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Karakteristik :
Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah
Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol.
Tidak dapat berhubungan nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku uang muncul :
Resiko tinggi mencederai.
Agitasi/kataton.
Tidak mampu merespon rangsangan yang ada.
3.
Komplikasi
a.
Munculnya perilaku untuk menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Halusinasi simestik
Merasakan fungsi tubuh, seperi darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine, perasaan tubuh melayang di atas permukaan bumi.
Perilaku yang muncung adalah klien terlihat menatap tubuhnya sendiri dan terlihat seperti
merasakan sesuatu yang aneh tentang tubuhnya.
C.
Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen, 1998, dikutif Nita Fitria, 2009 hal.6
Respon Adaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan sosial
harmonis
1.
2.
Respon maladaptif
Pikiran kadang
menyimpang
Ilusi
Reaksi emosional
pikir/delusi/waham
Ketidakmampuan
berkurang/berlebihan
Perilaku ganjil
Menarik diri
emosi
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
halusinasi
Gangguan prose
untuk
mengalami
Keterangan :
Pikiran logis
Ide yang berjalan secara logis dan koheren
Persepsi akurat
Proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian ( attention )
3.
sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya.
Emosi konsisten
Manifestasi perasaan yang konsisten atau efek keluar disertai banyak komponen fisiologik
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Halusinasi
Keadaan dimana individu mengalami perubahan sensori atau kesan yang salah terhadap
stimulus baik secara internal maupun eksternal.
11. Isolasi sosial
Menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam berinteraksi.
12. Menarik diri
Percobaan untuk menarik interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang
lain.
13. Pikiran kadang
Manifestasi dari persepsiempuls eksternal melalui menyimpang alat panca indra yang
memproduksi gambaran se3nsorikpada area tertentu diotak kemudia di interprestasi sesuai
dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
D. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan terdiri dari :
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
Terdapat lesi di area frontal, temporalis dan limbik
2) Faktor perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentang terhadap stres adalah
3)
Faktor Presipitasi
Biologis
pada
mekanisme
pintu
masuk
dalam
otak
yang
mengakibatkan
halusinasi :
1) Fungsi kognitif
Terjadi perubahan daya ingat
Sukar untuk menilai dan menggunakan memorinya, sehiungga terjadi gangguan daya jangka
panjang atau pendek
Menjadi pelupa dan tidak berminat
Cara berfikir magis dan premitif
Perhatian terganggu, yaitu tidak mampu mempertahankan perhatian, mudah beralih dan
konsentrasi buruk
Isi fikir terganggu, yaitu tidak mampu memproses stimulus internal dan eksternal dengan baik
Tidak mampu mengorganisir dan menyusun pembicaraan yang logis dan koheren, seperti
berikut :
Kehilangan asosiasi, yaitu pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dan klien tidak menyadarinya
Tangensial, yaitu pembicaraan yang berbelit belit tapi tidak sampai pada tujuan
Inkuheren, yaitu pembicaan yang tidak nyambung
Sirkumstansial, yaitu pembicaan yang berbelit belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan
Flight of ideas, yaitu pembicaraan yang meloncat dari satu topik ketopik lainnya, masih ada
hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuannya
Blocking, yaitu pembicaraan berhenti tiba tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutka kembali
Perseverasi, yaitu pembicaraan yang diulang berkali kali.
Mekanisme Koping
Perilaku yang mewaqkili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
ansietas hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas sehari hari.
Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan ancaman persepsi
Menarik diri.
e.
Pohon Masalah
Effect
Causa
Isolasi Sosial
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul menurut pohon masalah adalah sebagai berikut :
Gangguan Sebsori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Harga Diri Rendah
Intervensi ( Perencanaan Keperawatan )
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah, tujuan
umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki oleh klien. Rencana tindakan
keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus.
a.
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang
dihadapi.
ndakan Keperawatan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik.
