You are on page 1of 5

Hama Tanaman Jahe

Hama merupakan binatang pengganggu atau perusak tanaman jahe yang pada periode atau
musim tertentu dapat menimbulkan kerugian sangat besar. Hama yang biasa menyerang tanaman
jahe diantaranya adalah kepik, ulat, kumbang, nematoda, dan kutu daun. Berikut ini cara
pengendalian hama pengganggu tanaman jahe:
Hama kepik pada tanaman jahe
Hama kepik yang biasa menyerang tanaman jahe adalah Epilahre sp. Kepik merupakan hama
utama pada tanaman jahe yang menyerang pada bagian daun. Daun yang terserang akan
berlubang-lubang.
Hama kepik dapat dikendalikan dengan insektisida organik, yaitu dengan penyemprotan air tuba.
Ambil kurang lebih sekitar 20 cm batang tuba yang sudah tua. Kemudian ditumbuk dan
dicampur dengan satu tangki air (25 liter) selama semalam. Pagi harinya air disaring kemudian
digunakan untuk menyemprot tanaman. Jika insektisida organik sudah tidak mampu
mengendalikan, maka bisa mengendalikan dengan penyemprotan pestisida kimia. Bahan aktif
yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama kepik ini adalah profenofos, klorpirifos,
deltametrin, sipermetrin, atau betasiflutrin. Dosis atau konsentrasi yang digunakan sesuai dengan
petunjuk yang tertera pada kemasan.
Hama ulat pada tanaman jahe
Hama ulat yang biasa menyerang tanaman jahe adalah ulat penggerek akar yang memiliki nama
latin Dichorcrosis puntiferalis. Hama ini cukup ganas menyerang tanaman jahe. Akar tanaman
jahe yang terserang akan mengering dan akhirnya tanaman mati.
Hama ulat penggerek akar dapat dikendalikan dengan cara seperti pada pengendalian kepik.
Insektisida organik dari tuba atau umbi gadung bisa digunakan untuk menyiram di sekitar titik
tanam. Jika serangan parah, pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida nematisida
berbahan aktif karbofuran dengan dosis 1 gram per titik tanam.
Hama kumbang pada tanaman jahe
Hama kumbang yang biasa menyerang tanaman jahe adalah Araeceras fascicularis dan
Lasioderma serricorae. Hama kumbang jahe ini menyerang rimpang, yaitu kumbang betina
meletakkan telur pada rimpang jahe menggunakan ovipositornya.
Pengendalian hama kumbang ini sama seperti pengendalian ulat. Untuk menghidari kumbang
betina memasukkan telurnya ke dalam rimpang jahe, bisa dilakukan pengocoran menggunakan

