You are on page 1of 12

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kampus Universitas Pasir Pengaraian

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN SARINGAN PASIR


LAMBAT UP FLOW
DI KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
KABUPATEN ROKAN HULUPROPINSI RIAU
Purwo Subekti1, Anton Ariyanto2, Frans Yadi Simamora3
ABSTRAK
Sampai saat ini masalah pengadaan air layak konsumsi dikampus Universitas Pasir Pengaraian masih
terus berlanjut. Kebutuhan air bersih merupakan salah satu faktor penunjang yang tidak bisa di abaikan
untuk kelancaran kegiatan di lingkungan kampus. Dengan tidak layaknya air yang digunakan, secara
langsung berdampak terhadap aktivitas penunjang di lingkungan kampus akan terganggu. Untuk
pengolahan air baku menjadi air layak konsumsi diperlukan teknologi yang murah untuk pengolahan air
tersebut, instalasi Saringan Pasir Lambat (SPL) Up Flow merupakan alternatif yang dapat digunakan.
Dari hasil penelitian dapat ditentukan kebutuhan harian maksimum orang per hari adalah 17,03
m/jam, debit sumber air baku pada kolam adalah 76,65 m/jam, luas permukaan kolam sumber air baku
adalah 191, 63 m, luas permukaan bak SPL adalah 63,88 m serta rencana anggaran yang dibutuhkan untuk
membuat kolam sumber air baku dan SPL adalah Rp. 87.926.300
Kata kunci: air, aktivitas, SPL, kolam
ABSTRACT

Until this this day the proper water consumption supply problem at the Pasir Pengaraian
University campus still continues. The need for clean water is one of the contributing factors that
can not be ignored for the smoothness activity of the campus environment. By not proper the water,
directly impacting to activities support on campus will be distrubed. For the treatment of raw water
to water consumption required inexpensive technology for water treatment, the installation of Slow
Sand Filter (SSF) Up Flow is an alternative that can be used.
From the research results can be determined a maximum daily requirement per day is 17.03
m / h, discharge of raw water in the pool is 76.65 m / h, the surface area of pool water sources is
191, 63 m, SSF tub surface area is 63.88 m and budget plan is needed to create a pool of water
sources and the SSF is Rp. 87.926.300
Key Word: water, activity, SSF, pool

1. PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan kualitas
kegiatan akademik di lingkungan kampus
Universitas Pasir Pengaraian maka kebutuhan air
bersih merupakan salah satu faktor penunjang yang
tidak bisa di abaikan. Disamping itu air juga salah
satu sarana untuk mengukur derajat kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang melakukan
aktivitas di lingkungan kampus.Penggunaan air
dilingkungan kampus meliputi mandi, cuci, kakus,
praktikum dan lain-lain. Sampai saat ini masalah
1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
2. Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
3. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian

pengadaan air layak konsumsi di kampus


Universitas Pasir Pengaraian masih terus berlanjut.
Sumber air baku yang ada di Universitas
Pasir Pengaraian kurang memadai terlebih lagi
jika musim kemarau sumber tersebut kering, apa
lagi jika hari hujan maka air baku akan berubah
menjadi keruh sehingga air tidak layak untuk di
konsumsi. Dengan tidak layaknya air yang
digunakan, secara langsung berdampak trerhadap
aktivitas penunjang di lingkungan kampus akan
terganggu.
Page 77

Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu


disesuaikan sumber air baku yang ada dengan
jumlah kebutuhan maksimum per orang per hari,
serta teknologi yang murah untuk pengolahan air
tersebut. Salah satu alternatif yangsederhana
adalah menggunakan teknologi pengolahan air
dengan Saringan Pasir Lambat Up Flow.
Pengolahan dengan saringan pasir lambat (SPL)
Up Flow merupakan teknologi pengolahan air
yang sangat sederhana dengan hasil air bersih
dengan kualitas yang baik.(Nusa Idaman Said dan
Arie Herlambang, 1999)
1.1. Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat adalah bak saringan
yang menggunakan pasir sebagai media filter
dengan ukuran butiran sangat kecil, namun
mempunyai kandungan kuarsa yang tinggi. Proses
penyaringan berlangsung secara gravitasi, sangat
lambat, dan simultan pada seluruh permukaan
media. Proses penyaringan merupakan kombinasi
antara proses fisis (filtrasi, sedimentasi dan
adsorpsi), proses biokimia dan proses biologis.
Saringan pasir lambat lebih cocok mengolah air
baku, yang mempunyai kekeruhan sedang sampai
rendah, dan konsentrasi oksigen terlarut (dissolved
oxygen) sedang sampai tinggi. Kandungan oksigen
terlarut tersebut dimaksudkan untuk memperoleh
proses biokimia dan biologis yang optimal.Apabila
air baku mempunyai kandungan kekeruhan tinggi
dan konsentrasi oksigen terlarutrendah, maka
sistem saringan pasir lambat membutuhkan
pengolahan pendahuluan.
Ukuran media pasir saringan yang sangat
kecil akan membentuk ukuran pori-pori antara
butiran media juga sangat kecil. Meskipun ukuran
pori-porinya sangat kecil, ternyata masih belum
mampu menahan partikel koloid dan bakteri yang
ada dalam air baku. Akan tetapi dengan aliran yang
berkelok-kelok melalui pori-pori saringan dan juga
lapisan kulit saringan,maka gradien kecepatan
yang terjadi memberikan kesempatan pada partikel
halus, untuk saling berkontak satu sama lain, dan
membentuk gugusan yang lebih besar, yang
dapatmenahan partikel sampai pada kedalaman
tertentu, dan menghasilkan filtrat yang memenuhi
persyaratan kualitas air minum.
Sejalan dengan proses penyaringan, bahan
pencemar dalam air baku akan bertumpuk dan
menebal di atas permukaan media pasir. Setelah
Page 78

melampaui perioda waktu tertentu, tumpukan


tersebut menyebabkan media pasir tidak dapat
merembeskan air sebagai manamestinya, dan
bahkan menyebabkan debit efluen menjadi sangat
kecil, dan air yang ada di dalam bak saringan
mengalir melalui saluran pelimpah. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa media pasir penyaring
sudah mampat (clogging). Untuk memulihkan
saringan yang mampat, pengelola harus segera
mengangkat
dan
mencuci
media
pasir
menggunakan alat pencuci pasir. Saringan pasir
lambat akan beroperasi secara normal kembali,
kurang lebih dua hari setelah melakukan
pengangkatan atau pencucian media pasir.
(BSN,SNI 3981:2008)
Saringan pasir lambat dibuat pertama kali
oleh John Gibb di Paisley Skotlandia tahun 1804
dalam skala yang kecil. Kemudian pada tahun
1829 James Simpson membuat saringan pasir
lambat dalam skala yang besar untuk perusahaan
air Chilsea di Inggris. (Birdi, 1979)
Saringan pasir lambat merupakan instalasi
pengolahan air yang mudah, murah, dan efisien.
Saringan pasir lambat mempunyai derajad
keefisiennan yang tinggi untuk menghilangkan
kekeruhan, rasa, dan bau pada air, bahkan mampu
menghilangkan bakteri dengan sangat baik. Untuk
menghilangkan rasa dan bau pada air kadangkadang perlu dilengkapi dengan karbon aktif, dan
untuk menghilangkan bakteri sering dipergunakan
kaporit. (Reynold, 1982).
Kelebihan saringan pasir lambat telah
dibuktikan secara meyakinkan dalam kaitannya
dengan kualitas air minum yang aman untuk
dikonsumsi dari segi bakterologis pada tahun 1892
di kota Hamburg dan Altona, yang air minumya
tercemar sehingga mengakibatkan epidemi
penyakit kolera. Di kota Altona yang
menggunakan instalasi pengolahan air dengan
saringan pasir lambat terhindar dari epidemi
penyakit itu, sedangkan kota Hamburg yang tidak
menggunakan instalasi pengolahan air dengan
saringan pasir lambat, terjangkit wabah dengan
kematian warganya sebanyak 7582 orang. (L.
Huisman, 1975)
Kelemahan dari saringan pasir lambat
adalah daya penyaringannya yang rendah, sehingga
dalam konstruksinya memerlukan area yang luas.
Rendahnya daya penyaringan ini disebabkan
karena kecepatan air mengalir melalui saringan
JURNAL APTEK Vol. 4 No. 2 Juli 2012

