You are on page 1of 5

1

A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, pada kegiatan..
Kegiatan 1: Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung
Ketika data semua kelompok telah dikumpulkan, berat tubuh dengan frekuensi
denyut jantung yang didapatkan sebagai berikut:
Kelompok
1
2
3
4
5
X
59,8
119
68,5
44,45
94,6
Y
18,1
18,5
13,8
19,3
18
Keterangan:
Data X menunjukan berat badan katak.
Data Y menunjukan denyut jantung permenit.

7
92
3

8
82
3

9
55,5
19,7

Dari tabel di atas, terlihat bahwa katak dengan berat di atas 80 gram memiliki
denyut jantuung dengan rentang 3 hingga 18 permenit.
Kegiatan 2: Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung
Hasil yang didapat, dapat dilihat pada tabel berikut:
X

Suhu Ruangan (27)

14
13
13
14
15
14

Suhu Dingin
(7)
9
10
10
11
12
10

Suhu Panas
(37)
14
13
13
12
11
13

Rata-rata, denyut
jantung permenit
Keterangan:
Data X menunjukan suhu yang digunakan.
Data Y menunjukan denyut jantung permenit pada setiap suhu yang digunakan.

Ketika denyut jantung pada suhu ruangan. Rata-rata denyut jantung permenit
pada katak kelompok kami adalah 14/menit. Pada suhu 7, denyut jantung katak
permenit adalah 10/menit. Dan pada suhu 37, denyut jantung katak permenit
adalah 13/menit.

Kegiatan 3: Percobaan Stanius

Ketika ikatan stanius I dengan ikat longgar digunakan benang antara sinus
venosus dan atrium kontraksi terlihat frekuensi denyut jantung melambat dari
denyut jantung normal, sedangkan pada ikatan stanius II dengan ikatan benang
antara atrium dan ventrikel terlihat frekuensi denyut jantung menjadi lebih cepat
dari denyut jantung normal.
Kegiatan 4: Automasi Jantung
Ketika diletakan pada larutan ringer, jantung pada katak terlihat masih
berdenyut.
Kegiatan 5: Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak
Hasil yang didapat pada kegiatan ini, dapat dilihat pada tabel berikut:
Larutan
Detak
jantung
katak permenit

NaCl
15
8
8
9

Ringer
14
7
8
11

KCL
5
4
5
7

Rata-rata detak
10
10
5
jantung permenit
Terlihat bahwa rata-rata detak jantung permenit pada larutan NaCl, ringer, CaCl2
memiliki rata-rata yang sama yaitu 10/menit, sedangkan detak jantung permenit
pada larutan KCL adalah 5/menit.

B. Pembahasan
Jantung katak maupun mamalia mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap
berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di
keluarkan dari tubuh. Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu
sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Secara garis besar peredaran darah katak
sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena
darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus.
Kontraksi jantung terdiri dari kontraksi atrium dan kontraksi ventrikel. Kedua
macam kontraksi jantung menunjukkan bahwa siklus jantung terdiri dari systole dan
diastole. Systole merupakan periode kontraksi ventrikel saat jantung memompakan
darahnya dari ventrikel ke sirkulasi pulmonal ( A pulmonalis) dan ke sirkulasi sistemik
(aorta). Pada saat systole katub-katubatrioventrikularis (mitralis dan bikuspidalis)
menutup sedangkan katub-katub semilunaris (katub aorta dan katub pilmonal) membuka
sehingga ventrikel yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan darahnya
ke aorta dan A pulmonalis. Sedangkan diastole menunjukkan periode relaksasi ventrikel
(kontraksi atrium) saat ventrikel menerima darah dari atrium yang sebelumnya telah
menerima darah dari paru-paru (V Pulmonalis) dan dari seluruh tubuh (vena cava). Pada
saat distole katub-katub semilunaris(katub aorta dan katub pulmonal) menutup
sedangkan katub-katub atrioventrikularis (mitralis dan bikuspidalis) membuka sehingga
atrium yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan darahnya ke ventrikel.
Kontraksi atrium terjadi hampir bersamaan dengan relaksasi ventrikel, walaupun
pada saat ventrikel relaksasi, atrium berkontraksi namun besarnya tekanan kedua

