Professional Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
Referat
Universitas Mulawarman
PENYAKIT MENIERE
Disusun oleh
Andreas Tedi S.K.K
Hardin Baharuddin
0910015001
0910015022
Pembimbing
dr. Selvianti, Sp. THT-KL
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tahun 1861, dokter asal Prancis bernama Prosper Meniere
menggambarkan sebuah kondisi yang sekarang kondisi tersebut diabadikan
dengan menggunakan namanya. Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian
dalam yang menyebabkan timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus
(telinga berdenging), perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran
yang bersifat fluktuatif. Adapun struktur anatomi telinga yang terkena dampaknya
adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis semisirkularis dan kokhlea. Pendapat
ini kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan
ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien
dengan dugaan penyakit Meniere.1
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus
bersifat bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan
Swedia.1
Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu
telinga. Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan
tinnitus. Sebuah episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo,
ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua
sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan
kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam. Ada beberapa variabilitas dalam
durasi gejala. Beberapa pasien mengalami serangan singkat sedangkan penderita
lainnya dapat mengalami ketidakseimbangan konstan.1
Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Meniere.
Dokter biasanya menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik telinga. Beberapa pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan audiometri,
CT scan kepala atau MRI dilakukan untuk menyingkirkan suatu tumor saraf
kranial ke delapan (nervus vestibulokokhlearis) serta penyakit lain dengan gejala
serupa. Karena tidak adanya uji yang defintif untuk penyakit Meniere, maka
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Penyakit meniere atau hidrops endolimfatik idiopatik (ELH) adalah
penyakit pada telinga dalam dengan trias gejala yang terdiri dari serangan vertigo
yang mendadak dan episodik, tuli sensorineural yang biasanya fluktiatif, tinitus.
Trias gejala pertama kali dijelaskan oleh Prosper Meniere pada tahun 1861. Selain
itu, sensasi tekanan aural dan kepenuhan di telinga biasanya menemani trias ini
dan dapat mendahului serangan hingga 20 menit.
2.4 Klasifikasi
Penyakit meniere diklasifikasikan menjadi penyakit meniere tipikal dan
atipikal. Dimana penyakit meniere tipikal ditandai dengan gejala koklear
(penurunan pendengaran, tinitus, rasa penuh pada telinga) dan gejala vestibular
(vertigo), dan penyakt meniere atipikal ditandai dengan gejala koklear saja atau
gejala vestibular saja.(6)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Schuknecht dan Gulya
mengklasifikasi penyakit meniere menurut etiologinya yaitu embriopatik,idiopatik
dan didapat. Meniere Embriopatik merupakan akibat gangguan pembentukan
prenatal yang berhubungan dengan anomali morfologis seperti berkurangnya
ruang antara kanal semisirkuler posterior dan ruang subaraknoid. Meniere didapat
dapat terjadi setelah trauma dari labirin, infeksi, inflamasi, proses autoimun,
alergen.(3)
2.5 Perjalanan Penyakit
Gambaran klasik penyakit meniere mungkin tidak dapat ditemukan
semuanya pada fase awal. Gejala timbul baik dari vestibular atau dari sistem
koklea. Gangguan pendengaran mungkin sangat ringan pada tahap ini, dan pasien
mungkin sebenarnya sama sekali tidak mengeluhkan gangguan pendengaran,
terutama ketika tinnitus dan vertigo menjadi keluhan utama.
Penyakit meniere dicirikan dengan remisi dan eksaserbasi. Manifestasi inisial
dapat berupa vertigo atau penurun pendengaran. Setelah 1 tahun dari onset gejala
tipikal ( serangan vertigo, tinitus, penurunan pendengaran fluktuatif , dan rasa
penuh dalam telinga) mulai muncul. Setelah 1 tahun, serangan vertigo berkurang
dan penurunan pendengaran tetap ada dan mengarah pada tingkat yang lebih
berat (50 dB ). Penyakit meniere biasanya mengenai satu telinga pada awalnya,
namun terdapat risiko untuk terjadi pada telinga pada sisi t.yang lain setelah 2
tahun onset.(2)
2.6 Diagnosis
Trias klinis khas gejala dari vestibular dan sistem koklea merupakan kunci
untuk diagnosis klinis. Durasi vertigo akut pada penyakit Meniere biasanya
berkisar antara 20 menit sampai 2 jam. Tinnitus menyertai episode ini dan
6
11
12
13
Selama
EcoChG,
jarum
elektroda
ditempatkan
baik
melalui
Gambar 6. Gambaran hasi EcoChG pada telinga mormal (atas) dan pada hydrop
ear (bawah).16
14
Gambar 7: Gambaran hasi EcoChG pada sisi kanan ditandai SP yang tinggi pada
sisi kanan.16
C. Pencitraan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengeksklusi keadaan
patologis retrokoklear. Pencitraan dilakukan jika terjadi manifestasi klinis yang
tidak biasa ( bilateral dan pada usia muda) atau dalam rencana tatalaksana dengan
operasi.
