Professional Documents
Culture Documents
Penerbit :
Fakultas Seni Rupa dan Disain
Institut Seni Indonesia kerjasama dengan
Sari Kahyangan Indonesia
Jln. Gustiwa B.1 Denpasar
Telp. (0361) 463070
E-mail: spiritbali@telkom.net.
Disain Cover
Penata Isi /Editor
Cetakan I
Penerbit
Alamat
ii
Pengantar Penulis
Puji Syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hayang Widhi
Wasa berkat rahmat-Nya buku berjudul Hemat Energi Melalui
Penghawaan dan Pencahayaan, dapat diselesaikan sesuai
dengan yang diharapkan.
buku ini membahas mengenai pencahayaan dan penghawaan
baik alami maupun buatan. Pencahayaan dan penghawaan
baik alami ataupun buatan di dalam penerapannya sebaiknya
diperhitungkan agar tidak menimbulkan pemborosan energi.
Hemat energi perlu dilakukan, terutama energi yang tak
terbarukan, mengigat sumbernya semakin terbatas. Langkah
pertama penghematan energi adalah mengenali energi apa
saja yang terbarukan dan yang tidak. Untuk itu manfaatkan
energi seefisien mungkin.
Untuk menghemat energi melalui penghawaan dapat
dilakukan dengan mengendalikan suhu dalam ruang. Langkahlangkah dalam usaha mengendalikan suhu dalam ruang dapat
dicapai dengan memanfatkan potensi lingkungan seperti
udara alami semaksimal mungkin dan melalui pemilihan
material yang tepat untuk mengantisipasi panas yang masuk
ke dalam ruang akibat radiasi matahari. Sebagian besar
wilayah di Indonesia memiliki suhu rata-rata diatas 30 oC dan
kelembaban rata-rata mencapai 80% yang cukup tinggi. Hal ini
yang menyebabkan sebagian besar orang memilih
iii
Denpasar, 2010
Penulis
vi
Daftar Isi
Pengantar Penulis .. iii
Daftar Isi vii
I PENDAHULUAN .
II PENGERTIAN ENERGI DAN MENGHEMAT ENERGI ..
A Pengertian Energi .
B Pengertian Menghemat Energi
III PENGHAWAAN ALAMI .
A Mengendalikan Suhu Ruang .
B Solusi-Solusi Masalah Pengudaraan Alami ..
C Segi Positif Penggunaan Penghawaan Alami ..
IV PENGHAWAAN BUATAN .
A Jenis-Jenis Penghawaan Buatan ..
B Memilih AC Yang Tepat .
C Menghitung PK AC Sesuai Dengan Besaran Ruang
D Cara Merawat AC ..
V PENCAHAYAAN ALAMI .
A Memanfaatkan Penerangan Alami .
B Mengelola Panas Matahari Dalam Ruangan
C Memodifikasi Bukaan Yang kurang maksimal .
VI PENCAHAYAAN BUATAN
A Lampu Sebagai Sumber Cahaya Buatan .
B Tingkat Pencahayaan .
C Arah dan Distribusi Cahaya .
D Trik-Trik Menghemat Lampu ..
VII PENUTUP
KEPUSTAKAAN ..
TENTANG PENULIS .
vii
01
05
05
07
09
12
12
42
43
47
51
52
56
58
58
59
65
71
71
75
83
92
96
97
100
TENTANG PENULIS
Made Ida Mulyati, S.Sn, M.Erg, adalah
dosen tetap di FSRD. Jurusan Desain,
Program Studi Interior di ISI Denpasar.
Pendidikan SD , SMP, SMA di Buleleng Bali.
S1 Tamat di Program Studi Seni Rupa dan
Desain Universitas Udayana Jurusan Desain
bidang studi Interior, diselesaikan th 1993.
Pendidikan Magister Ergonomi Fisiologi
Kerja di Univ. Udayana th. 2001. Aktitivitas lain perancang
interior beberapa proyek di Surabaya dan Denpasar,
Melakukan penelitian dan menulis di beberapa jurnal dengan
topik desain sepatu olahraga voli, Ergonomi desain topeng
bondres buatan I Wayan Tanguh dll. Pada saat ini pengampu
mata kuliah Fisika bangunan, mebel IV, Menggambar Teknik II,
Desain Interior V, Pengetahuan bahan interior, Metodelogi
penelitian, Nirmana I.
viii
I
PENDAHULUAN
Sebagai awal membaca, buku ini mengajak kita
membahas mengenai pencahayaan dan penghawaan
baik alami maupun buatan. Terkait dengan hal tersebut,
pencahayaan dan penghawaan baik alami ataupun
buatan
di
dalam
penerapannya
sebaiknya
diperhitungkan agar tidak menimbulkan pemborosan
energi. Hemat energi perlu dilakukan, terutama energy
yang tak terbarukan, mengigat sumbernya semakin
terbatas. Selaju dengan itu, penghematan energy mesti
dipahami untuk mengenali energi apa saja yang
terbarukan dan yang tidak. Untuk itu manfaatkan
energy seefisien mungkin.