(1) Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
(2) Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
(3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
(4) Buat kontrak yang jelas
(5) Tunjukan sifat jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
(6) Tunjukan sifat empati dan menerima apa adanya
(7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
(8) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
(9) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2)
Tujuan Khusus 2
Kriteria Evaluasi :
situasi dan kondisi yang dapat menimbulkan halusinasi. Klien dapat menyatakan perasaan
a)
b)
(1)
(2)
(3)
mengalaminya
(4) Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
(5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
c) Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
(1) Isi, waktu dan frekwensi terjadinya halusinasi.
(2) Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaannya.
e) Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
f) Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya.
Tujuan Khusus 3 :
Kriteria Hasil
Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
Diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, jika cara
halusinasinya.
Membuat dan melaksanakan jadwalkegiatan sehari hari yang telah disusun.
Meminta keluarga, teman, perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
Tujuan Khusus 4 :
mengontrol halusinasinya.
Kriteria Hasil
:
Keluarga
dapat
membina
hubungan
saling
percaya dengan perawat, keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses
a)
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
Rencana Tindakan Keperawatan :
a) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,
b)
c)
d)
e)
b.
Penatalaksanaan Medis
1.
Psikofarmaka
Menurut Rasmun, Skp, edisi 1, 2003
a) Clorpromazine ( CPZ )
1. Indikasi
Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realita, kesadaran
diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik dari terganggu, berdaya berat dalam fungsi
fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
2.
Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor panca sinap diotak khususnya sistem ekstra pyramidal.
3.
Efek samping
Sedasi, gangguan otonomik ( hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung ), gangguan ektra pyramidal ( distonia akut, akatshia, sindroma
parkinsentremor, bradikinesia rigiditas ), gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ),
metabolic ( jaundice ), hematologic, agranulosis biasanya untuk pakaian jangka panjang.
4.
Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat,
penyakit SSP.
b)
1.
2.
Haloperidol ( HLP )
Indikasi
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi
kehidupan sehari hari.
Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron diotak
khususnya system limbikdan system ekstrapiramidal.
3.
Efek samping
Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik ( hipotensi, anti kolinergik /
parasimpatik, mulut kering kesulitan miksi dan defikasi, hidng tersumbat, mata kabur,
gangguan irama jantung ).
4.
Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat,
penyakit SSP, gangguan kesadaran.
c)
1.
Tryhexyphenidyl ( THP )
Indiksi
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paska ensepalitis dan idiopatik, sindrom
Parkinsom akibatobat misalnyareserpina dan fenotiazine.
2.
Mekanisme kenja
Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti kolinergik lainnya.
3.
Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, kontipasi,
tachikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
4.
Kontrak indikasi
Hypersensitif terhadap trhexyphenidyl, glaucoma sudut sempit, psokosis berat, psikoneurosis,
hypertropi prostat, dan obstruksi nsaluran cerna.
2.
Psikosomatik
a)
Therapy kejang listrik / Elektro Compulsive Thetapy ( ECT ) adalah suatu pengobatan untuk
menimbulkan kejang grend mal secara artixicial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elecrode yang dipasang pada satu atau dua tenples jumlah tindakan yang dilakukan
merupakan rangkaian yang berfatiasi pada setiap pasien tergantung pada masalah pasien dan
respon teraupetik sesuai hasil pengkajian selama tindakan. Pada pasin schizofrenia biasanya
diberikan 30 kali indikasi penggunaan adalah penyakit depresi berat yang tidak berespon
terhadap obat anti depresan atau pada pasien yang tidak dapat menggunakan obat, gangguan
bipolar dimana pasien sudah tidak berespon lagi terhadap obat, pasien dengan bunuh diri akut
yang sudah lama tidak menerima pengobatan untuk dapat mencapai teraupetik, jika efek
samping ECT yang diantisipasikan lebih rendah dari pada efek terapi pengobatan seperti pada
pasien dengan blok jantung, dan selama kehamilan.
