Professional Documents
Culture Documents
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
FEBRUARI 2015
UNIVERSITAS HASANUDDIN
DISUSUN OLEH :
Riskawaty Salim
C111 10 301
SUPERVISOR :
Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD, Sp.JP(K), FIHA, FINASIM
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Riskawaty Salim
Nim
: C 111 10 301
Judul Laporan Kasus : Unstable Angina Pectoris. Telah menyelesaikan tugas dalam
rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Kardiovaskular Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD, Sp.JP(K), FIHA, FINASIM
LAPORAN KASUS
UNSTABLE ANGINA PECTORIS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Umur
: 84 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Makassar
Bangsal/Ruang
: CVCU RSWS
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin
rumah sakit. Nyeri dada dirasakan tembus ke belakang. Nyeri dada dirasakan
hilang timbul. Nyeri dada disertai keringat dingin dengan durasi > 20 menit.
Demam tidak ada, Sesak tidak ada, DOE ada, PND tidak ada, ortopneu tidak
ada. Mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri ulu hati ada. Pasien dapat tidur
dengan 1 bantal.
BAB : Biasa, kesan cukup
BAK : Kesan lancar, warna kekuningan, nyeri tidak ada
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat
menderita penyakit DM ada 30 tahun yang lalu, tidak berobat teratur. Riwayat
keluarga menderita penyakit jantung tidak ada.
I.
Faktor Risiko
Dapat dimodifikasi :
Diabetes mellitus ada 30 tahun lalu, tidak berobat teratur
Tidak dapat dimodifikasi :
Umur 84 tahun
OBJEKTIF
a) Keadaan Umum : Sakit sedang/Gizi cukup/Compos mentis
b) Tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 110 kali/menit
Pernafasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,7oC
c) Pemeriksaan Fisis
1. Kepala
Mata
: Anemis (-), ikterus (-)
Bibir
: Sianosis (-)
Leher
: Limfadenopati (-), DVS R+2 cmH2O
2. Dada
Inspeksi : Simetris kiri=kanan, normochest
Palpasi
: Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus kiri=kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : BP: Vesikuler; BT: Ronkhi-/-, Wheezing -/3. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Interpretasi EKG :
-
Irama dasar
P wave
Heart Rate
PR Interval
Axis
QRS Kompleks
ST Segmen
T Wave
Kesimpulan
: Supraventricular rythm
: Sulit dinilai
: 166 x/ menit
: Sulit dinilai
: Normoaxis
: QRS duration 0,08 s
: ST depresi di V1-V5
: Normal
: Supraventrikular takikardi & iskemik whole anterior
wall
e) Pemeriksaan Laboratorium (28/12/2014)
HEMATOLOGY
WBC
RESULT
9,8x 103/mm3
NORMAL VALUE
4.0-10.0 x 103
RBC
4,41 x 106/mm3
4.0-6.0 x 106
HGB
14,1 gr/dL
12-16
HCT
40,8%
37-48
PLT
308 x 103/mm3
150-400 x 103
Ureum
10
10-50 mg/dl
Creatinin
0,5
0.5-1.2 mg/dl
SGOT
22
<35 U/L
SGPT
14
<45 U/L
Na
135
136-145 mmol/l
3,5
3.5-5.1 mmol/l
Cl
101
97-111 mmol/l
GDS
189
80-140 mg/dl
CK
54
L(<190U/L) P(<167U/L)
CK-MB
20,3
<25U/L
Troponin-T
<0,02
<0,05
Definisi
Angina pectoris tak stabil terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri
vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid.2
Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner
akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya.
Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidak mendapat aliran darah atau
alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat mempertahankan fungsi otot
jantung, dikatakan mengalami infark
Angina pektoris tak stabil, kadang-kadang disebut angina kresendo ditandai
dengan nyeri angina yang frekuensinya meningkat dan merupakan tanda awal
iskemia miokardium yang lebih serius dan mungkin irreversibel sehingga kadangkadang disebut angina prainfark (robbin)
2.
Faktor Risiko
Faktor risiko biologis angina pektoris tak stabil yang tidak dapat diubah yaitu
usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga, sedangkan faktor risiko yang masih
dapat diubah,sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara
lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet
yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, serta kalori.3
Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur
jika fibrous cap tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core).2
Berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi
trombosit pada lokasi ruptur plak, yang selanjutnya akan memproduksi dan
melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu,
Patologi
Ruptur plak
Kejadian angina pektoris tak stabil diawali dengan terbentuknya aterosklerosis
yang kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit aterosklerosis
ditandai dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam dinding arteri.Lamakelamaan plak ini terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga diameter lumen
menyempit.Penyempitan lumen mengganggu aliran darah ke distal dari tempat
penyumbatan terjadi.5
Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitus tipe II,
hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan
aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan injury
bagi sel endotel.Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi
molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator,
anti-trombotikdan
anti-proliferasi.Sebaliknya,
disfungsi
endotel
justru
10
Gejala Klinis
Keluhan pasien umumnya berupa nyeri dada untuk pertama kali atau keluhan
nyeri dada yang bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih
berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena
aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai
muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin.