CaCl2
10
11
9
9
10

ruangan ini hampir sama. Sedangkan pada saat atrium relaksasi juga tak tampak karena
tertutup oleh besarnya tekanan pada ventrikel yang sedang berkontraksi, dimana proses
berkontraksi dan relaksasi (systole dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada
keadaan normal akan terjadi terus menerus. Kontraksi jantung tidak semata-mata
tergantung dari impuls yang di hantarkan oleh syaraf. Jantung mempunyai kemampuan
untuk self excitation sehingga dapat berkontraksi secara otomatis walaupun telah di
lepas dari tubuh dan semua syaraf menuju jantung telah di potong.
Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan sendirinya,
namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan perambatan impuls pada jantung
dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Pasangan
kedua saraf ini kerjanya adalah saling berlawanan yaitu:saraf simpatik bekerja
meningkatkan baik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan mempercepat
perambatan impuls pada jantung, sedangkan saraf parasimpatik bekerja menurunkan
naik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan melambatkan perambatan
impuls pada jantung.
1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung
Berat tubuh katak memengaruhi terhadap frekuensi denyut jantung, hal ini
disebabkan karena komposisi darah dalam tubuh sebesar 1/13 dari berat tubuh, hal ini
berkaitan pula dengan mekanisme jantung memompa darah ke seluruh tubuh.
Maka bila berat tubuh semakin besar maka kemungkinan kerja jantung akan
semakin besar, namun frekuensi detak jantung menjadi lambat (karena waktu untuk
memompa darah pada seluruh tubuh menjadi lebih besar pula).
2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung
Adanya penurunan denyut jantung pada suhu tinggi dan peningkatan denyut
janung pada suhu tinggi disebabkan karena jantung katak memiliki respon yang kurang
lebih sama dengan jantung manusia, yaitu denyut jantung akan meningkat saat panas
dan melambat saat dingin.
Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan frekuensi jantung yang besar, dan
penurunan suhu sangat mengurangi frekuensi. Efek ini mungkin sebagai akibat
peningkatan permebialitas membran otot terhadap berbagai ion, mengakibatkan
percepatan self excitation.
Kekuatan kontraksi jantung dapat di ubah secara temporer dengan peningkatan
suhu moderat, tetapi peningkatan suhu yang lama melelahkan jantung dan menyebabkan
kelemahan pada denyut jantung.
Pada suhu rendah, denyut jantung melambat karena mengalami penurungan
kebutuhan oksigen sehingga denyut jantung menurun. Guyton menyatakan bahwa
kontraksi otot jantung meningkat dengan pemanasan global pada jantung akibat kerja
dan aktifitas tubuh berlebihan, sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
3. Percobaan Stanius
Adanya perbedaan frekuensi denyut janting antara ikatan longgar stanius I dan
ikatan stanius II dikarenakan ikatan longgar lebih lama dalam menghalangi terjadinya
peredaran darah sehingga frekuensinya lebih besar sehingga bisa disebut output jantung,
dimana output jantung merupakan sejumlah darah yang dipompa per unit waktu

