You are on page 1of 24

KHALIDA FAILASUFI

H1A012027

C ER EB R A L PA LS Y

D EFIN ISI
Cerebral palsy adalah gangguan perkembangan

gerakan dan postur yang non progresif tetapi


sering berubah ,ada gangguan motorik akibat
anomaly dari otak yang timbul sejak anak
dilahirkan ( Sankar and mundku, 2005 ).
Ini akan menyebabkan adanya keterbatasan
aktivitas, dikaitkan dengan gangguan yang non
progresif yang terjadi saat otak bayi berkembang
atau ketika masih janin. Gangguan motorik
serebral palsy sering disertai dengan gangguan
sensasi, persepsi, kognitif, komunikasi dan prilaku,
epilepsy, dan masalah musculoskeletal ( Novak ,
2014 ).

EPID EM IO LO G I
Pada negara maju, secara

keseluruhan prevalensi diperkirakan


sekitar 2 hingga 2,5 kasus per 1000
kelahiran hidup.
Prevalensi ini diantara bayi yang
prematur dan yang sangat prematur
diketahui cukup tinggi.
Pada negara berkembang,
diperkirakan prevalensi serebral
palsy adalah 1,5-5,6 kasus per 1000

Keterkaitan serebral palsy dengan

usia ialah biasanya serebral palsy


terjadi selama perkembangan otak
dewasa. Kejadian ini dapat
berlangsung kapan saja antara
perkebangan janin dan hingga usia 3
tahun.

ETIO LO G I
Cerebral Palsy disebabkan oleh

trauma, toksemia kehamilan,


prematuritas, anoksia, infeksi saat
kehamilan dan adanya anomali
perkembangan otak. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan
kelainan otak apabila pertumbuhan
dan perkembangan otak belum
selesai.

Spasticity disebabkan oleh kelainan

cerebelum. Athetosis disebabkan


oleh kelainan basal ganglia.
Rigidity disebabkan oleh kelainan
basal ganglia. Ataxia disebabkan
oleh kelainan cerebelum ( Syarif,
2012 ).

PATO FISIO LO G I
Adanya malformasi hambatan pada vaskuler,

atrofi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar


akan menimbulkan narrowergyiri, suluran sulcus
dan berat otak rendah. Cerebral palsy
digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan
postur tubuh yang disebabkan oleh cacat
nonprogressive atau luka otak pada saat anakanak. Suatu presentasi serebral palsy dapat
diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (struktural
otak : awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau
luka-luka / kerugian setelah kelahiran dalam
kaitan dengan ketidakcukupan vaskuler, toksin
atau infeksi).

M AN IFESTASIKLIN IS
Bayi dengan cerebral palsy akan

mengalami kelambatan dalam


perkembangan, misalnya tengkurap,
duduk, merangkak, tersenyum atau
berjalan ( Perdossi, 2011 ).
Gejala awal dari Cerebral Palsy
biasanya akan tampak < 3 tahun

Spastisitas

Terdapat peninggian tonus otot dan


refleks yang disertai dengan klonus
dan reflek Babinski yang positif.
Tonus otot yang meninggi itu
menetap dan tidak hilang meskipun
penderita dalam keadaan tidur

Tonus otot yang berubah.

Bayi dengan gejala ini, pada usia


bulan pertama tampak flaksid
(lemas) dan berbaring seperti kodok
terlentang sehingga tampak seperti
kelainan pada lower motor neuron.
Menjelang umur 1 tahun barulah
terjadi perubahan tonus otot dari
rendah hingga tinggi.

Koreo-atetosis

Kelainan yang khas yaitu sikap yang


abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement).
Pada 6 bulan pertama tampak flaksid, tetapa
sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut
Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi
dalam golongan ini biasanya flaksid dan
menunjukan perkembangan motorik yang
lambat

Gangguan pendengaran

Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsy.


