You are on page 1of 108

TENTANG PENULIS

Made Ida Mulyati, S.Sn,


M.Erg, adalah dosen tetap di
FSRD. Jurusan Desain, Program
Studi Interior di ISI Denpasar.
Pendidikan SD , SMP, SMA di
Buleleng Bali. S1 Tamat di
Program Studi Seni Rupa dan
Desain Universitas Udayana
Jurusan Desain bidang studi Interior, diselesaikan
th 1993. Pendidikan Magister Ergonomi Fisiologi
Kerja di Univ. Udayana th. 2001. Aktitivitas lain
perancang interior beberapa proyek di Surabaya
dan Denpasar, Melakukan penelitian dan menulis
di beberapa jurnal dengan topik desain sepatu
olahraga voli, Ergonomi desain topeng bondres
buatan I Wayan Tanguh dll. Pada saat ini
pengampu mata kuliah Fisika bangunan, mebel
IV, Menggambar Teknik II, Desain Interior V,
Pengetahuan
bahan
interior,
Metodelogi
penelitian, Nirmana I.

Penerbit :
Fakultas Seni Rupa dan Disain
Institut Seni Indonesia kerjasama dengan
Sari Kahyangan Indonesia
Jln. Gustiwa B.1 Denpasar
Telp. (0361) 463070
E-mail: spiritbali@telkom.net.

HEMAT ENERGI MELALUI


PENGHAWAAN & PENCAHAYAAN
Pada Teknik Bangunan dan Interior Ruang Dalam

Made Ida Mulyati

HEMAT ENERGI MELALUI


PENGHAWAAN & PENCAHAYAAN
Pada Teknik Bangunan dan Interior Ruang Dalam

Made Ida Mulyati

Hemat Energi Melalui Penghawaan dan Pencahayaan


Hak Cipta: Made Ida Mulyati
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa
izin tertulis dari penerbit.

Perpustakaan Nasional: catalog dalam Terbitan (KDT)


Made Ida Mulyati
Hemat Energi Melalui Penghawaan dan Pencahayaan
Mulyati --- Denpasar: Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia
kerjasama dengan Sari Kahyangan Indonesia, 2010.
i-vii,100 Hlm.; 21 cm x 15 cm
ISBN : 978-602-8574-07-5
1. FSRD ISI Denpasar 1. Judul

Disain Cover
Penata Isi /Editor
Cetakan I
Penerbit

: Cok Istri Puspawati Nindhia


: Dr. Tjok. Udiana Nindhia P.
: 2010
: Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut
Seni Indonesia kerjasama dengan Sari
Kahyangan Indonesia

Alamat

: Jalan Gustiwa B.1 Denpasar


Telp. (0361) 463070
E-mail: spiritbali@telkom.net.

ii

Pengantar Penulis
Puji Syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hayang Widhi
Wasa berkat rahmat-Nya buku berjudul Hemat Energi Melalui
Penghawaan dan Pencahayaan, dapat diselesaikan sesuai
dengan yang diharapkan.
buku ini membahas mengenai pencahayaan dan penghawaan
baik alami maupun buatan. Pencahayaan dan penghawaan
baik alami ataupun buatan di dalam penerapannya sebaiknya
diperhitungkan agar tidak menimbulkan pemborosan energi.
Hemat energi perlu dilakukan, terutama energi yang tak
terbarukan, mengigat sumbernya semakin terbatas. Langkah
pertama penghematan energi adalah mengenali energi apa
saja yang terbarukan dan yang tidak. Untuk itu manfaatkan
energi seefisien mungkin.
Untuk menghemat energi melalui penghawaan dapat
dilakukan dengan mengendalikan suhu dalam ruang. Langkahlangkah dalam usaha mengendalikan suhu dalam ruang dapat
dicapai dengan memanfatkan potensi lingkungan seperti
udara alami semaksimal mungkin dan melalui pemilihan
material yang tepat untuk mengantisipasi panas yang masuk
ke dalam ruang akibat radiasi matahari. Sebagian besar
wilayah di Indonesia memiliki suhu rata-rata diatas 30 oC dan
kelembaban rata-rata mencapai 80% yang cukup tinggi. Hal ini
yang menyebabkan sebagian besar orang memilih

iii

menggunakan AC (Air Conditional) untuk menjadikan ruang


dalam nyaman secara instan.
Penggunaan pendingin ruang yang tidak diperhitungkan dapat
mengakibatkan pemborosan listrik. Untuk itu apabila disain
rumah yang sudah terlanjur salah dengan kurang
memperhatikan pengudaraan alami mengakibatkan suhu
dalam ruang tidak dapat dikendalikan sehingga arus memilih
menggunakan penghawaan buatan (AC), guna meberikan
kenyamanan dalam ruangan. Walaupun dengan terpaksa
harus menggunakan AC sebaiknya harus dihitung BTU ( British
Thermal Unit) untuk mendapatkan PK AC yang sesuai dengan
besaran ruang. Dengan menggunakan perhitungan yang tepat
dapat memberikan kenyaman ruang yang maksimal dan tidak
banyak pemborosan energy yang berupa listrik. Hemat energi
bukan hanya dari penghawaan saja yang harus diatur dan
dikendalikan tapi hemat energi dapat juga
melalui
pencahayaan yang benar.
Pencahayaan ada dua yaitu alami dan buatan. Pencahayaan
alami berasal dari sinar matahari. Untuk menghemat energi
sebaiknya memaksimalkan manfaat dari terangnya matahari
dan dapat mengelola panasnya. Untuk itu di dalam mendesain
suatu rumah atau gedung baik arsitektur maupun interior
sebaiknya memikirkan manfaat terangnya sinar matahari
untuk dapat memenuhi kebutuhan penerangan terutama pada
siang hari sehingga tidak perlu menyalakan lampu lagi pada
waktu siang hari. Di samping itu yang harus dalam mendesain
rumah atau gedung bagaimana meletakan bukaan, memilih
iv

bentuk bukaan dan memilih material yang digunakan untuk


bukaan sehingga dapat mengelola panas yang masuk akibat
sinar matahari sehingga tidak mengakibatkan suhu udara di
ruangan menjadi panas. Sedangkan apabila cuaca mendung
dan gelap pada waktu malam hari maka diperlukan juga
pencahayaan buatan yang berasal dari lampu. Mengunakan
lampu ternyata tidak hanya sekedar bias nyala dan terang
tetapi harus memperhatikan banyak hal agar fungsinya
maksimal. Kebutuhan akan lampu merupakan rutinitas setiap
hari sehingga ditotal kuantitas pemakaian sangat tinggi.
Untuk itu agar hemat energi dapat tercapai maka 2 hal penting
yang harus diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan. 2
hal tersebut antara lain yang pertama harus menghitung
tingkat pencahayaan yang diperlukan tergantung pada usia,
ukuran obyek yang dilihat dan tingkat ketelitian atau kesulitan
dari pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan yang kedua untuk
arah datang dan distribusi cahaya yang harus diperhatikan
adalah penempatan titik lampu yang tepat untuk fungsi yang
berbeda(general light, task linght atau decorative light) dan
pemilihan almatur(rumah lampu) yang tepat.
Dengan mendesain rumah atau gedung yang tepat untuk
tujuan memaksimalkan udara alam dan pemanfaatan sinar
sebagai penerangan, serta memperhitungkan ketepatan
penggunaan penghawaan dan pencahayaan buatan yang tepat
kita dapat menghemat energi seefisien mungkin dan yang
lebih penting kita telah berkontribusi dalam menjaga
keberlangsungan hidup di Bumi.
v

Pada kesempatan ini, dengan tulus diucapkan terima kasih


kepada seluruh sahabat yang banyak memberikan sumbang
saran dan meluangkan waktu untuk mengoreksi naskah ini
sampai penulisan bukui ini selesai sesuai dengan waktu.
Kiranya tidak berlebihan bila dalam kesempatan ini ucapan
terima kasih disampaikan kepada Dr.Tjokorda Udiana Nindhia
Pemayun, S.Sn, M.Hum yang telah banyak memberi dorongan dalam
penyelesain buku ini.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan buku ini masih jauh dari


sempurna, memungkinkan untuk disempurnakan dan juga
memberi peluang baru untuk dikembangkan lebih lanjut bagi
penulisan buku penghawaan dan pencahayaan lain. Untuk itu
penulis dengan kerendahan hati menerima segala kritik dan
saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Pada akhirnya sekecil apapun arti dari karya buku ini, penulis
berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi Bangsa dan
Negara untuk memperkaya kasanah ilmu pengetahuan fisika
bangunan di Indonesia pada umumnya dan bagi masyarakat
luas.

Denpasar, 2010
Penulis

vi

Daftar Isi
Pengantar Penulis .. iii
Daftar Isi vii
I PENDAHULUAN .
II PENGERTIAN ENERGI DAN MENGHEMAT ENERGI ..
A Pengertian Energi .
B Pengertian Menghemat Energi
III PENGHAWAAN ALAMI .
A Mengendalikan Suhu Ruang .
B Solusi-Solusi Masalah Pengudaraan Alami ..
C Segi Positif Penggunaan Penghawaan Alami ..
IV PENGHAWAAN BUATAN .
A Jenis-Jenis Penghawaan Buatan ..
B Memilih AC Yang Tepat .
C Menghitung PK AC Sesuai Dengan Besaran Ruang
D Cara Merawat AC ..
V PENCAHAYAAN ALAMI .
A Memanfaatkan Penerangan Alami .
B Mengelola Panas Matahari Dalam Ruangan
C Memodifikasi Bukaan Yang kurang maksimal .
VI PENCAHAYAAN BUATAN
A Lampu Sebagai Sumber Cahaya Buatan .
B Tingkat Pencahayaan .
C Arah dan Distribusi Cahaya .
D Trik-Trik Menghemat Lampu ..
VII PENUTUP
KEPUSTAKAAN ..
TENTANG PENULIS .

vii

01
05
05
07
09
12
12
42
43
47
51
52
56
58
58
59
65
71
71
75
83
92
96
97
100

TENTANG PENULIS
Made Ida Mulyati, S.Sn, M.Erg, adalah
dosen tetap di FSRD. Jurusan Desain,
Program Studi Interior di ISI Denpasar.
Pendidikan SD , SMP, SMA di Buleleng Bali.
S1 Tamat di Program Studi Seni Rupa dan
Desain Universitas Udayana Jurusan Desain
bidang studi Interior, diselesaikan th 1993.
Pendidikan Magister Ergonomi Fisiologi
Kerja di Univ. Udayana th. 2001. Aktitivitas lain perancang
interior beberapa proyek di Surabaya dan Denpasar,
Melakukan penelitian dan menulis di beberapa jurnal dengan
topik desain sepatu olahraga voli, Ergonomi desain topeng
bondres buatan I Wayan Tanguh dll. Pada saat ini pengampu
mata kuliah Fisika bangunan, mebel IV, Menggambar Teknik II,
Desain Interior V, Pengetahuan bahan interior, Metodelogi
penelitian, Nirmana I.

viii

I
PENDAHULUAN
Sebagai awal membaca, buku ini mengajak kita
membahas mengenai pencahayaan dan penghawaan
baik alami maupun buatan. Terkait dengan hal tersebut,
pencahayaan dan penghawaan baik alami ataupun
buatan
di
dalam
penerapannya
sebaiknya
diperhitungkan agar tidak menimbulkan pemborosan
energi. Hemat energi perlu dilakukan, terutama energy
yang tak terbarukan, mengigat sumbernya semakin
terbatas. Selaju dengan itu, penghematan energy mesti
dipahami untuk mengenali energi apa saja yang
terbarukan dan yang tidak. Untuk itu manfaatkan
energy seefisien mungkin.

