Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 3
ANGGOTA KELOMPOK :
Agung Prasetyo Aji
(D0113003)
M. Arief Rahmat
(D0113055)
Citra Nugraheny
(D0113021)
Reni Rahma
(D0113083)
(D0113099)
B. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya mengikat
umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum. Secara
teoritis, istilah perundang-undangan mempunyai 2 pengertian, yaitu sebagai berikut :
1. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan peraturan-peraturan negara,
baik tingkat pusat maupun daerah
2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah
Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan komprehensif
2. Peraturan perundang-undangan bersifat universal
3. Memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri
Peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat umum disebut juga dengan istilah
undang-undang dalam arti material, yaitu semua hukum tertulis dari pemerintah yang
mengikat umum. Menurut Ten Berge perkataan bersifat umum abstrak dicirikan oleh unsurunsur diantaranya adalah waktu, tempat, orang, dan fakta hukum.
Dalam perspektif negara kesejahteraan, pemerintah dibebani kewajiban untuk
menyelenggarakan kepentingan umum, atau mengupayakan kesejahteraan sosial, yang dalam
melaksanakannya pemerintah diberi kewenangan untuk campur tangan dalam kehidupan
masyarakat dalam batas-batas yang ditentukan oleh hukum, dan juga kewenangan legilasi,
yaitu, membuat dan menggunakan peraturan perundang-undangan. Pemberian kewenangan
legilasi kepada pemerintah itu semakin mendesak sejak berkembangnya ajaran negara
kesejahteraan tersebut. Maka, dapat dikatakan tidak mungkin meniadakan kewenangan
legilasi bagi pemerintah. Bagir Manan menyebutkan alasan ketidakmungkinan meniadakan
kewenangan legilasi kepada pemerintah sebagai eksekutif, yakni sebagai berikut :
1. Paham pembagian kekuasaan yang lebih menekankan pada perbedaan fungsi daripada
pemidahan organ terdapat dalam ajaran pemisahan kekuasaan. Fungsi pembentukan
peraturan perundang-undangan tidak harus terpisah dengan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan.
2. Paham yang memberikan kekuasaan pada negara atau pemerintah untuk mencampuri
kehidupan masyrakat, baik sebagai negara kekuasaan atau negara kesejahteraan.
3. Untuk menunjang perubahan masyarakat yang berjalan makin cepat dan kompleks
diperlukan percepatan pembentukan hukum. Hal ini mendorong administrasi negara
atau pemerintah untuk berperan lebih besar dalam pembentukan peraturan perundangundangan.
4. Berkembangnya berbagai jenis peraturan perundang-undangan yang seluruhnya tidak
dapat ditangani oleh legislatif saja.
Selain itu, masih terdapat alasan lain diberikannya kewenangan legislasi terhadap
pemerintah, yaitu sifat umum abstrak yang dimiliiki oleh norma hukum tata negara dan
hukum administrasi. Ketika menghadapi masalah yang konkret, norma tersebut
membutuhkan instrumen yuridis yang bersifat konkret individual. Maka dari itu, dalam
hukum administrasi dikenal istilah langkah mundur pembuat undang-undang. Sikap mundur
ini dilakukan dalam upaya mengaplikasikan norma hukum administrasi yang bersifat umum
abstrak, ke dalam maslah yang bersifat konkret individual.
Terdapat 3 sebab terjadinya langkah mundur, yaitu :
1. Luasnya keseluruhan hukum tata usaha negara sehingga tidak mungkin bagi pembuat
undang-undang untuk mengaturnya dalam hukum formal.
2. Norma hukum tata usaha negara harus selalu menyesuaikan perubahan yang terjadi,
tidak bisa selalu diikuti oleh pembuat undang-undang dengan mengaturnya dalam
hukum formal.
3. Tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut, hal ini selalu berkaitan dengan penilaian
dari segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak harus pembuat undang-undang
yang mengaturnya.
Kewenangan legislasi bagi pemerintah ada yang bersifat mandiri, dan ada yang bersifat
tidak mandiri (kolegial). Kewenangan legislasi yang tidak mandiri berarti peaturan dibuat
bersama-sama pihak lain, berwujud undang-undang atau peraturan daerah. Sementara
kewenangan legislasi yang bersifat mandiri berarti dalam pembuatan peraturan pemerintah
melakukannya sendiri, tanpa kerjasama dengan pihak lain yang berwujud keputusan atau
tergolomg sebagai peraturaan perundang-undangan.
