You are on page 1of 18

PENDAHULUAN

Hipertensi dalam kehamilan sering ditemukan dan merupakan penyulit kehamilan


dengan angka kematian maternal dan perinatal yang cukup tinggi ( MMR 33,3 % dan
PMR 50 % ). Insiden hipertensi dalam kehamilan umumnya berkisar 7 12%.1,3,4
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan yang saat ini digunakan , sesuai dengan yang
dikemukakan oleh The Committee on Terminology of the American College of
Obstetricians and Gynecologist (1972) , dan di Indonesia dibakukan oleh Satgas Gestosis
POGI (1985) sebagai berikut : 2,4
A. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan
Kehamilan :
1. Preeklampsia
2. Eklampsia
B. Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung
dengan kehamilan :
Hipertensi kronik
C. Preeklampsia / eklampsia pada hipertensi kronik (superimposed)
D. Transient hypertension
E. Hipertensi dalam kehamilan yang tidak dapat diklasifikasikan
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah hipertensi yang menetap oleh sebab
apapun , yang ditemukan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu , atau hipertensi
yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan.1-6Diagnosis hipertensi kronik menjadi
sulit bila wanita tersebut datang pada pertengahan masa kehamilannya. Ini disebabkan
karena kenaikan tekanan darah terjadi pada trimester kedua dan awal dari trimester ketiga
dari kehamilan baik pada wanita yang tekanan darahnya normal maupun yang menderita
hipertensi.4
Faktor faktor lain yang dapat membantu diagnosis antara lain multiparitas , faktor
keturunan dan obesitas.1-4

Secara klinis hipertensi kronik kemungkinan ditemukan pada pasien : berusia >
40 tahun , sudah menderita hipertensi sebelum hamil ini, tekanan darah > 160/110 mmHg,
biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala lain selain hipertensi, gejala gejala seperti
kelainan jantung , arteriosklerosis, perdarahan otak dan penyakit ginjal baru timbul setelah
waktu yang lama dan penyakit terus berlanjut.4,6
Bahaya yang dapat terjadi pada kehamilan dengan hipertensi kronis adalah resiko
terjadinya superimposed preeclampsia/eclampsia , yang dapat terjadi pada lebih dari 25%
wanita.2 Superimposed preeclampsia/eclampsia adalah timbulnya preeklampsia/eklampsia
pada hipertensi kronis. Disebut superimposed preeclampsia bila disertai dengan edema
dan proteinuria, namun bila disertai dengan kejang yang bukan akibat dari kelainan
neurologik, disebut superimposed eclampsia.1-6 Selain itu hipertensi kronis meningkatkan
resiko terjadinya insuifisiensi plasenta dan solusio plasenta dan janin bertumbuh kurang
sempurna : prematuritas dan dismaturitas. Angka kematian pada janin : 20 %3,7
Penanganan hipertensi kronis pada kehamilan adlah istirahat yang cukup,
pemeriksaan antenatal yang teratur, menjaga penambahan berat badan dengan diit tinggi
protein dan rendah karbohidrat dan lemak. Ketenangan jiwa penderita sangat diperlukan,
yang dapat dicapai dengan pendekatan psikologis atau pemberian fenobarbital 3x30 mg.
Obat antihipertensi hanya diberikan bila tekanan darah diastolik > 90 mmHg.
Bila terjadi superimposed preeklamsi/eklamsi maka diterapi seperti preeklamsi dan
eklamsi.1,3,4,6
Pengakhiran kehamilan dilakukan bila ada tanda-tanda hipertensi ganas ( tekanan
darah 200/120 mmHg) atau janin mati dalam kandungan. Pengakhiran kehamilan dapat
secara pervaginam dengan memperpendek kala II atau secara abdominal dengan seksio
sesarea. 1,3,6

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Ny. H.L

Umur

: 35 tahun

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Guru

Alamat

: Bahu Lingkungan II

Suku/ Bangsa

: Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

Nama Suami

: Tn. H.L / 39 tahun

Pendidikan Suami : SMA


Pekerjaan Suami

: Swasta

Masuk RS

: 11 Oktober 2004

ANAMNESIS
Anamnesis Utama: diberikan oleh penderita
Keluhan Utama: penderita dirujuk RSU. Budi Mulia Bitung dengan diagnosis G 3P2A0 , 35
tahun, hamil aterm, observasi inpartu + bekas SC + PEB
Janin intra uterin , tunggal , hidup , letak kepala H I - II
Telah diberi MgSO4 40 % 10 cc IM bokong kanan, bokong kiri jam 12.00 WITA
Riwayat penyakit sekarang:
-