Untuk menghemat energi melalui penghawaan dapat


dilakukan dengan mengendalikan suhu dalam ruang.
Langkah-langkah dalam usaha mengendalikan suhu
dalam ruang dapat dicapai dengan memanfatkan
potensi lingkungan seperti udara alami semaksimal
mungkin dan melalui pemilihan material yang tepat
untuk mengantisipasi panas yang masuk ke dalam
ruang akibat radiasi matahari. Berkaitan dengan itu,
dibahas dan diulas lebih dalam pada bagian yang
mengulas pengertian energy dan menghemat enerti

dalam buku ini. Sebagian besar wilayah di Indonesia


memiliki suhu rata-rata diatas 30 oC dan kelembaban
rata-rata mencapai 80% yang cukup tinggi. Hal ini yang
menyebabkan sebagian besar orang memilih
menggunakan AC (Air Conditional) untuk menjadikan
ruang dalam nyaman secara instan.

Penggunaan pendingin ruang yang tidak diperhitungkan


dapat mengakibatkan pemborosan listrik. Untuk itu
apabila disain rumah yang sudah terlanjur salah dengan
kurang
memperhatikan
pengudaraan
alami
mengakibatkan suhu dalam ruang tidak dapat
dikendalikan sehingga arus memilih menggunakan
penghawaan buatan (AC), guna meberikan kenyamanan
dalam ruangan. Walaupun dengan terpaksa harus
menggunakan AC sebaiknya harus dihitung BTU ( British
Thermal Unit) untuk mendapatkan PK AC yang sesuai
dengan besaran ruang. Dengan menggunakan
perhitungan yang tepat dapat memberikan kenyaman
ruang yang maksimal dan tidak banyak pemborosan
energy yang berupa listrik. Hemat energy bukan hanya
dari penghawaan saja yang harus diatur dan
dikendalikan tapi hemat energy dapat juga melalui
pencahayaan yang benar.

Selanjutnya, dibahas pula mengenai pencahayaan.


Pencahayaan secara umum ada dua yaitu alami dan
buatan. Pencahayaan alami berasal dari sinar matahari.
Untuk menghemat energi sebaiknya memaksimalkan
manfaat dari terangnya matahari dan dapat mengelola
panasnya. Untuk itu di dalam mendesain suatu rumah
atau gedung baik arsitektur maupun interior sebaiknya
memikirkan manfaat terangnya sinar matahari untuk
dapat memenuhi kebutuhan penerangan terutama pada
siang hari dan tidak perlu menyalakan lampu lagi pada
waktu siang hari. Di samping itu, yang harus
dipertimbangkan dalam mendesain rumah atau gedung
adalah bagaimana meletakan bukaan, memilih bentuk
bukaan, dan memilih material yang digunakan untuk
bukaan sehingga dapat mengelola panas yang masuk
akibat sinar matahari. Dengan demikian tidak
mengakibatkan suhu udara di ruangan menjadi panas.

Selaju dengan uraian di atas, apabila cuaca mendung


dan gelap pada waktu malam hari maka diperlukan
pencahayaan buatan yang berasal dari lampu.
Mengunakan lampu ternyata tidak hanya sekedar bias
nyala dan terang tetapi harus memperhatikan banyak
hal agar fungsinya maksimal. Kebutuhan akan lampu
merupakan rutinitas setiap hari sehingga ditotal
kuantitas pemakaian sangat tinggi.

Untuk itu agar hemat energy dapat tercapai maka dua


hal penting yang harus diperhatikan sehubungan
dengan pencahayaan. Dua hal tersebut antara lain yang
pertama harus menghitung tingkat pencahayaan yang
diperlukan tergantung pada usia, ukuran obyek yang
dilihat dan tingkat ketelitian atau kesulitan dari
pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan yang kedua untuk
arah datang dan distribusi cahaya yang harus
diperhatikan adalah penempatan titik lampu yang tepat
untuk fungsi yang berbeda (general light, task linght,
decorative light, dan lain-lain) dan pemilihan almatur
(rumah lampu) yang tepat.

Dengan mendesain rumah atau gedung yang tepat


untuk tujuan memaksimalkan udara alam dan
pemanfaatan sinar sebagai penerangan, serta
memperhitungkan ketepatan penggunaan penghawaan
dan pencahayaan buatan yang tepat kita dapat
menghemat energi seefisien mungkin dan yang lebih
penting kita telah berkontribusi dalam menjaga
keberlangsungan hidup di Bumi. Inilah yang banyak
diulas dalam uraian buku ini selanjutnya.

II
PENGERTIAN
ENERGI DAN MENGHEMAT ENERGI
A Pengertian Energi

Pengertian energi cukup luas yaitu mencakup segala


hal yang ada di bumi ini. Manusia membutuhkan energi
untuk melangsungkan hidup. Ketika manusia bergerak
pada saat itulah manusia sedang membakar energi
yang didapat dari asupan makanan yang dikonsumsi.

Berkait dengan uraian di atas, energi selain dari


manusi juga terdapat energy listrik. Energi listrik dapat
dipergunakan untuk menghidupkan AC, kipas angin,
televise, kompor, lampu, water heater, kulkas dan lainlain. Energi listrik tersebut tidak hilang tetapi berubah
wujud dari energy listrik menjadi energy gerak (kipas
angin), energy listrik menjadi energy panas (water
heater). Tetapi yang sangat penting untuk menjadi
bahan pemikiran adalah dari mana energi listrik itu
berasal ?

Listrik merupakan sumber energi skunder, yaitu


diperlukan sumber energi lain untuk mengerakan
electron sehingga dapat memproduksi listrik. Pada saat
sekarang ini ada beberapa sumber energi primer untuk
menghasilkan listrik seperti batu bara, minyak bumi
dan lain-lain. Melihat dari berbagai sumber energi
maka energi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang bisa
diperbaharui dan yang tidak bias diperbaharui.
Sedangkan sebagian besar sumber energi yang
diguakan saat ini adalah sumber energi yang tidak
dapat diperbaharui.

Sumber energi yang tidak bisa diperbaharui inilah yang


lama kelamaan akan habis, apabila penggunaannya
terlalu berlebihan. Untuk itu kita sebagai makhluk yang
memerlukan energi tersebut sebaiknya melakukan
hemat energi. Apabila sumber energi benar-benar habis
dan tidak ditemukan alternatif lain sebagai sumber
energi maka generasi mendatang akan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan sehari hari akan energi listrik.

B Pengertian Menghemat energi

Menghemat energi, mulai dari kehidupan kita seharihari dengan jalan tidak melakukan pemborosan dalam
penggunaan energi listrik. Seperti memanfaatkan
penghawaan dan pencahayaan alami dengan
maksimal, sehingga penggunaan energi listrik bisa
diminimalkan. Bukan berarti kita tidak boleh
menggunakan energi listrik sama sekali, tetapi
sebaiknya menghemat dalam menggunakan energi
listrik.

Penghematan Penggunaan energi listrik untuk


penghawaan dan pencahayaan dengan merancang
desain-desain rumah yang berkonsep hemat energi
untuk daerah tropis. Konsep hemat energi untuk
daerah tropis dapat diterapkan pada penghawaan
dengan memaksimalkan jumlah bukaan dan memilih
jenis bukaan yang tepat sehingga udara alam dapat
dengan maksimal masuk ke dalam ruang.

Senada dengan uraian di atas, untuk pencahayaan


sama halnya dengan penghawaan yaitu dengan
memaksimalkan jumlah bukaan dan memilih material

yang tepat untuk bukaan sehingga sinar bias maksimal


masuk ke dalam ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa
membuat suhu ruangan menjadi panas. Namun hemat
energi bukan berarti kita tidak boleh menggunakan
listrik sama sekali tetapi kita mampu meminimalkan
penggunaan energi listrik dengan memanfaatkan
sumber energi alam yang berasal dari angin (udara) dan
sinar mata hari semaksimal mungkin.

III
PENGHAWAAN ALAMI
Pembahasan pada bagian bab ini mengenai
penghawaan alami. Penghawaan alami dalam uraian
buku ini berkaitn dengan angin. Angin pada dasarnya
adalah udara yang bergerak. Gerak itu disebabkan
karena bagian-bagian udara didorong dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Dari kenyataan di alam didapat bahwa di daerah dingin
angin lebih bertekanan tinggi dari pada daerah panas,
maka dapat dikatakan arus angin bergerak dari daerah
dingin ke arah daerah yang relative lebih panas.
Gerakan angin ada yang bersifat makro dan ada yang
bersifat mikro. Yang bersifat makro adalah angin
berhembus antar benua atau antar samudra sehingga
dikatakan memiliki kawasan gerak lebih luas.
Sedangkan yang bersifat mikro hanya berhembus
antar daerah atau tempat biasanya disebut angin local.
Mengigat adanya gerakan angin yang bersifat makro,
maka walaupun daerah-daerah di wilayah Indonesia
sebagian besar tropis dan memiliki iklim yang relative
tingi mencapai rata-rata di atas 300 dengan kelembaban
(Rh) mencapai 80%, namun sepanjang tahun tidak

10

selamanya angin yang bertiup disekitar wilayah


Indonesia memiliki suhu yang tinggi.
Kita dapat mengamati pada bulan juli suhu di dataran
asia sangat tinggi mencapai 320 dan tekanan udara di
wilayah Asia sangat rendah mencapai 748 mm (musim
panas) termasuk di Wilayah Indonesia, sedangkan suhu
di Australia cukup rendah mencapai 180 (musi dingin)
dan tekanan udara di Australia tergolong cukup tinggi
mencapai 764 mm. Dengan kondisi ini jelas pada bulan
juli angin atau udara bertiup dari benaua Australi ke
benua Asia, termasuk Indonesia. Hal ini menyebabkan
suhu di wilayah Indonesi pada umumnya pada musim
kemarau tidak terlampau panas.
Tetapi beda dengan kenyataan pada saat ini udara di
wilayah Indonesia semakin panas hal tersebut
diakibatkan karena salah satu fungsi ozon sebagai
pelindung bumi dari panas sinar mata hari sudah
semakin menipis , kondisi ini mengakibatkan panas
matahari lebih maksimal mempengaruhi bumi dan
mengakibatkan suhu di bumi bertambah panas.
Hal ini disebabkan karena begitu banyaknya kehidupan
di bumi ini menggunakan AC, kulkas yang di dalam
pengoperasiannya
menggunakan
preon
yang

11

dampaknya dapat mempertipis lapisan ozon dan lama


kelamaan apabila tidak disadari lapisan ozon pada
akhirnya berlubang.
Kondisi yang demikian
mengakibatkan panas bumi bertambah karena sinar
infrared tidak dapat dibendung lagi oleh lapisan ozon,
disamping itu benda-benda luar angkasa dengan
mudahnya jatuh ke bumi.
Akibat dari keadaan yang demikian maka timbul
berbagai penyakit terutama penyakit kulit dan penyakit
pada pernafasan. Untuk menangulangi keadaan bumi
yang semakin parah sebaiknya kita sebagai manusia
harus mampu meminimalkan penggunaan alat-alat
yang menggunakan zat yang berdampak negative
terhadap lapisan ozon.
Seperti salah satunya pemakaian AC yang
menggunakan preyon disamping merusak lapisan ozon
juga pemborosan energi yang sumbernya semakin
tahun semakin menipis.Untuk itu seorang desainer
arsitektur dan interior sebaiknya di dalam merancang
rumah dan ruangan harus memanfaatkan agin atau
udara
alam
semaksimal
mungkin
untuk
menyelamatkan lapisan ozone dari kerusakan dan
tercapai tujuan hemat energ.

