You are on page 1of 16

Metode Penghitungan Bakteri

1. Perhitungan bakteri secara langsung

adalah merupakan perhitungan yang menghitung jumlah total sel (sel mati dan
hidup) yang ada pada sampel. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat
dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun mempunyai kelemahan sebagai
yakni sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup.
Karena itu keduanya terhitung. Dengan kata lain hasil yang diperoleh ialah jumlah
total sel yang ada di dalam populasi.

Metode yang digunakan adalah :


a. Metode hitungan cawan (Total Plate Count)
menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup berkembang menjadi satu
koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi jumlah oganisme yang
terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini membutuhkan kemampuan
melakukan pengenceran dan mencawankan hasil pengenceran. Cawan-cawan
tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk.

Metode penghitungan cawan

b. Metode Petroff-Hauser
Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan
menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan
adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer.

Hemasitometer adalah metode perhitungan secara mikroskopis. Ruang hitung


terdiri dari 9 kotak besar dengan luas 1 mm. Satu kotak besar di tengah, dibagi
menjadi 25 kotak sedang dengan panjang 0,05 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi
menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak
kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1 mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan
memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga jumlah bakteri per satuan
volume dapat diketahui.

Metode petrof

2. Perhitungan bakteri
Perhitungan secara tidak langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikroba
keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan
jumlah mikroba yang hidup saja tergantung pada cara yang dipergunakan.
Diantaranya berdasarkan jumlah koloni (plate count) yaitu dengan membuat suatu
pengenceran bahan dengan kelipatan 10, Metode MPN (Most Probable Number)

a. Plate Count Method dilakukan dengan cara melarutkan sampel asli dalam
berbagai serial pelarutan. Kemudian masing-masing hasil pelarutan di biakan pada
agar, entah dengan teknik pour plate ataupun streak plate. Setelah itu, inkubasi
dilakukan dan koloni di amati pada cawan agar dan dihitung sebagai jumlah total
koloni yang membentuk unit (CFU= coloni forming unit) (Goldman dan Green, 2009:
18).

Ada dua metode yang umum digunakan dalam plate count, yaitu
spread-plate method, volumenya biasanya 0,1 ml atau kurang dari keseluruhan
kultur yang di encerkan
Kelebihan dari spread-plate method adalah perhitungan mudah dilakukan karena
koloni yang dihitung pasti tumbuh di permukaan (aerob). Kekurangan dari spreadplate method adalah volume yang digunakan tidak boleh lebih dari 0,1 ml karena
dapat menyebabkan spreader, sehingga perhitungan sulit dilakukan
pour-plate method, volume yang biasa digunakan adalah 0,1 1 ml dari kultur
untuk di letakkan pada cawan Petri. Kemudian, cawannya diinkubasikan hingga
koloni muncul (Madigan, dkk., 2012:129-130).
Kelebihan dari pour-plate method adalah volume sampel dapat mencapai 1 ml.
Kekurangan dari pour-plate method adalah organisme yang akan dihitung
jumlahnya harus kuat menghadapai suhu dari agar. Selain itu, pengamatan
perhitungan juga harus diamati dengan baik-baik, sebab koloninya dapat tumbuh
didalam medium juga (aerob dan anaerob) (Madigan, dkk., 2012:129-130).
Secara keseluruhan, kelebihan dari metode plate count adalah menghasilkan
estimasi jumlah total sel bakteri yang masih hidup. Selain itu, teknik ini juga
memiliki tingkat sensitifitas pada kontaminasi oleh mikrobiologi di makanan dan
material lainnya. Kekurangnya adalah dapat terjadi banyak kesalahan yang
diakibatkan oleh inkonsistensi plating, pipetting yang tidak akurat, dan banyak
faktor lainnya
b. Most Probable Number (MPN)
Most Probable Number (MPN) dalam bidang kesehatan masyarakat dari mikrobiologi
pangan, dipergunakan secara luas untuk menghitung jumlah bakteri yang ada
dalam bahan pangan. Media ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri
patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan. Metoda ini

berdasarkan atas pengenceran. Apabila suatu larutan yang mengandung sel-sel


mikroorganisme diencerkan terus menerus, akhirnya akan diperoleh suatu larutan
dimana tidak dijumpai sel lagi yaitu dikatakan steril (Buckle dkk, 1985).

Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungan
dilakukan berdasarkan pada jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh
jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung
yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau timbulnya
gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik,
yaitu untuk jasad renik pembentukan gas. Untuk setiap pengenceran pada
umumnya digunakan tiga tau lima seri tabung. Lebih banyak tabung yang
digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang
digunakan juga lebih banyak. (Fardiaz, 1992).

Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah :


bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel
sel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam bentuk rantai atau
kumpulan (bakteri coliform termasuk E. coli terpisah sempurna tiap selnya dan tidak
membentuk rantai).
media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam suhu dan
waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan
tabung positif selama masa inkubasi tersebut.
jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup (viable) saja. Sel yang
terluka dan tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak akan terdeteksi.
c. Turbidimetri
Turbidimetri merupakan metode yang cepat untuk menghitung jumlah bakteri
dalam suatu larutan menggunakan spektrofotometer. Bakteri menyerap cahaya
sebanding dengan volume total sel (ditentukan oleh ukuran dan jumlah). Ketika
mikroba bertambah jumlahnya atau semakin besar ukurannya dalam biakan cair,
terjadi peningkatan kekeruhan dalam biakan. Kekeruhan dapat disebut optical
density (absorbsi cahaya, biasanya diukur pada panjang gelombang 520 nm 700
nm). Untuk mikroba tertentu, kurva standar dapat memperlihatkan jumlah
organisme/ml (ditentukan dengan metode hitungan cawan) hingga pengukuran
optical density (ditentukan dengan spektrofotometer).

3. Prediksi jumlah kepadatan mikroorganisme dalam suatu bahan (minuman, kuah,


padatan)
- Cara perhitungan kuantitas/densitas sel bakteri pada kultur cair yang paling umum
adalah dengan menggunakan nilai kekeruhan suspensi sel yang didapatkan dengan
pengukuran menggunakan spektrofotometer.
Sel bakteri dihitung dengan panjang gelombang 600 nm dan nilai absorbansi yang
muncul kemudian dikonversi untuk mendapatkan nilai densitas sel bakteri dalam
kultur.
- Selain itu dengan mengamati timbulnya kekeruhan, atau timbulnya gas di dalam
tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk
jasad renik pembentukan gas.

Perhitungan Jumlah Bakteri


Posted on February 13, 2013 by anitamuina
Bakteri dapat ditemukan di mana-mana, seperti di rongga mulut, sela-sela gigi,
tanah, sisa-sisa makanan yang sudah basi dan untuk memperolehnya, biasanya
dibiakkan di dalam cawan petri yang berisi nutrisi atau medium. Koloni yang
tumbuh pada media agar dapat dilihat secara visual dan dihitung. Secara kuantitatif
koloni bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum
atau dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media
termasuk sel yang mati, dan menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan
teori pendekatan (dizzideepinsohard, 2008).

Menurut Jutono, dkk (1980) ada 2 cara perhitungan jumlah mikrobia yaitu
perhitungan secara langsung (direct method) dan secara tidak lengsung (indirect
method).

Perhitungan secara langsung


Perhitungan jumlah mikrobia secara langsung, dipakai untuk menentukan jumlah
mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup. Ada beberapa cara
perhitungan antara lain:

Menggunakan cara pengecatan dan pengamatan mikrospis


Pada cara ini mula-mula dibuat preparat mikroskopik pada gelas benda, suspensi
bahan atau biakan mikrobia yang telah diketahui vulumenya diratakan di atas gelas

benda pada suatu luas tertentu setelah itu preparat dicat dan dihitung jumlah ratarata sel tiap petak atau tiap bidang pemandangan mikroskop. Luas bidang
pemandangan mikroskop dihitung dengan mengukur garis tengahnya. Jadi jumlah
mikrobia yang terdapat pada gelas benda seluruhnya dapat dihitung, sehingga
dapat diperoleh jumlah mikrobia tiap cc bahan atau cairan yang diperiksa (Jutono
dkk, 1980).

