You are on page 1of 19

HAMA-HAMA TANAMAN PANGAN II

(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tumbuhan)

Oleh
Kartika Hikmahniar F
1314121096

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang dapat mengurangi
kuantitas dan kualitas suatu tanaman, merusak tanaman selama pertumbuhan
tanaman berlangsung, dan dapat menularkan penyakit baik kepada manusia,
hewan ataupun tumbuhan. Hewan dapat berubah statusnya menjadi hama jika
populasinya sudah melebihi atau diatas ambang ekonomi, atau tingkat kerusakan
yang ditimbulkannya sudah merugikan secara ekonomi.
Hewan dapat berubah statusnya menjadi hama jika populasinya sudah melebihi
atau diatas ambang ekonomi, atau tingkat kerusakan yang ditimbulkannya sudah
merugikan secara ekonomi. Misal pada tanaman jagung, tanaman jagung sering
mengalami kerusakan akibat serangan hama yakni penggerek tongkol jagung, ulat
grayak, penggerek batang jagung, wereng jagung dan kumbang jagung. Hamahama ini sangat bebahaya, karena jika tidak dekendalikan akan mengakibatkan
kerusakan yang amat parah.
Pada percobaan kali ini kita akan membahas tentang hama-hama tanaman pangan.
Pengertian hama itu sendiri adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang
dapat dilihat dengan panca indera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang,
dan dapat merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung.
Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan
dan gigitan. Sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung
biasanya melalui suatu penyakit. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia
untuk melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan

primer manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi
penting untuk diperhatikan.
I.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percoban ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui jenis hama penting pada tanaman jagung dan kedelai.
2. Mengetahui gejala kerusakan, bioekologi dan cara pengendaliaany hama
tanaman jagung dan kedelai.

II. METODOLOGI PERCOBAAN

II.1

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan yaitu alat tulis, kertas HVS, dan kamera. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu hama-hama pada tanaman jagung dan kedela, antara
lain penggerek tongkol jagung, penggerek batang jagung, ulat grayak, ulat
penggerek polong, kepik hijau, kutu daun, lalat bibit kacang, werng jagung,
sitophylus zeamais, dan kepik penghisap polong.

II.2
Prosedur Percobaan
Adapun prosedur yang kami lakukan adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;
2. Diamati beberapa spesimen diatas, kemudian
3. Digambar dan difoto sebagai dokumentasi.

3.2 Pembahasan
3.2.1

Penggerek Tongkol Jagung Helicoperva armigera (Lepidoptera : Noctuidae)


Siklus hidup dari penggerek tongkol jagung yaitu Imago betina H. Armigera
meletakkan telur pada pucuk tanaman dan apabila tongkol sudah mulai keluar
maka telur diletakkan pada rambut jagung. Telur akan menetas pada waktu tiga
hari. Larva terdiri atas 5-7 instar, tetapi umumnya enam instar dengan pergantian
kulit (moulting) setiap instar 2-4 hari. Periode perkembangan larva sangat
bergantung pada suhu dan kualitas makanannya. Spesies ini mengalami masa
prapupa selama 1-4 hari. Selama periode ini, larva menjadi pendek dan lebih
seragam warnanya dan kemudian berganti kulit menjadi pupa. Masa prapupa dan
pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan
tanah. Serangga ini kadang-kadang berpupa pada permukaan tumpukan limbah
tanaman atau pada kotorannya yang terdapat pada tanaman (Pracaya, 2002).
Gejala serangan dari hama ini yaitu Imago betina akan meletakkan telur pada silk
jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol
dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga
ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung (Pracaya, 2002).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengendalian hayati, Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali
hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah
Trichogramma spp. yangmerupakan parasitoid telur, di mana tingkat
parasitasi pada hampir semua tanaman inang H. armigera sangat bervariasi
dengan angka maksimum 49%. Agen pengendali lain yang juga berpotensi
untuk mengendalikan serangga ini adalah bakteri B. bassiana dan virus
Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV). Kultur Teknis
Pengolahan tanah secara sempurna akan merusak pupa yang terbentuk
dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya.
2. Kimiawi, Agak sulit mencegah kerusakan oleh serangga ini karena larva
segera masuk ke tongkol sesudah menetas. Untuk mengendalikan larva H.
armigera pada jagung, penyemprotan harus dilakukan setelah terbentuknya

silk dan diteruskan (1-2 hari) hingga jambul berwarna coklat. Untuk itu
dibutuhkan biaya yang cukup cukup mahal .
3.2.2

