You are on page 1of 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman sekarang ini produksi limbah semakin banyak diproduksi oleh industry.
Kebanyakan dari industry ini menyampingkan pengolahan limbah dengan cara yang baik.
Contoh limbah yang kurang diperhatikan yaitu limbah darah sapi dari rumah pemotongan hewan.
Darah yang berasal dari sapi ini biasanya langsung dibuang ke aliran sungai. Seekor sapi dapat
menghasilkan 28 liter darah (republika 2014). Padahal darah sapi ini dapat dimanfaatkan menjadi
pakan ternak, contahnya untuk ikan. Untuk dijadikan sebagai pakan ternak limbah darah sapi
ddiubah kedalam bentuk tepung, untuk menjadikan tepung darah sapi harus melalui proses
pengeringan. Untuk itu alat pengeringan dalam proses pembuatan tepung ini sangat penting.
Pengeringan merupakan metode pengawetan produk yang bertujuan untuk mengurangi
kandungan air di dalam bahan sampai pada tingkat tertentu dimana kerusakan akibat reaksi kimia
dan bakteri pembusuk dapat diminimalisir. Alat pengering ini adalah tungku biomassa dan heat
exchanger (penukar kalor). Tungku biomassa memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan
bakar, contohnya yaitu sekam padi. Panas yang dihasilkan dari tungku dipindahkan oleh heat
exchanger ke ruang pengering. Efisiensi tungku bergantung pada aliran pindah panas pada
pengering, jumlah output panas yang diberikan pada pengering terhadap jumlah input panas dari
bahan bakar biomassa. Efisiensi tungku bergantung pada aliran pindah panas pada pengering,
jumlah output panas yang diberikan pada pengering terhadap jumlah input panas dari bahan
bakar biomassa.
Menurut Chapman (1984), heat exchanger merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan sejumlah panas dari sebuah bahan atau zat ke bahan atau zat lain. Bentuk yang
paling sederhana dari penukar panas adalah regenerator berupa kontainer dimana bahan yang
bersuhu tinggi didalamnya akan kontak secara langsung dengan bahan yang bersuhu lebih
rendah.
Perpindahan panas (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perpedaaan suhu diantara benda atau material. Dari termodinamika telah

diketahui bahwa energi yang pindah itu dinamakan kalor (Holman 1986). Kalor dapat berpindah
dari tempat dengan temperatur lebih tinggi ke tempat dengan tempertatur yang lebih rendah.
Maka dari itu diperlukan untuk mendapatkan alat pengering yang digunakan pembuatan
heat exchanger sangat penting dalam proses pengeringan. Untuk itu, penulis mengambil judul
pembuatan danpengujian penukar kalor pada alat pengering darah sapi sebagai pakan ternak.
1.2 Tujuan
1. Melakukan pembuatan alat penukar kalor pada alat pengering darah sapi sebagai pakan
ternak.
2. Melakukan pengujian alat penukar kalor pada alat pengering darah sapi sebagai pakan
ternak.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan alat penukar kalor pada alat pengering darah sapi sebagai
pakan ternak?
2. Bagaimana hasil pengujian alat penukar kalor pada alat pengering darah sapi sebagai
pakan ternak?
1.4 Batasan Masalah
1. Penulis tidak membahas kualitas dari kandungan dari gizi tepung setelah melalui proses
pengeringan.
1.5 Metodologi
Metodologi penulisan yang akan dilakukan penulis untuk pembuatan tugas akhir ini adalah:
1.

2.

3.

Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan heat exchanger.
Diskusi
Melakukan tanya jawab dan diskusi dengan pembimbing dan staf pengajar yang
berkaitan dengan penyusunan Tugas Akhir.
Analisis Data

Pengambilan data dilakukan yang selanjutkan menganalisis perpindahan panas


yang terjadi pada pengering tersebut.