II
PENGERTIAN
ENERGI DAN MENGHEMAT ENERGI
A Pengertian Energi
Menghemat energi, mulai dari kehidupan kita seharihari dengan jalan tidak melakukan pemborosan dalam
penggunaan energi listrik. Seperti memanfaatkan
penghawaan dan pencahayaan alami dengan
maksimal, sehingga penggunaan energi listrik bisa
diminimalkan. Bukan berarti kita tidak boleh
menggunakan energi listrik sama sekali, tetapi
sebaiknya menghemat dalam menggunakan energi
listrik.
III
PENGHAWAAN ALAMI
Pembahasan pada bagian bab ini mengenai
penghawaan alami. Penghawaan alami dalam uraian
buku ini berkaitn dengan angin. Angin pada dasarnya
adalah udara yang bergerak. Gerak itu disebabkan
karena bagian-bagian udara didorong dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Dari kenyataan di alam didapat bahwa di daerah dingin
angin lebih bertekanan tinggi dari pada daerah panas,
maka dapat dikatakan arus angin bergerak dari daerah
dingin ke arah daerah yang relative lebih panas.
Gerakan angin ada yang bersifat makro dan ada yang
bersifat mikro. Yang bersifat makro adalah angin
berhembus antar benua atau antar samudra sehingga
dikatakan memiliki kawasan gerak lebih luas.
Sedangkan yang bersifat mikro hanya berhembus
antar daerah atau tempat biasanya disebut angin local.
Mengigat adanya gerakan angin yang bersifat makro,
maka walaupun daerah-daerah di wilayah Indonesia
sebagian besar tropis dan memiliki iklim yang relative
tingi mencapai rata-rata di atas 300 dengan kelembaban
(Rh) mencapai 80%, namun sepanjang tahun tidak
10
11
12
13
gedung. Untuk itu perlu diketahu pemecahan solusisolusinya sehingga hasil rancangan rumah maupun
gedung menjadi optimal sesuai dengan konsep hemat
energy disamping itu juga optimal dari segi visual (enek
dipandang). Ada beberapa solusi di dalam penghawaan
atau pengudaraan pada ruang dalam antara lain :
14
15
Gambar. 1 Penataan kondisi pada ruang luar dengan penataan satu sisi lebih dingin
dan satu sisi lebih panas (Sumber: buku pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan)
16
3. Ventilasi Silang
Suhu udara di dalam ruangan akan terasa nyaman
apabila ada aliran udara didalamnya. Kondisi tersebut
dapat terwujud dengan adanya ventilasi silang, yang
memungkinkan adanya udara yang bebas bergerak dari
luar ke dalam dan dari dalam ke luar. Ventilasi silang
dapat diperoleh dengan meletakan lebih dari satu
bukaan pada sisi bidang yang berbeda. Tetapi jangan
menempatkan ventilasi saling berhadapan karena
mengakibatkan udara yang masuk ke dalam ruang
tidak terdistribusi merata ke seluruh ruang, tetapi
langsung keluar. Untuk itu dalam menentukan letak
ventilasi sebaiknya diambil pada dinding sebelah kanan
atau kiri untuk mendapatkan distribusi udara yang
merata ( lihat gambar. 2).
Gambar 2, Contoh penerapan ventilasi agar udara yang masuk kedalam ruang bisa
didistribusikan dengan merata ( Sumber: Buku Rumah Irit Energi)
17
4. Bentuk Ventilasi
Bentuk ventilasi yang dipilih sebaiknya dipilih bentukbentu dimana udara dapat leluasa masuk ke dalam
ruang. Contoh-contoh bentuk ventilasi yang baik
seperti bentuk :
a. Kerepyak horisontal(Louver Jolousie). Arah
kemiringan kerepyak dibuat keluar suapay air
hujan tidak masuk ke dalam ruangan. Untuk
ventilasi yang berbentuk kerepyak horizontal
biasanya tidak dapat disetel (lihat gambar.3)
18
19
20
d. Papan-papan
vertical
yang
posisinya
kemiringannya dapat disetel. Papan vertical
sama dengan jalusi hanya di pasang vertical dan
memiliki kelebihan dapat di setel bahkan dapat
ditutup, sehingga pada waktu hujan air tidak
masuk ke dalam ruangan (lihat gambar. 6)
21
22
23
24
25
Gambar. 9, Menara angin di atas atap yang berupa cerobong yang dilengkapi
dengan atap (Sketsa Ida Mulyati, 2010).