Nyeri perut bagian bawah dirasakan teratur sejak jam 11.00 WITA (11-10-2004)

Pelepasan lendir campur darah (+)

Pelepasan air ketuban (-)

Pergerakan janin masih dirasakan saat masuk Rumah Sakit

Riwayat nyeri kepala hebat , nyeri ulu hati , pandangan kabur disangkal

Riwayat penyakit dahulu:


-

Riwayat tekanan darah tinggi sejak 2 tahun yang lalu

Penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit


kencing manis disangkal penderita

Riwayat gemelli (-)


BAB/BAK biasa
Anamnesis Kebidanan
Riwayat kehamilan Sekarang
Riwayat muntah pada kehamilan muda (-), bengkak (-), penglihatan terganggu (-),
sakit kepala (-), kencing terlalu sering (-) , buang air besar tidak teratur (-) , perdarahan (-),
kejang (-) .
Penderita tidak merokok dan minum minuman beralkohol.
Pemeriksaan Antenatal (PAN)
PAN pertama kali dilakukan pada umur kehamilan 16 minggu, pada bulan Mei 2004
pada Bidan. PAN terakhir pada bulan Oktober 2004. Jumlah PAN selama kehamilan

10

kali.
Riwayat Haid
Haid pertama dialami pada usia 13 tahun dengan siklus yang teratur dan lamanya
haid setiap siklus adalah 3 hari. HPHT tanggal 06012004, taksiran tanggal partus
1310-2004.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah 1 kali. Pernikahan ini sudah berlangsung 8 tahun. Penderita
mempunyai 2 orang anak. Setelah ini, penderita sudah tidak ingin punya anak lagi. .

Keluarga Berencana
Penderita pernah ikut KB pil. Penderita telah berhenti KB selama 1 bulan baru
kemudian hamil. Sesudah melahirkan akan ikut KB sterilisasi.
Riwayat kehamilan terdahulu
1. Penderita melahirkan anak pertama, laki-laki pada tahun 1996, cukup bulan, lahir
spontan letak kepala, berat badan lahir 2750 g, hidup, lahir di RSUP Manado.
2. Penderita melahirkan anak kedua, perempuan pada tahun 2002, cukup bulan, lahir
dengan seksio sesarea atas indikasi hipertensi dan oxytocin drips gagal, berat badan
lahir 3250 g, hidup, di RSUP Manado.
3. Ini (2004)
Penyakit atau operasi yang pernah atau sedang dialami
Riwayat tekanan darah tinggi dialami penderita sejak 2 tahun yang lalu . Penderita
pernah mengalami operai seksio sesarea atas indikasi hipertensi dan oxytocin drips gagal
tahun 2002.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
-

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 190/120 mmHg

Nadi

: 108 kali/menit

Pernapasan

: 24 kali/menit

Suhu Badan

: 36,8 o C

BB/TB

: 67 kg / 151 cm

Gizi

: Cukup

Kepala

: Kepala bentuk simetris, kedua konjungtiva tidak anemis, kedua


sklera tidak ikterik, telinga normal, tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga, hidung bentuk normal, dan tidak ada sekret,
tenggorokan tidak hiperemis, karies dentis (-).

Leher

: Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.

Dada

: Bentuk simetris normal.

Jantung

: Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.

Paru-paru

: Tidak ditemukan rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru.

Abdomen

: Hepar dan lien sukar di evaluasi

Alat kelamin

: Alat kelamin wanita normal

Anggota gerak : Edema (-) , varises (-)

Refleks

: Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif

Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
- TFU

: 30 cm

Letak janin

: Letak kepala , punggung kanan

BJA

: (+) 12-12-12

His

: 8-9 / 10-15

TBBA

: 3000 g

Pemeriksaan Dalam
Pendataran 50 %, pembukaan 2-3 cm, ketuban (+), presenting part kepala H I sutura
sagitalis melintang.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah :
-

Hb

: 13,7 gr%

Leukosit

: 13.000 /mm3

Trombosit

: 390.000 /mm3

Urin

: Proteinuria (-)

