You are on page 1of 19

Hubungan

Struktur Aktivitas
Sulfonamida
Kelompok 3 :
Aderina
Aditia Astary
Amrullah Hidayat
Anne Daniati
Fenny Apriani Timika Lubis
Lince Septiani Aritonang
Mery Tobing
Ni Made Emy

SULFONAMIDA
Rumus

umum: H2N-C6H4-SO2NHR dan R


Rumus Molekul
: C6H8N2O2S
Berat Molekul
: 172, 21
H N
Sinonim : Sulfanilamida
2

Sifat-sifat fisikakimia Sulfonamida


1. Pemerian
Sulfonamide berbentuk Kristal putih
yang umumnya sukar larut dalam air,
tetapi garam natriumnya mudah larut.

O
S
O

NH2

2.

Sifat sifat
Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan cara
pengocokan yang digunakan dalam analisa organik.
Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin

3. Kelarutan
a.
Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan
larut dalam air panas. Elkosin biasanya larut dalam air
panas dan dingin.
b.
Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.
c.
Larut baik dalam aseton.
d.
Sulfa sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak
bebas akan mudah larut dalam HCl encer. Irgamid dan
Irgafon tidak lariut dalam HCl encer.
e.
Sulfa sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut
dalam HCl, misalnya septazin, soluseptazin, sulfasuksidin
larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam NaOH.
f.
Sulfa dengan gugusan SO2NHR akan terhidrolisis bila
dimasak dengan asam kuat HCl atau HNO3.

Farmakokinetika Sulfonamida

ABSORPSI
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan
cepat, kecuali beberapa macam sulfonamid yang
khusus digunakan untuk infeksi lokal pada usus.
Kira-kira 70-100% dosis oral sulfonamid diabsorpsi
melalui saluran cerna dan dapat ditemukan dalam
urin 30 menit setelah pemberian.
Absorpsi terutama terjadi pada usus halus,
tetapi beberapa jenis sulfa dapat diabsorpsi melalui
lambung. Absorpsi melalui tempat-tempat lain,
misalnya vagina, saluran napas, kulit yang terluka,
pada umumnya kurang baik, tetapi cukup
menyebabkan
reaksi
toksik
atau
reaksi
hipersensitivitas.

Lanjutan
DISTRIBUSI

Semua sulfonamid terikat pada protein plasma terutama albumin


dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh
jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. Dalam
cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 50-80% kadar dalam
darah. Pemberian sulfadiazin dan sulfisoksazol secara sistemik
dengan dosis kuat dapat mencapai kadar efektif dalamCSS (cairan
serebrospinal otak). Kadar taraf mantap di dalam CSS mencapai 1080% dari kadarnya dalam darah; pada meningitis kadar ini lebih tinggi
lagi. Namun, oleh karena timbulnya resistensi mikroba terhadap
sulfonamid,
meningitis.

obat

ini

jarang

lagi

digunakan

untuk

pengobatan

Lanjutan
METABOLISME
Dalam tubuh, sulfonamida mengalami asetilasi dan
oksidasi. Hasil inilah yang sering menyebabkan reaksi
toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala
hipersensitivitas,
sedangkan
hasil
asetilasi
menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
EKSKRESI
Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam
bentuk asetil maupun bentuk bebas.Masa paruh
sulfonamida tergantung pada keadaan fungsi ginjal.
Sebagian kecil diekskresikan melalui tinja, empedu,
dan air susu ibu.

Aktifitas dan Mekanisme kerja

Obat ini memilik kerja bakteriostatis yang luas terhadap bakteri


gram postif dan gram negatif; terhadap Pseudomonas, Proteus dan
Streptococcus faecalis tidak aktif.

Mekanisme

kerjanya

berdasarkan

pencegahan

sintesis

(dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonisme saingan


denga PABA. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk
membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini
dibentuknya sendiri dari bahan-pangkal PABA(=para-aminobenzoid
acid) yang terdapat dimana-mana dalam tubuh manusia.

Dosis

1. Sulfonamida kerja singkat rata-rata digunakan 50-100


mg/kg bobot badan per hari secara oral.
Contohnya : sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin,
sulfatiazol, sulfasomidin dan sulfaksasol
2. Sulfonamide kerja sedang rata-rata digunakan 25-50
mg/kg bobot badan per hari secara oral
Contohnya
: sulfadiazin, sulfametoksasol dan
sulfafenazo
3. Sulfonamide kerja panjang rata-rata digunakan 10-20
mg/kg bobot badan per hari secara oral
contohnya:sulfadoksin, sulfalen,
sulfametoksipiridazin dan sulfametoksidiazin.