12

A. Mengendalikan Suhu Ruang


Untuk mengendalikan suhu di dalam ruang adalah
dengan memanfaatkan udara alami dengan maksimal,
maka diperlukan andanya pemikiran oleh para desainer
arsitektur dan interior di dalam merancang bukaan
pada bangunan dan ruang-ruang dalam bangunan.
Disamping memikirkan jumlah bukaan, arah bukaan
dan jenis atau bentuk bukaan, juga tidak kalah
pentingnya memilih material yang tepat untuk bahan
bangunan untuk mengatisipasi panas radiasi matahari,
sehingga dapat member kenyamanan bagi manusia
yang beraktivitas di dalamnya.
Ruang yang tergolong nyaman adalah apabila saat
berada di dalamnya kita tidak merasa terlalu panas atau
pengap. Disamping itu juga jangan sampai terasa susah
bernafas Karen minimalnya kadar O2 di dalam
ruang.Untuk itu perlu adanya solusi-solusi untuk
mengendalikan suhu di dalam ruang.
B. Solusi-Solusi Masalah Penghawaan Alami
Banyak masalah yang terjadi dalam pengaturan dan
pemilihan bentuk
penghawaan alami pada saat
seorang desainer arsitektur merancangan rumah atau

13

gedung. Untuk itu perlu diketahu pemecahan solusisolusinya sehingga hasil rancangan rumah maupun
gedung menjadi optimal sesuai dengan konsep hemat
energy disamping itu juga optimal dari segi visual (enek
dipandang). Ada beberapa solusi di dalam penghawaan
atau pengudaraan pada ruang dalam antara lain :

1. Menyesuaikan Jumlah Bukaan Dengan Dimensi


Ruang
Jumlah bukaan yang ideal didalam
ruangan
disesuaikan dengan besarnya ruangan. Untuk satu sisi
dinding biasanya jumlah bukaan minimal 5% dari luas
ruangan. Untuk bukaan idealnya diletakan di dua sisi
yang berbeda sehingga sirkulasi udara yang masuk dan
keluar lebih lancer.

2. Memilih Arah Dan jenis Bukaan Yang Tepat


Pintu, Jendela dan ventilasi adalah jenis bukaan
biasanya diterapkan pada bangunan sebagai elemen
pelengkap pembentuk ruang yang memiliki fungsi
salah satunya untuk pertukaran udara.

14

Untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik agar


angin (udara) dapat mengalir ke dalam ruangan
sebaiknya meletakan pintu, jendela dan ventilasi se ke
arah datangnya angin. Misalnya jika angin datangnya
dari timur ke barat bukaan sebaiknya diletakan di
sebelah timur . Apabila kita meletakan bukaan disisi
lain akan tidak bias memasukan angin ke dalan
ruangan.
Disamping itu perlukita ketahui bahwa udara mengalir
dari dari bagian-bagian yang bertekanan tinggi kea rah
yang bertekanan rendah.Perbedaan tekanan dapat
dicapai dengan mengkondisikan ventilasi yang
horizontal. Ventilasi yang horizontal disebabkan oleh
arus angin yang datangnya horizontal dari sumber
angin. Gejala tersebut akan terjadi dengan baik apabila
salah satu sisi rumah sengaja kita buat relatif lebih
panas dan sisi lain dikondisikan lebih sejuk dengan
menanan pepohonan (Lihat gambar.1)

15

Gambar. 1 Penataan kondisi pada ruang luar dengan penataan satu sisi lebih dingin
dan satu sisi lebih panas (Sumber: buku pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan)

Sehingga dengan kondisi ini angin akan berhembus


dengan kencang dari sisi yang lebih sejuk (bertekanan
tinggi) ke sisi yang lebih panas (tekanan rendah).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apabila kita
meletakan ventilasi sebaiknya memikirkan arah
datangnya angin, sisi bagian rumah yang lebih sejuk
dan sisi bagian rumah yang lebih panas. Sisi bagian
rumah yang lebih sejuk kita gunakan sebagai arah
bukaan untuk ventilasi udara masuk, sakan berbeda
dengan kondisi isi rumah yang lebih panas kita gunakan
sebagai ventilasi udara keluar dari ruangan.

16

3. Ventilasi Silang
Suhu udara di dalam ruangan akan terasa nyaman
apabila ada aliran udara didalamnya. Kondisi tersebut
dapat terwujud dengan adanya ventilasi silang, yang
memungkinkan adanya udara yang bebas bergerak dari
luar ke dalam dan dari dalam ke luar. Ventilasi silang
dapat diperoleh dengan meletakan lebih dari satu
bukaan pada sisi bidang yang berbeda. Tetapi jangan
menempatkan ventilasi saling berhadapan karena
mengakibatkan udara yang masuk ke dalam ruang
tidak terdistribusi merata ke seluruh ruang, tetapi
langsung keluar. Untuk itu dalam menentukan letak
ventilasi sebaiknya diambil pada dinding sebelah kanan
atau kiri untuk mendapatkan distribusi udara yang
merata ( lihat gambar. 2).

Gambar 2, Contoh penerapan ventilasi agar udara yang masuk kedalam ruang bisa
didistribusikan dengan merata ( Sumber: Buku Rumah Irit Energi)

17

4. Bentuk Ventilasi
Bentuk ventilasi yang dipilih sebaiknya dipilih bentukbentu dimana udara dapat leluasa masuk ke dalam
ruang. Contoh-contoh bentuk ventilasi yang baik
seperti bentuk :
a. Kerepyak horisontal(Louver Jolousie). Arah
kemiringan kerepyak dibuat keluar suapay air
hujan tidak masuk ke dalam ruangan. Untuk
ventilasi yang berbentuk kerepyak horizontal
biasanya tidak dapat disetel (lihat gambar.3)

Gambar. 3, Ventilasi kerepyak horizontal


(Sumber: Australia Today, Town & Country Living)

b. Kerawangan(rooster). Ventilasi kerawangan


biasanya berupa rooster-rooster atau ukiran-

18

ukiran yang terbuat dari bahan dasar antara


lain: batu-batu alam, batu-batu buatan,terakota
atau ada juga yang terbuat dari bahan kayu
( lihat gambar.4)

Gambar. 4, Ventilasi kerrawang material kayu


(Sumber: dari Majalah Arsitekstur)

19

c. Dinding berlubang. Dinding berlubang biasanya


diterapkan pada bangunan-bangunan yang
berkonsep minimalis (Gambar.5). Dinding
berlubang biasanya di dalam pelaksana banyak
menggunakan batu-batu paras alami atau batubatu paras buatan buatan yang dipasang seperti
pemasangan batu bata tetapi diberi rongaronga
atau lubang-lubang yang berfungsi
sebagai ventilasi. Ventilasi sejenis ini biasanya
diterapkan pada salah satu sisi dinding.
Disampin fungsinya sebagai ventilasi juga
berfungsi menambah nilai estetis pada
bangunan.

Gambar. 5, Dinding berlubang sebagai ventilasi


(Sumber: Pasal-pasal Pengantar Fisika bangunan)

20

d. Papan-papan
vertical
yang
posisinya
kemiringannya dapat disetel. Papan vertical
sama dengan jalusi hanya di pasang vertical dan
memiliki kelebihan dapat di setel bahkan dapat
ditutup, sehingga pada waktu hujan air tidak
masuk ke dalam ruangan (lihat gambar. 6)

Gambar. 6, Ventilasi berupa papan-papan kayu vertical, posisi kemiringan agar


dapat disetel (Sumber: Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan)

21

5. Ventilasi dan Isulasi Atap


Mengurangi panas matahari yang masuk melalui atap
kita dapat meletakan ventilasi pada ke dua sisi atap
yang berupa
tembok. Cara ini bertujuan untuk
mengurangi radiasi panas matahari yang masuk melalui
atap sebelum mempengaruhi suhu udara di dalam
ruang yang ada di bawah atap. Dimana mekanisme
kerjan dari ventilasi pada tembok atap tersebut adalah
udara yang masuk dari salah satu ventilasi atap
tersebut akan berakumulasi dengan udara panas akibat
radiasi matahari.

Kemudian udara panas tersebut didorong keluar


melalui ventilasi yang satunya atau dengan kata lain
adanya ventilasi atap membuat udara panas tidak
terperangkap di dalam atap, sehingga udara panas
akibat radiasi matahari tidak sempat mempengaruhi
suhu udara yang ada di bawah atap. Ventilasi yang satu
ini hanya bias diterapkan pada atap yang berjenis
pelana (lihat gambar.7).

22

Gambar. 7, Ventilasi pada ruang atap


(Sumber: Rumah Modern (Tropis)

23

Tetapi beda dengan atap limas dan yang sejenisnya,


ventilasi dapat terbentuk dari plafond teritisan yang
dibiarkan terbuka tanpa ada penutup pelafondnya yang
menutup rapat seperti gypsum, tripleks tetapi untuk
menghindari binatang-binatang seperti tikus yang
bersarang di dalam atap, maka dapat ditutup dengan
kayu reng yang disusun sedemikian rupa dengan natnat sehingga masih dapat untuk berfungsi sebagai
ventilasi.

Apabila kedua cara penempatan ventilasi tidak


diterapkan ada juga alternative lain yaitu dengan
memasang turbin ventilation (Gambar.9) pada atap
bagian atas dan pada bagian atas turbin dipasang atap
tambahan sehingga pada waktu hujan air tidak masuk
ke dalam atap). Turbin ventilation berputar tanpa
energy listrik, tetapi bergerak menggunakan tekanan
udara panas yang ada di dalam atap yang otomatis
mengerakan turbin untuk membuang udara panas.
Turbin ventilation ini biasanya digunakan untuk
bangunan-bangunan besar seperti pabrik, cargo,
supermarket.

24

Gambar. 8, Turbin Ventilation


(Sumber: Buku Rumah Irit Energi)

Untuk alternatip lainnya dapat di buat menara angin


pada atap yang berfungsi berfungsi mengisap dan
menangkap angin sehingga terjadi sirkulasi udara di
dalam atap (lihat gambar.9). Tekanan udara panas yang
ada di dalam atap akan tertarik ke luar melalui menara
angin dan digantikan dengan udara dingin. Untuk
mendapatkan efek menara angin (ada juga yang
menyebutkan sebagai efek cerobong) yang lebih
optimal, maka sebaiknya menara angin dibuat dengan
bentuk penutup yang menghadap arah datangnya
angin.

25

Dengan demikian angin lebih mudah ditangkap dan


kemudian dialirkan ke dalam atap yang pada akhirnya
mempengaruhi suhu udara yang ada di bawah atap.
Penerapan menara angin sebaiknya diterapkan apabila
jarak antara atap dan plafon cukup tinggi. Karen
semakin tinggi jarak atap ke plafon maka sirkulasi
udara pada menara angin akan semakin maksimal.

Gambar. 9, Menara angin di atas atap yang berupa cerobong yang dilengkapi
dengan atap (Sketsa Ida Mulyati, 2010).

26

6. Membuat Plafon yang Cukup Tinggi


Semakin tinggi plafond dari lantai maka semakin bebas
udara bergerak dalam ruang. Plafond yang tinggi dapat
menyebabkan udara pada ruangan mengalami
pendinginan, asal didukung dengan jumlah ventilasi
yang memadai, serta penempatan dan pilihan jenis
ventilasi yang tepat.Dengan ukuran plafon yang tinggi
dan ventilasi yang memadai maka udara panas dalam
ruangan terangkat ke atas yang menyebabkan udara
dingina yang ada di luar ruangan tertarik ke dalam
ruangan. Untuk mendapatkan udara segar ukuran
ketinggian plafond dari lantai minimal 3 meter. Melihat
dari kenyataan yang ada sebetulnya para arsitektur dari
zaman dulu sudah memikirkan hemat energy dengan
mendesain bangunan dengan ketinggian plafon yang
maksimal serta jumlah, letak dan jenis ventilasi yang
tepat, sehingga sirkulasi udara dalam ruangan menjadi
maksimal.
Salah satu contoh yang nyata pada bangunanbangunan zaman penjajahan Belanda di Indonesi,
dimanan memiliki ciri khas dengan plafond yang tinggi
dan kebanyakan menerapkan ventilasi bulat pada
dinding-dinding bagian atas. Menurut Karyono
merupakan contoh rumah dengan pengudaraan yang

27

baik. Sisitem ventilasi yang demikian akan dapat


mendorong udara panas dari bawah ke atas dan keluar
melalui ventilasi. Dengan udara panas naik ke atas
maka udara segar akan tertarik masuk dari ventilasi,
jendela dan pintu yang letaknya pada bagunan bagian
bawah.
Sistem sirkulasi udara yang seperti ini akan membuat
udara dalam ruangan menjadi nyaman tanpa
diperlukan penghawaan buatan. Tetapi sangat
disayangkan desin-desin bangunan Belanda pada
zaman sekarang jarang dijumpai. Bahkan bangunanbangunan peninggalan Belanda tidak malah dirawat
tetapi sudah banyak yang dibugar digantikan dengan
bangunan yang baru.