RESUME MASUK
G3P2A0, 35 tahun, masuk rumah sakit tanggal 11 Oktober 2004 jam 17.00 WITA dirujuk
dari RSU Budi Mulia Bitung dengan diagnosis G3P2A0 , hamil aterm, observasi inpartu

bekas SC + PEB . His (+) teratur sejak jam 11.00 WITA (11-10-2004). Tanda - tanda
inpartu (+). Pecah ketuban (-). Tanda tanda PEB (-). Tanda tanda hipertensi
kronis (+). Pergerakan janin masih dirasakan saat masuk rumah sakit. Riwayat penyakit
hipertensi (+) sejak 2 tahun yang lalu. HPHT: 06-01-2004, TTP: 13-10-2004.
Status Praesens: KU: cukup, TD: 190/120 mmHg, Nadi: 108 kali/menit, R: 28 kali/menit,
Sb 36,8 oC.
Status Obstetri : TFU

: 30 cm

Letak janin : Letak kepala ,punggung kanan


BJA
His

:12-12-12
: 8-9 / 10-15

TBBA

: 3000 g

Pemeriksaan Dalam

Pendataran 50 %, pembukaan 2-3 cm, ketuban (+), presenting part


kepala H I sutura sagitalis melintang
DIAGNOSIS SEMENTARA
G3P2A0, 35 tahun, hamil 39 - 40 minggu, inpartu kala I + bekas SC + Hipertensi kronis
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala H I
SIKAP/TERAPI/RENCANA
-

Nifedipin 3 x 10 mg

Laboratorium lengkap

EKG

Konsul interna

Konsul mata

Rencana SC Cito

Lapor konsulen

Sedia donor, setuju operasi

Konseling sterilisasi

OBSERVASI PERSALINAN
11 Oktober 2004
Jam 17.00:
St Praesens : Kesadaran: CM, TD: 190/120 mmHg, N: 108 x/m, R: 28 x/m
St obstetrik : HIS
PD

: 8-9 / 10-15

BJA: (+) 12-12-12

: Pendataran 50 %, pembukaan 2-3 cm, ketuban (+), presenting


part kepala H I sutura sagitalis melintang

Diagnosis:

G3P2A0, 35 tahun, hamil 39 - 40 minggu, inpartu kala I + bekas SC +


Hipertensi kronis
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala H I

Sikap

:
-

Nifedipin 3 x 10 mg

Laboratorium lengkap

EKG

Konsul mata, interna

Rencana SC Cito

Lapor konsulen

Sedia donor, setuju operasi

Konseling sterilisasi

.
Jam 17.00-18.00: His: 8-9 / 10-15

BJA: 12-12-13

Jam 18.00-19.00: His: 8-9 / 10-15

BJA: 12-13-12

Jam 19.00-20.00: His: 8-9 / 10-15

BJA: 12-12-12

Jam 20.00

: Penderita di dorong ke OK Cito

Jam 20.30

: Operasi dimulai dilakukan SCTP

Jam 20.35

: Lahir bayi laki laki , BBL: 3250 g, PBL: 49 cm, AS: 8 - 10


dilanjutkan dengan sterilisasi cara Pomeroy pada tuba dextra dan tuba
sinistra.

Jam 21.30

: Operasi selesai
KU post op : T : 140/80 mmHg N: 80 x/menit R: 24 x/menit
Perdarahan : 600 cc
Diuresis

: 300 cc

LAPORAN OPERASI
Penderita dibaringkan terlentang di atas meja operasi. Dilakukan tindakan antisepsis pada
abdomen dan sekitarnya. Abdomen ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
Dalam keadaan general anastesi (GA) dilakukan insisi linea mediana inferior pada scar
bekas operasi yang lalu. Insisi diperdalam lapis demi lapis sampai peritoneum. Peritoneum
dijepit, digunting, diperlebar ke atas dan ke bawah sehingga tampaklah uterus gravidarum.
Identifikasi plika vesicouterina, dijepit, digunting dan disisihkan ke depan, dilindungi
dengan haak abdomen, dilakukan insisi semilunaris pada SBR diperdalam secara tumpul
sampai cavum uteri,tampak selaput ketuban. Ketuban dipecahkan keluar cairan putih
keruh 100 cc.Dilakukan eksplorasi janin letak kepala dengan meluksir kepala. Jam 20.35
lahir bayi laki - laki, BBL 3250 g, PBL 49 cm, AS 8 - 10. Sementara jalan napas
dibersihkan, tali pusat di jepit dengan 2 klem kocher, digunting diantara dua klem. Bayi
diserahkan kepada TS Neonati. Plasenta implantasi di fundus, dikeluarkan secara manual.
Uterus dijepit dengan beberapa ring tang, dijahit 2 lapis dengan cara simpul dan jelujur,
dilakukan reperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Dilakukan sterilisasi cara Pomeroy
pada tuba dextra dan tuba sinistra, kontrol perdarahan (-), peritoneum dijahit secara jelujur
dengan catgut, otot dijahit secara simpul dengan catgut, fascia dijahit secara jelujur
dengan dexon, lemak subcutan dijahit secara simpul dengan catgut. Kulit dijahit secara
subcuticuler dengan catgut. Luka operasi ditutup dengan kasa steril.Ibu dibersihkan dan
diistirahatkan. Operasi selesai.

