You are on page 1of 6

2.2.

Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit


Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang

jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan
pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan
pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat
dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan
konsentrasi adalah molar, molal, dan
bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat
dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi
semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult
merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai
menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai
menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah
daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat
berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair,
dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri.

a.

Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :


Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat terlarut.
Penurunan Teknan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa
suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada
umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari
molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut
yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene
sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult
lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan tersebut.
Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan

uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu,
sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh.
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan uap. Pada
suhu 20 C tekanan uap air jenuh diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan
uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan uap dan
konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding
dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum
Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan
tersebut dalam larutan PA = XA . PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar
daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan
fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk menentukan
seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan :
P = Po P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis :
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif
menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan
diatas pelarut murninya.
b. Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih larutan selalu
lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah
dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu
jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar.
Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara
disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan
uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi
kenaikan titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air murni akan
mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan

demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang
dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C tekanan uap
air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air
mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali molalitas
larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai :
Tb = Kb . m
Jika :
M = n x 1000
P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb = Kb ( n x 1000 )
p
Tb = besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
m
= molalitas dari zat terlarut
n
= jumlah mol zat terlarut
p
= massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. K b diperoleh dengan mengukur kenaikan titik didih
dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan
massa molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik
didihnya atau Tb = Tb + Tb (Oxtoby, 2001).
c. Penurunan Titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel sedemikian
dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya
partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu
adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan
kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas
larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan :
Tf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000 )
p
Tf = penurunan titik beku

Kf = tetapan ttitik beku molal


n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik bekunya.
Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan
massa molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya mempertimbangan
kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut
mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam
larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut
padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini
berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat
murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap
pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih
dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati.
d. Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting dalam trasfor
molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat
tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan
molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion)
melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik
disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban
pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke larutan
hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang
diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan, berdasarkan persamaan gas
ideal :
PV = nRT
Maka tekanannya :
P = nRT
V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan , dari persamaan diatas dapat diperoleh :
= nRT
V
Atau
=MRT

Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi karena
larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari
sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
= tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak (K)

Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut
Air

Titik beku (oC)


0

Kf (oC)
1,86

Benzena

5,4

5,1

Fenol

39

7,3

Naftalena

80

Asam asetat

16,5

3,82

Kamfer

180

40

Nitrobenzena

5,6

6,9

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit,
walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya,
sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan
dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan banyak ion Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
2. Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
3. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan banyak, lampu menyala
4. Penghantar listrik yang baik
5. Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
6. Contohnya adalah: asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HF); basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2,
LiOH), garam NaCl
Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan sedikit ion
2. Molekul netral dalam larutan banyak
3. Terionisasi hanya sebagian kecil
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Derajat ionisasi mendekati 0
7. Contohnya adalah: asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut), basa lemah (Al(OH)3, NH4OH), garam
NH4CN
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Tidak menghasilkan ion


2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak
menyala
4. Derajat ionisasi = 0 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin, larutan urea.

You might also like