Professional Documents
Culture Documents
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Ekosistem
2.1.1 Pengertian Ekosistem dan Ekosistem Pantai
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa ada
komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik (tidak hidup) yang terlibat
dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling mempengaruhi,
contohnya saja hubungan heewan dengan air. Interaksi antara makhluk hidup dan
tidak hidup ini akan membentuk suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen
yang terlibat memiliki fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang
terngganggu maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga.
Ekosistem Pantai merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara
air laut dan daratan, yang terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah
pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir,
batuan dan sebagainya.
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan pantai
(shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat
pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedang pantai
adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut
terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan
daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan adalah daerah diatas dan
dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk
dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai adalah garis batas pertemuan
antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai
pasang surut air laut dan erosi yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu
sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi pantai.
Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri
dengan
baik/mengatur
temperatur
di
dalam tanaman,
oleh
tumbuhan
untuk
fotosintesis.
Transpirasi
1%
mempertahankan
digunakan
tekanan
untuk
turgor
embasahi
dan
tubuh,
memungkinkan
pertumbuhan
dan
perkembangan
tanaman.
kehidupan
dan
produksi
tanaman, termasuk
dalam
yang
dilaksanakan
kelembaban/kelembapan
udara
oleh
sistem
pigmen
yaitu
kadar
air
spesifik
dalam
udara
Faktor
dapat
sangat
berpengaruh
pada
proses
metabolisme.
Pada
berperan besar pada proses enzimatik yaitu sebagai aktivator atau gugus redox
seperti Fe, Zn, Mn, dan Cu . Pemupukan yang berlebihan juga dapat
menyebabkan penyerapan unsur-unsur lain terhambat sehingga dapat
mengakibatkan kekahatan antara lain kahat unsur mikro (Sharma et al,2000).
6. Kelembapan
Komponen
abiotik
dalam
Ekosistem
yang
ketujuh
adalah
abiotik
dalam
Ekosistem
yang
kesembilan
adalah
Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu
wilayah pesisir, dan terletak antara garis air surut terendah dengan air pasang
tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah yang substratnya berbatu dan berkerikil
(yang mendukung flora dan fauna dalam jumlah terbatas) hingga daerah berpasir
aktif (dimana populasi bakteri, protozoa, metazoa ditemukan) serta daerah bersubstrat
liat, dan lumpur (dimana ditemukan sebagian besar komunitas binatang yang jarang
muncul ke permukaan (infauna). Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi
lingkungan yang kurang baik, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi
suhu, salinitas, dan kelembaban yang tinggi (Dahuri, 2003) 1. Untuk mengidentifikasi
pesisir harus terlebih dahulu disamakan cara pandang atau pendekatan yang
digunakan Secara geomorfologis pesisir dapat diidentifikasi dari bentuk lahannya
yang secara genetik berasal dari proses marin, fluviomarin, organik, atau aeoiomarin.
Secara biologi, karakteristik pesisir dapat diketahui dari persebaran ke arah darat
biota pantai, baik persebaran vegetasi maupun persebaran hewan pantai. Secara
klimatologi, karakteristik pesisir ditentukan berdasarkan pengaruh angin laut. Secara
hidrologi, karakteristik pesisir ditentukan seberapa jauh pengaruh pasang air laut yang
masuk ke darat.
Susunan faktor-faktor lingkungan dan kisaran yang dijumpai di zona intertidal
atau zona pasang surut disebabkan zona ini berada di udara terbuka selama waktu
tertentu dalam waktu setahun, dan kebanyakan faktor fisiknya menunjukkan kisaran
yang lebih besar di udara daripada di air. Adapun faktor-faktor pembatas yang
menjadi indikator di wilayah pesisir dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Pasang Surut (Tide)
Naik turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu
disebut pasang-surut. Pasang surut merupakan faktor lingkungan yang paling
penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasangsurut atau hal-hal lain yang menyebabkan naik turunnya permukaan air secara
periodik, zona ini tidak akan seperti itu, dan faktor-faktor lain akan kehilangan
pengaruhnya. Ini diakibatkan kisaran yang luas pada banyak faktor fisik akibat
1 Ibid.
hubungan langsung yang bergantian antara keadaan terkena udara terbuka dan
keadaan yang terendam air. Jika tidak ada pasang surut, fluktuasi yang besar ini
tidak akan terjadi. Dengan pengecualian, kebanyakan daerah pantai di dunia
mengalami pasang surut. Laut-laut besar yang sangat kurang mengalami pasang
surut adalah laut tengah dan laut baltik. Di daerah ini, fluktuasi permukaan air di
garis pantai terutama yang disebabkan oleh pengaruh angin (gerakan air) yang
mendorong air laut ini. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa semua pantai mengalami
kisaran atau tipe pasang surut yang sama. Penyebab terjadinya pasang surut dan
kisaran yang berbeda, sangat kompleks dan berhubungan dengan interaksi tenaga
penggerak pasang surut, matahari dan bulan, rotasi bumi, geomorfologi pasu
samudra, dan osilasi alamiah berbagai pasu samudera. Naik turunnya muka laut
dapat terjadi sekali sehari atau sering juga disebut pasang surut diurnal, atau dua
kali sehari atau disebut juga pasang surut semi diurnal. Dan ada juga yang
berperilaku diantara keduanya disebut dengan pasang surut campuran. Pada suatu
perairan pasang surut ini dapat diprediksi dengan analisa numerik sehingga
pengetahuan kita tentang ramalan pasang surut akan memudahkan pada saat kita
melaksanakan penelitian di daerah pesisir. Untuk keperluan itu diperlukan data
pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18.6 tahun jika ingin
mendapatkan hasil prediksi dengan akurasi yang tinggi. Data-data yang didapat
tersebut dapat kita uraikan menjadi komponen pasang surut, yang kita kenal
dengan komponen harmonik. Hal ini dimungkinkan karena pasang surut bersifat
sebagai gelombang, sehingga dengan mengetahui amplitudo dan perioda dari
masing-masing komponen pasut tersebut, kita dapat mensitesanya melalui
penjumlahan komponen pasut yang ada.