11
5.
Diagnosis
Diagnosis IMA dengan elevasi segmen ST ditegakkan berdasarkan
anamnesis nyeri dada yang khas dan gambaran EKG dengan tanda-tanda iskemik
yaitu ST depresi atau inversi T.2
5.1. Anamnesis
1.
Nyeri dada :
Sifat nyeri dada (angina) merupakan gejala cardinal pasien IMA:
Lokasi: substernal, retrosternal, dan perikordial.
Sifat nyeri: rasa sakit ditekan, terbakar, ditindih benda berat, ditusuk,
diperas, dipelintir.
Penjalaran: lengan kiri, leher, punggung, interskapula, perut, lengan kanan
bawah.
Nyeri membaik/menghilang dengan istirahat/nitrat.
Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin,
cemas, lemas.
2.
dari:
Penyakit jantung: koroner, valvular, dan miokardial
Penyakit paru: limitasi aliran udara masuk ke paru (gangguan ventilasi) dan
keadaan hipoksia pada keadaan restriktif, terjadi stimulasi napas karna
hipoksia.
Penyakit deformitas dinding toraks
Sakit otot pernapasan
Obesitas
Anemia, dll.
Riwayat sesak napas sangat penting untuk memperkirakan
penyebab yang mendasari.Kemungkinan penyebabnya adalah emboli paru,
pneumotoraks, udema pulmonal akut, pneumonia, atau obstruksi jalan
12
secara
kontinyu
harus
dilakukan
untuk
mendeteksi
potensi
13
Terapi2,7
Penatalaksanaan pada angina pectoris tidak stabil difokuskan pada tiga hal berikut:
14
a. Stabilisasi
plak.
Mencegah
perluasan
atau
perkembangan
trombus
15
atenolol (50 mg/tablet) atau dganti CCB seperti verapamil atau diltiazem.
Apabila angina amasih takstabil dapat diveri triple theraphy yaitu Nitrat,blocker, dan CCB. -blocker long acting seperti bisoprolol sebaiknya
diberikan sesudah kondisi stabil.
Mencegah perluasan atau perkembangan thrombus intrakoroner
Dosis aspirin menurut berbagai penelitian adalah 160-300 mg.hari (dosis
tunggal). Clopidogrel loading dose 300 mg (4 tablet) juga dianjurkan pada
pasien AP tak stabil diikuti 75 mg/ hari. LMWH lebih disukai daripada
heparin karena cara pembriannya mudah dan dosis tidak perlu disesuaikan
dengan pemeriksaan aPTT 6 jam. LMWH diberikan satu atau dua kali sehari
tergantung preparat selama 5 hari.
Koreksi gangguan hemodinamik dan control factor presipitasi
Koreksi semua factor penyebab disfungsi jantung, misalnya aritmia dengan
obat anti aritmia, gagal jantung dengan kardiogenik atau diuretic, anemia
diberi trasfusi darah, dan seterusnya.
Tindak Lanjut
Berhubung karena angina tak stabil memiliki resimo tngi terjadi infark miokard
akut (IMA), setelah angina terkontrol, semua penderita dianjurkan untuk
dilakukan angiografi coroner selektif. Mobilisasi bertahap diikuti treadmill tes
untuk menentukan perlunya angiografi kororner merupakan pilihan lain. Bagi
penderita yang keadaannya tidak dapat distabilkan dengan obat, maka dianjurkan
intervensi
yang
lebih
agresif
seperti
pemasangan
intraaortic
balloon
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC. Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2007
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2010.
3. Santoso M, Setiawan T. Penyakit Jantung Koroner. Cermin Dunia Kedokteran.
2005; 147: 6-9
4. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC.
2007.
5. Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. Braunwalds Heart Diseases: A
Textbook of Cardiovascular Medicine. Philadelphia: Elsevier. 2008
6. Price, A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit edisi ke-6. Jakrta: EGC. 2010
7. American Heart Association. Management of Patients with Unstable Angina/ Non
ST Elevation Myocardial Infarction. For a copy of the executive summary (J Am
Coll Cardiol 2007;50:652726; Circulation 2007;116:803877)
18