Gangguan berupa kelainan neurogen terutama
persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap
kata-kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis
Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau
retradasi mental. Gerakan yang terjadi dengan
sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot tersebut sehingga anak
sulit membentuk kata-kata dan sering tampak
anak berliur

Gangguan mata

Gangguan mata biasanya berupa


strabismus konvergen dan kelainan
refraksi pada keadaan asfiksia yang
berat dapat terjadi katarak

D IAG N O SIS

Laboratorium
Fungsi tiroid
Fungsi tiroid yang abnormal dapat berhubungan dengan
kelainan pada otot atau reflex tendon dalam atau gangguan
gerak.
Peningkatan laktat dan piruvat
Kelainan ini dapat menujukkan suatu kelainan metabolism
energy (cytopathy mitokondria)
Peningkatan amonia
Peningkatan kadar amonia dapat menunjukkan disfungsi hati
Analisis kromosom
Kromosom analisis, termasuk analisis kariotipe dan tes DNA
tertentu dapat diindikasikan untuk menyingkirkan sindrom
genetik, jika fitur dismorfik atau kelainan berbagai sistem organ
yang hadir.

TATALAKSAN A
Tidak ada terapi spesifik terhadap Cerebral

palsy. Terapi bersifat simtomatik, yang


diharapkan akan memperbaiki kondisi pasien.
Terapi yang sangat dini akan dapat mencegah
atau mengurangi gejala-gejala neurologik.
Tujuan terapi pasien Cerebral palsy adalah
membantu pasien dan keluarganya
memperbaiki fungsi motorik dan mencegah
deformitas serta penyesuaian emosional dan
pendidikan sehingga penderita sedikit mungkin
memerlukan pertolongan orang lain, diharapkan
penderita bisa mandiri ( Perdossi, 2011 ).

Fisioterapi
Fisioterapi dini dan intensif untuk

mencegah kecacatan, juga


penanganan psikolog atau psikiater
untuk mengatasi perubahan tingkah
laku pada anak yang lebih besar.
Tindakan ini harus segera dimulai
secara intensif

Pembedahan
Bila terdapat hipertonus otot atau

hiperspastisitas, dianjurkan untuk


melakukan pembedahan otot,
tendon, atau tulang untuk reposisi
kelainan tersebut. Pembedahan
stereotaktik dianjurkan pada
penderita dengan gerakan koreoatetosis yang berlebihan
( Dimitrijevi, 2014 ).

Pendidikan
Penderita Cerebral palsy dididik sesuai

tingkat intelegensinya, di sekolah luar


biasa dan bila mungkin di sekolah biasa
bersama-sama dengan anak yang normal
Obat-obatan
Pada penderita dengan kejang diberikan
obat antikonvulsan rumat yang sesuai
dengan karakteristik kejangnya, misalnya
luminal, dilantin, dan sebagainya

Medikamentosa, untuk mengatasi spastisitas :


Benzodiazepin :
Usia < 6 bulan tidak direkomendasi.
Usia > 6 bulan diberikan dosis 0,12-0,8 mg/KgBB/hari PO dibagi 6-8

jam (tidak lebih 10 mg/dosis).


Baclofen (Lioresal) : dosis yang diberikan 3 x 10 mg PO (dapat
dinaikkan sampai 40-80 mg/hari).
Dantrolene (Dantrium) dosis yang diberikan dimulai dari 25 mg/hari,
dapat dinaikkan sampai 40 mg/hari.
Haloperidol dosis dapat diberikan 0,03 mg/KgBB/hari PO dosis tunggal
(untuk mengurangi gerakan involusi).
Botulinum toksin A dengan ketentuan :
Usia < 12 tahun belum direkomendasikan.
Usia > 12 tahun : 1,25-2,5 ml (0,05-0,1 ml tiap 3-4 bulan).
Apabila belum berhasil dosis berikutnya dinaikkan 2x/tidak lebih 25 ml
perkali atau 200 ml perbulan.

KO M PLIKASI
Komplikasi serebral palsy dapat

mempengaruhi beberapa sistem.