7. Material Atap
Material massif, seperti dak beton merupakan salah
satu material yang tergolong material yang dapat
meredam panas. Seperti contoh pada bangunan yang
berlantai dua , pada bangunan lantai bawah udara
terasa lebih sejuk, karena udara panas akibat radiasai
sinar matahari yang masuk melalui atap teredam oleh
dak beton. Sedangkan banguna pada lantai dua terasa

28

lebih panas karena pada bangunan lantai dua


kebanyakan tidak menggunakan plafond dari dak
beton sehingga udara panas akibat radiasi matahari
yang masuk melalui atap kurang dapat diredam.Untuk
itu sebaiknya apabila kita membangunan rumah atau
bagunan yang berlantai dengan alokasi dana yang
memadai, sebaiknya keseluruhan dari plafon disetiap
lantai menggunakan dak beton, supaya udara panas
akibat radiasi matahari dapat teredam dengan baik.

8. Kemiringan Atap
Panasnya udara di dalam ruang dipengaruhi juga
dengan kemiringan atap atau besar kecilnya sudut atap
yang membentuk ventilasi atap dibagian bawa atap.
Apabila sudut atap landai, maka atap menjadi lebih
rendah dan menyebabkan ruang antara atap dan
pelfond lebih sempit. Kondisi yang seperti ini
menyebabkan pertukaran udara di dalam ruang antara
atap dan plafond
kurang maksimal sehingga
mengakibatkan udara pada ruang di bawah plafond
akan terasa lebih panas. Untuk itu sebaiknya membuat
atap dengan kemiringan yang ideal yaitu 450.

29

Pedangkan dari beberapa jenis atap yang digunakan


pada umumnya, jenis atap pelana yang lebih mampu
mengeleminasi udara panas akibat radiasi matahari
sebelum masuk ke ruangan. Hal ini disebabkan karena
atap plana memiliki dinding pada dua sisi yang bisa
menjadi penyangan ventilasi yang berfungsi untuk
mengurangi udara panas yang berasal dari radiasi
matahari, sebelum masuk ke dalam ruangan di bawah
plafond.

9. Memaksimalkan Penggunakan Material Alam


Untuk Bahan bangunan
Semakin banyak kita menggunakan material alam di
dalam membangun rumah atau bangunan maka
semakin membawa efek yang positif pada suhu udara
yang masuk ke dalam ruang. Hal tersebut dikarenakan
bahan alam yang digunakan sebagai bahan bangunan
seolah memberi ikatan antara bangunan dan alam
sekitarnya. Keterikatan tersebut diakibatkan karena
material alam tidak mengalami banyak proses dalam
pembuatannya, dibandingkan material pabrikasi.
Material yang tebal dapat membantu meredam
pengaruh panas matahari yang masuk ke dalam ruang
yang akan mempengaruhi suhu udara pada ruang
dalam.

30

10. Penerapan Warna


Penerapan warna terang tidak hanya menimbulkan
kesan bersih dan luas, tetapi juga tidak meyerap radiasi
panas matahari.
Dalam teori warna, warna gelap menyerap panas dan
warna terang atau pastel dapat memantulkan panas.
Teori ini juga berlaku pada bangunan dan interior. Oleh
sebab itu untuk penerapan warna pada bangunan dan
interior sebaiknya menggunakan warna-warna pastel
(warna yang dicampur putih) atau putih, sehingga
mengakibatkan suhu udara lebih terasa sejuk.

11. Teritisan atau overstek


Tritisan atau overstek sebaiknya dibuat lebih lebar
karena semakin lebar tritisan maka udara di dalam
ruangan akan semakin sejuk disebabkan oleh radiasi
matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruang dalam
dan disamping itu air hujan tidak akan tampias (lihat
gambar.10).

31

Gambar. 10, Teritisan pohon dengan dimensi yang lebih lebar, pada rumah susun
(Sumber: Majalah Tren Property, Bahan bangunan (gaya hidup. Housing Estate)

32

12. Membuat ruang Transisi


Membuat ruang transisi seperti canopy atau teras yang
berfungsi sebagai area peralihan yang dapat
menciptakan iklim mikro, baik di dalam bangunan
maupun di sekitarnya (lihat gambar.11).

Gambar. 11, Ruang transisi (Canopy atau teras)


(Sumber: Buku Rumah Modern Tropis)

33

Keberadaan canopy atau teras menyebabkan tekanan


udara di halaman mengembang karena panas dan
tekanan udara di canopy atau teras menjadi lebih
sejuk. Udara sejuk yang ada di canopy atau teras
kemudian bersirkulasi ke ruang dalam melalui
ventilasi, jendela atau pintu.
13. Penerapan konsep Open Space Dalam Interior
Konsep open space dalam interior ruang juga dapat
membuat udara dalam ruang bebas mengalir ke
seluruh ruang. Open space (ruang keterbukaan yang
dimaksud disini adalah ruangan-ruangan sebisa
mungkin tidak terbatasi oleh material massif seperti
tembok, kaca mati dll.
Kelompok ruang di dalam interior berdasarkan tingkat
privasinya dapat dibagi menjadi ruang public, semi
public dan privat. Biasanya ruang public dan semi
public sebaiknya hanya dibatasi dengan pembatas rakrak yang berlubang-lubang sehingga udara dapat
leluasa mengalir pada ruang-ruang tersebut.
Sedangkan untuk ruangan privat sebaiknya dibatasi
secara visual tapi masih memungkinkan udara untuk
melewatinya, seperti menggunakan material bambu.

34

14. Menata Furniture Yang Benar Di Dalam Ruangan


Penataan furniture dalam ruangan sebaiknya ditata
sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi sirkulasi
udara. Contoh jangan meletakan lemari yang tinggi dan
tertutup di tengah ruangan, sebaiknya lemari dengan
ketinggian dan desain tertutup di letakan rapat ke
dinding. Boleh meletakan lemari tinggi sebagai
pembatas ruang tamu dan ruang keluarga asal desain
lemari tersebut tidak tertutup melainkan banyak
lubang sehingga udara dapat bersirkulasi dengan bebas
(lihat gambar.12).

35

Gambar 12, Penataan furniture di dalam ruangan sehingga udara dapat bersirkulasi
(Sumber: Buku Rancangan Sendiri Rumah Anda)

36

15. Menghindarai Efek Rumah kaca

Materia transparan, seperti kaca bening yang


diterapkan terlalu berlebihan pada tiap sisi dinding
bangunan, membuat radiasi panas matahari masuk ke
dalam ruangan (gambar. 13). Hal ini menyebabkan
udara di dalam ruangan bertambah panas seiring
dengan bertambahnya waktu. Inilah yang disebut
dengan efek rumah kaca. Gorden tidak termasuk
material penghalang panas radiasi matahari tapi hanya
dapat menghalangi cahaya saja, sedangkan panas
matahari tetap masuk ke dalam ruangan.
16. Menananam Tanaman Di Halaman

Tananaman juga dapat membantu mendinginkan


udara luar sebelum masuk ke dalam ruangan karena
tanaman mampu menyerap radiasi matahari. Peletakan
tananman sebaiknya ditata sedemikian rupa, seperti
yang berjenis pohon besar kita letakan agak jauh dari
bukaan pintu dan jendela, sehingga tidak menghalangi
angina tau udara yang masuk melalui pintu dan tidak
menghalangi apabila daun jendela di buka. Sedangkan
tanaman-tanaman yang tidak terlalu tinggi, ditanam di

37

bawah bukaan jendela. Sebaiknya pilih tanaman yang


berdaun lebat karena agar tanaman tersebut dapat
berfungsi optimal dalam menyerap udara panas akibat
radiasi matahari dan dapat menyaring udara kotor
akibat polusi udara sehingga udara yang masuk ke
dalam ruangan dengan kondisi sejuk dan bersih.

17. Mendisteribusikan udara secara merata dengan


batuan kipas angin

Apabila kita membeli bangunan yang sudah jadi dan


ternyata letak ventilasi bersebrangan mengakibatkan
udara yang masuk tidak merata terdistribusi pada
ruangan tetapi udara yang sudah masuk langsung ke
luar sehingg udara dalam ruangan terasa panas. Untuk
pemecahan jangka pendek bisa dibantu dengan
pengudaraan mekanis seperti kipas angin yang
digantung pada plafond (lihat gambar 15) untuk
mendistribusikan udara dengan
merata dalam
ruangan.

38

Gambar 14, Kipas angin yang digantung pada plafond untuk mendistribusikan
udara secara merata (Sumber: Tugas Mahasiswa Pengetahuan Bahan bangunan,
Kelompok VI)

Apabila dalam satu bangunan terdapat ruang dan pada


ruang tersebut hanya terdapat satu ventilasi pada satu
sisi dinding maka dalam ruang tersebut tidak ada
ventilasi untuk mengeluarkan
udara kotor yang
bermuatan CO2 akibat dari hasil metabolism manusia
pemakai ruangan tersebut, polusi kimia dari material

39

sintetis yang digunakan sebagai material elemen


pembentuk ruang, material fasilitas dan material
finishing yang digunakan pada interior
ruang
tersebut,kondisi yang demikian menyebabkan udara
dalam ruang tersebut kotor dan penggap.
Apabila terus menerus terpapar maka mengakibatkan
terganggunya kesehatan penghuninya dan material
yang digunakan pada ruangan tersebut akan mudah
using karena udara yang terlalu lembab . Untuk itu
pemecahan jangka pendek dapat memasang
exhauspen
pada salah satu dinding untuk
mengeluarkan udara kotor, tetapi kalau tidak
memungkinkan memasang exauspen pada dinding
maka exhaust fan dapat dipasang pada plafond.
18. Membuat ventilasi cerobong arang
Pada jaman dahulu di Mesir dan negara-negara gurun
pasir menggunakan cerobong arang (Gambar. 15)
sebagai ventilasi untuk mendapatkan udara yang sejuk
dalam ruangan.

40

Gambar 15, Cerobong udara pada zaman dulu di Mesir, merupakan system AC
sederhana (Diseket ulang oleh Ida Mulyati, 2010)

41

Sistem ini juga sangat baik apabila diterapkan di


Negara kita, di daerah-daerah kering atau di daerah
pantai untuk menyejukan udara dalam ruang. Sistem
ini sangat baik karena tanpa kita membayar banyak
untuk membeli AC
disamping itu juga dapat
menghemat energy listrik.
Ventilasi cerobong arang adalah ventilasi dengan
membuat cerobong pada dinding rumah dengan
lubang disesuaikan dengan arah datangnya angin
terhembus permanen. Dengan masuknya angin ke
dalam cerobong dari atas turun ke bawah, sehingga
angin melewati kerawangan yang berisi arang. Arang
selalu dalam kondisi basah karna selalu mendapat
tetesan air dari bejana yang bagian bawahnya diberi
lubang-lubang kecil. Untuk itu Air dalam bejana
tersebut harus selalu terisi.
Arang yang basah tersebut berfungsi sebagai filter
(penyaring) udara dan sekaligus mendinginkan udara
karena efek dari arang yang basah. Udara yang telah
bersih dan sejuk kemudian dialirkan ke dalam ruangan
melalui lubang yang telah disiapkan.

