You are on page 1of 3

Question-Based Learning 4

Nama

: Hamid Faqih Umam

NPM

: 1406599361

Kelas

: IPE 15

8. Definisi dan implementasi komunikasi interprofesional


Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang masing-masing memiliki profesi yang berbeda. Komunikasi
interprofesional dalam bidang kesehatan dapat dialami oleh berbagai profesi kesehatan,
yaitu dokter, dokter gigi, apoteker, kesehatan masyarakat, gizi, ataupun perawat. Dalam
komunikasi interprofesional, terjadi proses perpindahan pengetahuan dari masing-masing
profesi yang dikuasai ke profesi yang lain. Contohnya: seorang apoteker akan
menyalurkan pengetahuannya mengenai obat-obatan kepada seorang dokter, begitu juga
sebaliknya. Komunikasi interprofesional, khususnya bidang kesehatan sangat penting
dilakukan karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki masing-masing profesi dan
masalah tersebut dapat terselesaikan dengan saling berbagi pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian, setiap profesi kesehatan harus dapat menerapkan komunikasi
interprofesional dalam kehidupan sehari-hari agar masalah yang dihadapi menjadi lebih
mudah untuk diselesaikan.1
9. Hambatan dalam komunikasi interprofesional dan faktor penyebab
Komunikasi interprofesional melibatkan berbagai profesi yang berbeda sehingga
memungkinkan terjadinya hambatan-hambatan dalam komunikasi. Hambatan-hambatan
yang mungkin dapat terjadi dalam komunikasi interprofesional antara lain:2

Hambatan fisik, seperti perbedaan wilayah kerja


Hambatan persepsi yang terjadi ketika persepsi antara profesi satu dengan profesi

lainnya berbeda sehingga menghasilkan kesalahan pemahaman


Hambatan emosional, dapat berupa ketakutan dan kecurigaan
Hambatan budaya
Hambatan bahasa

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi interprofesional dapat


disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya
konflik dalam komunikasi interprofesional antara lain:3
1. Perbedaan budaya kerja dan stereotip profesi
Budaya kerja merupakan kumpulan kebiasaan, etika, kepercayaan, dan
nilai yang terdapat dalam suatu profesi. Budaya kerja yang telah lama ada dalam
profesi tertentu dapat menimbulkan label stereotip pada suatu profesi. Dalam
bidang kesehatan, label stereotip masih sering terjadi, seperti anggapan dokter
sebagai ketua tim kesehatan, sedangkan profesi lain adalah anggota. Adanya
anggapan tersebut dapat mempersulit terjadinya kolaborasi tim kesehatan. Solusi
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan belajar sejak dini tentang sebenarnya
profesi kesehatan yang akan menjadi rekan di masa datang. Namun, tantangan
dalam solusi tersebut adalah adanya pikiran buruk mengenai profesi lain sehingga
ajaran komunikasi interprofesional sulit untuk diterima.
2. Perbedaan penggunaan bahasa
Secara umum, perbedaan penggunaan bahasa dapat menjadi halangan
dalam komunikasi. Hal ini karena perbedaan penggunaan bahasa dapat
mengakibatkan kesalahan penafsiran dan maksud yang tidak tersampaikan. Untuk
itu, diperlukan penggunaan bahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh profesi
lain.
3. Kurikulum
Kurikulum yang diterapkan oleh masing-masing profesi difokuskan pada
kompetensi yang diharapkan pada masing-masing profesi. Yang mana kebanyakan
kurikulum tersebut, tidak menyertakan aktivitas dengan profesi lain sehingga
dalam dunia kerja terjadi kesulitan dalam komunikasi interprofesional.
4. Ketidaktahuan peran dan lingkup kerja profesi kesehatan lainnya
Setiap profesi memiliki peran yang brebeda-beda dalam dunia kerja.
Apabila peran profesi tersebut tidak diketahui secara sungguh-sungguh dapat
mengakibatkan terjadinya miskomunikasi yang tinggi.
10. Peran komunikasi interprofesional dalam mencegah konflik
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi agar informasi tersebut
dapat diterima dan dipahami dengan jelas oleh seluruh anggota. Komunikasi yang efektif

dapat memudahkan dalam saling bertukar informasi dan menyatakan masalah yang
dialami sehingga tim dapat bekerja secara efektif kembali. Strategi-strategi yang dapat
diterapkan dalam mencegah terjadinya konflik antara lain:4
1. Pembuatan kode etik profesi dalam tim/instansi, seperti rumah sakit. Hal ini untuk
membatasi perilaku yang tidak pantas yang mungkin dapat memicu terjadinya
konflik.
2. Penilaian kemungkinan pemicu konflik yang mungkin dapat terjadi. Potensi
penyebab konflik, seperti ketidaksetaraan gender, peraturan yang aneh, dan gaya
bicara yang kasar.
3. Pemimpin harus dapat mengoordinasi dan mencegah pemicu konflik yang
mungkin terjadi dalam tim.
Referensi:
1. Canadian Health Services Research Foundation. CHSRF Synthesis: Interprofessional
Collaboration and Quality Primary Healthcare. http://www.cfhifcass.ca/Migrated/PDF/SynthesisReport_E_rev4_FINAL.pdf (accessed 14 Feb 2015)
2. Singgih EE, et al. MPKT A Buku Ajar 2: Manusia sebagai Individu, Kelompok, dan
Masyarakat. Depok: Universitas Indonesia; 2013.
3. WHO. Interprofessional Collaborative Practice in Primary Health Care: Nursing and
Midwifery
Perspectives.
[internet]
http://www.who.int/hrh/resources/IPE_SixCaseStudies.pdf (accessed 3 April 2015)
4. Ramsay
MAE.
Conflict
in
The
Health
Care
Workplace.
[internet]
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1291328/ (accessed 3 April 2015)

You might also like