b)
Psikotherapi
Merupakan waktu yang relatif cukup lama merupakan bagian penting dalam proses
teraupetik. Upaya pada psikotherapi ini meliputi : memberikan rasa aman dan tenang,
menciptakan lingkungan yang terapetik, bersifat empati, menerima klien apa adanya,
memotivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan
dan jujur pada klien.
c) Pemeriksaan penunjang
(1) Minnesolla Multiphasic Personality Inventory ( MMPI ) adalah suatu bentuk pengujian yang
dilakukan olek psikiater dan psikolog dalam menentukan kepribadian seseorang yang terdiri
pernyataan benar atau salah.
(2) Elektroensefalografik ( EEG ) , suatu pemeriksaan dalam psikeatri untuk membantu
membedakan antara etiologi fungsional dan organik dalaam kelainan mental.
(3) Test Laboratorium Kromosom darah untuk mengetahui apakah gangguan jiwea disebabkan
oleh genetik.
(4) Rongen kepala untuk memgetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur
anatomi tubuh.
d)
a.
Terapi aktifitas kelompok ( TAK ) stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua panca
b.
a.
b.
status
kesehatanterbaru klien .
Kedua, diagnosa keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang tidak relevan dihapuskan
dan diagnosa yang terbaru ditambah dan diberi tanggal.
Ketiga, metode implementasi spesipik direvisi untuk menghubungan dengan diagnosa
keperawatanyang baru dan tujuan klien yang baru.
c.
d.
Adalah ungkapan perasaan adan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
klien yang dibandingkan denmgan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada
tujuan rencana keperawatan klien
:
Adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi formatif
yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan dan evaluasi sumatif yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan
terhadap pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,
diteruskan dengan perubahan intervensi dihentikan ( Suprayitno, 2004 )
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada tinjauan kasus ini, penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.R
dengan kasus Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran di ruangan Belimbing
Rumah Sakit Khusus Duren Sawit Jakarta Timur. Asuhan Keperawatan ini dilakukan selama
tiga hari, dimulai dari tanggal 16 Mei sampai 18 Mei 2013 denganmenggunakan proses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Untuk melengkapi data data yang dibutuhkan penulis melakukan wawancara
dengan pasien dan perawat ruangan yang bertugas serta catatatan keperawatan klien.
A. Pengkajian
1.
Identitas klien
Klien mengatakan namanya Tn.R umur 46 tahun, jenis kelamin laki laki, status menikah,
agama Islam, suku bangsa Melayu (Padang ), pendidikan terakhir STM ( setingkat SMA),
2.
a.
b.
Klien pernah memukul istrinya karena istrinya tidak memberikan klien rokok. Kata klien
sebelumnya klien pernah dirawat di RSJ Grogol.
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
3.
Pemeriksaan fisik
Saat pengkajian data yang didapatkan yaitu; Tekanan Darah : 130/90 mmHg, Suhu : 36,4
derajat celsius, Nadi : 87 kali per menit, Pernafasan 23 kali per menit.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4.
a.
Psikososial
Genogram
Keterangan :
Laki laki
Perempuan
Meninggal
Garis keturunan
Klien
--- - - - - - - Tinggal satu rumah
Klien nerupakan anak ke sepuluh dari sebelas bersaudara, tidak ada riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga klien, klien tinggal satu rumah bersama istri dan anaknya.
Masalah keperawatan :
b.
Konsep diri
Klien mengatakan sangat senang pada semua bagian tubuhnya, karena mensyukuri dan
berterima kasih kepada Tuhan yang memberikannya anggota tubuh yang lengkap. Klien
mengatakan bahwa dirinya laki laki dan bernama Tn.R anak ke sepuluh dari sebelas
bersaudara. Klien sebagai kepala rumah tangga kalau dirumah dan sebagai pasien di rumah
sakit. Klien mengatakan tidak ingin pulang sebelum membawa uang yang banyak buat
keluarga. Klien mengatakan bangga atas dirinya, karena klien merasa dirinya tampan.