26
27
7. Material Atap
Material massif, seperti dak beton merupakan salah
satu material yang tergolong material yang dapat
meredam panas. Seperti contoh pada bangunan yang
berlantai dua , pada bangunan lantai bawah udara
terasa lebih sejuk, karena udara panas akibat radiasai
sinar matahari yang masuk melalui atap teredam oleh
dak beton. Sedangkan banguna pada lantai dua terasa
28
8. Kemiringan Atap
Panasnya udara di dalam ruang dipengaruhi juga
dengan kemiringan atap atau besar kecilnya sudut atap
yang membentuk ventilasi atap dibagian bawa atap.
Apabila sudut atap landai, maka atap menjadi lebih
rendah dan menyebabkan ruang antara atap dan
pelfond lebih sempit. Kondisi yang seperti ini
menyebabkan pertukaran udara di dalam ruang antara
atap dan plafond
kurang maksimal sehingga
mengakibatkan udara pada ruang di bawah plafond
akan terasa lebih panas. Untuk itu sebaiknya membuat
atap dengan kemiringan yang ideal yaitu 450.
29
30
31
Gambar. 10, Teritisan pohon dengan dimensi yang lebih lebar, pada rumah susun
(Sumber: Majalah Tren Property, Bahan bangunan (gaya hidup. Housing Estate)
32
33
34
35
Gambar 12, Penataan furniture di dalam ruangan sehingga udara dapat bersirkulasi
(Sumber: Buku Rancangan Sendiri Rumah Anda)
36
37
38
Gambar 14, Kipas angin yang digantung pada plafond untuk mendistribusikan
udara secara merata (Sumber: Tugas Mahasiswa Pengetahuan Bahan bangunan,
Kelompok VI)
39
40
Gambar 15, Cerobong udara pada zaman dulu di Mesir, merupakan system AC
sederhana (Diseket ulang oleh Ida Mulyati, 2010)
41
42
43
IV
PENGHAWAAN BUATAN
Apabila lokasi bangunan berada di daerah perkotaan
yang sangat padat dengan bangunan bertingkat dan
sangat sedikit atau sama sekali tidak terdapat lahan
untuk menanam pepohonan sehingga menjadikan
tinggkat polusi udara tinggi, dengan kondisi seperti ini
berarti jalan satu-satunya harus menggunakan
penghawaan buatan (AC).
Dalam merancang penghawaan buatan yang hemat
energi, kita harus berusaha sepenuhnya mengelola
seluruh potensi bangunan agar tercapai kualitas udara
dalam ruang yang sebaik-baiknya dengan energy AC
yang serendah-rendahnya. Dengan kata lain apabila kita
akan menggunakan penghawaan buatan, titik tolak
perfikirnya bukan dari AC dulu, tetapi dari desain
bangunannya. Ketika kita mendesain suatu bangunan
yang natinya akan menggunakan penghawaan buatan
(AC), berarti kita akan membuat atmosfer di dalam
ruang tersebut sesuai kehendak kita untuk tercapai
kesehatan dan kenyamanan. Untuk itu yang harus
difikirkan di dalam merancang bangunan dan ruangruang dalam bangunan agar tercapai tujuan di atas
antara lain :
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
500 BTU
N0
1.
2.
3.
4.
5.
Tabel.1
untuk menentukan daya AC dalam PK khusus untuk
pemakaian AC split atau AC Window
55
56
57
58
V
PENCAHAYAAN ALAMI
59
60
Gambar. 20, Contoh Rumah Kaca (Sumber: Tugas mahasiswa pengetahuan bahan
bangunan (kelompok I).