C. Ketetapan Tata Usaha Negara
1. Pengertian Ketetapan
Ketetapan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh Otto Meyer, yang di
Belanda dikenal dengan istilah beschikking. Di Indonesia, istilah beschikking pertama kali
diperkenalkan oleh WF. Prins. Ada yang menerjemahkan istilah beschikking dengan
ketetapan dan ada juga yang menerjemahkannya sebagai keputusan. Dalam penjelasan
ini akan digunakan istilah ketetapan dengan pertimbangan untuk membedakan dengan
penerjemahan besluit (keputusan) yang sudah memiliki arti khusus.
Terdapat perbedaan pendapat dalam mendefinisikan istilah ketetapan, antara lain :
a. Ketetapan
adalah
pernyataan
kehendak
dari
organ
pemerintah
untuk
2. Unsur-unsur Ketetapan
Ketetapan berdasarkan Pasal 2 UU Administrasi Belanda (AwB) dan menurut Pasal 1
angka 3 UU no. 5 Tahun 1986 tentang PTUN jo UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, yaitu :
Pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ pemerintahan pusat, yang
diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari Hukum Tata Negara atau Hukum
Administrasi Negara, yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau pengakhiran
hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat
penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan, atau penciptaan.
Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur ketetapan tersebut secara teoritis dan berdasarkan
hukum positif.
a. Pernyataan Kehendak Sepihak Secara Tertulis
Sebagai wujud pernyataan kehendak sepihak. Pembuatan dan
penerbitan ketetapan hanya berasal dari pihak pemerintah, tidak tergantung
pada pihak lain.
Pernyataan kehendak sepihak yang dituangkan dalam bentuk tertulis ini
muncul dalam dua kemungkinan, yaitu pertama ditujukan kedalam, yang
artinya ketetapan berlaku kedalam lingkungan administrasi Negara sendiri.
Kedua, ditujukan keluar yang berlaku bagi Negara atau badan hukum perdata.
Atas dasar pembagian ini lalu dikenal dua jenis ketetapan, yaitu ketetapan
intern dan ketetapan ekstern. Ketetapan yang relevan dengan pembahasan ini
hanyalah ketetapan ekstern, yang berarti ditujukan keluar dari administrasi.
Unsur penetapan tertulis ini tidak harus berbentuk surat keputusan
formal. Adapula pengecualian dalam unsur penetapan tertulis ini, yaitu pasal
33 UU No. 5 tahun 1986 yang dikenal dengan KTUN fiktif/negatif. Secara
lengkap pasal 3 ini berbunyi sebagai berikut:
1) Apabila badan atau pejabat tata usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya. Maka hal tersebut
disamakan dengan KTUN.
2) Jika suatu badan atau pejabat Negara tidak mengeluarkan keputusan
yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka badan atau
pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak
mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
3) Dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak
menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka
telah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimanya permohonan,
Badan atau pejabat tata usaha Negara yang bersangkutan dianggap
telah mengeluarkan keputusan penolakan.
b. Dikeluarkan oleh Pemerintah
Berdasarkan pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1986, Tata Usaha Negara
adalah administrasi yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan
instrumen
yang
digunakan
oleh
organ
pemerintahan dalam bidang publik dan digunakan untuk menimbulkan akibatakibat hukum tertentu akibat hukum yang dimaksud yang lahir dari keputusan
adalah munculnya hak, kewajiban, kewenangan, atau status tertentu. Dengan
kata lain akibat hukum yang dimaksudkan adalah muncul dan lenyapnya hak
dan kewajiban bagi subjek hukum tertentu segera setelah adanya ketetapan
tertentu. Sebagai contoh mengenai akibat hukum yang muncul dari
dikeluarkannya ketetapan dari pejabat yang berwenang. Surat ketetapan
pengangkatan akan menimbulkan akibat hukum yang berupa lahirnya hak dan
kewajiban bagi pegawai negeri yang sebelumnya tidak atau belum ada,
sedangkan surat ketetapan pemberhentian akan menimbulkan akibat hukum
berupa lenyapnya hak dan kewajiban yang telah ada. Dalam hal demikian,
ketetapan jenis ini disebut ketetapan deklaratoir.