42

Ternyata sisitem ini dapat menurunkan suhu udara luar


dengan selisih 7oF. Cara ini sering disebut system air
conditional yang sederhana.
C. Segi Positif penggunaan Penghawaan Alami
Banyak segi positif yang kita dapat apabila kita
memanfaatkan penghawaan alami dengan maksimal
antara lain :
1. Ikut menjaga sumber energy listrik
2. Udara alam yang bersih dengan volume yang cukup
dalam ruang dalam akan menyebabkan manusia
yang beraktivitas dalam ruang tersebut menjadi
lebih sehat
3. Ikut menjaga keutuhan lapisan ozone sebagai
pelindung bumi dari radiasi sinar matahari dan
benda-benda ruang angkasa.
4. Penerapan pintu dan jendela sebagai sumber udara
alami masuk ke dalam ruangan dapat menambah
nilai estetika pada bangunan.
5. Dll.

43

IV
PENGHAWAAN BUATAN
Apabila lokasi bangunan berada di daerah perkotaan
yang sangat padat dengan bangunan bertingkat dan
sangat sedikit atau sama sekali tidak terdapat lahan
untuk menanam pepohonan sehingga menjadikan
tinggkat polusi udara tinggi, dengan kondisi seperti ini
berarti jalan satu-satunya harus menggunakan
penghawaan buatan (AC).
Dalam merancang penghawaan buatan yang hemat
energi, kita harus berusaha sepenuhnya mengelola
seluruh potensi bangunan agar tercapai kualitas udara
dalam ruang yang sebaik-baiknya dengan energy AC
yang serendah-rendahnya. Dengan kata lain apabila kita
akan menggunakan penghawaan buatan, titik tolak
perfikirnya bukan dari AC dulu, tetapi dari desain
bangunannya. Ketika kita mendesain suatu bangunan
yang natinya akan menggunakan penghawaan buatan
(AC), berarti kita akan membuat atmosfer di dalam
ruang tersebut sesuai kehendak kita untuk tercapai
kesehatan dan kenyamanan. Untuk itu yang harus
difikirkan di dalam merancang bangunan dan ruangruang dalam bangunan agar tercapai tujuan di atas
antara lain :

44

1. Mengorientasikan bangunan kea rah utara-selatan


guna meminimalkan penyerapan pengaruh maksimal
radiasi matahari. Apabila orientasi bangunan
membujur ke arah timur-barat, mengakibatkan
bidang bangunan akan menyerap radiasi matahari
dengan maksimal. Panas radiasi matahari akan
merambat ke dalam ruangan dan menjadi beban bagi
AC. Dengan kondisi seperti ini kerja AC
akanbertambah berat dan memerlukan energy listrik
yang lebih banyak. Apabila orientasi timur-barat tidak
bias dihindarkan, maka jalan satu-satunya untuk
pemecahan ini dengan mengusahakan sisi timurbarat bangunan terbayangi secara maksimal,
misalnya menanam jenis pohon yang daunnya
rimbun, memperlebar ritisan atau memasang tirai di
sebelah luar. Usaha ini bertujuan agar panas radiasi
matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruang agar
kerja AC tidak terlalu berat sehingga bias menghemat
energy listrik .
2. Memilih bahan bangunan yang dapat meredam
panas sehingga panas radiasi matahari tidak
maksimal masuk ke dalam ruangan. Untuk itu
diajurkan untuk memakai bahan bangunan yang
memiliki nilai transmitan rendah (bersifat isolator)

45

dan bernilai refleksi tinggi (warna cerah), tanpa harus


membuat silau tetangga.
3. Hindari menggunakan ventilasi udara yang tidak
dapat ditutup pada saat menghidupkan AC. Dengan
kondisi yang demikian mengakibatkan udara panas
dari luar mengalir ke dalam ruangan sedangkan
udara sejuk yang dihasilkan oleh AC mengalir lagi ke
luar. Akibat dari kondisi seperti ini lama-kelamaan AC
mengalami kebocoran dan tidak dapat lagi
menghasilkan udara sejuk.
4. Membuat ketinggian plafond yang tidak terlalu tinggi,
cukup 280 300 cm sehingga volume udara tidak
terlalu besar dan mengakibatkan kerja AC tidak
terlalu berat.
5. Khususnya pada ruang ruang perkantoran sebaiknya
di buat dinding-dinding penyekat yang tidak terlalu
tinggi karena apabila menggunakan AC jenis split,
maka penyebaran udaranya sejuk akan terdistribusi
secara merata (tidak terhalang).
6. Menata denah bangunan untuk melokalisir panas
dan kelembaban. Kelompok ruang yang menjadi
sumber panas, bau, dan lembab (dapur dan kamar

46

mandi) sebaiknya di pasang exhaust fan sehingga


udara panas,asap dan bau dapat terbuang ke luar
ruangan. Apabila tidak dibuang ke luar ruangan dan
ruangan menggunakan AC maka bau yang tidak
sedap akan melekat dan bertahan lebih lama dan
asap panas dari kompor akan membuat AC berkerja
lebih berat. AC yang berkerja terlalu berat
memerlukan energy listrik lebih banyak dan
disamping itu ACmenjadi cepat rusak.
7. Menata ruang untuk merokok dan ruang bebas
rokok. Ruang untuk area merokok berarti tidak akan
dipasang AC sedangkan ruang bebas rokok berarti
menggunakan AC. Karena apabila ruang-ruang
tersebut di satukan maka asap rokok akan
menimbulkan bau yang tidak sedap dan dengan
menggunakan AC bau tersebut akan melekat.
Disamping itu kerja AC akibat panas asap rokok akan
berat.
8. Walaupun kita merancang ruangan untuk
menggunakan penghawaan buatan (AC), tetapi tetap
kita menerapkan bukaan (jendel dan ventilasi) karena
apabila listrik padam dan pada waktu pagi hari udara
masih bebas polusi kita dapat membuka jendela atau
ventilasi untuk mendapatkan udara segar.

47

A. Jenis-Jenis Penghawaan Buatan


Penghawaan buatan (AC) ada beberapa jenis antara lain
AC central, AC split, AC Window ,AC portable. AC
central biasanya di pasang pada plafond dan di atas
plafond dilengkapi dengan dakting-dakting AC dan
memiliki ruangan mesin khusus (lihat gambar.1).

Gambar 16, AC Centeral (sumber: Serial Rumah Hemat Energi)

48

AC split adalah AC yang dipasang mengantung di


tembok, tembok dilubangi sebesar selang pembuangan
dan kabel yang menghubungkan ke mesin AC yang
diletakan di luar bangunan dengan disediakan ruangan
khusus untuk mesin AC (lihat gambar.17).

Gambar 17, AC Sput (Sumber: Serial rumah Hemat Energi)

AC Window adalah AC yang dimana mesinnya menjadi


satu dengan badan ACnya sehingga harus di pasang
dengan melubangi tembok sebesar AC sehingga badan
belakang(mesin AC) menjorok ke luar halaman di sanga
dengan besi siku atau sejenisnya, sedangkan bagian
dalam ruang hanya menojol kurang lebih 4-5cm(setebal
tutup filter AC (lihat gambar.18).

49

Gambar 18, AC Window (Sumber: Serial rumah Hemat Energi)

AC portable adalah jenis pendingin udara yang dapat


dipindah-pindahkan, tetapi AC jenis ini tidak
menggunakan preon tetapi proses pendinginan udara
menggunakan air yang terkadang dapat dicampur
aroma terapi untuk menenangkan pikiran (Gambar 19).

50

Gambar 19, (Sumber: Serial Rumah Hemat Energi)

51

B. Memilih AC yang Tepat


Dalam memilih AC pilihlah AC yang memiliki label hemat
energy, salah satunya adalah dengan sensor gerak ,jika
ruangan tidak dihuni AC akan beroperasi dengan tenaga
lebih kecil yang akan menghemat 20-30% energ1 listrik.
Teknologi seperti itu dinamakan inverter yang akan
menyesuaikan kapasitas pendingin dengan cara
memperlambat atau mempercepat aliran kompresor,
jadi tidak harus dihidup matikan sehingga energy listrik
dapat dihemat sampai 1/3 nya.
Sebelum membeli AC sebaiknya menghitung kapasitas
daya AC agar sesuaikan dengan besaran ruangnya dan
sebaiknya memilih AC yang menggunakan teknologi
modern tanpa menggunakan preyon. Pemikiran seperti
di atas disamping untuk hemat energi juga tidak
merusak ozone. Disamping itu apabila kita akan
membeli AC split atau AC Window, sebaiknya melihat
besaran EER (Energy Eficiency Rating). Semakin tinggi
nilai EERnya maka AC akan semakin efisien dalam
mengkonsumsi energi.
Untuk hemat energy, apabila ruang cukup besar dan
ingin sekaligus mendinginan keseluruhan ruang yang
ada pada bagunan maka sebaiknya menggunakan AC

52

central karena akan lebih efisien dibanding


menggunakan jenis AC split atau AC Window. AC central
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan gedung
Seperti mall, perkantoran dll. Tetapi apabila hanya
beberapa ruang saja yang perlu didinginkan, maka lebih
hemat menggunakan AC split atau AC Window. Jenis AC
central, AC split atau AC Window tidak mudah dipindahpindahkan tetapi AC portable merupakan AC yang
mobile (dapat dengan mudah dipindahkan).
C. Menghitung PK AC Sesuai Dengan Besaran Ruang
Untuk Hemat energy disamping memilih jenis AC yang
tepat juga harus menghitung daya AC yang sesuai
dengan besarnya ruang. Ukuran daya AC sangat penting
karena apabila dayanya lebih besar dari ketentuan
besaran ruangnya maka ruangan akan terasa terlalu
dingin dan apabila sebaliknya maka ruangan akan terasa
masih panas karena daya AC tidak mampu
mendinginkan keseluruhan ruang. Tetapi apabila kita
menggunakan AC split yang menggunakan rimout
control dengan daya lebih besar dari ketentuan besaran
ruangnya maka memang dinginnya udara dalam ruang
dapat diatur, tetapi tetap akan boros energi karena
untuk daya yang lebih besar dari besaran ruang akan

53

memerlukan energy lebih besar pada saat mulai


menghidupkan (star).
Seperti pembahasan di atas apabila kita membeli AC
sebaiknya melihar EERnya. EER didapat dari nilai BTU
yang dibagi dengan nilai daya (watt). BTU (British
Thermal Units) adalah satuan energy. Contohnya untuk
mendapatkan nilai EER adalah apabila satu unit AC split
dengan kapasitas 7000 BTU menggunakan energy atau
daya sebesar 655 watt, maka EERnya dapat kita hitung
sebesar 10,7 yang didapat dari 7000 (BTU) / 655 watt.
Untuk selanjutnya kita harus mempelajari mencari
nilai BTU ( British Thermal Units).
BTU = P x L x 500BTU
Ketentuan:
P
= Panjang ruangan
L
= Lebar ruangan
500 BTU = Jumlah yang sudah ditentukan
BTU dihitung untuk menentukan kapasitas daya AC
dalam PK yang diperlukan sesuai dengan besaran atau
volume ruang. Contoh perhitungan :
Diketahui :
P
= 300 cm
L
= 400 cm

54

500 BTU

= Jumlah yang sudah ditentukan

BTU = 300 x 400 x 500


= 6000 BTU
Kemudian untuk mencari daya AC, kita harus
memasukan hasil dari BTU yang didapat ke dalam table
yang telah ditentukan .

N0
1.
2.
3.
4.
5.