Keadaan umum post operasi :


T : 140/80 mmHg N: 80 x/menit R: 24 x/menit
Perdarahan : 600 cc
Diuresis

: 300 cc

DIAGNOSIS POST OPERASI


P3A0, 35 tahun, post SCTP atas indikasi bekas SC + hipertensi kronis + post sterilisasi
Pomeroy.
INSTRUKSI POST OPERASI
-

Kontrol tanda vital, diuresis, perdarahan

Puasa sampai peristaltik (+)/flatus (+)

Infus D5% : RL = 1 : 1

Antibiotik Amoxan inj 3 x 1 g, i.v (skin test)

Metronidazole inj 2 x 0,5 g, i.v

Piton S 3 x 1 ampul, drips

Transamin 3 x 1 ampul

Vitamin C 1 x 1 ampul

Tramadol supp 2 x 1

OBSERVASI NIFAS
12 0ktober 2004
Keluhan

: (-)

St. Praesens

: KU :cukup, kesadaran compos mentis


TD: 150/100 mmHg, N: 88 x/mnt, R: 24 x/mnt, Sb: 37oC

Kepala

: konjungtiva anemis -/-,sklera ikterus -/-

Toraks

: Jantung dan paru paru dalam batas normal

Abdomen

: lemas , peristaltik (+) normal , luka operasi tertutup gaas

St puerpuralis

: Mammae : laktasi (-/-), infeksi (-/-)


TFU

: setinggi pusat, kontraksi baik

10

Lochia

: rubra

BAB (-), BAK (+) pasang kateter


Diagnosis

: P3A0, 35 tahun, post SCTP hari I atas indikasi bekas SC +


hipertensi kronis + post sterilisasi Pomeroy.

Sikap

: IVFD Dextrosa 5 % 20 gtt/menit


Amoxan 3 x 1 g, i.v
Metronidazole 2 x 0,5 g, i.v
Piton S 3 x 1 ampul i.v
Vitamin C inj 1 x 1 ampul i.v
Rencana periksa lab. Hb, leukosit , trombosit

Hasil Laboratorium : Hb 11,3 gr/dl


Leukosit 20.800/mm3
Trombosit 330.000/mm3
13 Oktober 2004
Keluhan

: (-)

St. Praesens

: KU :cukup, flatus (+), kesadaran compos mentis


TD: 150/100 mmHg, N: 88 x/mnt, R: 20 x/mnt, Sb: 37,2oC

Kepala

: konjungtiva anemis -/-,sklera ikterus -/-

Toraks

: Jantung dan paru paru dalam batas normal

Abdomen

: lemas , peristaltik (+) normal , luka operasi tertutup gaas

St puerpuralis

: Mammae : laktasi (+/+), infeksi (-/-)


TFU

: setinggi pusat, kontraksi baik

Lochia

: rubra

BAB (-), BAK (+)


Diagnosis

: P3A0, 35 tahun, post SCTP hari ke II atas indikasi bekas SC


+ hipertensi kronis + post sterilisasi Pomeroy.

Sikap

: IVFD aff
Kateter aff

11

Diet bubur saring


Cefadroxil 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Roboransia 1 x 1 tab
Nifedipin 3 x 10 mg
Mobilisasi bertahap (duduk)
14 Oktober 2004
Keluhan

: Nyeri di ulu hati

St. Praesens

: KU :cukup, kesadaran kompos mentis


TD: 160/100 mmHg, N: 84x/mnt, R: 24 x/mnt, Sb: 36,4oC

Kepala

: konjungtiva anemis -/-,sklera ikterus -/-

Toraks

: Jantung dan paru paru dalam batas normal

Abdomen

: lemas , peristaltik (+) normal , luka operasi kering

St puerpuralis

: Mammae : laktasi (+/+), infeksi (-/-)


TFU

: 1 jari bawah pusat, kontraksi baik

Lochia

: rubra

BAB (+), BAK (+)


Diagnosis

: P3A0, 35 tahun, post SCTP hari ke III atas indikasi bekas SC


+ hipertensi kronis + post sterilisasi Pomeroy.