Menggunakan filter membrane (miliphore filter)


Suspensi bahan mula-mula disaring sejumlah volume tertentu kemudian disaring
dengan filter membrane yang telah disterilkan terlebih dahulu. Dengan menghitung
jumlah sel rata-rata tiap kesatuan luas pada filter membran dapat dihitung jumlah
sel dari volume suspensi yang disaring (Jutono dkk, 1980).

Menggunakan counting chamber


Perhitungan ini dapat menggunakan haemacytometer, Petroff-Hausser Bacteria
Counter, dan alat-alat lainnya yang sejenis. Dasar perhitungannya ialah dengan
menempatkan 1 tetes suspensi bahan atau biakan mikrobia pada alat tersebut,
ditutup dengan gelas penutup kemudian diamati dengan mikroskop dengan
perbesaran sesuai besar kecilnya mikrobia. Dengan menentukan jumlah sel ratarata tiap petak (ruangan) yang telah diketahui volumenya dan alat tersebut dapat
ditentukan jumlah sel mikrobia tiap cc (Jutono dkk, 1980). Perhitungan jumlah
organisme uniseluler dalam suspensi dapat ditentukan secara mikroskopik dengan
menghitung individu sel dalam volume yangs angat kecil secara akurat. Seperti
perhitungan yang biasanya dilakukan dengan mikroskop khusus (slide) yang dikenal
dengan counting chamber. Counting chamber terdiri dari kotak-kotak teratur yang
telah diketahui areanya, yang disusun dari liquid film dimana telah diketahui
kedalamannya dan dapat dibedakan antara slide dan cover slip. Akibatnya volume
dari cairan yang dituangkan tiap kotak dengan pasti volumenya dapat diketahui.
Seperti perhitungan langsung yang dikenal dengan total cell count merupakan
perhitungan yang meliputi sel hidup dan sel yang tidak hidup, sejak ini pada kasus
bacteria yang tidak dibedakan dengan pengamatan mikroskopik (Stainer, 1986).

Perhitungan secara tidak langsung


Perhitungan mikrobia secara tidak langsung, dipakai untuk menentukan jumlah
mikrobia keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup atau hanya menentukan
jumlah mikrobia yang hidup saja. Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup
dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan mikrobia diencerkan beberapa
kali dan ditumbuhkan dalam medium dengan cara tertentu tergantung dari
macamnya bahan dan sifat mikrobianya (Jutono dkk, 1991).

Ada beberapa cara perhitungan antara lain:

Menggunakan sentrifuge
Caranya ialah 10 cc biakan cair mikrobia disentrifuge dengan menggunakan
sentrifuge yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah butir-butir darah.
Kecapatan dan waktu sentrifugasi harus diperhatikan. Setelah ditentukan volume
mikrobia keseluruhan maka dapat dipakai untuk menentukan jumlah sel-sel
mikrobia tiap cc, yaitu dengan membagi volume mikrobia keseluruhan dengan
volume rata-rata tiap sel mikrobia (Suriawiria, 1985).

Berdasarkan kekeruhan
Dasar penentuan cara ini ialah jika seberkas sinar dilakukan pada suatu suspensi
mikrobia maka makin pekat (keruh) suspensi tersebut, makin besar intensitas sinar
yang diabsorbsi sehingga intensitas sinar yang diteruskan makin kecil (Jutono dkk,
1980). Untuk perhitungan jumlah bakteri berdasarkan kekeruhan digunakan alatalat seperti photoelectric turbidimeter electrophotometer, spectrophotometer,
nephelometer, dan alat-alat lain yang sejenis. Alat-alat ini menggunakan sinar
monokromatik dengan panjang gelombang tertentu (Dwijoseputro, 1990).

Menggunakan perhitungan elektronik (electronic counter)


Alat ini dapat untuk menentukan beribu-ribu sel tiap detik secaa tepat. Prinsip
kerjanya alat ini adanya gangguan-gangguan pada aliran ion-ion yang bergerak
diantara 2 elektroda. Penyumbatan sementara oleh sel mikrobia pada pori sekat
yang terdapat diantara kedua elektroda sehingga terputusnya aliran listrik. Jumlah
pemutusan aliran tiap satuan waktu dihubungkan dengan kecepatan aliran cairan
yang mengandung mikrobia adalah ukuran jumlah mikrobia dalam cairan tersebut.