2.7 Diagnosis Banding
Beberapa kelainan yang dapat didiagnosis banding dengan penyakit Meniere ini
antara lain1,17:
1.
2.
3.
4.
5.
2.8 Penatalaksanaan
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu
bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan
penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :
9,11,12
a.
merupakan
stimulan
vasoaktif
dan
menyebabkan
terjadinya
vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi
saraf dari telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat
mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga
perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan
obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat
tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang
keras, berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu
objek tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau
muntah, setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan
karena biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien
mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk
memulihkan keseimbangan.
b.
Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer,
antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan
pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat
alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat
infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus
akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak
digunakan tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik
seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga
mengurangi gejala vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat membantu
16
Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem
vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi
dengan latihan yang teratur danbaik. Orang-orang yang karena profesinya
menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala
yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-hari.2,10
Ada beberapa latihan, yaitu : canalit reposition treatment (CRT) /
epley manouver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang
memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat
dikerjakan sendiri.
Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT
jika masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.
17
Penatalaksanaan bedah
Operasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak terkontrol antara
lain :
1
Labirinektomi
Operasi
ini
mengangkat
kanalis
semisirkularis
dan
saraf
18
Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler
merupakan pilihan untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang
tersisa. Dilakukan insisi di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat,
dilakukan pembukaan pada fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan
pemotongan terhadap saraf keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip
labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah intrakranial,
sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi. Operasi ini
diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi,
paralisis wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan,
sekitar 85% vertigo dapat terkontrol.
Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang
menganggap operasi ini merupakan placebo. Ada dua tipe dari operasi ini
yaitu:
a
19
2.8 Prognosis
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi
tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini
berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam
jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara
cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.9,12
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.
Sebaiknya pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil,
naik tangga dan berenang.9,12
20
BAB 3
KESIMPULAN
Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya
kelainan pada telinga dalam berupa hirops (pembengkakan) endolimfa pada
kokhlea dan vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang
terdiri dari vertigo (sakit kepala berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran
berupa tuli sensori neural. Gangguan pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana
gangguan pendengaran terjadi saat serangan dan dapat normal diluar serangan.
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa.
Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Pasien dengan resiko besar
terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengonsumsi
aspirin.
Pada dasaarnya, etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere dengan akurat, kondisi
penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere
harus disingkirkan. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang sangat hati-hati.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab yang berasal dari
telinga luar atau telinga dalam. Pemeriksaan penunjang seperti audiometri,
elektronistagmografi, elektrokokhleografi, BERA, dan MRI terkadang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere.
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu
bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menangani
penyebab dari penyakit tersebut.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Hain,
TC,
Yacovino
D.
Meniere
Disease.
2003.
Available
at
http://www.dizziness-and-balance/disorders/menieres/menieres_english.html.
Diakses pada 20 April 2015
2. Snow JB, Ballenger JJ. Ballengers otorhinolaryngology head and neck
surgery. 16th ed. Hamilton: BC Decker Inc. 2003.
3. C. De Valck et al. Menieres Disease. B-ENT. 2007: 3; 11-20.
4. Vassiliou A et al. Menieres disease: Still a mystery disease with difficult
differential diagnosis. Ann Indian Acad Neurol 2011;14:12-8.
5. Haybach PJ. Meniere Disease. Vestibular Disorder Association .
6. Sajjadi H. Menieres disease. The Lancet. 2008: 372; 406
7. Hain, TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2014.
Available
at
http://www.dizziness-and-balance/disorders/menieres/menieres_english.html.
Diakses pada 19 April 2015
8. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6.
Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. 102-103.
9. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke
6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 136-137.
10. Diza M. Pengobatan Gangguan Keseimbangan (Gambar). 2009. Available at :
http://d132a.wordpress.com/2008/12/26/pengobatan-gangguan-keseimbanganvertigo/. Diakses pada 21 April 2015
11. Levenson, Mark J. Home of the Surgery Information Centre: Meniere
Syndrome.
2009.
Available
at
http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/menieres-syndrome.php.
Diakses pada 21 April 2015
12. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose, and
Throat Disease. Second Revised Edition. New York : Thiemes; 2004. 100-101.
13. Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, et. al. Cummings otolaryngology. 5th ed. St.
Louis: Mosby, Elsevier Saunders; 2011.
14. De Valck C et al. Menieres Disease. B-ENT. 2007: 3; 11-20.
22
15. Stapleton E, Milis R. Clinical diagnosis of Menie` res disease: how useful
are the American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery
Committee on Hearing and Equilibrium guidelines. The Journal of
Laryngology & Otology .2008: 122; 773-9.
16. Li John C et al. Meniere Disease
Hydrops) Differential
Diagnoses.
(Idiopathic
2014.
Endolymphatic
Available
at
23