Sikap

: Diet TKTP
Cefadroxil 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Roboransia 1 x 1 tab
Nifedipin 3 x 10 mg
Polycrol syrup 3 x 1 cth
Rencana ganti gaas

12

15 Oktober 2004
Keluhan

: (-)

St. Praesens

: KU :cukup, Kesadaran: CM
TD: 150/100 mmHg, N: 84 x/mnt, R: 24 x/mnt, Sb: 37,2oC

Kepala

: konjungtiva anemis -/-,sklera ikterus -/-

Toraks

: Jantung dan paru paru dalam batas normal

Abdomen

: lemas , peristaltik (+) normal , luka operasi kering

St puerpuralis

: Mammae : laktasi (+/+), infeksi (-/-)


TFU

: 2 jari bawah pusat, kontraksi baik

Lochia

: sanguilenta

BAB (+), BAK (+)


Diagnosis

: P3A0, 35 tahun, post SCTP hari ke IV atas indikasi bekas SC


+ hipertensi kronis + post sterilisasi Pomeroy.

Sikap

: Diet TKTP
Cefadroxil 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Roboransia 1 x 1 tab
Nifedipin 3 x 10 mg
Polycrol syrup 3 x 1 cth

16 Okrober 2004
Keluhan

: (-)

St. Praesens

: KU :cukup, Kesadaran: CM
TD: 150/100 mmHg, N: 80x/mnt, R: 24 x/mnt, Sb: 36,2oC

Kepala

: konjungtiva anemis -/-,sklera ikterus -/-

Toraks

: Jantung dan paru paru dalam batas normal

Abdomen

: lemas , peristaltik (+) normal , luka operasi baik

St puerpuralis

: Mammae : laktasi (+/+), infeksi (-/-)


TFU

: 3 jari bawah pusat, kontraksi baik

Lochia

: rubra

13

BAB (+), BAK (+)


Diagnosis

: P3A0, 35 tahun, post SCTP hari ke V atas indikasi bekas SC


+ hipertensi kronis + post sterilisasi Pomeroy.

Sikap

: Diet TKTP
Cefadroxil 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Roboransia 1 x 1 tab
Nifedipin 3 x 10 mg
Polycrol syrup 3 x 1 cth
Pasien dapat pulang ( pasien kontrol ke poliklinik ginekologi
RSU.Prof.Dr.Kandou )

14

DISKUSI
Pada kasus ini yang akan dibahas adalah diagnosis, penanganan, komplikasi dan
prognosis.
Diagnosis
Diagnosis hipertensi kronis ditegakkan bila didapati bahwa ibu telah menderita
hipertensi sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 6
minggu pasca persalinan, tanpa disertai adanya proteinuria atau edema.1,2,4,7
Pada kasus ini dari anamnesis didapatkan adanya tanda-tanda inpartu sejak 6 jam
sebelum masuk rumah sakit. Penderita menyangkal adanya riwayat nyeri kepala ,
penglihatan kabur dan nyeri epigastrium. Namun, penderita memiliki riwayat
hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Penderita pernah dioperasi seksio sesarea pada
tahun 2002 atas indikasi hipertensi dan oxytocin drips gagal.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 190/120 mmHg, tanpa disertai
edema. Pada pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan proteinuria.
Berdasarkan kepustakaan maka pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosis
hipertensi kronis dalam kehamilan.
Beberapa faktor dianggap sebagai predisposisi terjadinya hipertensi kronis , akan
tetapi belum terdapat keterangan pasti yang dapat menjelaskan penyebabnya. Faktor
tersebut antara lain multiparitas, hipertensi yang telah ada pada kehamilan sebelumnya
dan faktor keturunan.1-4,8 Pada kasus ini terdapat faktor predisposisi multiparitas dan
riwayat hipertensi pada kehamilan yang sebelumnya.
Penanganan
Pada kasus hipertensi kronis dalam kehamilan perlu diperhatikan pencegahan
terhadap