Berdasarkan analisa kimia


Cara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikrobia. Makin banyak sel-sel
mikrobia, makin besar hasil analisa kimianya secara kuantitatif.

Berdasarkan berat kering


Terutama digunakan untuk penentuan jumlah jamur benang, misalnya dalam
industri mikrobiologi. Kenaikkan berat kering suatu mikrobia diiringi dengan
kenaikkan sintesa dan volume sel-sel dapat menentukan jumlah mikrobia

Menggunakan cara pengenceran

Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup saja. Dasar
perhitungannya ialah mengencerkan sejumlah volume tertentu suatu suspensi
bahan atau biakan mikrobia secara bertingkat.

Menggunakan cara Most Probable Number (MPN)


Metode ini dilakukan pengenceran dengan beberapa kali ulangan, secara
matematik hasilnya dapat untuk menentukan kemungkinan besar jumlah mikrobia
yang terdapat dalam suspense.

Berdasarkan jumlah koloni (Plate count)


Cara ini yang paling umum digunakan untuk perhitungan jumlah mikrobia. Dasarnya
ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10 (Jutono dkk,
1980).

Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada beberapa
syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :

Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang
memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni
tersebut dikenal sebagai spreader.
Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara
pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau
lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai
jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.
Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.
Dalam perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran.
Pada pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok
dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat
membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar.
Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar
dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo, 1990).

Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan
tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara
30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz, 1992).
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah
pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia, dimana suatu

saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2 x
24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah
masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup
akan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).

Tabel 1. Hasil Perhitungan Bakteri secara Langsung

Suspensi bakteri

Faktor pengenceran

Jumlah bakteri

Tanah 10-4

4,25 x 109

Susu 10-3

9,95 x 1011

Tabel 2. Perhitungan Jumlah Bakteri Tanah secara Tidak Langsung

Pengenceran

Koloni bakteri

Rata-rata

Jumlah bakteri

Keterangan

10-3

Spreader

10-4

36

Spreader

Spreader

36 x 10-4

36 x 104

Warna : kuning, putih

Bentuk koloni : irreguler, sirkuler, curled, toruloid


10-5

66

66 x 10-5

Warna : putih susu

Bentuk koloni : sirkuler, rhizoid, amoeboid, irreguler


10-6

80

300 80 x 10-6

Warna : krem

Bentuk koloid : sirkuler


Tabel 3. Perhitungan Jumlah Bakteri Susu secara Tidak Langsung

Pengenceran

Koloni bakteri

Rata-rata

Jumlah bakteri

Keterangan

10-3

56

Spreader

56 x 10-3

56 x 103

Warna : putih susu & krem

Bentuk koloni : rhizoid, irreguler, myceloid


10-4

76

Spreader

76 x 10-4

Warna : putih susu

Bentuk koloni : sirkulair


10-5

11

Spreader

Warna : putih susu

Bentuk koloni : circular


10-6

107

10

107 x 10-6

Warna : krem

Bentuk koloid : circular & rhizoid


Perhitungan jumlah bakteri secara langsung digunakan rumus jumlah rata-rata
bakteri dihitung dengan hand counter atau koloni counter, angka 25 diperoleh dari
banyaknya petak dalam hemositometer yakni perkalian antara panjang dan
lebarnya 5 x 5, sedangkan untuk faktor pengenceran adalah merupakan
pengenceran yang digunakan saat percobaan. Pada perhitungan bakteri secara
langsung menggunakan pengenceran bakteri 10-3 untuk bakteri susu atau 10-4
untuk bakteri tanah karena dalam pengenceran tersebut bakteri yang ada dalam
medium dapat dihitung, populasinya tidak padat dan juga tidak sedikit. Populasi
bakteri yang padat dapat mempersulit perhitungan karena bakteri yang ada
tumpang tindih dan polulasi yang sedikit kurang mewakili jumlah bakteri yang ada
secara keseluruhan. Jadi pengenceran tersebut antara suspensi yang diambil dari
pengenceran terdahulu untuk diencerkan kembali, jumlah bakteri yang ada lebih
memencar satu sama lain dan mudah dihitung. Bakteri susu dengan pengenceran
10-3 setelah penghitungan didapat hasil 9,95 x 1011 mm3 dan untuk bakteri tanah
dengan pengenceran 10-4 dengan penghitungan didapat hasil 4,25 x 109 mm3.

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung memiliki kelebihan dan kekurangan.


Kelebihannya, adalah waktunya yang digunakan singkat, penghitungannya lebih
mudah, tidak membutuhkan bahan yang banyak. Sedangkan kekurangannya adalah
tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan sel yang berukuran kecil sulit
dilihat dengan mikroskop.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung dilakukan dengan metode plate
count, yakni hanya sel yang hidup yang dihitung dalam metode ini. Prinsipnya yaitu
pengenceran dalam tiap konsentrasi diinokulasikan dalam medium agar dipetri
dengan cara spread. Perhitungan jumlah bakteri ini digunakan pengenceran 103,10-4,10-5,10-6 lalu dibandingkan jumlah koloni dari tiap konsentrasi pengenceran
sehingga dengan mengikuti perhitungan dan persyaratan plate count akan
didapatkan jumlah bakteri yang ada. Beberapa syarat perhitungan dengan
menggunakan metode ini adalah :

Tidak ada spreader.


Jumlah koloni mulai dari 30-300.
Perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran yang lebih kecil :
Jika 2, hasil perhitungan dirata-rata.
Jika 2, dipakai hasil pengenceran yang sebelumnya.
Dari hasil perhitungan jumlah bakteri tanah secara tidak langsung, didapatkan
bahwa pada pengenceran 10-3 koloni bakteri A dan koloni B mengalami spreader.

Pada pengenceran 10-4 koloni A berjumlah 36 sedangkan koloni B spreader


sehingga diperoleh jumlah bakteri sebanyak 36 x 104 dengan berwarna putih dan
bentuk koloni irreguler, sirkuler, curled, dan toruloid. Pada pengenceran 10-5 koloni
A berjumlah 5 dan koloni B berjumlah 66 koloni yang berwarna putih susu dan
berbentuk sirkuler, rhizoid, amoeboid, irreguler. Pada pengenceran 10-6 koloni A
berjumlah 80 dan koloni B berjumlah 300 yang berwarna krem dan berbentuk
sirkuler. Pada perhitungan jumlah bakteri susu secara tidak langsung, didapatkan
bahwa pada pengenceran 10-3 koloni bakteri A berjumlah 56 sedangkan bakteri
koloni B mengalami spreader tetapi diperoleh jumlah bakteri sebanyak 56 x 103
dengan warna koloni putih susu dan krem dan berbentuk rhizoid, irreguler dan
myceloid. Pada pengenceran 10-4 pada petridish didapat jumlah koloni bakteri A
sebanyak 76 sedangkan koloni B mengalami spreader yang berwarna putih susu
dan berbentuk circulair. Pada pengenceran 10-5 koloni A berjumlah 11 dan koloni B
mengalami spreader dengan warna putih susu berbentuk circular. Pada koloni A
jumlah koloni sebanyak 107 dan koloni B berjumlah 10 yang berwarna krem dan
berbentuk circular dan rhizoid.

Perhitungan jumlah bakteri secara tidak langsung memiliki kelebihan dan


kekurangan. Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi
bakteri, bakteri yang dihitung adalah bakteri yang hidup. Sedangkan
kekurangannya adalah perhitungannya kurang akurat karena ada kemungkinan
beberapa sel bertumpuk, ada kemungkinan terjadi spreader, waktu yang
dibutuhkan cukup lama, bahan yang digunakan relatif banyak.

Pada percobaan ini spreader terjadi karena pengenceran suspensi tanah yang
kurang encer sehingga bakteri yang terikut masih sangat banyak sehingga tidak
bisa dihitung dan harus diencerkan lagi. Selain faktor pengenceran, kualitas dari
bahan juga dapat menyebabkan spreader, kualitas bahan yang jelek dapat
menyebabkan banyaknya mikrobia yang ada sehingga karena faktor
pengencerannya kurang bakteri yang diinokulasikan ke dalam petridish menjadi
bertumpuk sehingga tidak dapat dihitung jumlahnya dan mengalami spreader.

Perhitungan jumlah bakteri secara langsung maupun secara tidak langsung


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

Faktor pengenceran, semakin tinggi pengenceran suatu suspensi maka akan


semakin sedikit jumlah bakteri yang dikandung atau tidak ada sama sekali
Temperatur dan pH, berkaitan dengan pertumbuhan bakteri pada suhu dan pH
optimum
Komposisi medium, medium yang digunakan untuk penanaman harus sesuai
dengan bakteri yang akan dihitung

Segi teknis yaitu Alat yang digunakan dan tingkat ketelitian dalam penghitungan.
DAFTAR PUSTAKA

Dizzideepinsohard. 2008. Laporan Praktikum Mikrobiologi Farmasi.


http://anitamanulang.blog.com/laporan-praktikum-mikrobiologi-farmasi.html/ 27
Maret 2011.
Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Fardiaz, S. 1992. Mikirobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jutono, J., Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Suhadi, D., Soesanto. 1980.
Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum. Departemen Mikrobiologi Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Hadioetomo, R. 1990. Mikrobiologi Dasar-Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Stainer, R.Y. 1986. The Microbial World. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang
LAPORAN PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI-CAWAN TUANG
I. Judul
Tuang
II. Tujuan

: Menghitung Jumlah Bakteri dengan Metoda Pengenceran Cawan


: Untuk Mengetahui Jumlah Bakteri pada Setiap Mililiter Sampel

III. Teori Dasar


Mikroorganisme adalah makhlukhidup cosmopolitan, terdapat dimana-mana. Dalam
air dan tanah, dalam makanan, hewan dan tumbuhan serta manusia. Keberadaan
dan besarnya populasi mikroorganisme sangat penting untuk diketahui dan
dipelajari karena memiliki karakteristik dan peran yang sangat erat interaksinya
baik dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotiknya.
Besarnya populasi mikroorganisme dapat menentukan kualitas suatu produk,
menentukan tata guna suatu sumber daya, menentukan tingkat kesuburan suatu
lahan dan lain-lain.
Jumlah total mikroorganisme dalam air misalnya, harus diperhitungkan sesuai
dengan peruntukan sumber daya air, apakah limbah yang akan dibuang ke
lingkungan atau air untuk MCK atau untuk air minum. Ada jumlah tertentu yang
menjadi ambang batas atau bahkan ketentuan yang sangat ketat dari jumlah total
ini, yang tujuannya adalah untuk keselamatan lingkungan.
Perhitungan jumlah sangat bervariasi, ada perhitungan khusus pathogen, penghasil
racun, pencemar dan sebagainya. Menghitung jumlah total tanpa merinci kelompok
atau jenis disebut Enumerasi.

Metoda yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme bermacammacam dengan tingkat ketelitian dan peruntukan yang berbeda. Metoda
pengenceran lempeng tuang, digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah sel
dengan anggapan satu koloni berasal dari satu sel. Enumerasi dengan metoda ini
memerlukan keterampilan dan kecerdasan yang sungguh-sungguh (Nurhayati dan
Pingkan, 1993).
Pada metoda pengenceran cawan tuang, cawan yang dipilih untuk menghitungkan
koloni adalah yang mengandung 30-300 koloni.
IV. Alat dan Bahan:
-

Tabung reaksi steril

Pipet volume 1 ml steril

Cawan petri steril

Spidol/label

Lampu Bunsen

Penangas air

Akuades steril

Kaldu nutrisi agar

Sampel

V.

Cara Kerja :

Menyediakan 6 tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml akuades steril,


meletakkan secara berurutan dan beri tanda 1 s/d 6.
Membuat pengenceran dari sampel yang akan diperiksa mulai dari
pengenceran 10-1,10-2,10-3, sampel dengan pengenceran 10-6, dengan cara
memasukkan 1 ml sampel ke dalam tabung reaksi pertama kemudian kocok sampai
homogeny, konsentrasi larutan menjadi 10-1, kemudian mempipet 1 ml larutan dari
tabung pertama masukkan ke tabung kedua dan kocok sampai homogeny,
konsentrasi larutan menjadi 10-2 demikian seterusnya sampai tabung ke enam.
Menyediakan dua cawan petri steril, meletakkan berurutan dan beri tanda
10-5,10-6 dengan spidol/label.
Mengambil larutan dari tabung ke 5 dan ke 6 masing-masing 1 ml dengan
menggunakan pipet steril dan memasukkan ke dalam cawan petri steril yang sudah
diberi tanda.
Menyiapkan medium kaldu nutrisi agar cair dengan suhu 400 450 C
sebanyak 2 tabung masing-masing berisi 9 ml kaldu nutrisi agar.
Memasukkan kaldu nutrisi agar ke dalam cawan petri yang berisi larutan
sampel, satu tabung KNA untuk satu petri, menggoyangkan hingga homogeny

dengan cara memutar cawan petri searah jarum jam dan kebalikannya di atas meja,
biarkan hingga dingin dan mengeras.
Menginkubasikan pada suhu 220C 370C selama 24 48 jam di dalam
incubator.
Menghitung jumlah bakteri yang tumbuh pada setiap pengenceran. Jumlah
bakteri yang ada dalam setiap 1 ml sampel adalah berbanding terbalik dengan
pengenceran, misalnya : hasil perhitungan dari pengenceran 10-6 terdapat 10
koloni maka jumlah bakteri adalah 10 x 106 sel bakteri/ml.
VI. Hasil Percobaan
Tabel Pengamatan :
Sampel

: Agar miring medium toge agar, bakteri dari telinga

Tanggal

: 1 November 2011

Pengenceran
Jumlah koloni
Jumlah bakteri
10-5
7
7 x 105 sel bakteri/ml
10-6
4
4 x 106 sel bakteri/ml

VII.

Pembahasan

Metode hitungan cawan dilakukan dengan mengencerkan sampel suspensi bakteri


ke dalam nutrisi kaldu agar. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni
yang terbentuk pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana
jumlah terbaik adalah antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml, per gram atau per
cm permukaan (Fardiaz,1993). Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah
sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit
jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung
(waluyo, 2004).
Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang
sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel,
selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran.

Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran decimal


yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6. Dan yang diplating dan diamati adalah
pengenceran 10-5 dan10-6. Hal ini karena diperkirakan koloni yang dibentuk oleh
sampel bakteri berada pada jumlah yang dapat dihitung pada pengenceran
tersebut. Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat
jika pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung ke lima dan ke
enam dituang ke dalam cawan petri (penanaman atau plating) dengan media KNA
secara aseptik. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri
dari medium lama ke medium baru (Dwijoseputro, 1978). Pada penanaman bakteri
dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk
menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan. (Fardiaz,
1993).
Media KNA digunakan karena media KNA merupakan media yang paling cocok
untuk kultur bakteri. Selanjutnya cawan petri diinkubasikan selama 2 x 24 jam pada
suhu 37 C. inkubasi dilakukan selama 2 x 24 jam karena jumlah mikroba maksimal
yang dapat dihitung langsung oleh mata.
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 1 dapat disimpulkan bahwa semakin
tingki tinggkat pengenceran yang dilakukan maka semakin sedikit mikroba yang
dapat dihitung. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pengamatan pada cawan petri
hasil pengenceran kelima yang menghasilkan 7 koloni bakteri sedangkan pada
cawan petri hasil pengenceran yang ke enam terdapat 4 koloni bakteri.
VIII.

Kesimpulan

Penghitungan bakteri menggunakan metode pengenceran atau cawan tuang


dilakukan untuk memudahkan dalam menghitung bakteri. Prinsip pengenceran
adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang
dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu
mikroba pada satu tabung (waluyo, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Etty,M.Pd.2011.Diktat Asistensi dan Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi.Cirebon
Humairoh, Hardiyanti.2011.Jurnal Praktikum Mikrobiologi dan Virologi Menghitung
Bakteri dengan Metode Pengenceran-Cawan Tuang.Cirebon

You might also like