Penggerek Batang Jagung Ostrinia furnacalis (Lepidoptera : Pyralidae)


Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam
antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817
butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada
tanaman jagungyang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian
bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari, Larva yang baru
menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah- pindah, larva
muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut
menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Biasanya terbentuk di dalam batang,
berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6 - 9 Hari . Ngengat ini aktif pada
malam hari umur ngegat 7 - 11 hari.
Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian
tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga
jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan
tassel yang rusak (Siregar,2003).
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :
1. Kultur teknis, Waktu tanam yang tepat,Tumpangsari jagung dengan
kedelai atan kacang tanah, Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6
baris tanaman).
2. Pengendalian hayati, Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid
Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O.
furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O.
furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva
O. furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria
bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O.
furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva /tanaman.
3. Kimiawi, Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos,
triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan serangan
penggerek batang jagung.

3.2.3

Ulat Grayak Spodoptera litura (Lepidoptera:Noctuidae)


Ordo

: Lepidoptera

Famili

: Noctuidae

Genus

: Spodoptera

Spesies

: Spodoptera litura

Serangga ini sangat aktif pada malam hari, sementara pada siang hari serangga
dewasa ini diam ditempat yang gelap dan bersembunyi. Serangga dewasa jenis
Spodoptera litura, memiliki ukuran panjang 20 - 25 mm, berumur 5 - 10 hari dan
untuk seekor serangga betina jenis ini dapat bertelur 1.500 butir dalam kelompokkelompok 300 butir. Ciri khas ulat grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga
berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Sedangkan ulat
dewasa berwarna abu-abu gelap atau cokelat. Stadium yang membahayakan dari
hama Spodoptera litura adalah larva karena menyerang secara bersama-sama
dalam jumlah yang sangat banyak untuk menunjang metamorfosisnya. Siklus
hidup serangga ini yaitu telur-larva-ngengat. Larva akan menjadi pupa yang
dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu
berkisar antara 30 hari hingga 61 hari (Siregar,2003).
Gejala yang ditimbulakan serangan hama ini yaitu ditandai dengan daun-daun
yang terlihat berwarna agak putih, karena yang tertinggal hanya selaput daun
bagian atas. Bagian daging daun sebelah bawah telah dimakan oleh ulat ini. Pada
awal serangan daun terlihat berlubang-lubang, lama kelamaan hanya tertinggal
tulang-tulang daun. Serangan berat dapat mengakibatkan tanaman menjadi
gundul. Hama ini selain menyerang tanaman padi, hama ini juga menyerang
tanaman cabai
Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pengendalian secara mekanis, dengan cara mengumpulkan telur dan larva
nya kemudian memebunuhnya, dapat pula dilakukan pemangkasan pada
sarang telur.

2. Pengendalian secara kultur teknis, dengan cara tanaman harus bersih dari
gulma agar tidak dapat digunakan sebagai sarang bertelurnya serangga dan
dapat pula dilukukan sistem rotasi tanam.
3. Pengendalian hayati atau biologi, menyemprotkan Bacillus thuringienis.
3.2.4

Ulat Penggerek Polong Etella zinckenell (Lepidoptera:Pyralidae)


Ordo

: Lepidoptera

Family

: Pyralidae

Subfamily

: Phycitinae

Genus

: Etiella

Species

: Etiella zinckenella

Hama ini merupakan hama utama pada kedelai, selain kumbang kedelai. Ngengat
berwarna kuning keabu-abuan dengan ukuran 1.7-2.5 cm, dan aktif pada malam
hari serta sangat menyukai cahaya. Ngengat betina dapat bertelur sekitar 73-204
butir yang diletakkan pada bagian bawah kelopak bunga dan polong kedelai,
berbentuk lonjong dan berukuran 0,6 mm. Telur muda berwarna putih mengkilap
dan setelah tua menjadi jingga berbintik-bintik merah. Telur menetas pada umur
kurang lebih 3-4 hari. Ulat yang baru menetas berjalan-jalan di permukaan polong
selama beberapa waktu, kemudian menggerek ke dalam polong dan memangsa
biji kedelai. Ulat berwarna hijau kekuningan sampai merah muda dengan bagian
punggung bergaris hitam. Lama stadium ulat kurang lebih 12-19 hari, dengan ratarata 15 hari Pupa atau kepompong berada dalam tanah dengan kedalaman 2-3 cm,
berwarna cokelat, berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 1.5 cm. Lama stadium
kepompong kurang lebih 8-13 hari dengan rata-rata 11 hari.
Ulat menggerek polong kedelai kemudian hidup dan tinggal di dalam polong dan
memakan biji kedelai yang masih utuh. Ulat menyebabkan kerusakan pada polong
muda dan tua. Ulat juga sering merusak bunga, yang pada akhirnya menyebabkan
kegagaln pembentukan buah atau polong. Kerusakan polong muda mengakibatkan
biji kedelai tidak berkembang dan polong rontok. Pada tingkat serangan tinggi,
kerugian hasil dapat mencapai lebih dari 90% (Tjahjono, 2009).

