You are on page 1of 5

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi aktif

(Maryam, 2008).

menurut Syamsu Yusuf (2008: 130) kemandirian merupakan


karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy personality).
Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan kemandirian belajar menurut


Bandura (Sumarno, 2004:2) terdiri dari tiga, yaitu mengamati dan
mengawasi diri sendiri, membandingkan posisi diri dengan standar
tertentu, dan memberikan respon sendiri (resopn positif dan respon
negatif).
Baik, tidak baik
Ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku merokok pada
remaja putra di SMK Setia Budi Balikpapan tahun 2011.
Peran orang tua bagi anak-anaknya dapat dikelompokkan kedalam lima kategori berikut ini antara
lain:
1. Merawat
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk merawat anak-anaknya semenjak dia lahir hingga
mereka mampu merawat dirinya sendiri. Memakaikannya baju, memberinya makan,
memandikannya, serta berbagai hal untuk memastikan kesehatan fisik dan psikisnya selalu terjaga
hingga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna. Walaupun boleh jadi ini

diwakilkan kepada orang lain (baby sister atau lainnya), namun tetap semuanya atas otoritas orang
tua.
2. Melindungi dan menjaga
Orang tua akan selalu melindungi dan menjaga anak-anaknya dari berbagai gangguan, baik
internal maupun ekternal agar sang anak selalu dalam kondisi aman. Gangguan internal yang
dapang dari dalam diri anak itu sendiri misalnya berupa penyakit. Orang tua tidak akan
membiarkan anaknya tergerogoti penyakit, ia akan segera mengobatinya supaya anaknya kembali
sehat.
Sedangkan gangguan ekternal bisa berasal dari berbagai sumber, entah gangguan saudaranya
sendiri, teman-temanya, binatang, lingkungan, cuaca, maupun lainnya. Orang tualah yang akan
selalu berusaha menjaganya hingga dia mampu menjaga dirinya sendiri.
3. Memberi nafkah
Memiliki anak itu memang memerlukan biaya tidak sedikit. Biaya agar mereka bisa tumbuh
kembang dengan baik, dengan aman dan nyaman mencapai kedewasaan dan kemandirian. Mulai
dari ketika ia bayi hingga ia dewasa dan sanggup menafkahi dirinya sendiri, merupakan tanggung
jawab orang tua untuk menyediakan biayanya.
4. Mendidik dan melatih
Orang tua mendidik anak-anaknya sehingga mereka tahu mana yang benar yang mana yang salah,
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
Mendidiknya bersosialisasi dan mendorongnya belajar berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal
untuk kemandiriannya, baik melalui lembaga formal maupun nonformal. Orang tua melatih anakanaknya untuk berbicara, berjalan, merawat, dan menjaga dirinya sendiri, serta berbagai
keterampilan dasar lain yang diperlukan, hingga melatih mereka untuk mempu hidup mandiri.
5. Memberi cinta dan kasih sayang
Semua apa yang dilakukan oleh orang tua, dan kenapa mereka mau melakukannya, adalah karena
mereka mencintai, menyayangi, dan mengasihi anaknya. Nasihat, larangan, dan perintah
merupakan wujud lain dari rasa sayang orang tua terhadap anaknya walaupun terkadang dipahami
lain oleh anak-anaknya karena kekurangan mengertikan mereka. Tanpa rasa cinta dan kasih
sayang, akan sulit bagi orang tua untuk melakukan berbagai hal bagi anak-anaknya. Karena rasa
itulah orang tua mau merawat, melindungi, menafkahi, mendidik, dan melakukan banyak hal lain
demi anak-anaknya.
Peranan orang tua memiliki pengaruh besar dalam perkembangan karakteristik anaknya, terlebih
dalam hal menanamkan kemandirian sejak dini. Mereka biasanya memilki rasa keingintahuan
yang besar, mudah akrab dengan orang lain, senang mencoba lah baru, dan mudah untuk diarahkan
oleh orang tua. Karena anak aktif dan tidak canggung menghadapi dunia baru, orang tua perlu
memberikan panduan pada anak tentang hal-hal yang boleh ia lakukan dan tidak boleh ia lakukan.
Akan lebih mudah bagi anak untuk menerima nasehat bila dilakukan secara personal. Oleh karena
itu penyebutan keluarga sebagai lingkungan yang pertama tidak semata-mata didasarkan pada
alasan urutan kronologisnya, melainkan lebih atas dasar alasan intensitas dan tanggung jawab
pendidikan yang diemban dan dilaksanakan orang tuanya yang disebut tanggung jawab edukatif
yang kodrat. Berikut ini adalah barbagai peranan orang tua antara lain:
a. Mengawasi dan mengontrol kegiatan anak.
b. Mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas.
c. Mengetahui kegiatan anak.
d. Menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang mendukung motivasi anak.
e. Membantu kesulitan anak dalam mengerjakan tugasnya.
f. Memberi penghargaan pada anak.
g. Mengarahkan dan mendukung bakat anak.
h. Menghargai dan memperhatikan pendapat anak
(Havighurst 1972 dalam Abihaviz)

