You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian

Ekstraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
tekanan negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum
( ventouse ) dari malstrom. Bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan
sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. serta mempercepat
persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor.
Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malmstrom.prinsip
dari cara ini adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum ( tekanan negative )
melalui suatu cup pada kepala bayi. Dengan demikian akan timbul kaput secara
artivisiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi.
Pengaturan tekanan harus di turunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan
kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan
supaya timbul caput succedaneum.
B.

Alat-alat Ekstraksi Vacum

1.

Mangkok ( cup )

Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk


dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu
mangkuk yang terbuat dari baha logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan
bahwa mangkuk plastic kurang traumatis disbanding dengan mangkuk logam.
mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm.
pada punggung mangkuk terdapat:
1.

Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

2. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa


penghubung
3. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of
direction )
4. Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk
menghisap cairan atau udara.
2.

Rantai Penghubung

Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk


denga pemegang.

3.

Pipa Penghubung

Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan
negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk
dengan botol.
4.

Botol

Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan


yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah,
dll)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
a.

Saluran manometer

b.

Saluran menuju ke mangkuk

c.

Saluran menuju ke pompa penghisap

5.

Pompa penghisap

Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik


C.

Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum

1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet
). Sekitar vulva ditutup dengan kain steril
2. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk
dengan tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada
umumnya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian
dinaikkan -0,2 kg /cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari
pembuatan tekanan negative yang bertahap ini supaya kaput suksedaneum buatan
dapat terbentuk dengan baik

4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan
lahir atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi
dilakukan dengan cara menarik pemegang sesuia dengan sumbu panggul. Ibujari
dan jari telunjuk serta jari tanan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap

melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator
tersebut, memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putaran paksi dalam.
Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan berangsur-angsur
dinaikan ( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan negative
dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian
dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya
dilahirkan secara aktif.

D.

Keuntungan Tindakan Ekstraksi Vacum

1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari
demikian mengurangi frekwensi SC
2. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di
belakang kepala, samping kepala ataupun dahi.
3. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat
dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas
dengan sendirinya.
4. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada
pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan
ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh
terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh
terpasang lebih dari jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan
pada otak.
5. Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan
mengadakan fleksi kepala ( missal pada letak dahi ).
E.

Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum

Kerugian dari tindakan fukum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup
sampai dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak
dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti
misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal disbanding
dengan forcep biasa.
F.

Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum

1.

Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar

2.

Penurunan tekanan harus berangsur-angsur

3.

Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam

4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu
mengejan
5.

Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar

( diameter 7 cm )
6.

Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi

7.

Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

G. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum


1.

Terhadap Ibu

Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup
2.

Terhadap Anak

Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa
hari,
H.

Syarat Syarat Vacum

1.

Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.

2.

Presentasi kepala

3.

Cukup bulan ( tidak prematur )

4.

Tidak ada kesempitan panggul.

5.

Anak hidup dan tidak gawat janin.

6.

Penurunan H III / IV ( dasar panggul ).

7.

Kontraksi baik.

8.

Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.

9.

Ketuban sudah pecah / dipecahkan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.

Pengkajian

1.

Aktivitas /istirahat

a.

Klien melaporkan adanya kelelahan

b.

Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasi

c.

Adanya letargi

2.

Sirkulasi

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.


3.

Integritas Ego

a. Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang


dialami.
b.

Klien kelihatan gelisa.

c.

Klien kelihatan putus asa

4.

Eliminasi

a. Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, dosertai tekanan intra


abdomen dan tekanan uterus.
b.

Dapat mengalami rabas vekal saat mengedan

c.

Distensi kandung kemih

5.

Nyeri atau ketidak nyamanan

a.

Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.

b.

Timbul amnesia diantara kontraksi

c.

Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia control.

6.

Pernapasan

Terjadi peningkatan pernafasan.


7.

Seksualitas

a.

Cairan amnion keluar

b.

Pembukaan belum penuh/penuh

c.

Janin tidak maju

B.

Diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu dengan persalinan


menggunakan vakum ekstraksi adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon
fisiologis persalinan
2. Resiko tinggih trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan
lama
3.

Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi maternal

4.

Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan

5.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomi

6.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

C.