Daya AC (dalam BTU)


5000
7500
9000
12000
16000

Daya AC (dalam PK)


1/2
3/4
1
1 1/2
2

Tabel.1
untuk menentukan daya AC dalam PK khusus untuk
pemakaian AC split atau AC Window

55

Perhitungan yang diperoleh 6000 BTU setelah dicocokan


di dalam table berada antara 5000 dan 7500. Untuk
menentukan besaran PK AC yang digunakan dapat
dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
Untuk penggunaan AC di daerah dataran rendah
yang biasanya kondisi udaranya lebih panas dari
dataran tinggi kita pakai daya AC yang lebih
tinggi yaitu : PK
Untuk penggunaan AC di daerah dataran tinggi
yang kondisi udara luarnya lebih sejuk kita pakai
daya AC yang lebih rendah yaitu : PK
Dengan menghitung daya AC (dalam PK) sesuai dengan
kebutuhan ruang maka kita telah mampu
mengoptimalkan fungsi Ac untuk mendapatkan udara di
dalam ruang yang lebih nyaman disamping itu juga
dengan cara ini kita dapat menghemat energy listrik.
Terkadang dengan keterbatasan kita mengenai cara
menghitungan PK AC yang sesuai dengan besar ruangan
dan terkadag penjual ingin AC dengan PK besar yang
laku karena harganya lebih mahal. Kejadian yang seperti
ini terkadang menimbulkan ketidak sesuaian antara
daya AC dengan besaran ruang. Terkadang Daya (PK) Ac
yang dibeli terlalu besar atau PK AC terlalu kecil dengan
besaran ruang sehingga harus menggunakan dua (2)

56

buah AC dalam satu ruang. Hal inilah yang


mengakibatkan pemborosan biyaya termasuk boros
energy listrik.
D. Cara Merawat AC
Untuk merawat AC agar tidak membuang-buang energy
listrik yang terlalu banyak antara lain :
1. Menggunakan waktu (timer) yang terdapat pada
rimot AC. Misalnya AC diprogramkan mati saat
kita meninggalkan rumah dan hidup lagi 30
menit sebelum kita tiba di rumah. Dengan cara
ini AC tidak hidup terus yang membuat AC cepat
rusak dan disamping itu juga ruangan akan tetap
nyaman pada saat kita ada di dalamnya. Dan
yang lebih penting energi listrik akan lebih
hemat.
2. Membersihkan filter AC setiap bulan. Filter yang
kotor membuat AC berkerja lebih berat. Hal ini
akan mengakibatkan AC cepat rusak karena
mesin AC kerja mesin AC lebih berat dengan
kondisi filter kotor. Disamping itu apabila filter
dalam kondisi bersih udara yang keluar akan
lebih banyak dan lebih bersih sehingga ruangan
akan lebih nyaman dan setelan AC tidak tidak

57

perlu terlalu rendah, untuk itu hemat energi bias


tercapai.
3. Membersihkan evavorator (saluran pembuangan
air pada AC split atau AC Window apabila udara
AC yang keluar sudah terasa kurang dingin.
Dengan menyemprot evavorator dengan selang
air dengan kecepatan sedang.
4. AC unit (biasanya di katakana mesin AC) yang
terletak di luar (halaman) sebaiknya dibersihkan
juga untuk kinerjannya lebih baik.

58

V
PENCAHAYAAN ALAMI

A. Memanfatkan Penerangan Alami


Cahaya alami dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan penerangan terutama disiang hari saat tidak
mendung atau hujan. Dengan adanya cahaya matahari
pada siang hari tidak perlu lagi menyalakan lampu.
Maka dengan memanfaatkan cahaya alami secara
maksimal berarti kita telah menghemat energi listrik
yang sumbernya dari tahun ke tahun semakin
berkurang.
Indonesia termasuk Negara tropis, pada musim
kemarau matahari bersinar dari pagi sampai sore hari.
Dengan kondisi demikian tinggal bagaimana cahaya
matahari untuk maksimal masuk ke dalam ruang dalam.
Tetapi harus difikirkan jagan sampai radiasi panasnya
mempengaruhi suhu di dalam ruangan.
Untuk mengatisipasi panas matahari yang terlalu
maksimal masuk ke dalam ruang dalam maka seorang
desainer arsitektur dan interior harus memikirkannya.
Desain bangunan dan interior yang baik dari segi
pencahayaan alami yaitu tercermin dari letak dan Jenis

59

bukaan yang sesuai dengan kebutuhan ruang dengan


tetap memikirkan nilai estetisnya. Kebutuhan bukaan
untuk masuknya cahaya alami minimal dalam satu
ruang kurang lebih 9% dari total luas ruangan. Nilai ini
dihitung dari banyaknya cahaya yang jatuh pada bidang
kerja per satuan luas/m2. Misalnya sebuah ruangan
dengan dimensi 4m x 3m = 12m2 memiliki jendela
dengan dimensi 2m x o,6m= 1,2m2, maka :
Tingkat pencahayaan alami yang masuk di
dalam ruangan 1,2/12 x 100% = 10%
Nilai 10% yang didapat sudah memenuhi kebutuhan
minimal untuk ruang tersebut. Tetapi menurut data SNI
(, banyak lubang cahaya adalah idealnya 20% dari luas
seluruh dinding. Jagan sampai terlalu banyak cahaya
masuk akan berakibat ruangan menjadi tidak nyamanan
Karena suhu udara dalam ruang akan meningkat dan
dapat menimbulkan silau pada mata.
B Mengelola Panas Matahari dalam Ruangan
Untuk mengelola panas matahari yang masuk ke dalam
ruangan, maka ada langkah-langkah yang harus kita
lakukan supaya radiasi matahari tidak membuat suhu
ruangan menjadi tambah panas. Langkah-langkah
tersebut antara lain :

60

1. Menghindari efek rumah kaca


Rumah kaca yaitu terlalu banyaknya ventilasi atau
jendela
yang
menggunakan
material
kaca
(Gambar.20).

Gambar. 20, Contoh Rumah Kaca (Sumber: Tugas mahasiswa pengetahuan bahan
bangunan (kelompok I).

61

Kondisi yang demikian akan mengakibatkan efek


rumah kaca dimana suhu ruangan meningkat akibat
radiasi matahari yang berlebihan masuk ke ruangan
tersebut. Untuk itu di dalam mendesain bangunan
atau ruangan dalam sebaiknya memperhitungkan
WWR (Wall Window Ratio). WWR adalah
perbandingan luas jendela dengan luas seluruh
dinding. Dari ketentuan ini nilai idealnya adalah 20%
dari luas keseluruhan dinding, sesuai dengan yang
telah dibahas di atas. Misalnya ruangan yang
berukuran 5m x 5 m = 25m2, maka luas bukaan edial
dapat dihitung :
20% x 25m2 = 5m2
Luas tersebut dapat dipenuhi dengan jendela yang
berukuran 1,60m x 0,60m = 0,96m2 x 4(empat
buahjendel) = 3,84m2. Sisa dari pengurangan 5m2 3,84m2 = 1,16m2 kita dapat terapkan pada ventilasi.
Apabila ventilasi digunakan dengan material kaca
maka harus memenuhi ukuran 1,16m2. Tetapi apabila
yang digunakan jenis kerawangan atau ukiran kita bias
menggunakan ukuran ventilasi melebihi 1,16m2
karena kerawangan atau ukiran hanya sebagian kecil
saja dapat memasukan sinar ke dalam ruangan.

62

2. Penempatan bukaan atau ventilasi yang tepat


Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat
diatur sedemikian rupa dengan memperhitungkan
orientasi bukaan (arah bukaan). Disamping arah
bukaan ,ketinggian
peletakan bukaan harus
diperhitungkan, supaya sudut tajam matahari yang
masuk pada pagi dan sore hari tidak menggangu
aktivitas yang terjadi pada ruang dalam.
Angka radiasi disetiap arah mata angin berbeda-beda.
Seperti dapat dilihat dari table di bawah yang didapat
dari data pencatatan radiasi di kota Jakarta yang
dilakukan antara antara jam 07.00 WIB sampai dengan
jam 18.00 WIB.
Orientasi Utara
Angka
Radiasi

130

Orientasi

Selatan

Angka
Radiasi

97

Timur
Laut
113

Timur

Tenggara

112

97

Barat
daya
176

Barat

Barat
Laut
211

243

Tabel.2 Radiasi Matahari (SF,W/m2) untuk Berbagai


Orientasi

63

Peletakan bukaan atau ventilasi juga ditentukan oleh


fungsi dari ruang dalam. Dengan memanfaatkan
cahaya matahari sesuai dengan fungsi ruangnya
maka dapat mendukung aktivitasdalam ruang
tersebut.
3. Memilih warna finishing material yang tepat
untuk material bukaan
Merancang bukaan untuk masuknya cahaya alami juga
harus memperhatikan warna finishing material yang
digunakan karena warna juga mempengaruhi tinggi
rendahnya refleksi atau pantulan cahaya matahari
yang mempengaruhi suhu dalam ruang. Seperti
misalanya warna terang lebih banyak memantulkan
cahaya dari pada warna gelap.
Warna putih memantulkan cahaya matahari 70%-80%,
warna terang biru muda, kuning muda, hijau muda,
coklat muda dan warna muda lainnya yaitu mampu
memantulkan cahaya matahari 20%-60%. Sedangkan
warna gelap hitam, abu-abu tua, coklat tua dll
memantulkan cahaya <20%. Untuk itu dapat kita
simpulkan apabila kita menggunakan finishing dengan
warna-warna gelap untuk material bukaan maka suhu
udara dalam ruang akan lebih panas dibandingkan

64

dengan menggunakan warna-warna yang terang


karena warna gelap lebih bersifat menyerap panas
yang mengakibatkan suhu udara ruangan akan
bertambah panas.
4. Memilih warna finishing yang tepat untuk elemen
pembentuk ruang dan furniture.
Warna finishing untuk elemen pembentuk ruang
(lantai, dinding dan plafond) dan furniture sebaiknya
dipilih warna-warna terang karena warna-warna
terang lebih bersifat memantulkan cahaya sehingga
suhu dalam ruangan teras lebih sejuk.
5. Menanam pepohonan di halaman
Dengan menanam jenis tanaman pohon-pohonan
yang tidak terlalu rindang daunnya, dan juga berfungsi
sebagai paying alami. Apabila terdapat pepohonan di
halaman sekitar bangunan kita dapat menempatkan
bukaan pada sela-sela antara pohon sehingga radiasi
matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruangan
hanya sinarnya yang maksimal masuk ke dalam
ruangan membuat suhu udara dalam ruangan lebih
sejuk.

65

6. Meminimalkan sekat-sekat dalam ruangan


Meminimalkan sekat-sekat atau dinding pembata,
ruang
menjadi
lapang
dengan
kata
lain
menggabungkan fungsi ruang (ruang multi fungsi),
Dengan ruangan yang lebih lapang maka cahaya alami
yang masuk ke dalam ruangan akan lebih merata.
C. Modifikasi Untuk Bukaan Yang Kurang Maksimal
Jika bangunan sudah terbanguna dan untuk jumlah
bukaan yang kurang maksimal, maka kita dapat
melakukan beberapa cara modifikasi antara lain :
1. Memasukan cahaya matahari dari atap
Langkah ini diterapkan untuk bangunan-bangunan yang
sebagian besar sisi dindingnya berhimpit dengan
dinding tetanga.Untuk itu jalan satu-satunya
memasukan cahaya matahari dengan teknik skylight
(Gambar.21).