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Heat Exchanger (Penukar Panas)
Menurut Chapman (1984), heat exchanger merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan
sejumlah panas dari sebuah bahan atau zat ke bahan atau zat lain. Bentuk yang paling sederhana
dari penukar panas adalah regenerator berupa kontainer dimana bahan yang bersuhu tinggi
didalamnya akan kontak secara langsung dengan bahan yang bersuhu lebih rendah. Pada sistem
ini, masing-masing bahan atau fluida akan mencapai suhu akhir yang sama. Jumlah dari panas
yang dapat dipindahkan dapat dihitung dengan konsep keseimbangan energi. Energi yang
dilepaskan oleh fluida yang lebih panas akan sama dengan jumlah energi yang diterima oleh
fluida yang lebih dingin.

(a) (b)

(c)
Gambar 1. Konfigurasi dari penukar panas aliran tertutup. (a) Counterflow. (b) Parallelflow. (c)
Crossflow.
Bentuk lain dari penukar panas adalah menggunakan dinding atau sekat sehingga
memungkinkan adanya perambatan panas dari fluida yang bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu
rendah. Sistem ini kemudian disebut dengan sistem penukar panas sistem tertutup (closed type
heat exchanger). Sedangkan pada penukar panas sistem terbuka (open type heat exchanger)
sebelum fluida masuk kedalam sistem penukar panas, fluida akan masuk terlebih dahulu kedalam
suatu ruangan terbuka, setelah bercampur fluida akan masuk dan meninggalkan penukar panas
dalam aliran tunggal (Rachmansyah 1999).
Arah aliran dari fluida juga digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan bentuk
penukar panas pada sistem tertutup. Arah aliran penukar panas dibedakan menjadi aliran yang
berlawanan arah (Counterflow), aliran yang searah (Parallelflow), dan arah aliran yang

memotong (Crossflow). Beberapa bentuk dari arah aliran penukar panas dapat dilihat pada
Gambar 1.
2.2 Perpindahan Panas
Perpindahan panas (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perpedaaan suhu diantara benda atau material. Dari termodinamika telah
diketahui bahwa energi yang pindah itu dinamakan kalor (Holman 1986). Kalor dapat berpindah
dari tempat dengan temperatur lebih tinggi ke tempat dengan tempertatur yang lebih rendah. Ada
tiga cara pindah panas yang dikenal yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. Kalor dari suatu
bagian benda bertemperatur lebih tinggi akan mengalir melalui zat benda itu ke bagian lainnya
yang bertemperatur lebih rendah.
Zat atau partikel zat dari benda yang dialui kalor ini sendiri tidak mengalir sehingga tenaga kalor
berpindah dari satu partikel ke lain partikel dan mencapai bagian yang dituju. Perpindahan ini
disebut konduksi, arus panasnya adalah arus kalor konduksi dan zatnya itu mempunyai sifat
konduksi kalor. Secara umum laju aliran kalor secara konduksi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

qk = - kA

dT
dx

[1 ]

Konveksi kalor terjadi karena partikel zat bertemperatur lebih tinggi berpindah tempat secara
mengalir sehingga dengan sendirinya terjadi perpindahan kalor melalui perpindahan massa.
Aliran zat atau fluida, dapat berlangsung sendiri sebagai akibat perbedaan massa jenis karena
perbedaan temperatur, dan dapat juga sebagai akibat paksaan (Halli 2012). Laju perpindahan
kalor antara suatu permukaan plat dan suatu fluida dapat dihitung dengan hubungan:
qc = hc A T [2]

1[] (Holman J.P, 1994 hal: 2)


2[] (Holman J.P, 1994 hal: 11)

Mode ketiga dari transmisi kalor disebabkan oleh perambatan gelombang elektromagnetik, yang
dapat terjadi baik didalam vakum total maupun di dalam medium. Bukti eksperimental
mengindikasikan bahwa perpindahan kalor radian adalah proposional terhadap pangkat keempat
dari temperatur absolut, sementara konduksi dan konveksi proposional terhadap selisih
temperatur linier (Pitts dan Sissom 2008). Radiasi dalam ruang kurung ini dapat kita tunjukan
bahwa pertukaran radiasi netto dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
qr = A (T14-T24) [3]

3[] (Holman J.P, 1994 hal: 13)

You might also like