You are on page 1of 13

HEMATOLOGI I

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Asisten

: Rafta Firmana Adhiem


: B0A014014
:1
: Liya Maratussalikhah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran

hematologi

merupakan

pengukuran

yang

meliputi

pengukuran kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, perhitungan total


leukosit dan pengukuran hematokrit. Hematokrit adalah istilah yang
menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100 mm 3
darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai Hematrokit adalah suatu istilah
yang artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel
darah merah (Hoffbrand dan Pettit, 1987).
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat
terspesialisasi yang dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973).
Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan berbagai unsur
yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari
eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit
atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan
tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson,
1992).
Eritrosit mempunyai peran sebagai media transport. Sedangkan leukosit
berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh sehingga memiliki sifat menembus
jaringan tanpa merusak jaringan tersebut. Darah sangat penting bagi
organisme, jika kekurangan atau kelebihan sel darah mengakibatkan tidak
normalnya proses fisiologis suatu organisme sehingga menimbulkan suatu
penyakit (Pearce, 1989). Transport oksigen dalam darah tergantung pada
komponen besi dalam pigmen respirasi biasanya haemoglobin. Haemoglobin
merupakan bagian dari sel darah merah yang mengikat oksigen. Darah terdiri
atas sel-sel dan fragmen-fragmen sel yang terdapat secara bebas dalam
medium yang bersifat cair yang disebut plasma darah. Sel-sel dari fragmen
sel merupakan unsur darah yang disebut unsur jadi. Sel ini berukuran cukup
besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Plasma darah
merupakan bagian yang cair dari darah yang terdiri dari 99 %air dan 8-9 %
protein (Kimball, 1988).

Hemoglobin adalah senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari


empat pigmen porfirin merah, masing-masing mengandung atom Fe ditambah
globulin yang merupakan protein globuler yang terdiri atas empat asam
amino. Kadar hemoglobin dan kadar glukosa setiap species berbeda-beda, hal
ini bergantung pada kebutuhan metabolisme species itu sendiri. Hemoglobin
bergabung dengan oksigen paru-paru disebut oksihemoglobin (Hoffbrand dan
Pettit, 1987).

1.2 Tujuan
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan memberikan keterampilan pada
mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan, mengetahui perbedaan
bentuk sel darah pada bebagai hewan, serta cara melakukan perhitungan sel
daraah merah, sel darah putih, dan kadar hemoglobin.

II. MATERI DAN CARA KERJA


2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum pada kali ini adalah darah ikan
nilem (Osteochilus hasseti), darah katak (Vejervarya cancrivora), larutan
Hayem, larutan Turk, larutan 0,1 N HCl.
Alat yang digunakan adalah haemometer, haemositometer, tabung sahli,
pipet kapiler, mikroskop, objek gelas, kaca penutup, spuit, dan hand counter.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Menghitung jumlah leukosit (pengenceran 10 kali)
1. Darah ikan dihisap dengan menggunakan mikropipet hingga
menunjukan angka 0,5 kemudian ujungnya dibersihkan dengan
kertas isap.
2. Larutan Turk dituang kedalam tabung reaksi sampai angka 11.
3. Pipa karet diambil dari pipet, kemdian pipet dipegang pada kedua
ujungnya dan dikocok selama 2 menit.
4. Dibuang 1-2 tetes. Kemudian tetesan berikutnya dipakai untuk
perhitungan.
5. Bilik hitung disiapkan. Cairan dalam pipet diteteskan sehingga dapat
masuk kedalam bilik hitung dengan sendirinya.
6. Diamati dibawah mikroskop dari perbesaran terkecil sampai yang
terbesar.
7. Semua leukosit yang terdapat pada bujur sangkar pjok dihitung. Jadi
jumlah dihitung menjadi 4 16 = 64 bujur sangkar denga sisi
masing-masing = 1/4

mm

8. Dihitung dengan menggunuakan rumus:


Jumlah leukosit per mm3 = 25 x (L1+L2+L3+L4)
= 25

x L

2.2.2 Menghitung jumlah eritosit


1. Penenceran 100 kali
2. Cairan pengencernya yaitu larutan hayem
3. Semua eritosit dihitung terdapat pada bujur sangkar kecil dengan sisi
1/20 atau dengan volume masing-masing 1/4000 mm3
4. Rumus perhitungannya adalah :

Jumlah eritosit per mm3 = 5000

(E1+E2+E3+E4+E5)

= 5000 x E
2.2.3 Menghitung kadar Hb dengan metode sahli
1. Kedalam tabung sahli diteteskan 0,1 N larutan HCl hingga batas 10
2. Bersihkan jari hingga kering kemudian tusuk dengan lancet sampai
darahnya keluar .

3. Darah yang keluar dihisap dengan pipet hingga skala 20 m.


Darah yang tersisa diujujng pipet dibersihkan dengan kapas.
4. Darah diteteskan ke tabung sahli yang berisis HCl. Kemudian tabung
diletakkan pada kmperator.
5. Darah diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Setelah
sekitar satu menit diteteskan akuades.
6. Penambahan akuades dilakukan tetes demi tetes sampai warna darah
sama dengan warna pemmbanding komparator.
7. Dicatat hasilnya.

III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil perhitungan hematologi
Kadar
Kelompok
1
2
3
4
5

Uji darah

Hb

Ikan Nilem
Ikan Nilem
Ikan Nilem
Katak
Katak

(gr/dl)
3
4,1
4,5
2,2
3,8

leukosit

eritosit

(sel/mm3)

(sel/mm3)

71.575
6.075
4.750
18.800
22.675

1.130.000
460.000
2.530.000
1.355.000
142.000

Perhitungan kelompok 1
Leukosit
L1 = 1241
L2 = 533
L3 = 486
L4 = 603
L = L1+L2+L3+L4
= 1241+533+486+603
= 2863
L = 25 x L
= 71.575 sel/mm3
Eritosit
E1 = 36
E2 = 47
E3 = 53
E4 = 43
E5 = 47

E = E1+E2+E3+E4+E5
= 36+47+53+43+47
= 226
E = 5000 x L
= 5000 x 226
= 1.130.000 sel/mm3
Kadar Hemoglobin (Hb) pada ikan = 3 gr/dL
Hematokrit = 9%

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah eritrosit dari sampel darah ikan
nilem (Osteochilus hasseti) diperoleh jumlah leukosit 71.575 sel/mm3 dan
pada

ikan

nilem

(Osteochilus

hasseti)

jumlah

eritrositnya

adalah 1.130.000 sel/mm3. Jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies adalah
berbeda satu sama lain (Legler, 1997). Kadar Hemoglobin ikan nilem adalah
3 gr/dL. Hal ini sesuai dengan pustaka karena menurut (Oslon, 1973), jumlah
eritrosit pada ikan adalah 50.000 3.000.000 sel/mm 3, jumlah leukosit pasa
sel darah ikan 20.000 150.000 sel/mm 3. Sedangkan kadar Hb berdasarkan
pustaka adalah pada betina 1.12 gram/dL dan pada jantan 1,13 gram/dL
(Heumann et al., 1983). Hal ini tidak sesuai dengan hasil praktikum yang
telah dilakukan.
Hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan pustaka untuk jumlah
leukosit dan eritrosit, namun untuk hasil hemoglobin tidak sesuai. Hal in
disebabkan karena keterbatasan ketelitian penglihatan dalam menghitung.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata ada yang sesuai dan ada yang tidak
sesuai dengan pernyataan tersebut. Hal ini disebabkan beberapa faktor
diantaranya perbedaan umur, ukuran, dan jenis kelamin masing-masing
spesies, fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada
kondisi tertentu, misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi, umur, dan lain-lain
(Hadikastowo, 1982).
Hematology berasal dari bahasa Romawi hemat yang berarti darah yang
berarti darah dan ology yang berarti belajar atau mempelajari. Hematology
adalah ilmu yang mempelajari aspek anatomi, fisiologi dan patologi darah.
Komponen darah terdiri plasma dan unsur-unsur pembentuk darah yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit (Nurcholis et al., 2013). Darah merupakan
sistem transpor yang berfungsi antara lain membawa zat makanan dari
saluran

pencernaan

menuju

jaringan,

membawa

produk

akhir

metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paruparu ke jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat
pertahanan mikro organisme yang masuk ke dalam tubuh (Handayani et al,

2013). Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi antara lain


membawa zat makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa
produk akhir metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan yang mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit, sebagai alat pertahanan mikro organisme yang masuk ke dalam
tubuh (Handayani et al, 2013).
Plasma darah adalah cairan kompleks yang mengandung ion-ion dan
molekul organik seta berada dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan
cairan tubuh lain. Plasma mengandung 90% air, 7-8% protein, 1% elektrolit
dan 1-2% zat-zat terlarut lainnya. Eritrosit merupakan tipe sel darah yang
berjumlah paling banyak dalam darah. Darah vertebrata memiliki inti yang
bentuknya

secara

umum

oval,

kecuali

pada

mamalia,

dalam

perkembangannya eritrosit akan berbentuk cawan bikonkaf, yang dapat


mempercepat pertukaran gas antar sel-sel dan plasma darah (Ville et al.,
1984).
Eritrosit merupakan sel darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen,
karbon dioksida, dan sari-sari makanan (nutrien), berdiameter rata-rata 7,5
mikron, berbentuk cakram yang bikonkaf dengan pinggiran sirkuler ketebalan
1,5 mikron dan pusat yang sangat tipis dan permukaan cakram yang bikonkaf
ini relatife lebar untuk jalannya pertukaran O 2 melalui membran (Sutrisno,
1999). Eritrosit memiliki bentuk seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada
kedua isinya sehingga apabila dilihat dari samping akan tampak seperti dua
buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Struktur eritrosit terdiri dari
pembungkus luar atau shoma dan masa hemoglobin. Fungsi utama eritrosit
adalah untuk membawa gas CO2 dan O2 dan secara garis besar rasio luas
permukaannya

bergantung

pada

faktor

pertukaran

oksigen

dan

karbondioksida (Pearce, 1989). Eritrosit mempunyai fungsi sebagai penyuplai


oksigen dalam darah dan dalam darah terkandung hemoglobin. Hemoglobin
adalah suatu senyawa protein yang mengandung pigmen porpirofin merah
(heme) yang masing-masing mengandung atom Fe ditambah dengan globin
yang merupakan protein globular yang terdiri atas rantai asam amino.

Berdasarkan jurnal, rendahnya kadar Hb menyebabkan laju metabolisme


menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah (Esti,2013). Hemoglobin
sendiri berfungsi untuk mengatur oksigen pada mamalia dan vertebrata
(Kimball, 1991).
Leukosit jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit, berwarna putih dan
mempunyai kemampuan gerak yang independent. Sel ini berperan dalam
proses kekebalan tubuh. Bentuk leukosit ini sangat bervariasi sesuai dengan
fungsinya

masing-masing

(Sutrisno,

1999).

Leukosit

pada

hewan

vertebrata memiliki beberapa tipe yang semuanya berasal dari sel precursor
yang sama. Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki
sitoplasma granular (granulosit) dan yang memiliki sitoplasma non granuler
(agranulosit). Granulosit terdiri dari monosit dan limposit. Leukosit ini
berperan dalam pertahanan seluler dan hormonal organisme serta melindungi
tubuh dengan menimbulkan peradangan di tempat-tempat yang terkena
infeksi, memfagositasi mikroba, merusak toksin dan merusak antibody
(Ville at al., 1988).
Praktikum kali ini banyak menggunakan alat-alat yang memang khusus
digunakan untuk perlakuan terhadap darah. Haemositometer fungsinya untuk
menghitung

sel

darah,

baik

sel

darah

putih

maupun

sel

darah

merah, cover glass digunakan untuk menutup haemositometer saat melakukan


pengamatan di bawah mikroskop, mikroskop digunakan untuk mengamati
jumlah eritrosit dan leukosit, pipet thoma sebagai pasangannya berfungsi
untuk pengambilan darah. Ada dua jenis pipet thoma, yaitu pipet thoma
eritrosit dan pipet thoma leukosit. Haemometer berfungsi untuk menghitung
kadar haemoglobin dalam darah. Pipet digunakan untuk mengambil eritrosit
dan larutan HCl dan tabung sahli merupakan pasangan atau alat pelengkap
dari haemometer yang digunakan untuk menampung larutan darah saat akan
di ukur kadar haemoglobinnya, hand counter untuk menghitung jumlah
eritrosit dan leukosit, spuit digunakan untuk mengambil darah dari hewan uji.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah dari hewan uji (ikan nilem,
dan katak), larutan turk digunakan untuk mengencerkan leukosit, larutan
hayem digunkan untuk mengencerkan eritrosit, larutan HCl untuk

menimbulkan reaksi dan menghasilkan warna senyawa hernatin asam yang


berwarna coklat pekat pada hemoglobin, akuades digunakan sebagai
pengencer dan larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan darah yang
menggumpal. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa penggunaan
konsentrasi garam EDTA yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan
kuantitas

maupun

kualitas

hasil

pemeriksaan.

Lamanya

penundaan

pemeriksaan juga dapat memberikan hasil yang berbeda untuk parameter


tertentu (Aulia, 1988).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil


kesimpulan bahwa :
1. Praktikum Hematologi I sudah dilakukan dengan baik walaupun hasilnya
masih kurang sesuai dengan pustaka dan praktikan sudah bisa melakukan
pengambilan darah dari masing-masing preparat hewan walaupun pada
awalnya mengalami kesulitan.
2. Sebagian besar sel darah merah hewan vertebrata berbentuk lonjong dan
berinti kecuali mammalia (bulat dan tidak berinti). Sel darah putih
memiliki banyak variasi bentuk sesuai fungsinya, namun secara garis besar
berbentuk bulat dan berinti besar. Sel darah putih ada yang bergranula dan
ada yang tidak bergranula.
3. Kadar hemoglobin pada setiap spesies berbeda-beda tergantung pada
kebutuhan metabolisme spesies itu sendiri.
4. Jumlah eritrosit dan leukosit dipengaruhi oleh kondisi fisiologis seperti
kondisi tubuh, keadaan stress, umur, varian harian dan jenis kelamin.

DAFTAR REFERENSI

Apsari, Ida A. P dan I. M. D. Arta. 2010. Gambaran Darah Ayam buras yang
terinfeksi Leucocytozon. Jurnal Veteriner 11(2) : 114-118.
Aulia, D. 1988. Pengaruh lamanya Penyimpanan Darah dengan Antikoagulan
Tripotassium Ethylene Diamine Tetracetic Acid (K3Edta) dalam Tabung
Vacuette terhadap beberapa Parameter Hematologi. Perpustakaan Pusat UI,
Jakarta.
Bavelender, G. A. dan A. R. Judith. 1979. Dasar-dasar Histologi Edisi 8. Erlangga,
Jakarta.
Bryon, A. S and Doroth. 1973. Text Book of Physiology. St Burst The Moshy Co
Toppon Co Ltd, Japan.
Dukes, H. H. 1995. The Phisiology of Domestic Animals. Constock Publishing
Associates, New York.
Esti, Handayani. 2013. Kandidat Vaksin Potensial Streptococcus agalactiae untuk
Pencegahan penyakit Streptococcus pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Veteriner (4): 408-416
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Alumni, Bandung.
Handayani, L., Irianti, N dan Yuwono, E. Pengaruh Pemberian Minyak Ikan
Lemuru terhadap Kadar Eritrosit dan Trombosit pada Ayam
Kampung. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1) : 39-46.
Hoffbrand, A. V. dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit ECG. Jakarta.
Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Lagler, K. F. 1997. Ichthyology. Jhn Willey and Sons, Canada.
Moyle, P. B and J. J Cech. 2001. Fisher and Introduction to Ichtyology 4th.
Prentice, Inc. London.
Nurcholis, A., Aziz, M. dan Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untuk
Menghitung Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan.Jurnal
EECIS 7(1).

Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.
Ramesh, M and M Saravanan. 2008. Haematological and Biochemical Biology
responses in a freshwater fish Cyprinus carpio exposed to
chlorpyrifos. International Journal of Integrative Biology.
Soetrisno. 1999. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed,
Purwokerto.
Ville, C. A, Walker, W and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Erlangga,
Jakarta.

You might also like