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kampus Universitas Pasir Pengaraian

pasir lambat sangat kecil. Saringan pasir lambat


sangat cocok digunakan dalam skala kecil. (Birdi,
1979).
Jenis saringan pasir lambat (SPL) ada 2 macam
yaitu:
1. Saringan pasir lambat Down Flow atau
konvensional.
Saringan pasir lambat yang menggunakan
system penyaringan air dari atas ke bawah,
yang pencucian media saringan da filternya
dilakukan secara manual
yakni dengan
mengeruk lapisan pasir bagian atas, kemudian
dicuci dengan air bersih.
2. Saringan pasir lambat Up Flow
Saringan pasir lambat dengan menggunakan
sistem penyaringan dari bawah keatas, yang
mempunyai keunggulan dalam hal pencucian
media saring yang lebih mudah dibanding
dengan model saringan pasir lambat
konvensional. Jika saringan telah jenuh atau
buntu, dapat dilakukan pencucian balik
dengan cara membuka kran penguras. Dengan
adanya pengurasan ini, air bersih yang
berada diatas lapisan pasir dapat berfungsi
sebagai air pencuci media penyaring (back
wash). Dengan demikian pencucian media
penyaringan pada saringan pasir lambat Up
Flow tersebut dilakukan tanpa mengeluarkan
atau mengeruk media penyaringan, dan dapat
dilakukan kapan saja.
1.2. Mekanisme Penyaringan
Air baku dialirkan kedalam bak penerima,
kemudian dialirkan kedalam bak pengendapan
tanpa memakai zat kimia untuk pengendapan
kotoran yang ada dalam air baku. Selanjutnya
dilakukan penyaringan dengan saringan pasir
lambat dan kemudian dialirkan ke bak penampung
air bersih untuk di alirkan bak distribusi.
Jika air baku yang dialirkan ke saringan
pasir lambat, maka kotoran-kotoran yang ada

1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian


2. Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
3. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian

didalamnya akan tertahan pada media pasir oleh


karena adanya akumulasi kotoran baik dari zat
organik maupun anorganik pada media filternya
akan terbentuk lapisan (film) biologis. Cara
pengolahan seperti ini juga dapat mengilangkan
zat-zat yang menimbulkan bau, zat besi, mangan
dan ammonia dengan konsentrasi rendah.
1.5. Perencanaan SPL Up Flow
a. Dalam perencanaan SPL Up Flow beberapa
kriteria perencanaan yang harus dipenuhi
antara lain:
- Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU.
Jika lebih besar dari 10 NTU perlu
dilengkapi dengan bak pengendap
dengan atau tanpa bahan kimia.
- Kecepatan penyaringan antara 5 10
m3/m2/Hari.
- Tinggi lapisan pasir 0,60 1,0 m.
- Tinggi lapisan kerikil 0,15 0,30 m.
- Tinggi muka air di atas media pasir 1,0
1,50 m.
- Tinggi ruang bebas antara 0,20 0,30 m.
- Diameter pasir yang digunakan 0,002 0,004 m.
- Jumlah bak penyaring minimal dua buah.
b. Secara umum, proses pengolahan air bersih
dengan SPL terdiri atas:
- Bangunan penyadap.
- Bak penampung/ bak penenang.
- Saringan awal.
- Saringan pasir utama.
- Bak air bersih.
- Perpipaan, keran, sambungan dll.(Nusa
Idaman Said dan Ari Herlambang, 1999)
c. Menentukan Kebutuhan air per orang per
hari.
Untuk menaksir kebutuhan air
bersih per orang per hari diberikan dalam
tabel 1.1 berikut:

Page 79

Tabel 1.1. Kebutuhan air per orang per hari


No

Jenis
Fasilitas

Perumahan

Sekolah

Hotel

4
5

Perkantoran
Rumah Sakit

100

Jumlah
Kebutuhan
air
maksimum (l)
150

30

50

70

100

50
250

70
400

Jumlah
Kebutuhan air
rata-rata (l)

Populasi yang
diperhitungkan
Jumlah penghuni
Jumlah orang di dalam
Gedung
Jumlah orang di dalam
Gedung
Jumlah pegawai
Jumlah tempat tidur

Sumber: Pompa dan Kompresor sularso dan haruo tahara, pradnya paramita, 1983

d. Menentukan dimensi
bak SPL: (SNI
3981:2008)
- Luas permukaan bak SPL,dapat
dihitung dengan rumus:

Dimana luas permukaan bak


(A) = P x L ............................................. 2)
Dengan:
P = Panjang bak;
L = Lebar bak
Perbandingan panjang bak dengan lebar bak
sebesar (1-2) : 1 ....................................... 3)

A= ................................................. 1)
Dengan:
Q = Debit air baku (m3/jam)
V = Kecepatan penyaringan (m/jam)
A = Luas permukaan bak (m2)

Kedalaman bak SPL, seperti tabel 1.2


berikut:

Tabel 1.2. Kedalaman saringan pasir lambat


No
Kedalaman (D)
1
Tinggi bebas (freebord)
2
Tinggi air di atas media pasir
3
Tebal pasir penyaring
4
Tebal kerikil penahan
5
Saluran pengumpul bawah
Jumlah

Ukuran (m)
0,20 s.d 0,30
1,00 s.d 1,50
0,60 s.d 1,00
0,15 s.d 0,30
0,10 s.d 0,20
2,05 s.d 3,30

Sumber : SNI 3981:2008

- Media penyaring SPL, dengan


kriteria sebagai berikut :
1) Jenis pasir yang mengandung
kadar SiO2 lebih dari 90 %;
2) Diameter efektif 0,2 mm sampai
dengan 0,4 mm;

3) Koefisien keseragaman butiran 2


sampai dengan 3;
- Media penahan, jenis kerikil tersusun
dengan lapisan teratas butiran kecil dan
berurutan ke butiran kasar pada lapisan
paling bawah, gradasi butir media kerikil
dapat dilihat pada table 1.3 berikut:

Tabel 1.3. Gradasi butir media kerikil


No
1
2

Diameter kerikil rata-rata


(mm)
3 s.d 4
10 s.d 30
Total ketebalan media kerikil

Ketebalan
(cm)
5 s.d 10
10 s.d 20
15 s.d 30

Lapisan ke
(dari atas ke
bawah)
ke - 1
ke - 2

Sumber: SNI 3981:2008

Page 80

JURNAL APTEK Vol. 4 No. 2 Juli 2012

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kampus Universitas Pasir Pengaraian

2. METODE PENELITIAN
2.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk,
mendapatkan data yang diperlukan dan kemudian
dilakukan analisa.Data yang dikumpulkan terdiri
dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari observasi, antara lain; sumber air
baku, kebutuhan harian maksimum dan tata letak
instalasi saringan pasir lambat. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari data-data yang sudah ada
sebagai rujukan, antara lain; standar kebutuhan
harian maksimum per orang per hari dan jumlah
Mahasiswa, staf pengajar dan karyawan
Universitas Pasir Pengaraian.
2.2. Analisa Sumber Air Baku
Sumber air baku yang akan dijadikan
sebagai sumber untuk diolah menjadi air layak
konsumsi, ditentukan berdasarkan survey terhadap
tata letak daerah resapan air yang sudah ada.
Kemudian diadakan evaluasi untuk menentukan
kuwantitas air baku unutk mendukung pengolahan
air yang digunakan untuk konsumsi. Tata letak
sumber air baku dan bak penampung di buat
sedekat mungkin untuk mengurangi kerugian
aliran serta mudah pengontrolannya.
2.3. Perancangan Pengembangan dan
Modifikasi
Setelah dilakukan evaluasi sumber air
2
baku dan evaluasi terhadap kondisi tata letak
pemipaan, maka akan diperoleh gambaran apakah
sumber air baku dan instalasi yang dioperasikan
selama ini sudah berfungsi sesuai dengan yang
diharapakan atau tidak. Jika hasil yang didapat
mempunyai efesiensi rendah maka dilakukan
perencanaan modifikasi dari instalasi yang sudah
ada tersebut.
Adapun
hal-hal
yang
termasuk
dalam
perancangan antara lain:
- Kebutuhan harian maksimum
- Menentukan debit sumber air baku.
- Perhitungan instalasi SPL Up Flow
- RencanaAnggaran Biaya (RAB) pembuatan
instalasi SPL Up Flow
- Gambar rancangan

1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian


2. Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
3. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian

2.4. Gambar desain pengembangan dan


modifikasi
Setelah proses perancangan dilakukan
selanjutnya dilakukan gambar desain dengan data
gambar dari hasil perhitungan rancangan, gambar
dibuat
dengan menggunakan
Program
AutoCAD.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Kebutuhan Harian Maksimum
Jumlah orang yang menjalankan aktivitas di
kampus Universitas Pasir Pengaraian meliputi
Dosen, Karyawan dan Mahasiswa dengan jumlah
seperti pada table 3.1 3.3 berikut ini:
Tabel 3. 1. Jumlah Mahasiswa Universitas
Pasir Pengaraian Dan Peningkatan Tiap
Tahun
N0
TAHUN
JUMLAH
%
1
2007/2008
283
2
2008/2009
408
44,17
3
2009/2010
564
38,24
4
2010/2011
1076
90,78
5
2011/2012
1612
49,81
Sumber: BAK, UPP Oktober 2011

Tabel 3.2. Jumlah Dosen dan Karyawan


Universitas Pasir Pengaraian
N0
Unit Kerja
JUMLAH
1
Dosen Tetap
70
2
Dosen Luar Biasa
25
3
Karyawan
43
Total
138
Sumber: PR I , UPP Oktober 2011

Tabel.3.3. Perkiraan Jumlah Mahasiswa,


Dosen dan Karyawan Universitas Pasir
Pengaraian Dua Tahun Yang Akan Datang
JUMLAH
N0 TAHUN Dosen dan
%
Mahasiswa
Karyawan
1
2

2012/2013
2013/2014

147
163

Total

2350
3242

45,78
37,96

3405

Sumber: Estimasi November 2011

Dari table 3.1 dan 3.2 terlihat jumlah


Mahasiswa sampai dengan tahun akademik
2011/2012 adalah 1612 orang sedangkan jumlah
Dosen dan karyawan untuk tahun yang sama
adalah 138 orang.
Page 81

Untuk menjaga suplay kebutuhan air


sampai 2 tahun ke depan maka dari table 3.3
terlihat perkiraan jumlah Mahasiswa, Dosen dan
Karyawan Universitas Pasir Pengaraian adalah
3405 orang. Perkiraan jumlah tersebut didasarkan
atas beberapa aspek, antara lain:
- Letak geografis yang mendukung
- Peningkatan jumlah Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas
- Peningkatan jumlah Peserta Didik
- Tingkat Ekonomi yang membaik
- Peningkatan kesadaran para orang tua
untuk menyekolahkan anak
- Intensitas Promosi
- Suasana perkuliahan yang mendukung.
- Biaya kuliah relatif murah
- Pengelolaan yang kondusif.
Pemakaian air rata-rata untuk satu orang
adalah 30-50 liter/hari (tabel 1.1) dalam penelitian
ini diambil 40 liter/hari, jumlah keseluruhan
orang yang menjalankan aktifitas di kampus
Universitas Pasir Pengaraian sampai tahun
Akademik 2011/2012 adalah
1750. Maka
kebutuhan air untuk 1750 orang setiap hari
adalah:
40 x 1750 =70.000 liter/hari = 70,00 m/hari
Kebutuhan penggunaan air untuk dua
tahun ke depan di dasarkan pada jumlah
keseluruhan orang yang menjalankan aktifitas di
kampus Universitas Pasir Pengaraian seperti
terlihat pada table 3.3 adalah 3405 orang . Maka
kebutuhan air setiap hari adalah:
40 x 3405 =136. 200 liter/hari = 136, 20 m/hari
Sedangkan jam kerja efektif di kampus
Universitas Pasir Pengaraian setiap hari adalah 8
jam, jadi total kebutuhan air setiap jam adalah:
x

= 17,03m/jam

3.2. Menentukan Debit Sumber Air Baku.


Jumlah air yang disadap dari sumber air
baku =konsumsi harian maksimum x 1,1 sampai
1,5 (Sularso dkk hal 15).
Untuk keamanan distribusi pemakaian air di
Universitas Pasir Pengaraian diambil 1,5.
Maka debit air baku =17,03 m/jam x 1,5
= 25,55m/jam