tergantung pada frekuensi denyut jantung Hal ini sesuai bahwa output jantung
merupakan jumlah darah dipompa per unit waktu yang dipengaruhi oleh faktor volume
adanya jantung lebih besar dalam peningkatan output jantung.
4. Automasi Jantung
Automasi artinya jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa
dipengaruhi saraf. Dibuktikan dengan cara merusak otak atau sumsum punggung.
Jantung tetap normal melakukan fungsinya untuk beberapa saat. Jantung katak maupun
mamalia mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah
diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Pada
katak frekuensi jantung diatur oleh salah satu dari ketiga pasang ganglionnya.
Peranan centrum automasi pada katak itu menyebabkan jantung tetap berdenyut
setelah seluruh persarafannya dipotong. Bahkan bila jantung dipotong-potong, setiap
potongan jaringan jantung masih berdenyut. Hal ini disebakan oleh adanya jaringan
khusus pemicu di jantung yang mampu mencetuskan potensial aksi berulang-ulang.
Jaringan picu jantung membentuk sistem hantaran yang dalam keadaan normal
menyebarkan impuls ke seluruh jantung.
Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang berfungsi
untuk mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu kontraksi dari atrium
dan ventrikel, secara normal berawal pada nodus sinoatrium(SA) yang berlokasi
dalam atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior. Berawal dari nodus
sino atrium sampai nodus antrio ventrikulum, terletak di bagian belakang septum inter
ventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-sel otot jantung yang termodifikasi
(serat-serat purkinje) bercabang dua dan cabang yang terpisah berjalan melalui jaringan
subendokardial dari ventrikel kanan dankiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu
berbentuk simpul, sel-sel yang sangat bercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh
sedikit jaringan penyambung (Guyton,1995).
5. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak
Ketika jantung katak dimasukan pada larutan NaCl denyut jantung pada katak
menjadi melambat, hal ini disebabkan karena larutan NaCl bersifat hipotonis dan
mempengaruhi regulasi tekanan osmotis pada sel-sel otot jantung sehingga kontraksi
otot jantung menjadi lemah.
Disaat jantung dicelupkan ke larutan ringer denyut jantung pada katak kembali
menjadi cepat, hal ini disebabkan karena larutan ringer bersifat hipertonis, sehingga
konsentrasi cairan di dalam sel-sel otot jantung meningkat yang menyebabkan otot
jantung akan lebih cepat berkontraksi dari frekuensi denyut jantung normal.
Jantung dicelupkan pada larutan KCL denyut jantung pada katak kembali
melambat hingga berhenti, hal ini karena KCL termasuk dalam larutan yang hipotonis
dan mempengaruhi regulasi tekanan osmotis pada sel-sel otot jantung sehingga
kontraksi otot jantung menjadi lemah.
Kemudian jantung dicelupkan pada larutan CaCl2 membuat denyut jantung pada
katak kembali menjadi cepat, karena larutan ini bersifat hipertonis, sehingga konsentrasi
cairan di dalam sel-sel otot jantung meningkat yang menyebabkan otot jantung akan
lebih cepat berkontraksi.

C. Kesimpulan

Secara umum jantung katak terdiri atas tiga ruang yaitu sinus venosus, dua
atrium, dan satu ventrikel.
Suhu dan zat kimia dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Suhu rendah
(dingin) akan menurunkan frekuensi denyut jantung, sedangkan suhu tinggi akan
meningkatkat frekuensi denyut jantung.
Jantung katak masih bisa berdenyut diluar tubuhnya karena jantung katak
terdapat serabut purkinje dan serabut his
Kontraksi otot jantung pada katak dipengaruhi oleh bahan kimia seperti larutan
NaCl, ringer, KCl, dan CaCl2 yang memperlambat atau mempercepat kontraksi
otot jantung karena bersifat hipotonis atau hipertonis..

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Kimbal, J. W. 1988. Biologi II. Erlangga, Jakarta.
Ganaie,AH., Ghasura, N.A. Mir, N.A. Bumla, Sankar, Wani. 2013. Biochemical and
Physiological Changes during Thermal Stress in Bovines. Iranian Journal of
Animal Science (2013) Vol 3.p.423-430.
Guyton, A. C . 1983 . Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit.
Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Natalie, JES., BT. Santos, VH. Rodrigue. 2014. Analysis of heart rate control to assess
thermal sensitivity responses in Brazilian Toads. Brazilian Journal of Medical and
Biological Research. SciELO Brazil.
Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.

You might also like