larutan air tuba seperti yang dilakukan untuk mengendalikan hama ulat penggerek akar.
Penyemprotan pestisida kimia bisa dilakukan seperti pada pengendalian hama kepik.
Hama lalat rimpang pada tanaman jahe
Lalat rimpang merupakan hama yang sangat merugikan petani atau pembudidaya jahe. Jenis
hama lalat rimpang yang sering tanaman jahe adalah Mimegrala coeruleifrons dan Eumerus
figurans. Beberapa ahli menyebutkan bahwa serangan lalat rimpang ini berpotensi menimbulkan
serangan busuk rimpang yang diakibatkan oleh bakteri. Namun, pengamatan lain menyebutkan
bahwa hama lalat rimpang lebih berpotensi menyerang jika rimpang jahe sudah terinfeksi oleh
bakteri. Terlepas dari pro dan kontra tersebut, yang jelas hingga saat ini lalat rimpang merupakan
salah satu hama yang harus diperhatian dengan serius.
Pengendalian hama lalat rimpang perlu mendapatkan perhatian serius oleh petani atau
pembudidaya jahe. Pada prinsipnya, pengendalian lalat rimpang ini bisa dilakukan seperti pada
pengendalian lalat buah (Bactrocera sp.). Untuk menghindari serangan pada rimpang, bisa
dilakukan pembumbunan secara teratur terhadap rimpang jahe yang menyembul ke permukaan
tanah. Selain itu, penyiraman dengan pestisida organik dan pemberian pestisida kimia seperti
pada pengendalian hama ulat penggerek akar juga bisa dilakukan.
Hama nematoda pada tanaman jahe
Hama nematoda yang biasa menyerang tanaman jahe adalah Meloidogyne sp. Hama ini
menyerang tanaman jahe pada jaringan akar dan rimpang, sehingga mengakibatkan rimpang
menjadi busuk. Akar yang terserang akan membentuk akan terbentuk bintil-bintil kecil akibat
pembuluh kayu dan jaringan parenkim menjadi tidak normal. Oleh karena itu, hama ini juga
sering disebut dengan hama bintil akar atau puru akar. Rimpang jahe yang terserang nematoda
akan berwarna kecokelatan pada bagian permukaannya. Sudut antar tunas akan menunjukkan
gejala water soak.
Pengendalian hama nematoda pada tanaman jahe bisa dilakukan menggunakan larutan air tuba,
kemudian disiramkan di sekitar titik tanam. Selain itu, bisa juga dilakukan pengendalian secara
kimiawi, yaitu dengan menggunakan insektisida nematisida berbahan aktif karbofuran dengan
dosis 1 gram/titik tanam.
Hama kutu daun pada tanaman jahe
Hama kutu daun menyerang tanaman jahe dengan cara menghisap cairan tanaman baik pada
bagian daun maupun cairan rimpang jahe pada saat awal penanaman. Hama kutu daun yang
biasa menyerang tanaman jahe adalah Aspidiella hartii.

Pengendalian hama kutu daun pada tanaman jahe sama seperti pengendalian hama kepik. Hal
yang perlu diperhatikan pada saat aplikasi pestisida kimia adalah penggunaan dosis yang terukur
sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.
Penyakit Tanaman Jahe
Penyakit tanaman jahe adalah organisme pengganggu yang dapat merugikan atau bahkan
menggagalkan kegiatan budidaya jahe. Penyakit tanaman jahe bisa disebabkan karena infeksi
bakteri maupun fungi (cendawan). Berikut ini beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang
tanaman jahe.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe disebabkan oleh serangan cendawan atau fungi dan
bakteri. Cendawan yang biasa menyerang tanaman jahe dan mengakibatkan busuk timpang
adalah Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani. Sementara itu, bakteri yang menyebabkan
penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe adalah Pseudomonas sp.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman jahe yang diakibatkan infeksi cendawan Fusarium
oxysporium dan Rhizoctonia solani
Cendawan ini akan menyerang dengan ganas pada kondisi suhu udara 20-25C. Patogen ini akan
berembang dengan baik dan menyerang parah jika jarak penanam jahe terlalu rapat. Penularan
dari satu tanaman yang terinfeksi ke tanaman lain sangat cepat. Penularan penyakit ini bisa
melalui tanah atau bibit dari rimpang jahe yang sebelumnya telah terserang.
Gejala serangan penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe
Gejala serangan ditandai adanya daun tanaman jahe yang menguning pada bagian tepinya,
kemudian layu dan tanaman jahe akan mati. Bagian batang tanaman yang mati masih cukup kuat
menempel pada rimpang jahe, sedangkan tunas akan mudah dicabut. Bagian dalam batang semu
berwarna kecokelatan membentu cincin. Rimpang jahe yang terserang akan mengerut dengan
bagian dalam yang berwarna gelam kecokelatan atau kehitaman. Penyakit ini mampu
menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Cendawan Fusarium oxysporium tidak hanya
menyerang di areal pertanaman, tetapi juga menyerang selama dalam penyimpanan dan
mengakibatkan busuk kering pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani pada tanaman jahe
Penyakit ini sangat sulit dikendalikan, dan menjadi patogen yang sangat ditakuti oleh petani.
Selain menyerang tanaman jahe, Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani juga menyerang
beberapa tanaman lain, seperti tomat, cabai, kentang, dan tembakau. Aplikasi pestisida kimia