Efek Samping
Kerusakan

parah pada sel-sel darah,


yang berupa antara lain agranulositosis
dan anemia hemolitis. Reaksi alergi ,
gangguan saluran cerna(mual,muntah,
diare dan sebagainya dan bahaya
kristaluria).

HUBUNGAN STRUKTUR DAN


AKTIVITAS TURUNAN SULFONAMIDA
Sulfonamida adalah senyawa organik yang
mengandung
belerang
SO
dan
NH2,
sulfonamida merupakan analog struktural
asam para amino benzene acid yang sangat
penting untuk sintesis asam folat pada bakteri.
Struktur umum sulfonamida :
R

N4
H

SO2N1
H

1.

Gugus amino primer aromatik sangat penting untuk


aktivitas karena banyak modifikasi pada gugus tersebut
ternyata menghilangkan aktivitas antibakteri. Contoh :
metabolit - asetalasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh
karena itu gugus amino harus tidak tersubtitusi (R=H) atau
mengandung subtituen yang mudah dihilangkan pada in
vivo.
O

H2N

NH2

2. Bentuk yang aktif sebagai antibakteri adalah bentuk


garam N1-terionisasi (N1-monosubtitusi), sedangkan N1O
disubtitusi tidak aktif sebagai antibakteri.
H2 N

S
O

Sulfanilamide
Log P: -0,66
MR: 43,69 [cm3/mol]

NH2

3.

Penggantian cincin benzen dengan sistem cincin yang lain


dan pemasukan substituen lain pada cincin benzen akan
menurunkan atau menghilangkan aktivitas.
O
H2N

CH3

NH2

Sulfasetamide

4.Penggantian gugus SO2NH2 dengan SO2-C6-H4-(p)NH2


senyawa tetap aktif sebagai antibakteri. Penggantian
dengan CONH-C6H4-(p)NH2 atau CO-C6H4-(P)NH2 akan
menurunkan aktivitas.
NH
2

O
N

S
NH

SULFADIAZINE
Log P: 0
MR: 64,62 [cm3/mol]

Lanjutan
5.

Dari
studi
hubungan
nilai
Pka
turunan
sulfonamida dengan aktivitas antibakteri secara
in vivo, Bell dan Roblin mendapatkan bahwa
aktifitas antibakteri yang cukup tinggi ditunjukan
oleh turunan sulfonamid yang mempunyai nilai
pKa antara 6,0-7,4 dan terlihat bahwa aktifitas
maksimal dicapai oleh senyawa yang mempunyai
nilai pKa mendekati pH fisiologis.
Tabel struktur turunan sulfonamida:

Siswandono dan Soekardjo, 2008

Lanjutan
7. Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup
sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino
menghasilkan hilangnya aktifitas anti bakterial, namun turunan
demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan yang aktif.
Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak
aktif dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus
bawah untuk melepaskan komponen aktif sulfatiazol, obat ini telah
digunakan misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut.
8. Salah satu efek samping turunan sulfonamida adalah kerusakan
ginjal yang disebabkan kerena pembentukan kristal yang sukar
larut di ginjal (pada air dan urine) oleh metabolit sulfonamida dan
asetil sulfanilamida.
Untuk
memperkecil
kemungkinan
pembentukan
Kristal
asetilsulfonamida di ginjal, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

Lanjutan . . .

Meningkatkan volume aliran urin yaitu dengan


minum air yang banyak pada awal pemberian
turunan sulfonamida.

Meningkatkan pH urin sampai > 10,4 (basa), yaitu


dengan pemberian natrium bikarbonat, 1-4 g.
pada pH basa sulfanilamida akan membentuk
garam yang mudah larut dalam air.

Membuat turuan sulfonamida yang mempunyai


nilai pKa rendah, sehingga pada pH urin terdapat
dalam bentuk terionisasi yang mudah larut dalam
air. Contoh : sulfametoksazol (pKa = 6) dan
sulfisoksazol (pKa = 5,0).

Lanjutan

Menggunakan campuran beberapa sulfonamida


dengan dosis yang sama untuk mencapai dosis
total. Contoh : trisulfa, yang terdiri dari dari
campuran sama banyak sulfadiazine, sulfanerazin
dan sulfametazin. Hal ini disebabkan karena
kelarutan masing-masing sulfonamida berdiri
sendiri sehingga memperkecil kemungkinan
terbentuknya Kristal di ginjal, sedang efek
antibakteri campuran sulfa bersifat aditif.

Terima kasiii.!

You might also like