Page 82

Untuk menjaga debit yang dibutuhkan tetap


konsisten sepanjang tahun, maka kolam
penampung dibuat menjadi 3 kolam sebagai
pusat air baku dengan kapasitas setiap kolam 3
kali jumlah air yang di sadap.
Sehingga debit air baku setiap kolam = 25,55
m/jam x 3 = 76,65 m/jam
3.3. Perhitungan Instalasi SPL Up Flow
Menentukan Dimansi Kolam Sumber
Air Baku
Penghitung dimensi kolam sumber air baku
meliputi:
a) Luas Permukaan kolam
Luas permukaan kolam dihitung dengan
rumus:
A=
Dengan:
Q = Debit air baku (76,65m/jam)
v = kecepatan sumber air tanah (0,1m/jam
0,4 m/jam)
diambil 0,4m/jam
A = Luas Permukaan kolam (m)
Maka:
A=

= 191, 63 m

b) Panjang dan lebar kolam


Panjang dan lebar kolam dihitung dengan
rumus:
A=PxL
Dengan :
A = Luas permukaan kolam
P = Panjang kolam
L = Lebar kolam
Untuk perbandingan panjang dengan lebar
kolam adalah 2 : 1
Maka:
P = 2.L
Jadi:
A = 2 .L
L=

= 9, 79 m

P = 2.L = 2 .9, 79 = 19, 58 m.


c) Tinggi kolam
Untuk menentukan tinggi kolam maka
terlebih dahulu dicari tinggi kedalaman air.

JURNAL APTEK Vol. 4 No. 2 Juli 2012

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kampus Universitas Pasir Pengaraian

Tinggi kedalaman air


dengan rumus:
Q=PxLxT
=

) dihitung

= 0,40 m

Untuk mengindari kedangkalan pada saat


pemompaan air ke instalasi penjernihan
maka kedalaman air di tambah 50 %, maka:
= 1,00 + 1,00 x 50 % = 1, 50 m
Tinggi bebas( )
Tinggi bebas permukaan air tertinggi ke
tinggi permukaan kolam adalah:
0,20 m 0,30 m, diambil 0,30 m
Tinggi lumpur pendangkalan ( )
Estimasi pendangkalan setiap tahun 0, 01 m
- 0,1 m,diambil 0, 05 m sedangkan
pembersihan kolam dilakukan 10 tahun
sekali maka:
= 10 x 0,05 m = 0,50 m
Jadi total tinggi kolam adalah:
T=
+ +
= 1,50 + 0,30 + 0,50 = 1,
80 m
Menentukan Dimansi Bak SPL Up Flow
a) Luas Permukaan bak SPL
Luas permukaan bak SPL dihitung dengan
rumus:
A=

V = kecepatan penyaringan (0,1


m/jam 0,4 m/jam)
diambil 0, 4 m/jam
A = Luas permukaan bak SPL (m)
Maka:
A=

= 63,88 m

b) Panjang dan lebar bak SPL


Panjang dan lebar Bak SPL
dengan rumus:
A=PxL
Dengan :
A = Luas permukaan bak SPL
P = Panjang bak SPL
L = Lebar bak SPL

dihitung

Untuk perbandingan panjang dengan lebar


bak SPL adalah 2 : 1
Maka:
P = 2.L
Jadi:
A = 2 .L
L=

= 5,65 m

P = 2.L = 2 . 5, 65 = 11, 30 m
c) Tinggi bak SPL
Untuk menentukan tinggi bak SPL maka
terlebih dahulu ditentukan tinggi kedalaman
air.Tinggi bak disesuaikan dengan standar
yang ada. Seperti terlihat pada tabel 3.4.