61
62
130
Orientasi
Selatan
Angka
Radiasi
97
Timur
Laut
113
Timur
Tenggara
112
97
Barat
daya
176
Barat
Barat
Laut
211
243
63
64
65
66
67
bidang
dinding
dengan
68
Gambar. 22, Gllas Block yang dipasang pada salah satu dinding rumah
69
70
71
VI
PENCAHAYAAN BUATAN
A. Lampu Sebagai Sumber Cahaya Buatan
Lampu sebagai sumber cahaya buatan yang
menggunakan
energy
listri
pada
waktu
menghidupkannya. Untuk itu apabila kita menggunakan
lampu jangan hanya sekedar nyala dan terang saja,
tetapi harus memperhatikan banyak hal agar fungsinya
menjadi optimal. Apabila kita menggunakan fungsi
lampu dengan optimal, berarti termasuk salah satu cara
untuk menghemat energi.
Lampu sebagai sumber cahaya terutama pada malam
hari dan pada saat kondisi mendung untuk mengantikan
cahaya alami. Mengingat kebutuhan lampu merupakan
rutinitas setiap hari maka apabila dihitung kuantitas
pemakaiannya sangat tinggi. Tingginya kuantitas
pemakaian akan mengakibatkan sangat boros akan
energy listrik apabila kita tidak bijak menggunakannya.
Cara yang binjak dalam penggunaan lampu adalah
pertama kita harus tahu berapa banyak cahaya yang
diperlukan dalam setiap jenis aktivitas atau pekerjaan,
harus dihitung berapa titik lampu yang diperlukan
72
73
74
75
B. Tingkat pencahayaan
Tingkit pencahayaan atau tingkat
pencahayaan (E)
76
77
Tabel. 3
Standar Tingkat pencahayaan dalam ruang
No
Nama Ruang
1
2
A. Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian
:
Pengeboran
Asembleng ahkir
Hanggar untuk perbaikan
pesawat
Asembling :
Kasar
Sedang
halus
B.
C.
D.
Penjilidan buka :
Pemotongan,
penjahitan,
pelubangan
Embosing, pemeriksaan
Industri kimia :
Area pabrik
Ruang pencampuran
Injeksi dan kalendering
(industry plastik)
Ruang pengendali
Laboratorium
Ruang pemeriksa warna
Pabrik keramik :
Pencetakan, pengepresan,
pembersihan
Pewarnaan
Lux
3
750
1000
1000
300
1000
2000
750
2000
200
300
500
500
750
1000
300
2000
78
1
E.
F.
2
Industri kelistrikan :
Pengulungan (pembelitan)
Pekerjaan assembling :
Halus
Sangat halus
H.
Usaha laundry
Pencucian
Penyeterikaan
Mesin, sortir
1500
2000
1000
200
500
100
50
300
500
750
Pabrik kulit :
Pembersihan,pementangan
dan penyamakan
Pekerjaan akhir, scarfing
I.
500
Garasi mobil
Tempat perbaikan (reparasi)
Area untuk lalu lalang
Tempat parker :
Jalan masuk
Jalan lintas
gudang
G.
300
1000
Bengkel cat
pengamplasan
pendempulan
Pengecatan
Poles dan pengeringan
dan
500
1000
500
79
1
j.
K.
L.
M.
N.
2
Bengkel mesin :
Pengelasan
Pekerjaan kasar
Pekerjaan setengah halus
Pekerjaan halus
Industri percetakan :
Pemeriksaan warna
Komposisi
Pengepresan
Pembacaan/koreksi
Pabrik botol, vas kaca :
Ruang pencampuran bahan
Ruang pembentukan dan
peniupan
Ruang dekorasi
Ruang Etsa
Kantor dan Bank :
Lobi
Teller, penyimpanan
Tempat umum
Koridor, tangga berjalan
Kantor pos :
Loby
Ruang sortir surat
Gudang
Koridor
3
300
500
1000
2000
2000
100
750
1600
200
300
500
750
500
1500
150
200
300
1000
200
200
80
1
O.
P.
Q.
2
Hotel dan Motel :
Kamar mandi
Ruang cermin
Tempat tidur/membaca
Lobi depan
Ruang umum
Ruang pelayanan
Dapur
Sekolah dan kuliah
Tempat membaca
Papan tulis
Ruang menggambar
Laboratorium
Aula
Koridor
Perpustakaan
Lobi umum
Workshop
Restauran
Ruang makan dan kasir
Penerangan sekeliling ruang
makan
Ruang
caf
dan
bar
(remang-remang)
Dapur
3
100
300
50-200
750
200-400
100-200
250-400
300-750
1600
1000
1000
750
200
750
750
1000
500
200
30-50
250-400
81
1
R.