Selain itu ada hal yang penting untuk dilakukan orang tua (Havighurst, 1972 dalam Abihaviz)
yaitu:
a. Memperhatikan tahapan perkembangan anak sesuai dengan usianya serta hal-hal yang harus
dicapai dalam usia tersebut.
b. Menanamkan nilai-nilai positif (bangun karakter positif) pada anak, misalnya melalui dongeng
sebelum tidur, nasehat yang lemah lembut dan keteladanan.
c. Memfokuskan pada kelebihan anak, bukan kekurangannya, bagaimanapun anak adalag
anugerah terbaik dari Tuhan untuk dipelihara dan dijaga sebaik-baiknya.
d. Memberikan pujian kepada anak, walaupun untuk hal-hal mkecil yang ia lakukan. Pujian dan
penghargaan kita akan meningkatkan kepercayaan diri anak.
e. Menerapkan disiplin positif, bukan bullying (menindas secara psikis, verbal atau fisik) atau
corporal punishment (hukuman fisik). Yaitu proses mendisiplinkan anakn dengan tetap menjaga
harga diri dan kesehatan psikologis anak.
f. Memahami keunikan anak (individual differences) karena setiap individu pasti berbeda
(memiliki sifat/ciri tersendiri), meski kembar identik sekalipun.
g. Memperbanyak membelai kepada anak, mengusap-usap bahu atau memeluknya dan
mengatakan bahwa kita menyayangi mereka. Hal ini akan meningkatkan kelekatan antara orang
tua dengan anak.
h. Meluangkan waktu untuk bicara berinteraksi dengan anak dalam berbagai momen, meskipun
sebentar.
i. Meminta pendapat mereka tentang suatu hal. Biasanya anak senang jika pendapatnya
didengarkan. Membiasakan bertanya kepada mereka tentang aktivitas yang dijalani akan
membangun keterbukaan anak dengan orang tuanya.
j. Menjadi teladan atas apa yang kita perintahkan/inginkan. Mengajari anak lebih banyak dengan
perbuatan.

Pembagian Tahap Perkembangan Menurut Havighurst

2.2.1.

Masa Bayi Dan Kanak-Kanak Awal (0-6 Tahun)

Di masa ini manusia belajar untuk berjalan, merangkak, memakan makanan yang
padat, berbicara, mengontrol regulasi pembuangan feses dan urin, mengenali dan
membedakan ciri-ciri fisik berdasarkan gender, belajar sedikit demi sedikit untuk
membaca, serta membentuk konsep dan mempelajari bahasa untuk
mendeskripsikan situasi fisik dan sosial yang riil. Pada masa ini, anak berada pada
usia 0-6 tahun dan memiliki ciri -ciri antara lain :
1. Belajar berjalan, mengambil makanan pada
2. Belajar bicara
3. Belajar mengontrol eliminasi (urin & fekal)
4. Belajar tentang perbedaan jenis kelamin

5. Membentuk konsep-konsep sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik


6. Belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
mengembangkan hati nurani
7. Belajar mengadakan hubungan emosi
2.2.2.

Kanak-Kanak Madya (6-13 tahun)

Di masa ini manusia belajar kemampuan fisik untuk melakukan permainan


sederhana, menjalin hubungan dengan orang yang lebih tua, membangun perilaku
yang sehat agar diterima secara sosial, mengenali peran-peran gender secara lebih
kompleks (maskulin-feminin), membangun konsep yang teratur mengenai
kehidupan sehari-hari, mengembangkan kesadaran, moralitas, dan perangkat nilai
serta sistem sosial, mencapai independensi personal, serta membangun sikap dan
perilaku yang sesuai dengan sistem nilai yang dianut lingkungan sosialnya. Pada
masa ini, anak berada pada usia 6-13 tahun dan memiliki ciri -ciri antara lain :
1. Membangun perilaku yang sehat
2. Belajar ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
yang luar biasa
3. Belajar bergaul dengan teman sebaya
4. Belajar peran sosial terkait dengan maskulinitas dan feminitas
5. Mengembangkan ketrampilan dasar seperti membaca, menulis dan
berhitung
6. Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari
7. Membangun moralitas, hati nurani dan nilai-nilai
8. Pencapaian kemandirian
9. Membangun perilaku dalam kelompok sosial maupun institusi (sekolah)
2.2.3.

Remaja (13-18 tahun)

Di masa ini manusia belajar untuk, membangun hubungan yang matang dengan
kawan sebaya dari berbagai jenis kelamin, mempelajari dan menggapai salah satu
peran gender, menggapai kemandirian emosional terpisah dari orangtuanya dan
orang dewasa lainnya, menyiapkan pernikahan dan kehidupan keluarga, memilih
perangkat nilai dan sistem etis yang menjadi panduan dalam berperilaku,

menggapai perilaku-perilaku yang punya nilai tanggung jawab sosial, serta


memilih pekerjaan. Pada masa ini, remaja berada pada usia 13-18 tahun dan
memiliki ciri -ciri antara lain :

You might also like