Masalah keperawatan :
c.
Hubungan sosial
Klien mengatakan orang yang paling berarti baginya adalah istri, anak dan kakak kakaknya.
Dimasyarakat klien sering kumpul bersama warga dan sambil main catur. Bagi klien tidak
ada hambatan baginya untuk berkenalan dengan siapapun karena klien merasa dirinya
tampan.
Masalah keperawatan :
d.
Spiritual
Klien mengatakan dirinya beragama islam. Klien mengatakan juga kalau taat dalam agama
dan selalu sholat.
Masalah keperawatan :
5.
a)
Status mental
Penampilan
Saat diwawancarai klien tampak rapi, rambut pendek.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b)
Pembicaraan
Pada saat diajak bercakap cakap berbicara dengan cepat dan sering tidak fokus dengan tofik
pembicaraan.
Masalah keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
c)
Aktifitas motorik
Pada saat dilakukan pengkajian jari klien tampak suka bergetar dan suara klien sering tidak
jelas didengar.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
d)
Alam perasaan
Klien mengatakan saat ini dia selalu merasa senang dan gembira, karena mempunyai teman
yang banyak.
Masalah keperawatan : gangguan sensori persepsi : halusinasi
e)
Afek
Pada saat dilakukan wawancara klien suka mengalihkan pembicaraan.
Masalah keperawtan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
f)
g)
h)
Proses pikir
Klien pada saat dilakukan pengkajian jawabannya sering tidak nyambung dan
pembicaraannya berubah ubah tidak tentu.
topik
Isi pikir
Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan dirinya orang kaya dan klien ingin bekerja
dan mendapat uang yang banyak untuk istrinya. Karena setia memberikan istrinya uang klien
memberikan uang sebanyank lima puluh juta rupiah.
j)
k)
Memori
Klien masih ingat kejadian kejadian yang lalu, seperti ibu klien meninggal karena sakit
jantung.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
l)
Mekanisme koping
Klien mengatakan kalau ada masalah selalu cerita sama kakaknya. Dan melakukan aktifitas
kumpul dengan teman temannya sambil main catur.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif
8.
a)
b)
c)
d)
e)
ayahnya.
Masalah dalam perumahan, tidak ada masalah dalam perumahan karena klien tinggal satu
f)
g)
h)
i)
keluarga sehari.
Masalah dalam kesehatan, klien sudah tahu masalah kesehatan yang sedang dialaminya.
Masalah lainnya, tidak ada masalah.
Masalah dengan dukungan lingkungan, klien sangat diterima oleh keluarga dan kerabatnya.
Masalah keperawatan :
9.
:
:
Data fokus
Tanggal /
Jam
Data Fokus
Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
DS : Klien mengatakan :
Pengalaman paling menyedihkan
perilaku
Causa
Isolasi Sosial
B. Diagnosa Keperawatan
(1) Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
(2) Resiko Perilaku kekerasan
(3) Koping Individu Tidak Efektif
C. Rencana Keperawatan
a. Intervensi
Gangguan sensori persepsi
:
: Halusinasi Pendengaran
Klien dapat mengontrol
dialaminya.
Tujuan Khusus I :
percaya.
:
halusinasi
yang
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
dihadapi.
Rencana Tindakan Keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi teraupetik.
Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
Buat kontrak yang jelas
Tunjukan sifat jujur dan menepati janji setiap kali interaksi
Tunjukan sifat empati dan menerima apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
2) Tujuan Khusus 2
:
Klien dapat menyebutkan isi, waktu, frekwensi, situasi dan kondisi yang
dapat menimbulkan halusinasi. Klien dapat menyatakan perasaan marah, takut, sedih, senang,
a)
b)
(1)
(2)
(3)
mengalaminya
(4) Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
(5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
c) Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
(1) Isi, waktu dan frekwensi terjadinya halusinasi.
