You are on page 1of 4

BAB III.

TINJAUAN PUSTAKA
Menurut PERSAGI,2009 ASI (Air Susu Ibu) cairan hasil sekresi kelenjar payudara
wanita pasca kehamilan yang merupakan sumber makanan bayi yang baru lahir hingga berusia
2 tahun. Pemberian ASI secara eksklusif sangat dianjurkan dengan tidak memberikan bayi
makanan selain ASI. Menurut WHO Pemberian ASI eksklusif dianjurkan

selama 6 bulan

pertama kehidupan dan kemudian mendapat makanan pendamping ASi setidaknya hingga
berumur 2 tahun (PERSAGI,2009) .
Masa menyusui merupakan suatu proses pemberian makan yang dilakukan ibu kepada
anaknya pasca melahirkan. Masa menyusui merupakan salah satu masa krusial dalam tahap
perkembangan manusia. Ibu menyusui membutuhkan konsumsi energi dan zat-zat gizi yang
adekuat guna menopang pertumbuhan dan kesehatan bayi dan dirinnya. Menurut Almatsier,
2001 pada saat menyusui (laktasi) seorang ibu memerlukan tambahan energi untuk
memeproduksi ASI. Dalam keadaan normal, pada 6 bulan pertama lakasi diharapkan seluruh
atau paling tidak 80% kebutuhan energy bayi terpenuhi melalui pemberian ASI. Adapun
tambahan keperluan energi ibu adalah sebesar 1,13 x AMB bayi ,atau kurang lebih 700
kkal/harinya. Setelah periode 6 bulan pertama berakhir, bayi sudah mendapatkan makanan
pendamping ASI menyebabkan tambahan kebutuhan energy ibu berkurang menjadi 500
kkal/hari. Begitu memasuki tahun kedua , bila anak masih mendapatkan ASi dianjurkan
tambahan keperluan energi ibu adalah sebanyak 400 kkal/harinya.
ASI kaya protein dan zat kekebalan tubuh atau immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM),
mengandung lebih sedikit lemak dan karbohidrat. Kolostrum merupakan ASI pertama yang
kekuar pasca melahirkan, biasanya kolostrum keluar setelah 1 atau beberapa hari setelah
kelahiran bayi (Rahmawati,2004).
WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No.
450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai
memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih
(Prasetyono, 2009). Menurut (Prasetyono, 2009) menyusui bayi mendatangkan keuntungan
bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara.

Manfaat ASI Bagi Bayi :

Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena
mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Setelah berumur 1 tahun, meskipun ASI
hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, pemberian ASI tetap dianjurkan.

Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi
lambung dan usus, sembelit, serta alergi.

Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi yang tidak
memperoleh ASI.

ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya.

Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan kepadanya.

Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI.

IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang bayi yang tidak
diberi ASI.

Manfaat ASI Bagi Ibu :

Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke
masa prakehamilan, serta mengurangi risiko perdarahan.

Lemak disekitar panggul dan pada yang ditimbun pada masa kehamilan berpindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali.

Risiko terkena kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah.

Menyusui bayi lebih menghemat waktu.

ASI lebih praktis.

ASI lebih murah.

ASI selalu bebas kuman.

ASI dalam payudara tidak pernah basi.

Pengelompokkan ASI
ASI Stadium I
ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi
oleh kelenjar payudara dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Kolostrum berwarna kuning keemasan
disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar
(pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru
lahir segera bersih dan siap menerima ASI.

ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke 4 sampai hari ke 10.
Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi dan jumlah
volume ASI semakin meningkat.
ASI Stadium III
ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke 10 sampai seterusnya.
ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai berumur 6 bulan (Purwanti: 2004).
Kandungan Gizi dalam ASI adalah Air, ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang
diminum bayi sudah mencukupi kebutuhan dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir
yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum) tidak memerlukan tambahan cairan di
dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari
ketiga atau keempat. Karbohidrat, terbanyak dalam ASI adalah laktosa. Jumlahnya pun lebih
banyak daripada susu sapi. Laktosa diperlukan dalam pertumbuhan otak serta memiliki struktur
kimiawi berupa sepasang gula, yaitu glukosa dan galaktosa. Galaktosa inilah makanan utama
dalam pengembangan jaringan otak. Jumlah galaktosa dalam ASI lebih banyak daripada
mamalia lain, seperti sapi. Laktosa juga berperang membantu tulang. Jadi, anak yang
mengkomsumsi ASI akan memiliki tubuh dan tulang yang lebih kuat.
Protein ASI mengandung protein yang tinggi dengan dua macam protein utama, yaitu
Whey. Whey adalah protein halus, lembut, serta mudah di cerna. Kasein adalah protein yang
kasar, bergumpal, dan sukar dicerna usus bayi. ASI memiliki perbandingan Whey dan kasein
yangsesuai untuk bayi. Rasio Whey dan kasein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibanding susu sapi. ASI mengandung whey yang lebih banyak dari kasein dengan
perbandingan 65,35sehingga menyebabkan protein ASI lebih mudahdiserap tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S., dkk. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
Atman, 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Di Lahan Sawah. Peneliti
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, Sumatera Barat.
Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC
Dalilah, Eli. 2006. Evaluai Nilai Gizi dan Karakteristik Protein Daging Sapi dan Hasil Olahannya.
Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Depkes RI. 2011. Banyak Sekali Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu. Jakarta: Depkes RI
Febrita, Diana. 2011. Karakteristik dan Uji Aktivitas Antioksidan Madu Hutan Lhoknga, Montasik
dan Sare Kabupaten Aceh Besar Secara Spektofotometri Visible. Fakultas Farmasi.
Universitas Sumatera Utara.
Patiwiri, A.W. 2006. Teknologi Penggilingan Padi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
PERSAGI.2009.Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga.Jakarta:PT Kompas Media
Nusantara.
Prasetyono, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press
Purwanti, Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC
Rahmawati,Afrida.2014. PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN). Makassar.
Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(2), pp. 070-075 April, 2014 STIKES Nani Hasanuddin
Makassar.
Rohimah, Ika. 2013. Analisis Energi dan Protein serta Uji Daya Terima Biskuit Tepung Labu
Kuning dan Ikan Lele. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Sujiyatini,. Nurjanah., Kurniati, A. 2010. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Cyrillus Publisher.
Wahyudi, B. 2009. Perancangan Pembuatan Mesin Tepung Tapioka dengan Kapasitas 7 kg
perjam. Karya Akhir. Program Diploma IV Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.

You might also like