Dengan:
Q = Debit air baku (25,55 m/jam)
Tabel.3.4. Standar Tinggi Kedalaman Bak SPL
No
Kedalaman (D)
1
Tinggi bebas (freebord)
2
Tinggi air di atas media pasir
3
Tebal pasir penyaring
4
Tebal kerikil penahan
5
Saluran pengumpul bawah
Jumlah

Ukuran (m)
0,20 s.d 0,30
1,00 s.d 1,50
0,60 s.d 1,00
0,15 s.d 0,30
0,10 s.d 0,20
2,05 s.d 3,30

Sumber : SNI 3981:2008

Dari tabel diatas dapat ditentukan tinggi kedalaman bak SPL seperti pada table 3.5 sebagai berikut:

1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian


2. Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
3. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian

Page 83

Tabel.5.5. Tinggi Kedalaman Bak SPL


No
Kedalaman (D)
Ukuran (m)
1
Tinggi bebas (freebord)
0,25
2
Tinggi air di atas media pasir
1,00
3
Tebal pasir penyaring
0,70
4
Tebal kerikil penahan
0,30
5
Saluran pengumpul bawah
0,15
Jumlah
2,40
Untuk menjamin kualitas air hasil pengolahan dengan SPL Up Flow maka jumlah bak sebanyak 3
unit.
meliputi pembuatan kolam air baku dan
pembuatan bak penyaring air dengan saringan
pasir lambat (SPL) Up Flow. Adapun rincian
biaya yang diperlukan terlihat pada table 3.6.

3.4. Rencana
Anggaran
Biaya
(RAB)
Pembuatan Instalasi SPL Up Flow
Rencana anggaran biaya Pembuatan Instalasi
Air Bersih di Universitas Pasir
Pengaraian

Tabel 3.6. RAB Pembuatan Instalasi Air Bersih di Universitas Pasir Pengaraian
Harga satuan
Jumlah
No
Jenis Pengeluaran
Volume
(Rp)
(Rp)

Pembuatan Kolam Air Baku


d) Sewa Exafator
e) Pompa Air
f) Pipa PVC 1.5
g) Stop Kran
h) Socket
i) Lem
j) Isolatip
k) Pasang Pipa & Gali Tanah
l) Lain-lain
Sub Total
Pembuatan Bak Penyaring
SPL
- Meratakan Tanah
- Cor Lantai
- Dinding
- Kerikil
- Pasir
- Ijuk
- Lain-lain
Sub Total

9 jam
1 unit
16 batang
4 buah
15 buah
5 buah
2 buah
0.25 m x 80 m
-

300 m
127,75 m
115,06 m
4 m
8 m
15 Kg
-

Jumlah Bak SPL 3 Unit

450.000
1.950.000
70.000
40.000
4.000
11.000
5.000
10.000
-

4.050.000
1.950.000
1.120.000
160.000
60.000
55.000
10.000
800.000
500.000
8.705.000

1.000
100.000
85.000
150.000
100.000
10.000
-

300.000
12.777.000
9.780.100
600.000
800.000
150.000
2.000.000
26.407.100

26.407.100 x 3 =

Total

79.221.300
87.926.300

Delapan puluh tujuh juta Sembilan ratus dua puluh enam ribu tiga ratus rupiah

3.5. Gambar Rancangan


1.a. Gambar Tampak Atas Penampang Kolam Air Baku:

Page 84

JURNAL APTEK Vol. 4 No. 2 Juli 2012

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kampus Universitas Pasir Pengaraian

1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian


2. Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
3. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian

Page 85

1.b. Gambar Penampang Melintang dan Struktur Kolam Air Baku:

2. Penampang
BAK SPL

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1. Kesimpulan

Page 86

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang


dilakukan dapat di tarik kesimpulan sebagai
berikut:
JURNAL APTEK Vol. 4 No. 2 Juli 2012

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih di Kampus Universitas Pasir Pengaraian

1. Kebutuhan air di kampus adalah


17,03 m/jam
2. Debit sumber air baku yang harus tersedia
adalah 25,55 m/jam
3. Luas permukaan kolam air baku adalah 191,
63 m
4. Luas permukaan bak SPL adalah
63,88m
5. Rencana anggaran biaya pembuatan kolam
air baku dan SPL adalah
Rp. 87.926.300
4.2. Saran
1. Ditujukan ke pihak pengelola Universitas
Pasir Pengaraian untuk merealisasikan
pembuatan instalasi SPL, sebagai alternatif
untuk memenuhi kebutuhan akan air layak
kosumsi.
2. Untuk penelitian lanjutan, untuk menganalisa
kuwalitas air baik sebelum maupun setelah
melalui SPL.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada:
1. Pimpinan Universitas Pasir Pengaraian, atas
kesempatannya untuk melakukan penelitian.
2. Kepala LP2M Universitas Pasir Pengaraian.
3. PDAM Kab. Rokan Hulu
4. Seluruh rekan sejawat dan mahasiswa
Program Studi Teknik Mesin Universitas
Pasir Pengaraian.