f. Seseorang atau Badan Hukum Perdata
Badan hukum keperdataan dalam keadaan dan alasan tertentu dapat
diklasifikasikan sebagai jabatan pemerintahan khususnya ketika sedang
menjalankan salah satu fungsi pemerintahan, dengan syarat-syarat yang telah
disebutkan diatas. Menurut Indroharto, badan hukum adalah murni badan yang
menurut pengertian hukum perdata berstatus sebagai badan hukum, seperti CV,
PT, firma, yayasan, perkumpulan, persekutuan perdata dan sebagainya yang
berstatus sebagai badan hukum, seperti provinsi, kabupaten, departemen, dan
sebagainya, bukan pula badan hukum perdata atau lembaga hukum swasta
yang sedang melaksanakan suatu tugas pemerintahan yang statusnya dianggap
sebagai badan atau jabatan TUN.
3. Macam-macam Ketetapan
Secara teoritis, dalam hukum administrasi, dikenal ada beberapa macam dan sifat
ketetapan, yaitu sebagai berikut :
a. Ketetapan Deklaratoir dan Ketetapan Konstitusif
Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan yang tidak mengubah hak dan
kewajiban yang telah ada, tetapi sekedar menyatakan hak dan kewajiban
tersebut. Ketetapan mempunyai sifat deklaratoir ketika ketetapan itu
dimaksudkan untuk menetapkan mengikatnya suatu hubungan hukum atau
ketetapan itu maksudnya mengakui suatu hak yang sudah ada, sedangkan
ketika ketetapan itu melahirkan atau menghapuskan suatu hubungan hukum
atau ketetapan itu menimbulkan suatu hak baru yang sebelumnya tidak
dipunyai oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu, ia
disebut dengan ketetapan yang bersifat konstitutif.
Ketetapan yang bersifat konstitutif dapat berupa hal-hal antara lain:
Sjachran Basah mengemukakan unsur-unsur Freies Emerssen dalam suatu negara hukum
yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
keputusan-keputusan
instansi
pemerintah
dalam
mengatasi
kondisi
peraturan
perundangan
yang
sudah
ketinggalan zaman.
5) Tepat guna dan berdaya guna sebagai sarana pengaturan bagi
kelancaran
pelaksanaan
tugas
dan
fungsi
administrasi
dan
Pengertian rencana yaitu merupakan bagian yang tak terelakan dalam suatu organisasi
sebagai tahap awal untuk pencapaian tujuan. Berdasarkan Hukum Administrasi Negara
rencana merupakan bagian dari tindakan hokum pemerintahan, suatu tindakan yang
dimaksudkan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.
Perencanaan terbagi menjadi 3 kategori, yaitu sebagai berikut :
a) Perencanaan Informatif yaitu rancangan estimasi mengenai perkembangan
masyarakat yang dituangkan dalam alternative kebijakan tertentu
b) Perencaaan Indikatif yaitu rencana-rencana yang memuat kebijakan yang akan
ditempuh dan mengindikasikan bahwa kebijakan itu akan dilaksanakan
c) Perencanaan Operasional/ Normatif yaitu rencan yang terdiri dari persiapanpersiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan
Disamping pembagian tersebut, percencaan juga dibagi berdasarkan waktu, tempat,
bidang hukum, sifat, metode dan sarana.
1. Unsur-unsur rencana
J.B.J.M ten berge mengemukakan unsur-unsur rencana sebagai berikut :
a) Schriftelijke Presentatie (Gambaran tertulis)
Rencana digunakan untuk mempresentasikan aspek-aspek kegiatan
masyarakat yang tidak sejenis atau beragam, kebijakan, keputusankeputusan, dan sebagainya secara berkesinambungan
b) Besluit of Handling (Keputusan atau Tindakan) rencana dilukiskan sebagai
suatu keputusan/suatu tindakan. Rencana sebagai suatu keputusan
didasarkan pada undang-undang dan didasarkan pada wewenang yang
diberikan untuk itu
c) Bestuurorgaan (Organ Pemerintah)
d) Op de Toekomst Gericht (Ditunjukan pada Masa yang Akan Datang)
Rencana itu dapat dibuat oleh pihak swasta, organisasi swasta, organ
kehakiman, pembuat undang-undang, dan sebagainya
e) Planelemanten (Elemen-elemenRencana)
Dalam hal ini unsure rencana hanya dibicarakan pada kegiatan yang
ditunjukan pada masa yang akan datang
f) OngelijksoortigKarakter (MemilikiSifat yang TidakSejenis, Beragam)
Rencana informatif, indikatif, Operasional, biasanya didalam nya
terkandung informasi, rencana kebijakan yang akan ditempuh terutama
dalam peraturan kebijaksanaan atau dan perjanjian-perjanjian
g) Samenhang ( Keterkaitan)
Rencana-rencana menghimpun antara berbagai keputusan-keputusan dan
tindakan yang tidak sejenis
h) Al danNietvooreenBepaaldeDur (untukWaktuTertentu)
de
saja. Jadi konsesi itu suatu izin pula, tetapi izin mengenai hal hal yang penting bagi umum.