Intervensi Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri brehubungan dengan persalinan mekanik, respon


fisiologis persalinan
Kriteria hasil : klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
Intervensi :
a.

Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi

Rasional : sentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan dukungan


untuk tenaga dan dorongan serta dapat membantu mempertahankan penurunan
nyeri
b.

Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus

Rasional : mendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal


c.

Informasikan klien awitan kontraksi

Rasional : klien dapat tidur dan atau mengalami amnesia parsial diantara kontraksi
ini dapat merusak kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat kontraksi mulai
dan dapat berdampak negative pada kontrolnya
d. Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan tidak
petugas yang tidak dibutuhkan
Rasional : lingkungan yang aman menimbulkan, memberi kesempatan optimal
untuk istirahat dan relaksasi diantara kontraksi
e.

Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan sederhana

Rasional : mendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan mengontrol
tingkat ketidaknyamanan.
2. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan
lama
Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada
deselarasi.
Intervensi :
a. Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic
dan frekuensi dasar. Periksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan doptone.
Jumlahkan selama 10 menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10
menit. Lanjutkan pola ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan diantaranya dan
setelah kontraksi

Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan,


bradikardia dan takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia, asidosis,
atau sepsis
b. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter
tekanan intrauterus bila tersedia
Rasional : tekanan istirahat lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi lebih
dari 50 mm Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos.
c. Identifikasi factor-faktor maternal seperti dehidrasi , asidosis, ansietas, atau
sindrom vena kava.
Rasional: Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikkan klien keposisi
rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan
plansenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.
d. Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit
atau kurang.
Rasional: kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan
oksigenasi adekuat dari ruang intravilos.
e. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau ulang hasil
ultrasonografi.
Rasional: Menentukan pembaringan janin, posisi , dan presentasi dapat
mengidentifikasi factor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.
f.
Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna
vertebralis iskial.
Rasional: Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipari atau kurang dari 2
cm/jam untuk multipara, dapat menandakan CPD atau malposisi.
g. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi
pada klien PKA.
Rasional: Resiko cedera atau kematian janin/neonatal meningkat dengan
melahirkan per vagina bila presentasi selain verteks.
h. Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi
kening,kening dan dagu.
Rasional: Presentasi ini meningkatkan risiko CPD, karena diameter lebih besar dari
tengkorak janin masuk ke pelvis (11 cm pada kening atau presentasi wajah, 13 cm
pada presentasi dagu.

3.

Resiko tinggi maternal berhubungan dengan disfungsi maternal.

Kriteria hasil: menyelesaikan kelahiran tanpa komplikasi.


Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan vagina steril untuk menentukan persiapan dan
kematangan serviks dan posisi janin, ulangi sesuai indikasi dengan reaksi klien
Rasional: Penonjolan lunak,parsial, pemeriksaan berulang menentukan kemajuan
persalinan, tetapi untuk menghindari infeksi harus di batasi seminimal mungkin
b.

Periksa TD dan nadi setiap 15 menit.

Rasional: Mengkaji kesejahteraan ibu dan mendeteksi terjadinya hipertensi dan


hipotensi.
c. Palpasi fundus untuk mengevaluasi frekuensi dan durasi kontraksi observasi
stimulasi berlebihan. Catat intensitas tonus istirahat diantara kontraksi jika kateter
digunakan.
Rasional: Pemantauan uterus eksternal menandakan frekuensi, bukan intensitas
dari kontraksi. Stimulasi yang berlebihan menyebabkan rupture uterus dan
pelepasan plasenta premature.
d. Pantau masukan dan keluaran. Ukur berat jenis urin , palpasi kandung kemih.
Rasional: Penurunan resiko infeksi atau memberikan deteksi dini terjadinya infeksi
adanya kandungan mikonium, menandakan distress janin.
e. Perhatikan adanya kram abdomen, pusing,mual/muntah, adanya letargi,
hipotensi dan takikardi.
Rasional: Intoksikasi air dapat terjadi tergantung pada kecepatan atau jenis cairan
yang diberikan.
f.

Bantu sesuai kebutuhan dengan pemasangan kateter intra uterus.