DAFTAR PUSTAKA
Babbit, 1962, Water Supply Engineering, Mc.
Graw Hill Book Company.
Birdi, G.S, 1979, Water Supply and Sanitary
Engineering, Dhanpat ray & Sons, NaiSarakDelhi.
Darsono dan Teguh Sutomo, 2002, Pengaruh
Diameter dan Ketebalan Pasir Dalam
Saringan Pasir Lambat Terhadap
PenurunanKadar Besi,Jurnal Teknologi
IndustriUniversitas
Atma
Jaya
Yogyakarta, Vol. VI, No. 4, 213 224
Fair,G.M., Geyer, J.C., Okun, D.A., 1970,
Elements of Water Supply and
1. Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian
2. Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
3. Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Universitas Pasir Pengaraian

Wastewater Disposal, John Wiley & Son,


Inc, Newyork.
Fair-Geyer, Water and Wastewater Engineering,
vol II New York-London, Jhon Wiley &
Sons, Inc, 1965.
L. Huisman, 1975, Slow sand filtration, Lectrure
note.
Delft
University
of
Technology,Netherlands.
Nusa Idaman Said dan Heru Dwi Wahyono,
1999, Teknologi Pengolahan Air Bersih
Dengan Proses Saringan Pasir Lambat,
Kelompok Teknologi Pengolahan Air
Bersih dan Limbah Cair, BPPTLingkungan, Jakarta.
Nusa Idaman Said dan Arie Herlambang,
1999,Pengolahan Air Bersih Dengan
Proses Saringan Pasir Lambat Up Flow,
Kelompok Teknologi Pengolahan Air
Bersih dan Limbah Cair, BPPTLingkungan, Jakarta.
Reynold, D.T., 1982, Unit Operation &
Processes in Environmental Engineering,
Brooks/coleEngineering
Division,
Monterey, California.
Safira Astari dan Rofiq Iqbal, 2009,
Kehandalan Saringan Pasir Lambat
Dalam Pengolahan Air. Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil
dan Lingkungan, ITB.
Sarbidi,1988,
Operasi
dan
perawatan
pengolahan air bersih sistem saringan
pasir lambatpada PDAM Purwakarta.
Laporan Penelitian Lapangan, Puslitbang
Permukiman DPU, Jakarta.
Sularso dan Haruo Tahara, 1983, Pompa dan
Kompresor, Pradnya Paramita, Jakarta.
Susumu Kawamura. 1991, Integrated Design of
Water Treatment Facilities, New York
London, Jhon Wiley & Sons, Inc.
SNI 3981:2008, Perencanaan Instalasi Saringan
Pasir Lambat, BSN, Jakarta.
SNI 03. 3981:1995, Tata Cara Perencanaan
Instalasi Saringan Pasir Lambat, BSN,
Jakarta.
SNI 03.3982:1995,Tata Cara Pengoperasian dan
Perawatan
Instalasi Saringan Pasir
Lambat, BSN, Jakarta.

Page 87

Tjokrokusumo,
KRT,
1998,
Pengantar
Engineering Lingkungan, STTL YLH,
Yogyakarta.
Valentinus Darsono, 1999, Perencanaan
Instalasi
Pengolahan
Air
Bersih
Universitas Atmajaya Yogyakarta, Jurnal
Teknologi Industri Universitas Atmajaya
Yogyakarta, VOL. III, NO. 1, Hal. 79-86.

Page 88

, 1998, Petunjuk Teknis Perencanaan


Rancangan Teknis Sistem Penyediaan Air
BersihPedesaan, Direktorat Jendral Cipta
Karya, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
,1996, Tatacara Pembuatan Bangunan
Penangkap Mata Air, Dierektorat Jendral
Cipta Karya,Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.

JURNAL APTEK Vol. 4 No. 2 Juli 2012

You might also like