66

Gambar. 21, Ventilasi atap dengan teknik skylinght


(Sumber: Serial rumah Hemat Energi)

Teknik skyling adalah bukaan pada bidang atap


bangunan . Biasanya beberapa genting pada atap
diganti dengan genting transparan (kaca) atau lembaran
fiberglass. Sedangkan pada tiap-tiap ruang, plafondnya
juga harus diberi bukaan dan ditutup dengan kaca atau
fiberglass untuk meneruskan sinar ke tiap-tiap ruang.
Bukaan dengan posisi horizontal atau agak miring
membuat cahaya alami dapat masuk dan dapat
menyinari keseluruhan ruangan dengan merata

67

sehingga menggurangi penggunaan lampu dari pagi


hingga sore.
Bukaan-bukaan tersebut sebaiknya dibuat diantara dua
sisi dinding sehingga dapat mengurangi kontras cahaya
(antara gelap dan terang) yang menyebabkan mata
kurang nyaman.
2. Menganti sebagian
material glass block

bidang

dinding

dengan

Material glass block dapat digunakan untuk


menyalurkan sinar alami dari matahar ke dalam
ruangan. Bahan ini tidak menimbulkan menyalurkan
efek silau dan panas panas matahari karena material ini
memiliki ketebalan dengan dimensi yang cukup tebal
sehingga udara di dalam ruangan tetap teras sejuk.

Glass Block (Gambar.22) adalah kaca yang dicetak


dengan dimensi yang cukup tebal(15cm) sesuai dengan
tebal dinding sehingga tidak ada masalah apabila
membobok sebagian dinding dan digantikan dengan
glass block. Karena kuat dan memiliki presisi yang baik,
glass block mampu menanggung beban secara vertical
dan horizontal dengan penguatan beton. Saat sekarang

68

ini glass block dibuat dengan beraneka macam warna


sehingga apabila digunakan sebagai salah satu bahan
alternative elemen pembentuk ruang juga mampu
menambah nilai estetis dari bangunan tersebut.

Gambar. 22, Gllas Block yang dipasang pada salah satu dinding rumah

69

3. Menganti sebagian bidang dinding dengan kaca


Jenis kaca yang cocok untuk mengganti sebagian
bidang dinding untuk memperoleh cahaya matahari
yang maksimal masuk ke dalam ruangan dan dapat
meredam efek panas radiasi matahari sehingga tidak
mempengaruhi suhu ruang adalah jenis Radiation
Repelling Glass.
Tetapi beda halnya apabila satu bangunan yang
kebanyakan sisi dindingnya dipasang kaca bening jenis
biasa kita harus memodifikasi supaya radiasi panas
sinar matahari tidak maksimal masuk ke dalam ruangan
sehingga membuat suhu di dalam ruangan mencapai
panas maksimal. Untuk meredam panas matahari
tanpa menghilangkan cahaya yang masuk ke dalam
ruangan kita bias memodifikasi dengan memasang
vertical atau horizontal bland, gorden atau kerai yang
dipasang pada bidang jendela di dalam ruangan. Tetapi
bisa juga dipasang pada bagian luar sebagian jendela
kisi-kisi terbuat dari material kayu yang tahan terhadap
cuaca luar dan air (kayu merbau, kayu ulin, dan kayu
bangkirai. Kisi-kisi tersebut dibuat dengan material
kayu dengan tujuan agar radiasi panas matahari tidak
maksimal mempengaruhi suhu dalam ruangan karena

70

material kayu adalah merupakan material pengantar


panas yang tidak baik.
Kisi-kisi tersebut tidak hanya mampu menahan panas
radiasi matahari tetapi juga mampu menambah nilai
estetis pada bagunan. Banyak bangunan modern yang
mengambil konsep natural minimalis menerapkan kisikisi untuk menahan radiasi panas matahari dan juga
untuk menambah nilai estetis pada bangunan.
Dengan langkah-langkah modifikasi bukaan yang
kurang maksimal dan yang terlalu maksimal maka efek
radiasi panas matahari yang mempengaruhi ruang
dalam dapat dikurangi, tanpa menghilangkan cahaya
yang masuk ke dalam ruangan sehingga suhu ruang
dalam tetap sejuk. Dengan membuat suhu ruang dalam
tetap sejuk maka penggunaan AC dapat diminimalkan
dan hemat energy dapat lebih tercapai.

71

VI
PENCAHAYAAN BUATAN
A. Lampu Sebagai Sumber Cahaya Buatan
Lampu sebagai sumber cahaya buatan yang
menggunakan
energy
listri
pada
waktu
menghidupkannya. Untuk itu apabila kita menggunakan
lampu jangan hanya sekedar nyala dan terang saja,
tetapi harus memperhatikan banyak hal agar fungsinya
menjadi optimal. Apabila kita menggunakan fungsi
lampu dengan optimal, berarti termasuk salah satu cara
untuk menghemat energi.
Lampu sebagai sumber cahaya terutama pada malam
hari dan pada saat kondisi mendung untuk mengantikan
cahaya alami. Mengingat kebutuhan lampu merupakan
rutinitas setiap hari maka apabila dihitung kuantitas
pemakaiannya sangat tinggi. Tingginya kuantitas
pemakaian akan mengakibatkan sangat boros akan
energy listrik apabila kita tidak bijak menggunakannya.
Cara yang binjak dalam penggunaan lampu adalah
pertama kita harus tahu berapa banyak cahaya yang
diperlukan dalam setiap jenis aktivitas atau pekerjaan,
harus dihitung berapa titik lampu yang diperlukan

72

berdasarkan dimensi ruang. Sedangkan yang kalah


penting untuk penggunaan fungsi lampu yang optimal
harus dapat memilih jenis lampu yang sesuai dengan
aktivitas yang akan dilakukan pada ruangan tersebut
sehingga dapat memberikan cahaya yang memadai.
Sedangkan untuk kelas ekonomi menengah ke bawah
konsumen selalu membeli lampu dengan pertimbangan
umur pakai (ketahanan dalam pemakaian) dari lampu
yang akan dipilih untuk digunakan.
Umur lampu ditentukan lamanya lampu tersebut
dinyalakan dalam satu hari. Semakin lama pemakaian
lampu dalam satu hari maka semakin pendek umur dari
lampu tersebut. Disamping itu juga umur lampu
dipengaruhi oleh voltase listrik yang naik turun yang
juga menyebabkan lampu cepat mati (tidak dapat
digunakan lagi), terutama kalau kita menggunakan
lampu jenis lampu pijar (Gambar.23).

73

Gambar. 23, Bentuk lampu Pijar


(Sumber: Majalah IDEA Tata Cahaya)

Apabila lampu fluoresensi (lampu TL) (gambar.24)


dibandingkan dari segi ketahanan dari lampu pijar,
maka lampu TL lebih awet dari lampu pijar karena
lampu TL memiliki masa hidup minimal lima kali lipat
dari lampu pijar. Disamping lebih awet, lampu
fluoresensi (lampu TL) lebih hemat energy.

74

Gambar. 24 Beberapa Bentuk Lampu


(Sumber: Buku desain Pencahayaan Arsitekstur)

75

B. Tingkat pencahayaan
Tingkit pencahayaan atau tingkat

pencahayaan (E)

dalam lux, yang diperlukan untuk setiap aktivitas akan


berbeda-beda, tergantung :
1. Usia
Tingkat pencahayaan ditentukan dari umur manusia.
Seperti contoh manula yang berumur 60 th memerlukan
tingkat cahaya 15x lebih tinggi utuk ruang beraktivitas
disbanding anak yang berumur 10 th (Gerafik.1).

Grafik. 1, Grafik untuk mengetahui tingkat pencahayaan yang dibutuhkan sesuai


dengan kamar (Sumber: Serial Rumah Hemat Energi)

76

2. Ukuran obyek yang dilihat


Semakin kecil ukuran obyek yang dilihat maka tingkat
cahaya yang diperlukan akan semakin besar dan
sebaliknya apabila obyek yang dilihat semakin besar
maka tingkat cahaya yang diperlukan akan semakin
rendah. Seperti misalkan ruang pajang perhiasan mas
atau perak memerlukan tingkat cahaya lebih besar
disbanding ruang pajang patung yang berukuran sedang
sampai besar.
3. Tingkat ketelitian atau kesulitan pekerjaan yang
dilakukan.
Jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat ketelitian
yang tinggi maka tingkat cahaya yang diperlukan akan
semakin tinggi. Seperti contoh pekerjaan tukang
reparasi jam, pekerjaan periasan mas atau perak dll.
Sedangkan pekerjaan yang memerlukan tingkat
ketelitian sedang maka tingkat pencahayaan yang
diperlukan juga sedang. Seperti contoh tukang masak,
tukang potong rambut dll. Tetapi ada juga pekerjaan
yang tidak memerlukan ketelitian rendah maka tingkat
pencahayaan yang diperlukan bisanya lebih rendah dari
tingkat pencahayaan yang tergolong sedang. Contoh
pekerjaan penyimpanan barang di gudang.

77

Tabel. 3
Standar Tingkat pencahayaan dalam ruang
No
Nama Ruang
1
2
A. Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian
:
Pengeboran
Asembleng ahkir
Hanggar untuk perbaikan
pesawat
Asembling :
Kasar
Sedang
halus
B.

C.

D.

Penjilidan buka :
Pemotongan,
penjahitan,
pelubangan
Embosing, pemeriksaan
Industri kimia :
Area pabrik
Ruang pencampuran
Injeksi dan kalendering
(industry plastik)
Ruang pengendali
Laboratorium
Ruang pemeriksa warna
Pabrik keramik :
Pencetakan, pengepresan,
pembersihan
Pewarnaan

Lux
3

750
1000
1000

300
1000
2000

750
2000

200
300
500
500
750
1000
300
2000

78

1
E.

F.

2
Industri kelistrikan :
Pengulungan (pembelitan)
Pekerjaan assembling :
Halus
Sangat halus

H.

Usaha laundry
Pencucian
Penyeterikaan
Mesin, sortir

1500
2000

1000
200

500
100
50
300
500
750

Pabrik kulit :
Pembersihan,pementangan
dan penyamakan
Pekerjaan akhir, scarfing

I.

500

Garasi mobil
Tempat perbaikan (reparasi)
Area untuk lalu lalang
Tempat parker :
Jalan masuk
Jalan lintas
gudang

G.

300
1000

Bengkel cat
pengamplasan
pendempulan
Pengecatan
Poles dan pengeringan

dan

500
1000
500

79
1
j.

K.

L.

M.

N.

2
Bengkel mesin :
Pengelasan
Pekerjaan kasar
Pekerjaan setengah halus
Pekerjaan halus
Industri percetakan :
Pemeriksaan warna
Komposisi
Pengepresan
Pembacaan/koreksi
Pabrik botol, vas kaca :
Ruang pencampuran bahan
Ruang pembentukan dan
peniupan
Ruang dekorasi
Ruang Etsa
Kantor dan Bank :
Lobi
Teller, penyimpanan
Tempat umum
Koridor, tangga berjalan
Kantor pos :
Loby
Ruang sortir surat
Gudang
Koridor

3
300
500
1000
2000
2000
100
750
1600
200
300
500
750

500
1500
150
200
300
1000
200
200

80
1
O.

P.

Q.

2
Hotel dan Motel :
Kamar mandi
Ruang cermin
Tempat tidur/membaca
Lobi depan
Ruang umum
Ruang pelayanan
Dapur
Sekolah dan kuliah
Tempat membaca
Papan tulis
Ruang menggambar
Laboratorium
Aula
Koridor
Perpustakaan
Lobi umum
Workshop
Restauran
Ruang makan dan kasir
Penerangan sekeliling ruang
makan
Ruang
caf
dan
bar
(remang-remang)
Dapur

3
100
300
50-200
750
200-400
100-200
250-400

300-750
1600
1000
1000
750
200
750
750
1000
500
200
30-50
250-400

81
1
R.

2
Teater
Auditorium
Foyer
Lobi masuk

S.

T.

U.

Penjualan dan pameran


Toko konvensional
Swalayan (supermarket)
Etalase took
Foods centre
Shopping centre
Ruang pameran museum dan
lukisan
Fair hall
Rumah tangga :
Tangga
Teras
Ruang makan
Ruang tamu
Ruang kerja
Kamar tidur anak
Kamar tidur utama
Kamar mandi
Dapur
Ruang samping
Ruang cuci dan seterika
Tempat Ibadah :
Ruang untuk jemaah
Mimbar untuk khotbah

50
50
200

300
500-750
1000
500
500
250-300
500
60
60
150-250
120-250
120-250
120
250
250
250-400
60
250
100
150

82

Tingkat pencahayaan (E) dalam lux untuk siang atau


malam hari besar yang dianjurkan sama. Yang berbeda
adalah lumen dari lampu yang dibutuhkan, artinya :
Pada waktu siang hari cahaya matahari yang
masuk dari jendela harus ikut diperhitungkan
pada waktu menghitung jumlah lampu yang
dibutuhkan.
Malam

hari

matahari,

karena tidak
maka

ada

penerangan

cahaya
hanya

bergantung pada lampu, jadi pemakaian


jumlah lampu pada malam hari jauh lebih
banyak dari siang hari.
Tingkat pencahayaan (E) daam lux yang dianjurkan
untuk suatu ruang kerja harus dibedakan, artinya antara
general lighting untuk seluruh ruangan dan penerangan
pada bidang kerja. Contoh untuk suatu perkantoran
ditentukan jumlah lux yang dianjurkan adalah 250 lux.
Disini berarti untuk general lighting tidak harus 250 lux,
tetapi yang lebih pentingditekankan adalah besarnya

83

penerangan di bidang kerja. Misalnya di area meja kerja


harus 250 lux, sedangan untuk general lihtingnya boleh
kurang dari 250 lux, karena memang tidak harus semua
sudut mendapat pencahayaan yang sama. Tetapi lain
halnya dengan ruang teras yang membutuhkan 60 lux,
penerangan teras berfungsi sebagai general lihting
sehingga penyebaran cahayanya harus merata.

C. Arah dan Distribusi cahaya


Untuk

arah

dan

distribusi

cahaya

yang

harus

diperhatikan guna usaha untuk menghemat energy


listrik adalah :
1. Menentukan jumlah lampu
Untuk mendapatkan distribusi cahaya yang merata
maka pertama-tama kita harus menghitung jumlah
lampu sesuai dengan fungsinya. Perhitungan jumlah
lampu dapat digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

84

Untuk mencari jumlah almatur pada bidang kerja (NA1)


dengan rumus :
NA1 = E.A1.p/z..B
Untuk mencarai jumlah almatur untuk menerangi
keseluruhan ruangan dengan merata (NA2) dengan
rumus:

NA2 = E.A1.p/z..B
Dari rumus-rumus ini ditentukan ;
NA1 = Jumlah almatur untuk bidang kerja
NA2 = Jumlah almatur untuk ruangan
E = Factor depresiasi atau factor pemeliharaan
(ditentukan nilainya 1,25)
A1 = bidang kerja (meja kerja) dalam m2
A2 = Luas ruangan dalam m2
B = Faktor utilitas/efesiensi ruang (%)
z = Jumlah lampu peralmatur
= Arus cahaya lampu (lm)

85

Contoh :
Untuk menghitung jumlah almatur pada bidang kerja
(NA1) dan jumlah almatur pada keseluruhan ruang
ruang kerja (NA2)

Diketahui
P = 1,25
E = 250 lux
A1 = 2 m2 (luas meja dan kursi kerja)
A2 = 20 m2(luas ruangan)
B = 40% (0,40)
Z=1
= 900 lm
NA1 = 250.2.1,25/1.900.0,40
= 2 buah
NA2 = 250.20.1,25/1.900.0,40
= 17 buah
Jadi NA1 = 2 buah
NA2 = 17 buah

86

2. Penempatan titik lampung


Menentukan penempatan titik lampu dengan cara
membagi titik lampu pada area-area yang dikehendaki
sesuai dengan fungsinya. Fungsi lampu di dalam
ruangan dapat dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu
general light, task light dan decorative light, safety light,
sleep light, disply light.

3. Cara pemasangan lampu


Jarak maksimum antara penerangan yang satu dengan
yang lain untuk mencapai distribusi cahaya yang merata
paling sedikit 70% dengan rumus sebagai berikut :

e/h 70%
Dengan ketentuan :
e = jarak antara pusat lampu yang satu dengan
yang lain (Gambar.25)

87

h = jarak antara lampu dengan bidang kerja


(Gambar.26)

88

4. Memilih jenis lampu


Dengan mengetahui fungsi dari lampu dalam satu
ruangan dan untuk mendukung fungsi lampu lebih
maksimal, kita harus memilih jenis lampu yang cocok
dengan fungsinya. Disamping itu dengan memilih
jenis lampu yang sesuai dengan fungsinya maka
distribusi cahaya ke bidang kerja atau benda yang
akan disinari akan lebih maksimal. Jenis-jenis lampu
yang sesuai dengan fungsinya untuk ruang dalam,
kita dapat lihat pada table.4.

89

NO
Jenis Lampu
1
2
A. Almatur wall light (lampu
dinding)

B.

Almature step light


( lampu tangga)

Fungsi Lampu
3
Decorative light,
sleep light

safety light

90
2
Almatur suspension
(lampu gantung)

3
general light ,
task light, decorative
light

D.

Compact fluorescent
lamp (lampu TL bentuk
kompak)

general light

E.

TL tabung

general light

F.

Lampu pijar

general light

G.

Almatur desk light


(Lampu duduk)

task light dan


decorative light,
sleep light

C.

91
1
H.

2
Almatur Spot light

3
disply light

I.

Almatur down light


(lampu tanam)

general light, disply


light

J.

Almatur standing light

task light, decorative


light

Tabel .4
Jenis-Jenis lampu sesuai dengan fungsinya untuk
pencahayaan ruang dalam

92

5. Pemeliharaan almatur (rumah lampu)


Almatur yang tidak baik kondisinya (kotor atau rusak)
maka fungsinya akan terganggu sehingga tidak dapat
mendisitribusikan cahaya lampu dengan maksimal.

D. Trik-Trik Menghemat Lampu


Untuk mengetahui cara menghemat energy melalui
pencahayaan buatan sebelumnya kita harus tahu
menghitung besarnya energy listrik yang kita pakai.
Untuk mencari energy listrik kita gunakan rumus :

Energi (kWh) = Daya (watt) x Waktu (hour)

Dari rumus ini kita akan mengetahui peluang untuk


menghemat enrgi (kWh), dapat dilakukan dengan cara :

93

1. Memperhitungkan daya lampu yang akan kita


pasang.
Perhitungan daya lampu dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain fungsi ruang (untuk menentukan
terang lampu), jenis lampu yang dipilih (mempengaruhi
tingkat cahaya yang dipancarkan), jumlah titik lampu
(agar distribusi cahaya lebih merata sesuai kebtuhan).
Contoh Perhitungan :
Diketahui luas ruang tidur 4m x 3m = 12m2
Daya Lampu: 1 buah (titik lampu) x 18 watt = 18 watt

Daya/Luas Ruang = 18/12 = 1,5 watt/m2


(memenuhi persyaratan hemat energy)

Menurut persyaratan SNI (standart konservasi energy),


industry 15 watt/m2.

94

2. Mengendalikan jam pengoperasiannya


dilakukan dengan tindakan:

dapat

dengan memanfaatkan pencahayaan alami untuk


mengurangi pemakaian lampu khususnya pada siang
hari.
Matikan lampu saat ruangan tidak digunakan,
peringatan tersebut harus ditempel pada setiap
saklar.
Menambah alat dimmer untuk mengatur kuat
pencahayaan dan sensor untuk mengatur secara
otomatis hidup matinya lampu (kalau gelap lampu
akan otomatis hidup dan kalau ada sinar matahari
lampu akan mati).
Hindari

menggunakan

satu

saklar

untuk

menghidupkan beberapa titik lampu karena kalau


saklar dihidupkan maka lampu yang tidak kita
perlukan ikut menyala.
Pilih lampu yang paling efisien sesuai dengan
penggunaannya.
Pilih jenis lampu yang hemat energy

95

Pakai lampu dengan jumlah yang sesuai dengan


besaran ruang.
Meletakan saklar di tempat yang mudah dilihat dan
dijangkau agar mudah mematikan dan menyalakan.
Gunakanlah daya sesuai dengan kebutuhan ruang.

Apabila kita dapat menghemat selama 100 watt selama


10 jam maka kita dapat menghemat energy sebesar
1000 watt/jam atau 1 kwh. Ini berarti dalam 100 jam
kita dapat menghemat 10 kali lipat yaitu 10 kWh. Energi
sebesar ini disetarakan dengan 0,75 liter solar atau 1,5
liter batu bara.

96

VII
PENUTUP
Sebagai bagian akhir buku ini, penulis ingin mengajak
pembaca agar tergugah untuk mulai memikirkan dunia
ini dengan menghemat energi. Energi memang sangat
penting bagi kita, dengan energi banyak hal yang dapat
kita kerjakan untuk kepentingan masyarakat luas.
Pada bagian penutup, penulis menaruh harapan agar
dimasa yang akan datang, hendaknya kita mesti hemat
energy. Buku ini merupakan pemikiran penulis agar
melalui penghawaan dan pencahayaan pada teknik
bangunan dan desain ruang dalam untuk para desainer
interior menjadi bahan pemikiran untuk mewujudkan
suatu penataan ruang yang ramah lingkungan. Dan juga
dapat memberikan kenyamanan bagi ruangan yang
didisain tengan pemikiran yang mengarah pada
penghematan energy di masa yang akan datang.
Unttuk itu, setelah membaca tulisan ini, diharapkan
pembaca
pemikiran
penulis,
guna
dapat
mengembangkan lagi pada wawasan yang lebih luas
sebagai bentuk pengembangan ilmu-ilmu desain interior
pada bidang-bidang yang multidisiplin.

97

KEPUSTAKAAN
Agnes Eallifa Hurtado. 2001. Home Furniture. Mexico:
D.F. Mexico.
Australia Today, June/July 1996. Town & Country Living.
Cristian Darmasetiawan, Lestari Puspakesuma. 1991.
Teknik Pencahayaan dan Tata Letak lampu,
jilid 1, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Heinz Frick, Antonius, AMS Darmawan. 2008. Ilmu
Fisika Bangunan, Yogyakarta : Kanisius.
Heinz Frick, FX. Bambang Suskiyatno.2007. Dasar-Dasar
Arsitektur Ekologi, Bandung : ITB.
IPL. ING. Y.B.
Mangunwijaya. 1981. Pasal-Pasal
Pengantar Fisika Bangunan, Jakarta : PT.
Gramedia
Kosmas Wahyu Novianto. 2009. Rumah Modern Tropis.
Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama.

98

K. Suhartono,dkk. Serial Rumah Hemat Energi, Jakarta :


Gramedia
Majalah Tren Property. 2007. Bahan Bangunan dan Gaya
Hidup. Vol. IV. November. Housing estate
(Hunian dengan view yang menawan)
Mohaimin. 2001. Teknologi Pencahayaan, Bandung :
PT. Rafika Aditama
Prasasto Satwiko. 2004. Fisika Bangunan 2, Edisi 1,
Yogyakarta : Andi Offset.
Parmonangan Manurung. 2009. Desain Pencahayaan
Arsitekrur, Yogyakarta : Andi Offset.
Rudi

Gunawan. 2009. Rencana


Yogyakarta : Kanisius.

Rumah

Sehat,

Sakti Pinandito, Fenty Arifianti, dan Cholirul Amin. 2009,


Jakarta : Trans Media.
Shielda Ima Iryandini (Kelompok I). 2008. Tugas
Pengetahuan Bahan Bangunan. Jurusan Desain

99

Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI


Denpasar.
Trung Nurjanah, dkk. (Kelompok VI). 2008. Tugas
Pengetahuan Bahan Bangunan. Jurusan Desain
Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI
Denpasar.

You might also like