(2) Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
e)
f)
Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
b)
Diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, jika cara
kecap
menceritakan tentang
halusinasinya.
Membuat dan melaksanakan jadwalkegiatan sehari hari yang telah disusun.
Meminta keluarga, teman, perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
Tujuan Khusus 4 :
mengontrol halusinasinya.
:
Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat,
keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan
a)
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat. Klien dapat mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
Rencana Tindakan Keperawatan :
a) Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna,
b)
c)
d)
e)
SP : I
Tindakan keperawatan :
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.
Klien mengatakan :
Klien sering mendengar suara bisikan seorang perempuan yang selalu memanggilnya, suara itu
selalu menyuruh klien untuk menyayangi istrinya
Suara itu sering timbul selama lima belas menit pada malam hari sebelum tidur.
O
:
Klien tampak kooperatif saat diajak bicara
Klien lebih suka melakukan aktivitas sendiri dan suka bicara sendiri
Klien mampu menyebutkan jenis, waktu, isi, frekuensi, dan situasi yang
Klien
Perawat :
halusinasi
:
3.
Klien mengatakan tadi malam tidak ada mendengar suara suara bisikan itu
lagi.
O
Perawat :
dan beri kesempatan kepada klien untuk memilih latihan yang telah dibuat, dan beri pujian
Klien
jika berhasil.
:
Anjurkan klien untuk mengikuti jadwal yang telah dibuat.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan membahas kasus yang diamati dan membangdingkan dengan teori
pada Bab II dan kasus pada Bab III dan faktor pendukung, penghambat serta alternative
pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Tn. R dengan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran diruang Belimbing Rumah Sakit
Khusus Duren Sawit Jakarta Timur, dari tanggal 16 Mei sampai dengan tanggal 18 Mei 2013.
Pembahasan ini meliputi proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencqana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Kesimpulan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, yang bertujuan
untuk mengumpulkan data sehingga merumuskan masalah klien, dengan cara observasi klien,
wawancara dengan klien, dan perawat ruangan. Pada faktor penyebab terjadinya Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi ringan secara teori disebabkan karena faktor predisposisi dan
faktor presipitasi, yang termasuk faktor predisposisi adalah biologis, psikologis dan sosial
budaya dan faktor prepitasi adalah yang terjadi karena faktor perilaku yang berkaitan dengan
emosi, perilaku yang berkaitan dengan gerakan perilaku, perilaku yang berkaitan dengan
hubungan sosial, sedangkan pada kasus yang ditemukan pada Tn.R yang tampak berpengaruh
sebagai dasar timbulnya Gangguan Sensori Persepsi. Halusinasi Pendengaran yaitu pada teori
ditemukan faktor predisposisi, faktor psikologis, faktor sosikultural, dan faktor biologis.
Sedangkan dari kasus dan informasi yang didapat dari klien dan perawat ruangan. Klien
pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol.
Klien tidak pernah aniaya seksual, penolakan, serta tindakan kriminal. Didalam keluarga
klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, dan juga klien pernah memukul istrinya.
Pada pohon masalah didapat masalah masalah sekunder selain dari masalah primer yang
ditentukan pada kasus Tn.R adalah Gangguan Sensori Persepsi : halusinasi Pendengaran,
Resiko Perilaku Kekerasan, dan Koping individu tidak efektif. Pada tahap ini ada
kesenjangan antara teori dan kasus yaitu adanya masalah masalah sekunder.
Dalam kasus yang ditemukan pada Tn.R ditemukan ada tiga diagnosa keperawatan yaitu
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran, Resiko Perilaku Kekerasan, dan
Koping individu tidak efektif.
Mahasiswa / perawat harus mempersiapkan dalam secara matang dalam melakukan interaksi
dengan klien dan menjaga lingkungan agar tetap tenang dan nyaman, serta menghargai setiap
ungkapan klien.
2.
3.
4.