2) Gelombang
Di zona intertidal, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar
terhadap organisme dan komunitas dibandingkan dengan daerah-daerah laut
lainnya. Pengaruh in terlihat nyata baik secara langsung maupun tidak langsung.
Aktivitas gelombang mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua
cara utama.
a. Pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang
terkena. Sering terjadi penghancuran bangunan-bangunan buatan manusia
yang disebabkan oleh berbagai jenis gelombang badai dan hal ini terjadi juga
di zona intertidal. Jadi mahluk apapun yang mendiami zona ini harus
beradaptasi dengan mekanisme penghancuran gelombang ini. Pada pantaipantai yang memilki pasir atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat
membongkar substrat yang ada disekitarnya, ehingga mempengaruhi bentuk
zona . Terpaan ombak dapat menjadi pembatas bagi organisme yang tidak
dapat menahan terpaan tersebut, tetapi diperlukan bagi organisme lain yang
tidak dapat hidup selain di daerah dengan ombak yang kuat.
b. Kegiatan ombak dapat memperluas batas zona intertidal. Ini terjadi karena
penghempasan air yang lebih tinggi di pantai dibandingkan yang terjadi pada
saat pasang surut yang normal. Deburan ombak yang terus-menerus ini
membuat organime laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah
yang terkena terpaan ombak daripada di daerah tenang pada kisaran pasang
surut yang sama. Kegiatan ombak juga mempunyai pengaruh kecil lainnya,
yakni mencampur atau mengaduk gas-gas atmosfir ke dalam air, jadi
meningkatkan kandungan oksigen sehingga daerah yang diterpa ombak tidak
pernah kekurangan oksigen. Karena interaksi dengan atmosfer terjadi secara
teratur dan terjadi pembentukan gelembung serta pengadukan substrat,
penetrasi cahaya di daerah yang diterpa ombak dapat berkurang. Akan tetapi
secara ekologi hal ini tidak begitu jelas.
3) Suhu dan Salinitas
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah
pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat
pasang naik tinggi. Hempasan gelombang dan hembusan angin menyebabkan pasir
dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu
biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai. Gumukan pasir (sand
dunes) adalah bentuk lahan asal proses aktivitas angin (aeolin depositional
landform), lahan ini terbentuk jika ada material klastik dan lepas-lepas seperti
pasir dan tenaga angin yang memindahkan material tersebut. Proses ini juga
dikenal dengan deflation processes. Menurut Zuidam (1986) karakteristik gumuk
pasir adalah sebagai berikut : relief morfologi pendek, permukaan dengan lereng
curam dan topografi irreguler, terjadi pengangkutan pasir oleh angin, material
utama berupa pasir, tanah belum terbentuk secara nyata, air permukaan sedikit atau
cenderung tidak ada, air tanah mungkin ada, drainase sangat baik, vegetasi atau
penggunaan lahan pada dasarnya tidak ada, tapi di kaki gumuk yang tinggi
beberapa vegetasi dimungkinkan ada
Di daerah pasang surut sendiri dapat terbentuk hutan, yaitu hutan bakau.
Hutan bakau biasanya sangat sukar ditempuh manusia karena banyaknya akar dan
dasarnya terdiri atas lumpur. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka
kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan
adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi
untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari
pasang surut gelombang.
2.3 Jenis Pantai
Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan penyusunnya,
pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh batuan
induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara umum
tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai
berpasir dan pantai berlumpur yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini
memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies
hewan maupun tumbuhan.
pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat gelombang besar dan membawanya
kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam keadaan tenang.
pada habitat tanah berpasir. Sedangkan ekosistem pantai lumpur yang terbentuk dari
pertemuan antara endapan lumpur sungai dengan tumbuhannya adalah Tricemia,
Skeratia, dan rumput laut atau Enhalus acoroides. Ekosistem ini merupakan
habitatnya berbagai jenis biota ikan gelodok
Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ekosistem pantai
yaitu, botol sampel, spidol, plastic, dan salinotes.
3.2.2
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ekosistem pantai
yaitu beberapa jenis tumbuhan yang ada di pantai indrayanti, sampel air,
dan sampel hewan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Hasil Sampel Tumbuhan
Gambar
Klasifikasi
Kingdom
:Plantae
Devisio
:Thallophyta
Classis
:Chlorophyceae
Ordo
:Ulvales
Familia
:Ulvaceae
Genus
:Ulva
Spesies
:Ulva lactuca
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gigartinales
Famili
: Solierisceae
Genus
: Eucheuma
Spesies
: Eucheuma spinosum
Ulva lactuca
Eucheuma spinosum
Eucheuma spinosum merupakan salah satu jenis rumput laut dari kelas
Rhodophyceae (ganggang merah). Klasifikasi rumput laut jenis ini menurut
(Anggadiredja et al. 2006) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi :
Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Ordo : Gigartinales Famili : Solierisceae
Genus : Eucheuma Jenis : Eucheuma spinosum Ciri-ciri rumput laut jenis ini
yaitu thallus silindris, percabangan thallus berujung runcing atau tumpul dan