hampir tidak bisa mengendalikan serangan penyakit ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengurangi serangan Fusarium oxysporium dan Rhizoctonia solani adalah dengan
pengendalian secara organik, yaitu dengan aplikasi agensia hayati dari golongan fungi,
Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. yang dicampurkan dalam pupuk organik. Perendaman bibit
dengan kedua agensia hayati tersebut sebelum ditanam di lahan. Jika terjadi serangan di lahan,
dapat diaplikasikan pestisida organik dengan cara pengocoran. Pestisida organik yang bisa
digunakan adalah wonderfat. Dapat juga dilakukan pengocoran menggunakan kedua agensi
hayati tersebut dengan interval 14 hari sekali.
Penyakit busuk rimpang pada tanaman yang diakibatkan infeksi bakteri Pseudomonas sp. pada
tanaman jahe
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan patogen dengan tingkat keganasan serangan menyerupai
penyakit Fusarium oxysporium. Penyakit ini juga sangat sulit dikendalikan. Penularan penyakit
bakteri Pseudomonas sp. bisa melalui tanaha atau bibit dari rimpang yang sebelumnya terserang.
Bakteri Pseudomonas sp. memiliki banyak tanaman inang, sama seperti Fusarium oxysporium.
Penyakit ini juga mampu menggagalkan areal pertanaman hingga 50%. Jadi, jika serangan
bakteri ini diberengi dengan serangan Fusarium oxysporium, sudah bisa dibayangkan bagaimana
kerugian yang akan dialami oleh petani atau pembudidaya jahe.
Genjala bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Tanaman jahe yang terserang bakteri Pseudomonas sp. ditunjukkan dengan gejala berupa daun
tanaman yang melipat atau menggulung. Warna daun akan menguning, kemudian berubah
menjadi kecokelatan dan akhirnya mengering. Gejala tersebut biasanya didahului dari daun-daun
yang sudah tua. Tunas dan batang semu akan membusuk kemudian tanaman mati. Rimpang jahe
akan berwarna gelap dan membusuk dan terdapat cairan atau lendir yang berwarna putih atau
cokelat susu. Bakteri Pseudomonas sp. tidak hanya menyerang di areal pertanaman, tetapi juga
menyerang selama dalam penyimpanan dan mengakibatkan busuk basah pada rimpang jahe.
Pengendalian penyakit bakteri Pseudomonas sp. pada tanaman jahe
Bakteri Pseudomonas sp. merupakan salah satu penyakit yang sangat sulit dikendalikan.
Penyakit ini akan menyerang parah jika kelembaban di areal peranaman sangat tinggi, terutama
jika terjadi genangan air di sekitar penanaman. Upaya pengendalian penyakit ini sama seperti
pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium.
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe
Penyakit bercak daun pada tanaman jahe disebabkan oleh infeksi cendawan Phyllostica zingiberi.
Penularan penyakit ini dapat diakibatkan oleh tiupan angin, yaitu dengan menyebarkan spora
cendawan.

Gejala serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe
Tanaman jahe yang terserang penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi ditunjukkan dengan
gejala adanya bercak-bercak kuning pada permukaan daun yang berdiameter antara 3-5 mm yang
lama-kelamaan bercak tersebut akan berubah menjadi cokelat dan mengering. Pada serangan
parah dan tidak terkendali, warna bercak akan berubah menjadi abu-abu dengan titik-titik hitam
pada bagin tengahnya yang merupakan koloni dari miselium cendawan. Daun akan berubah
mengecil, dan daun muda tampak klorosis. Pada serangan yang berat, tanaman akan mati.
Pengendalian serangan penyakit bercak daun Phyllostica zingiberi pada tanaman jahe
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam benih dengan agensia hayati
Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. seperti penanganan pada penyakit busuk rimpang.
Penanganan terhadap tanaman yang terserang di lahan menggunakan pestisida kimia. Sejauh ini
belum ada pestisida organik yang cukup efektif mengendalikan penyakit ini. Penyemprotan
menggunakan pestisida fungisida berbahan aktif benomil, metil tiofanat, klorotalonil, dan
mancozeb 0,3 %, secara berseling dengan interval 14 hari sekali. Dosis atau konsentrasi larutan
sesuai dengan petunjuk yang tertera pada kemasan.

You might also like