2
Teater
Auditorium
Foyer
Lobi masuk
S.
T.
U.
50
50
200
300
500-750
1000
500
500
250-300
500
60
60
150-250
120-250
120-250
120
250
250
250-400
60
250
100
150
82
hari
matahari,
karena tidak
maka
ada
penerangan
cahaya
hanya
83
arah
dan
distribusi
cahaya
yang
harus
84
NA2 = E.A1.p/z..B
Dari rumus-rumus ini ditentukan ;
NA1 = Jumlah almatur untuk bidang kerja
NA2 = Jumlah almatur untuk ruangan
E = Factor depresiasi atau factor pemeliharaan
(ditentukan nilainya 1,25)
A1 = bidang kerja (meja kerja) dalam m2
A2 = Luas ruangan dalam m2
B = Faktor utilitas/efesiensi ruang (%)
z = Jumlah lampu peralmatur
= Arus cahaya lampu (lm)
85
Contoh :
Untuk menghitung jumlah almatur pada bidang kerja
(NA1) dan jumlah almatur pada keseluruhan ruang
ruang kerja (NA2)
Diketahui
P = 1,25
E = 250 lux
A1 = 2 m2 (luas meja dan kursi kerja)
A2 = 20 m2(luas ruangan)
B = 40% (0,40)
Z=1
= 900 lm
NA1 = 250.2.1,25/1.900.0,40
= 2 buah
NA2 = 250.20.1,25/1.900.0,40
= 17 buah
Jadi NA1 = 2 buah
NA2 = 17 buah
86
e/h 70%
Dengan ketentuan :
e = jarak antara pusat lampu yang satu dengan
yang lain (Gambar.25)
87
88
89
NO
Jenis Lampu
1
2
A. Almatur wall light (lampu
dinding)
B.
Fungsi Lampu
3
Decorative light,
sleep light
safety light
90
2
Almatur suspension
(lampu gantung)
3
general light ,
task light, decorative
light
D.
Compact fluorescent
lamp (lampu TL bentuk
kompak)
general light
E.
TL tabung
general light
F.
Lampu pijar
general light
G.
C.
91
1
H.
2
Almatur Spot light
3
disply light
I.
J.
Tabel .4
Jenis-Jenis lampu sesuai dengan fungsinya untuk
pencahayaan ruang dalam
92
93
94
dapat
menggunakan
satu
saklar
untuk
95
96
VII
PENUTUP
Sebagai bagian akhir buku ini, penulis ingin mengajak
pembaca agar tergugah untuk mulai memikirkan dunia
ini dengan menghemat energi. Energi memang sangat
penting bagi kita, dengan energi banyak hal yang dapat
kita kerjakan untuk kepentingan masyarakat luas.
Pada bagian penutup, penulis menaruh harapan agar
dimasa yang akan datang, hendaknya kita mesti hemat
energy. Buku ini merupakan pemikiran penulis agar
melalui penghawaan dan pencahayaan pada teknik
bangunan dan desain ruang dalam untuk para desainer
interior menjadi bahan pemikiran untuk mewujudkan
suatu penataan ruang yang ramah lingkungan. Dan juga
dapat memberikan kenyamanan bagi ruangan yang
didisain tengan pemikiran yang mengarah pada
penghematan energy di masa yang akan datang.
Unttuk itu, setelah membaca tulisan ini, diharapkan
pembaca
pemikiran
penulis,
guna
dapat
mengembangkan lagi pada wawasan yang lebih luas
sebagai bentuk pengembangan ilmu-ilmu desain interior
pada bidang-bidang yang multidisiplin.
97
KEPUSTAKAAN
Agnes Eallifa Hurtado. 2001. Home Furniture. Mexico:
D.F. Mexico.
Australia Today, June/July 1996. Town & Country Living.
Cristian Darmasetiawan, Lestari Puspakesuma. 1991.
Teknik Pencahayaan dan Tata Letak lampu,
jilid 1, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Heinz Frick, Antonius, AMS Darmawan. 2008. Ilmu
Fisika Bangunan, Yogyakarta : Kanisius.
Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyatno.2007. Dasar-Dasar
Arsitektur Ekologi, Bandung : ITB.
IPL. ING. Y.B.
Mangunwijaya. 1981. Pasal-Pasal
Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta : PT.
Gramedia
Kosmas Wahyu Novianto. 2009. Rumah Modern Tropis.
Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.
98
Rumah
Sehat,
99