Rasional: Pemantauan internal secara adekuat memperbanyak intensitas dan


frekuensi kontraksi dan membantu mengidentifikasi stimulasi berlebihan dan
kemungkinan rupture uterus karena pemberian oksitosin berlebihan.
g. Observasi pencegahan yang aman berhubungan dengan penggunaan infus dan
memberi label yang tepat pada larutan oksitosin.
Rasional: Kesalahan atau fluktuasi dalam kecepatan pemberian dapat menyebabkan
obat yang diberikan kurang atau berlebihan mengakibatkan tidak adekuatan
kontraksi atau terjadi ruptur uterus.

4.

Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan

Kriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi
persalinan.
Intervensi :
a.

Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal

Rasional : mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas yang berlebihan


meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak negative terhadap
hasil persalinan.
b. Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan kepada klien
bahwa ia tidak akan ditinggal sendirian
Rasional : rasa takut dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.
c.

Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasi

Rasional : membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri


dalam korteks serebral, menigkatkan rasa control.
d. Pantau DJJ dan tekanan darah ibu
Rasional : ansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan endrokrin,
dengan kelebihan pelepasan epineprin dan nonepineprin, meningkatkan tekanan
darah dan nadi
e.

Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.

Rasional : meningkatkan intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan masalah


klien tentang kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu meningkatkan
epineprin, dapat menghambat aktivitas miometrium. Stres yang berlebihan
menguras glukosa sehinggah pembentukan ATP menurun untuk digunakan dalam
kontraksi
f.
Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah
tinggi
pada penerimaan ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan
tepat saat klien rileks )
Rasional : stress mengaktifkan system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik yang
meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan ekskresi
kalium, kehilanhkan kalium dapat menurunkan aktivitas miometrik.
g.

Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.

Rasional : stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses Persalinan
dan menambah lamanya persalinan, dimana terjadi ketidakseimbangan epineprin
dan nonepineprin yang dapat meningkatkan disfunsi pola pole persalinan.
5.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomy

Kriteria hasil : menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi,
tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial kateter normal
Intervensi :
a. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina
dan komplikasi seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko yang dapat mengganggu
kebutuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan
memberi kecenderungan klien terkena infeksi.
b. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigi,
anoreksia dan malaise
Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama
menandakan adanya infeksi.
c. Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus ekstrem
Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari,
kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri
tekan ekstrem menandakan kemungkinan tahanan jaringan plasenta/infeksi
d. Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan
dari rubra menjadi serosa

normal

Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis akan
berbau busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa
sampai ke alba
e. Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.
Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada
jaringan uterus
f.

Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis

Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga postpartum
karena naiknya infeksi ke traktus uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke
ginjal

g. Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas


dikembalikan kemudian ubah terapi sesuai indikasi
Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah.
Pilihan antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.
6.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat


Intervensi
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama persalinan dan
jenis kelamin
Rasional : persalinan dan kelahiran lama akan sulit khususnya jika terjadi malam
hari peningkatan tingkat kelelahan
b. Kaji factor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat.organisasikan
perawatan untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode
tidur yang ekstra. Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan
lingkungan yang tenang
Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan
ransang, jika kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat memperpanjang proses
perbaikan pasca partum
c.

Memberikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai asi.

Rasional : kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan


penurunan repleks secara psikologis.
d.

Berikan obat-obatan misalnya analgesic.

Rasional : mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai


kebutuhan.
e.

Anjurkan pembatasan jumlah dan lamanya waktu kunjungan

Rasionalnya : kelelahan berlebihan dapat diakibatkan dari penggunaan waktu


kunjungan yang sering dan teman-teman yang berarti.
D.

Implementasi

Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
E.

Evaluasi

Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :


1. Ibu dapat melakukan adaptasi terhadap nyeri yang timbul sebagai respon
fisiologis dari persalinan atau nyeri akibat tindakan mekanik.
2.

Resiko terjadi trauma maternal dapat diatasi

3.

Resiko terjadinya trauma fetal dapat dihindari

4. Ibu dapat menurunkan stress emosional, ketakutan dan defresi akibat dari
disfungsi persalinan yang dihadapi
5.

Infeksi akibat tindakan persalinan dapat dihindari

6.

Gangguan pola tidur dapat diatasi.

You might also like