terjadinya

superimposed preeclampsia/eclampsia

dimana

dikepustakaan

dikatakan bahwa hipertensi kronis merupakan predisposisi terjadinya superimposed


preeclampsia/eclampsia.2

15

Sehingga pemberian obat anti hipertensi pada hipertensi kronis diberikan bila tekanan
darah mencapai >160/100 mmHg.4,7-9
Pada kasus ini penderita telah diterapi dengan MgSO4 im sesuai protokol kerena penderita
tersebut didiagnosis dengan preeklamsi berat oleh RS. Budi Mulia Bitung. Pada saat
masuk rumah sakit Prof. Kandou penderita diberikan obat antihipertensi oral yaitu
nifedipin

karena tekanan darah diastolik penderita > 90 mmHg. Pada penderita ini

pengakhiran kehamilan harus segera dilakukan karena tekanan darah diastolik sudah
mencapai 120 mmHg, dimana berdasarkan kepustakaan sudah merupakan hipertensi ganas
dan bila diteruskan akan terjadi kematian pada janin sedangkan prognosis ibu akan
semakin buruk.1,2,4,6 Pada penderita ini tidak bisa dilakukan induksi persalinan karena ada
bekas seksio sesarea karena itu dilakukan operasi seksio sesarea kembali.
Prognosis dan komplikasi
Prognosis ibu dan bayi waktu masuk rumah sakit adalah dubia ad malam karena
bila tidak dilakukan terminasi kehamilan akan mengakibatkan kematian pada ibu yang
disebabkan perdarahan otak , payah jantung dan gagal ginjal.1,3 Demikian juga pada janin
akibat dari sirkulasi utero-plasenter yang tidak baik.
Prognosis setelah dilakukan seksio sesarea adalah dubia ad bonam . Hal ini
disebabkan penangan yang cepat dan tepat serta perawatan yang baik pasca SC.

16

PENUTUP
Kesimpulan dan saran
Hipertensi kronis pada kehamilan pada umumnya berakhir dengan baik bila
dilakukan pemeriksaan ante natal yang teratur dan berkualitas terhadap ibu hamil maupun
terhadap janin yang dikandungnya. Selain itu bila

ditemukan penyulit maka dapat

dilakukan diagnosis dan penanganan sedini mungkin.3,10


Pada ibu ini dianjurkan untuk melakukan kontrasepsi mantap yaitu sterilisasi
mengingat usia ibu sudah 35 tahun dan jumlah anak yang sudah cukup.3

17

KEPUSTAKAAN
1.

Wiknjosastro H, editor. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2000.

2.

Cunningham FG, MacDonald PC, Gant MF. Hypertensive Disorders In Pregnancy.


In: Ronardy DH, editor. Obstetric Williams,21st Ed.. McGrw Hill.2001:567-609

3.

Mochtar R. Penyakit kardiovaskuler. Lutan D, editor. Dalam: Sinopsis Obstetri Jilid 1


edisi ke-2. Penerbit EGC, Jakarta;1998. hal 142-4

4. Warouw NN. Hipertensi Dalam Kehamilan. Manado : Bagian Obstetri Ginekologi FK


Unsrat. 2001
5. Reynold C. Hypertensive States of Pregnancy. In: Decherney A,Nathan L.
Lange Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and Treatment.9th Ed. India: Mc
Graw Hill:2003.p 339-53
6. Manuaba I. Kapita Selekta Penatalaksanan Rutin Obstetri Ginekolohi dan KB. Jakarta:
EGC;2001hal 403-26
7

Hipertensi dalam kehamilan. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi.Bagian I. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi UNSRAT-RSUP
Manado 1996:57-67

8.

Sidabutar S. Hipertensi essensial. Dalam :Soepaman,Waspadji S. Ilmu Penyakit


Dalam Jilid 2Balai Penerbit FKUI:1998.hal 205-23Mochtar R. Obstetri operatif
perabdominam. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Jakarta: EGC; 1998: 117-120.

9.

Setiawati A. Antihipertensi.Ganiswarna S, Setiabudi,Nafrialdy,editor. Farmakologi


Dan Terapi Edisi 4.Bagian Farmakologi FKUI;2000.hal 315-42

10. Lees C, Reynolds K, McCartan G. The Pragnancy Question and Answer Book.
Darling Kindersly Limited, London ; 1997

18

You might also like