Misalnya komplikasi pada kulit
termasuk ulkus dekubitus dan luka,
sementara komplikasi ortopedi
adalah kontrakur, dislokasi panggul,
dan atau skoliosis.

PRO G N O SIS
Prognosisnya sebagian besar tergantung dari

jenis kerusakan motoriknya. Kematian juga


sangat terkait dengan tingkat gangguan
fungsional serta terkait dengan gangguan
non-motorik. berdasarkan salah satu
penelitian terhadap lebih dari 2.014 individu
dengan cesebral palsy , prediktor terkuat
dari kematian adalah cacat intelektual.
Misalnya, diantara orang-orang dengan cacat
intelektual yang berat yaitu IQ <20, hanya
1,5 % yang bisa bertahan sampai dewasa,

sedangkan diantara mereka dengan

IQ >35, 92% bertahan yang sampai


dewasa. Secara umum, dengan
meningkatnya risiko kematian secara
bertahap berbanding lurus dengan
meningkatnya jumlah gangguan
termasuk intelektual, fungsi anggota
tbuh, pendengaran, dan penglihatan
( Michael, 2008).

KESIM PU LAN
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan

tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta
merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah
selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan
serebelum juga kelainan mental. Cerebral Palsy disebabkan oleh trauma,
toksemia kehamilan, prematuritas, anoksia, infeksi saat kehamilan dan adanya
anomali perkembangan otak. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan kelainan
otak apabila pertumbuhan dan perkembangan otak belum selesai. Gejala awal
dari Cerebral Palsy biasanya akan tampak < 3 tahun, dan orang tua mulai
menjadi curiga dengan kemampuan motorik anak mereka. Bayi dengan
cerebral palsy akan mengalami kelambatan dalam perkembangan, misalnya
tengkurap, duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan. Tidak ada terapi
spesifik terhadap Cerebral palsy. Terapi bersifat simtomatik, yang diharapkan
akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat
mencegah atau mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis
terapi atau latihan yang diberikan dan untuk menentukan ke- berhasilannya
maka perlu diperhatikan penggolongan Cerebral palsy berdasarkan derajat
kemampuan fungsionil yaitu derajat ringan, sedang dan berat.

D AFTAR PU STAKA
Dimitrijevi, L. 2014. Assessment and Treatment of Spasticity in Children with Cerebral Palsy.

Scientific Journal of the Faculty of Medicine in Ni 2014;31(3):163-169. Available at :


http://www.medfak.ni.ac.rs/acta%20facultatis/2014/3-2014/3.pdf. ( Acessed at : Kamis, 30
April 2015 ).
Hamid, HZ. 2013. Cerebral Palsy. Medscape Journal.
Novak I. 2014. Evidence-Based Diagnosis, Health Care,and Rehabilitation for Children With
Cerebral Palsy. Topical Review Article. Journal of Child Neurology 2014, Vol. 29(8) 1141-1156
http://www.aacpdm.org/UserFiles/file/IC172.pdf
PERDOSSI. 2011. Buku Pedoman Pelayanan Medis Dan Standar Prosedur Operasional
NeurologI. PERDOSSI : Jakarta
Sankar C and Mundku N. 2005. Cerebral PalsyDefinition, Classification, Etiology and Early
Diagnosis. Symposium on Developmental and Behavioral Disorders I . Department of
Developmental Pediatrics, Bangalore Children's Hospital, City Centre, Bangalore, India. Indian
Journal of Pediatrics, Volume 72October, 2005
http://medind.nic.in/icb/t06/i5/icbt06i5p401.pdf
Shamsoddini, A. Et al. 2014. Management of Spasticity in Children with Cerebral Palsy. Iranian
Journal of Pediatrics, Volume 24 (Number 4), August 2014, Pages: 345-351. Available at :
http://www.bioline.org.br/pdf?pe14064. ( Acessed at : Kamis, 30 April 2015 ).
Syarif, WF. 2012. Perawatan Dental Anak Dengan Ceribral Palsy. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran Bandung.

You might also like