Hama ini mempunyai panjang tubuhnya antara 8-11 mm, panjang sayapnyaantara
19-27 mm,sayapnya lebih panjang daripada abdomen. Perkembangantelurnya
antara 4-21 hari , larvanya antara 19-40 hari,sedangkan perkembangan pupany
antara 12-18 hari, umur imago lebih kurang 20 hari, rata-rataimagonya bertelur
antara 100-600 butir telur dan perkembangannya tergantung pada suhu
lingkungan. Ngengat hama ini berwarna keabu-abuan pada bagian tepi sayap
ada pembatas berwarna kuning muda, rentangan sayapnya antara 24-27 mm. Telur
berwarna putih mengilap dan berubah menjadi kemerah-merahan larvanya
berwarna putihkekuningan. Kepala lebih besar dari pada badan dan berwarna
coklat sampai hitam.
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau
lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva kedalam
biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka terdapat butir-butir kotoran kering yang
berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa bijiterbalut benang
pintal.Merusak biji dengan menggerek kulit polong muda dan kemudian masuk
sertamenggerek biji, sebelum menggerek larva baru menetas menutupi dirinyaden
gan selubung putih hingga ada bintik coklat tua sebagai jalan masuk hama
tersebut (Tjahjono, 2009).
Pengendalian hama penggerek polong sebaiknya dilakukan secara terpadu atau
PHT yaitu suatu cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan
ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Penggunaan pestisida merupakan
alternative terakhir yang apabila serangan hama penggerek polong telah
melampaui batas ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong
sekitar 2,5% atau terdapat 2 ekor ulat per tanaman saat tanaman kedelai berumur
lebih dari 45 hari (Tjahjono, 2009).
3.2.5

Kepik Hijau Nezara viridulla (Hemiptera:Pentatomidae)


Domain

: Eukaryota

Order

: Hemiptera

Family

: Pentatomidae

Genus

: Nezara

Spesies

: Nezara viridula

Kepik hijau memiliki morfologi sepasang sungut yang beruas. Serangga ini
memiliki sepasang sungut beruas. Sayapnya dengan bagian depan menebal, kepik
ini memiliki kaki yang pendek dibanding sayap depan. Bentuk tubuhnya yang
pipih dan membungkuk ke bawah. Pada Sayap belakang membranus dan sedikit
lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala kepik ini memiliki
sepasang antena. Tipe mulut kepik ini yaitu menusuk dan menghisap yang muncul
dari depan kepala (Hidayat,2000).
Siklus hidup kepik ini adalah telur nimfa dewasa. Telur diletakkan dibawah daun.
Telur menetas kurang lebih selama satu minggu. Nimfa memiliki bentuk yang
tidak sempurna dan ukuran sayap lebih kecil dari dewasanya. Imago datang pada
saat pembentukkan bunga. Kepik ini berperan sebagai hama tumbuhan. Yang
menyerang biji dan biji tersebut menjadi busuk, berwarna hitam dan bercakbercak coklat pada kulit biji (Hidayat,2000).
Kepik hijau memiliki ciri yaitu memiliki warna hijau, memiliki sepasang
antena,memiliki sepasang sayap yang berbentuk segitiga, memiliki tiga pasang
tungkai dan mata serangga ini yaitu fasek.
Gejala yang ditimbulkan yaitu pada batang terdapat bekas tusukan dan bekas
hisapan. Sedangkan pada buah tanaman padi terdapat bekas noda tusukan dan
hisapan. Hama kepik ini dapat dikendalikan dengan cara menggunakan insektisida
yang efektif dan dapat dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan telurtelurnya (Kartasapoetra, 2002).
Pengendalian yang dilakukan menggunakan musuh alami: jenis tabuhan
Ooencyrtus malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur
kepik hijau. pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara
intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida.

Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas


serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi
penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah
tanam (Kartasapoetra, 2002).

3.2.6

Kutu Daun Aphis glycines (Hemiptera : Aphididae)


Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies: Aphis gossypii
Kutu apid biasa disebut kutu daun. Kutu daun ini memiliki ciri morfologi yaitu
dengan tubuhnya berwarna putih, memiliki caput, thorak dan tungkai. Dan kutu
apid ini memiliki tipe alat mulut menusuk menghisap. Kutu ini ada yang memiliki
sayap adapula yang tidak memiliki sayap. Nimfa dan imago kutu ini hidup
bergerombol, dengan warna hijau kehitaman bahkan terkadang coklat. Kutu daun
ini memiliki metamorfosis tidak sempurna yaitu telur-nimfa-imago. Pada fase
nimfa kutu daun atau apid ini mengalami pergantian kulit pada saat sebelum
menuju dewasa atau imago (Siregar,2003).
Siklus hidup kutu daun yaitu telu-nimfa-imago. Telur menetas ketika umur 3 sapai
4 hari setelah diletakkan. Kemudian menjadi larva selama 14 sampai 15 hari dan
berubah menjadi imago. Imago akan bereproduksi pada umur 5 sampai 6 hari
selama perubahan dari larva menjadi imago. Imago bertelur sampai 73 telur
selama hidupnya. Kutu apid atau kutu daun ini memiliki peranan dalam
agroekosistem yaitu sebagai hama terutama pada bagian daun belakang. Kutu ini
biasanya terdapat pada bagian belakang daun. Hama ini dapat dikendalikan
dengan cara memperhatikan jarak tanam, dan pemupukan. Dapat pula dilakukan
dengan menggunakan cara mekanis yaitu dengan membersihkan tanaman dari
gulma atau dengan menggunakan mulsa.

Gejala yang ditimbulkan yaitu misal pada tanaman kentang serangan kutu daun
ini menimbulkan daun berkeriput,menggulung dan daun berubah warna menjadi
pucat (Siregar,2003).

3.2.7

Lalat Bibit Kacang Ophonmya phaseoli


Lalat bibit kacang (Ophiomya phaseoli) adalah salah satu hama penting yang
sering menyerang pada tanaman kedelai dan kacang-kacangan lainnya. Lalat ini
menyereang sejak tanaman mulai muncul atau tumbuh di permukaan tanah hingga
10 hari setelahnya. Lalat yang tentu saja masuk dalam ordo diptera ini masuk
dalam family Agromyzidae.
Lalat betina meletakan telurnya pada tanaman muda yang baru tumbuh
dipermukaan tanah. Telur tersebut biasanya diletakan dalam lubang tusukan yakni
antara jaringan epidermis atas dan bawah keping biji. Telur lalat iniberwarna putih
seperti mutiara dengan bentuk lonjong berukuran panjang 0,31 mm dan lebar
0,15. Telur tersebut setelah selang 2 hari dari awal peletakannya akan menetaskan
dan mengeluarkan larva . larva tersebut akan menggerek keping biji kacang yang
ditanam atau ke pangkal helaian daun pertama dan ke dua. Jika gerekan dimulai
dari batang, larva akan menggerek hingga pangkal batang dan kemudian
bermetamorfosis menjadi kepompong. Kepompong berwarna kuning pada
awalnya kemudian menjadi kecoklat-coklatan. Panjang larva dan kepompong
biasanya mencapai 3, 75 cm (Siregar,2003).
Serangan lalat kacang dapat diidentifikasi melalui adanya bintik-bintik putih pada
pangkal daun pertama atau pada keping biji yang di tanam. Bintik-bintik tersebut
merupakan bekas tusukan lalat kacang betina saat meletakan telur.
Serangan lalat kacang pada tanaman dapat dicegah melalui penggunaan mulsa
jerami. Penggunaan mulsa jerami dimaksudkan agar lalat kacang betina kesulitan
jika akan meletakan telurnya pada bibit muda. Jika dalam intensitas serangan yang
tinggi yakni telah mencapai ambang batas kendali dengan kerapatan populasi
sekitar 50 imago per rumpun, lalat kacang dapat dikendalikan melalui aplikasi

insektisida sistemik pada saat tanaman atau bibit yang ditanam berumur 7 hari
(Siregar,2003).
3.2.8

Wereng Jagung Peregius maidis (Hemiptera:Delphaidae)


Ordo

:Hemiptera

Famili

: Delphacidae

Spesies

: Peregrinus maidis

Siklus hidup 25 hari, termasuk masa inkubasi telur selama 8 hari. Imago terbagi
atas dua karakter yaitu imago sayap panjang (penuh) dan bersayap pendek.
Kelompok makroptera memiliki spot diujung sayapnya dan garis kuning tua
dibagian belakang. Pada kelompok brachyptera sayap tereduksi dan berbercak
hitam (Kartasapoetra, 2002).
Bentuk dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama wereng coklat dewasa
yang meyerang padi. Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk
bulat panjang dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening
yang diletakkan pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok.
Nimpa mengalami 5 instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian
berangsur-angsur berubah menjadi putih kekuning-kuningan.
Disepanjang permukaan atas badannya terdapat bintik-bintik kecil berwarna.
Instar pertama menyukai daun-daun yang baru tebuka, pelepah daun, kelopak
daun dan bunga jantan yang masih muda dan lunak. Tubuh wereng dewasa
berwarna kuning kecoklatan, sayap bening dan kedua mata berwarna hitam.
Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat berputar. Serangga dewasa ada yang
mempunyai sayap panjang dan ada pula bersayap pendek. Mempunyai bintik pada
ujung sayap dan bergaris kuning pada belakangnya. Sedangkan pada yang
bersayap pendek mempunyai sayap transparan dengan bintik warna gelap.
Keduanya mempunyai karakteristik dengan corak warna hitam dan putih pada
bagian ventral abdomen. Berkembang pada musim hujan lebih dari 500 ekor
pertanaman pada umur jagung 2 bulan, sedangkan pada musim kemarau
populasi relatif rendah hanya 1 23 ekor pertanaman. Gejala serangan pada daun
tampak bercak bergaris kuning, garis- garis pendek terputus-putus sampai

bersambung terutama pada tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris
kuning panjang, begitu pula pada pelepah daun. Pertumbuhan tanaman akan
terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan kering (hopper burn)
(Kartasapoetra, 2002).
Pengendalian waktu tanam serempak, waktu tanam dilakukan pada akhir musim
hujan dan bila menggunakan insektisida gunakan insektisida Carbofuran 3%
(Kartasapoetra, 2002).

3.2.9

Kumbang Jagung - Sitophilus zeamais (Cloeptera:Curculionidae)


Morfologi kumbang jagung memiliki ciri panjangnya 2,54,5 mm, berwarna
coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan
gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung.
Kumbang muda berwarna coklat agak kemerahan, yang tua berwarna hitam.
Terdapat bercak kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan. Dua bercak
pada sayap sebelah kiri dan dua bercak sebelah kanan. Panjangnya tubuh
kumbang dewasa kurang lebih 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya
Siklus hidup kumbang jagung ialah kumbang betina akan mengunyah lubang kecil
di dalam inti biji, kemudian memasukkan satu telur ke dalamnya. Kumbang betina
dapat bertelur 300 hingga 400 telur selama lebih dari satu bulan. Telur akan
menetas dalam beberapa hari menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji.
Kemudian menjadi kepompong, selanjutnya menjadi kumbang dewasa. Seluruh
siklus hidup berlangsung dari empat hingga tujuh minggu.
Kumbang jagung menyerang jagung sehingga berlubang, ukurannya lebih besar
dari kumbang beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk,
sehingga kualitas jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama yang
menjadi penyebab kerusakan pada bahan simpanan (Susnihati,2000).
Pada kumbang jagung Serangan di lapang dapat terjadi jika tongkol terbuka.
Pengelola tanaman untuk meminimalkan serangan hama, terutama penggerek
batang dan penggerek tongkol, dapat mengurangi serangan kumbang bubuk di
lapang. Tanaman yang kekeringan dan dengan pemberian pupuk dengan takaran

rendah mudah terinfeksi busuk tongkol, sehingga mudah pula terserang hama
kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis
yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada ujung biji bagian dalam dapat
mengurangi serangan kumbang bubuk. Panen yang tertunda dapat menyebabkan
meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan (Susnihati,2000).
3.2. 10 Kepik Penghisap Polong - Ripthortus linearis (Hemiptera:Alydidae)
Ordo

: Hemiptera

Family

: Coreoidae

Genus

: Riptortus

Spesies

: Riptortus linearis

Imago kepik coklat memiliki bentuk seperti walang sangit dengan ciri khas, yakni
adanya duri-duri (spiny) pada paha belakang dan garis putih-kekuningan pada
bagian lateral dari tubuhnya. Panjang tubuh imago betina 13-14 mm dan imago
jantan 11-13 mm. Abdomen imago betina membesar dan menggembung,
sedangkan abdomen imago jantan meramping. Umur imago 4-47 hari. Seekor
imago betina memproduksi telur rata-rata 70 butir dalam 14 hari. Telur berwarna
coklat tua, berbentuk silindris dengan bagian tengah agak cekung. Telur
diletakkan secara berkelompok dalam dua deretan pada permukaan bawah daun
dengan 3-5 butir/kelompok. Telur menetas setelah berumur seminggu. Nimfa
berlangsung 19 hari, terdiri atas lima instar. Nimfa muda (instar I-III) mirip
semut. Nimfa instar I berwarna kemerah-merahan hingga coklat kekuningkuningan, umurnya 1-3 hari dan panjang badannya 2,6 mm. Nimfa instar II
berwarna coklat kekuning-kuningan hingga coklat tua, umurnya 2-4 hari dan
panjang badannya 3,4 mm. Nimfa instar III berwarna kemerah-merahan hingga
coklat, umurnya 2-6 hari dan panjang badannya 6,0 mm. Nimfa instar IV
berwarna kemerah-merahan hingga hitam agak abu-abu, umurnya 5-8 hari dan
panjang badannya 9,9 mm. Perkembangan dari telur sampai imago berlangsung
29 hari. Kepik coklat tersebar luas di Asia Tenggara. Selain kedelai, tanaman
inang kepik coklat juga berbagai jenis kacang-kacangan, seperti

Tephrosia spp, Acacia villosa, dadap, Desmodium spp., Solanaceae,


Convolvulaceae, dan Crotalaria spp.
Imago dan nimfa merusak polong dan biji. Caranya dengan menusukkan stiletnya
ke kulit polong hingga mencapai biji kemudian mengisap cairan biji tersebut.
Serangan pada polong muda menyebabkan biji mengerut dan menyebabkan
polong gugur. Serangan pada fase pembentukan dan pertumbuhan polong
menyebabkan biji dan polong kempis kemudian mengering. Serangan pada fase
pengisian biji menyebabkan biji hitam dan busuk, dan serangan pada polong tua
dan biji-bijian telah mengisi penuh menyebabkan kualitas biji turun oleh adanya
bintik-bintik hitam pada biji atau kulit biji menjadi keriput (Susnihati,2000).
Gejala serangan kepik coklat ( Riptortus linearis Fabr ) pada tanaman kacang
hijau ( Phaseoulus adalah dengan cara menghisap polong tanaman kacang hijau
sehingga menyebabkan polong menjadi kempis dan mati. Daun yang diserang
banyak terdapat lubang-lubangnya. Jika yang diserang batangnya maka tanaman
bisa menjadi mati dan apabila hama ini tidak dikendalikan akan menyebabkan
penurunan produksi kacang hijau (Susnihati,2000).

1V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil diatas sebagai berikut :
1. Hama-hama penting pada tanaman jagung yaitu penggerek tongkol
jagung, ulat grayak, penggerek batang jagung, wereng jagung dan
2.

kumbang jagung.
Sedangkan untuk hama-hama pada tanaman kedelai yaitu ukat penggerek
polong, kepik hijau, kutu daun, lalat bibit kacang, dan kepik penghisap

polong.
3. Gejala dari serangan hama kepik hijau tanaman kedelai yaitu pada batang
terdapat bekas tusukan dan bekas hisapan. Sedangkan pada buah tanaman
padi terdapat bekas noda tusukan dan hisapan.
4. Gejala serangan hama penggerek batang jagung pada tanaman jagung
yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan,
atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan
tassel yang rusak.
5. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk hama tanaman jagung dan
kedelai yaitu pengendalian hayati, kultur teknis dan pengendalian kimiawi.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, I. R. 2000. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas Brawijaya. Usaha


Nasional. Malang
Kartasapoetra. 2002. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara.
Jakarta
Pracaya. 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susnihati.2000. Buku ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Siregar, M., 2003. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Tjahjono, Harahap.2009. Dasar-Dasar Serangga. Bagian Ilmu Hama Tanaman
Pertanian. IPB. Bogor.

LAM PI R AN

You might also like