Meskipun antara izin dan konsesi dianggap sama tetapi terdapat perbedaan karakter hukum.
Izin adalah sebagai perbuatan hukum bersegi satu yang dilakukan oleh pemeritah, sedangkan
konsesi adalah suatu perbuatan hukum bersegi dua, yakni suatu perjanjian yang diadakan
antara yang memberi konsesi dengan yang diberi konsesi atau penerima konsesi. Dalam hal
izin tidak mungkin diadakan perjanjian, karena tidak mungkin diadakan suatu persesuaian
kehendak. Dalam hal konsesi biasanya diadakan suatu perjanjian , yakni perjanjian yang
mempunyai sifat sendiri dan tidak diatur oleh seluruh peraturan KUH Perdata mengenai
hukum perjanjian.
2. Unsur Unsur Perizinan
a. Instrumen Yuridis
Izin merupakan instrument yuridis dalam bentuk ketetapan yang
bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi
atau menetapkan peristiwa konkret,sebagai ketetapan izin itu dibuat dengan
ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya.
b. Peraturan Perundang- Undangan
Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan
hukum permerintahan,sebagai tindakan hukum maka harus ada wewenang
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan
pada asas legalitas, tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi
tidak sah,oleh karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah
didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan peruundang
undangaan yang berlaku, karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut
ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah.
c. Organ Pemerintah
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan
pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut
Sjahran Basah,dari badan tertinggi sampai dengan badan terendah
berwenang memberikan izin. Campur tangan pemerintah dalam bentuk
regulasi perizinan dapat menimbulkan kejenuhan bagi pelaku kegiatan yang
membutuhkan izin, apalagi bagi kegiatan usaha yang menghendaki
kecepatan pelayanan dan menuntut efisiensi. Oleh karena itu, biasanya
dalam perizinan dilakukan deregulasi,yang mengandung arti peniadaan
berbagai peraturan perundang undangan yang dipandang berlebihan.
d. Peristiwa Konkret
tingkah
laku
tertentu
yang
harus
(terlebih
dahulu)
Sesuai dengan sifanya,yang merupakan bagian dari ketetapan,izin selalu dibuat dalam
bentuk tertulis,sebagai ketetapan tertulis,secara umum izin memuat hal-hal sebagai tersebut:
a. Organ yang Berwenang
Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya,biasanya dari kepala
surat dan penandantangan izin akan nyata organ mana yang memberikan
izin. Pada umumnya pembuat aturan akan menujuk organ berwenang dalam
sistem perizinan,organ yang paling berbekal mengenai materi dan tugas
bersangkutan, dan hampir selalu yang terkait adalah organ pemerintahan.
b. Yang Dialamatkan.
Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan,biasanya izin lahir setelah
yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu,oleh karena itu
keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang
memohon izin. Ini biasanya dialami orang atau badan hukum.
c. Diktum
Keputusan yang memuat izin,demi alasan kepastian hukum, harus memuat
uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan.Bagian keputusan
ini,dimana akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan
dinamakan dictum,yang merupakan inti dari keputusan, memuat hak-hak
dan kewajiban yang dituju oleh keputusan itu.
d. Ketentuan Ketentuan,Pembatasan- pembatasan , dan Syarat-syarat
Ketentuan ialah kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan
yang
menguntungkan.
Dalam
hal
ketentuan
ketentuan
tidak
harus
memuuskan
tersendiri.
Pembatasan-
kepada
semua
yang
bersangkutan
organ
penguasa
dan
yang
keperdataan
tanpa
sarana
dan
prasarana
untuk
menjalankan
administrasi
menggunakan
perjanjian.
Pemerintah
dapat
menjadikan
badan
atau
administratiefrechtelijk
pejabat
tata
memiliki
usaha
kewenangan
negara
untuk
yang
secara
menggunakan
Sumber : Hukum Administrasi Negara; Ridwan HR; 2006; PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta