You are on page 1of 3

Burung gereja (Passer montanus,

malaccensis) yang banyak terdapat di pulau


Jawa, Sumatra dan Sulawesi. Membuat
sarang di atap2 rumah dan sering makan
padi yang akan dipanen.

Deskripsi: Berukuran 14 cm dan berwarna coklat. Mahkota berwarna


coklat berangan, dagu, tenggorokan, bercak pipi dan setrip mata hitam, tubuh
bagian bawah kuning tua keabuan, tubuh bagian atas berbintik-bintik
coklat dengan tanda hitam dan putih. Burung muda: berwarna lebih pucat
dengan tanda khas yang kurang jelas. Iris coklat, paruh kelabu, kaki coklat.
Suara: Cicitan ramai dan nada-nada ocehan cepat.
Habitat: Hutan, agroforest, perkebunan, permukiman dan lahan pertanian.
Kebiasaan: Berasosiasi dekat dengan manusia. Hidup berkelompok dan
mencari makan di tanah, dan lahan pertanian, mematuki biji-biji kecil atau
beras.
Distribusi: Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali.
Burung Manyar (Ploceus manyar) membuat sarang buat memanjang pada pohon
kelapa, palem dan tanaman yang tinggi lainnya. Burung ini merusak tanaman padi
dan tebu.
Burung Gelatik (Padda oryzivora) juga
merusak tanaman padi

Deskripsi: Berwarna terang, berukuran 16 cm, berparuh merah. Dewasa:


kepala hitam dengan bercak putih mencolok pada pipi, tubuh bagian
atas dan dada kelabu, perut merah muda, ekor bawah putih, ekor hitam.
Remaja: kepala kemerah-mudaan dengan mahkota kelabu, dada merah
muda. Iris merah, paruh merah muda, kaki merah.
Suara: Tik, tup dan ti tui.
Habitat: Hutan, perkebunan, permukiman dan persawahan.
Kebiasaan: Bersifat sangat sosial, suka saling menyelisik di tempat
bertengger. Sewaktu berebut tempat sarang, suka menggoyangkan badan

dengan gerakan yang rumit.


Distribusi: Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali.
Burung Emprit (Muniaa leucogastroides) terkenal sebagai burung padi karena jia
musim panen padi berpindah-pindah dari areal yang satu ke areal yang lain.
Burung kutilang, kepodang makan buahbuahan seperti pisang, manga dan buah lain
yang terlambat dipanen.

Deskripsi: Berukuran 20 cm, bertopi hitam dengan tunggir keputih-putihan


dan tungging jingga kuning. Dagu dengan kepala atas hitam, kerah,
tunggir, dada dan perut putih. Sayap hitam dengan ekor coklat. Iris merah,
paruh dan kaki hitam.
Suara: Cuk-cuk dan cang-kur.
Habitat: Hutan, agroforest, semak, permukiman, perkotaan dan tersebar
sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Kebiasaan: Hidup berkelompok dengan aktif, ribut dan berbaur dengan
jenis Cucak lain. .
Distribusi: Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Bali.
(Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius)
(Ayat, Asep. 2009. Panduan Lapang : Burung-burung Agroforest di Sumatera.
Bogor : ICRAF)

Binatang yang termasuk ke dalam golongan aves (burung) pada umumnya tubuhnya
ditutupi kulit dan berbulu, mempunyai paruh, serta kakinya bersisik. Anggota bagian depan
pada burung yang berupa sayap digunakan untuk terbang. Meskipun demikian, ada
golongan burung yang tidak bisa terbang, misalnya kasuari, kiwi, dan unta (Rukmana dan
Saputra, 1997). Menurut Harahap dan Tjahjono (1994) beberapa jenis burung/aves yang
berpotensi sebagai hama adalah sebagai berikut :
a. Burung pipit haji (Lonchura maja leucocephala Raffles)

Nama lainnya adalah bondol uban. Kepalanya berwarna putih keabu-abuan seperti
sorban haji. Bulu tubuhnya berwarna hitam kecoklatan. Warna leher putih dan secara

bertahap berubah warna menjadi coklat merah ke arah bagian dadanya. Matanya
berwarna coklat hitam. Ukurannya sebesar burung gelatik. Burung jantan dan betina
seukuran dan serupa. Burung pipit haji ini hidup berkelompok. Membuat sarang dari
alang-alang, batang padi atau rumput-rumputan lainnya. Dalam satu sarang terdapat
lima ekor burung. Kerusakan ditimbulkan oleh gerombolan burung pada saat padi
sedang menguning. Pada umumnya gerombolan burung ini terdiri atas kurang dari 50
ekor dan datang berkali-kali.
b. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)

Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna pada
kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya hitam, perut
putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang tubuh sampai ke
ujung ekornya kurang lebih 9 10 cm. Burung jantan dan betina seukuran dan serupa.
Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan sekunder, persawahan, atau
pekarangan terutama yang berdekatan dengan pertanaman padi. Pada saat padi
menguning burung pipit ini datang bergerombol berkali-kali untuk makan padi yang
sudah masak. Di Jawa burung ini pernah menjadi hama padi yang sangat potensial.
Demikian pula di Nusa Tenggara Timur, burung pipit ini termasuk hama potensial pada
pertanaman padi.
c. Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore))

Panjang tubuh burung peking 10 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher merah
coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam. Mata berwarna
coklat merah. Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada pohon-pohon tinggi,
misalnya pada pohon-pohon aren. Pada satu pohon terdapat lebih dari satu sarang.
Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-kadang bersarang diantara buah pisang.
Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung ini juga berpotensi sebagai hama pada
pertanaman padi.
(Harahap, I. S. dan B. Tjahjono. 1994. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Penebar
Swadaya. Jakarta.)

You might also like