Professional Documents
Culture Documents
(Sorghum bicolor)
Pendahuluan
Menurut catatan dan pengamatan serangga
hama
yang
dianggap
serius
berbeda
antaranegara. Di India dan Thailand, hama utama
sorgum adalahlalat bibit (shoot fly), belalang
(grass hopper), ulat grayak (Myhtimna sp),kutu
daun (Aphids), penggerek batang (Chilo partellus
dan
Sesamia inferens),Heliothis armigera,dan
Calocoris anjustaties (Nwanze et al. 1987)
Hasil penelitian Pabbage (2006) menunjukkan
spesies hama gudang Sitophilus sp, paling cepat
berkembang
pada
biji
sorgum,
menyusul
triboliumcastaneum yang merupakan hama
sekunder.
Pengendalian:
a. Kultur teknis yaitu dengan penyiangan karena
lalat bibit dapat hidup pada sorgum liar.
b. Kimiawi yaitu beberapa insektisida yang cukup
efektif antara lain carbofuran, fensulfothion,
isofenphos (Reddy 1981)
c. Varietas tahan: Ketahanan varietas terhadap lalat
bibit bersifat polygenic yang ditentukan oleh
banyak gen yang bersifat additive (Reddy 1982).
Varietas Pirira-1 dan Pirira-2 cukup tahan
terhadap lalat bibit dan telah ditanam secara
luas di Afrika Selatan (Berg et al. 2005).
. Pengendalian
biologi:
Trichogramma
kalkae
merupakan parasit telur, Aprostocetus spp
merupakan parasit larva instar
Pengendalian
a. Kultur teknis: memusnahkan tanaman sorgum
yang telah terkena serangan hama, pengolahan
tanah yang baik akan merusak pupa penggerek
batang sorgum, menghindari penggunaan sisa
tanaman sebagai mulsa, melakukan rotasi
tanaman.
b. Tanaman tahan:
Hama ini dapat berkembang
hingga dua generasi pada tanaman sorgum,
sehingga diperlukan tanaman tahan untuk
mengurangi kehilangan hasil, terutama pada
generasi kedua.
c. Pengendalian biologi : Beberapa musuh alami
seperti parasitoids Trichogramma sp. cukup efektif
mengendalikan penggerek batang sorgum di
Ghana dan Afrika Selatan
Hama Bubuk
a. Penyebab Sitophilus zeamais
b. Hama ini merusak biji sorgum dalam
penyimpanan dan masih di pertanaman.
Telur diletakkan satu per satu pada
lubang gerekan di dalam biji.
c. Serangga ini menyerang biji sorgum
yang berlubang-lubang dan keropos
sehingga tidak layak untuk dikonsumsi
Pengendalian
a. Menyimpan biji sorgum dengan serbuk
daun putri malu.
Pengendalian
a. Kultur teknis: melakukan monitoring di sekitar
pertanaman, Penanaman serempak akan
mengurangi perkembangan kepik hijau,
menggunakan tanaman perangkap seperti
Crotalaria sp.
b. Biologis : Parasit Trichopoda pennipes dan
Trichopoda pilipes cukup berhasil
mengendalikan kepik hijau di Hawaii. Lalat ini
meletakkan telur pada kepik hijau dewasa, larva
akan masuk ke tubuh kepik hijau, makan di
dalam dan mematikan kepik hijau. Semut
Pheidole megacephala dilaporkan dapat
memangsa telur dan nimfa muda kepik hijau
(Maie and Martin 2007)
c. Kimiawi: Pengendalian dengan insektisida
sebaiknya pada fase nimfa yang cenderung
c. Varietas Tahan
d. Kimiawi.
Formulasi
karbofuran
granula yang diaplikasikan langsung
sehingga
dapat
menekan
C.
partellus
meski
menggunakan
tenaga kerja yang intensif dan
direkomendasikan sebagai alternatif
terakhir
g. Spora
Colletotrichum dapat disebarkan
oleh angin dan percikan air hujan jika
menempel pada inang yang cocok akan
berkembang dengan cepat.
h. Periode inkubasi Colletotrichum antara 5 7
hari setelah terinfeksi,suhu optimum untuk
pertumbuhan jamur antara 24 30
oC
dengan kelembaban relatif tinggi 80 90%
Pengendalian
a. Melakukan rotasi tanaman
b. Menggunakan varietas tahan
c. Sanitasi lingkungan di sekitar pertanaman
d. Penggunaan fungisida yang sesuai
Rust ( karat )
a. Pada permulaan gejala terlihat bercak kecil
berwarna merah atau cokelat kemerahan,
kemudian bercak berkembang berupa pustule
kemudian menjadi kumpulan spora dan berwarna
coklat tua.
b. Infeksi menyebar dari daun bawahsampai keatas
dan infeksi bisa terjadi pada batang apabila
infeksi atau intensitas serangannya tinggi.
c. Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia purpurea
d. Penyakit ini bersifat obligat parasit sehingga
untuk perkembangannya memerlukan jaringan
tanaman yang hidup untuk bertahan hidup.
e. Cendawan karat hanya membutuhkan enam jam
atau lebih dengan kelembaban relatif 95 persen
Pengendalian
a. Penggunaan varietas tahan
b. Pengaturan jarak tanam tidak terlalu
rapat
c. Pembuatan drainase yang baik
d. Pengelolaan stress kekeringan saat
pengisian biji dan tanaman
berbunga.