You are on page 1of 1

Haji Agus Salim (18841954)

Sumber: http://inforingankita.blogspot.com/2012/02/biografi-hajiagus-salim.html

aji Agus Salim semula dikenal dengan nama


Masyhudul Haq. Beliau dikenal mampu
berbicara dalam berbagai bahasa antara lain bahasa
Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan
Jepang. Agus Salim yang dilahirkan di Kota
Gadang, Sumatra Barat pada tanggal 8 Oktober
1884 itu, juga seorang otodidak yang menakjubkan.
Setelah menamatkan HBS (SMA zaman
Belanda), beliau bekerja sebagai penerjemah dan
notaris. Kesempatan untuk belajar beliau dapatkan
ketika bekerja sebagai pegawai konsulat Belanda
di Jeddah, Arab Saudi. Pada saat itu, pengetahuan
agama Islam dapat beliau perdalam. Pada saat itu
pula beliau sekaligus mempelajari seluk-beluk
diplomasi.
Untuk menyalurkan aspirasi politiknya, Agus
Salim masuk dalam Sarekat Islam. Oleh karena
kepandaiannya, beliau diangkat sebagai anggota

pengurus pusat. Selain keanggotaannya dalam SI,


beliau juga memimpin beberapa surat kabar
sebagai sarana untuk mencurahkan aspirasi
politiknya.
Pada tahun 1929 SI berubah menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun yang
sama, Agus Salim diangkat sebagai penasihat teknis
delegasi serikat buruh negeri Belanda dalam
konferensi buruh internasional di Jenewa, Swiss.
Dalam konferensi tersebut, beliau mendapat
kesempatan untuk berpidato dalam bahasa Prancis
yang fasih. Banyak anggota delegasi yang kagum
karena kemampuannya berbahasa dan berpidatonya, sehingga nama Indonesia harum dalam dunia
internasional.
Ketika H.O.S. Cokroaminoto wafat pada tahun
1934, Haji Agus Salim diangkat menjadi ketua PSII.
Dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI), beliau duduk sebagai anggota. Dalam
kedudukan itu, beliau terlibat aktif dalam Panitia
Kecil Perancang Undang-Undang Dasar, bersama
dengan Prof. Dr. Supomo, Wongsonegoro, Ahmad
Subardjo, dan A.A. Maramis. Berbagai jabatan lain
diembannya setelah proklamasi kemerdekaan
seperti anggota DPA dan menteri muda luar negeri.
Ketika Belanda melakukan agresi dengan
merebut Yogyakarta pada tanggal 19 Desember
1948, Haji Agus Salim ditangkap bersama
pemimpin-pemimpin negara seperti Presiden
Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta. Beliau
diasingkan ke Bengkulu. Karena usia yang lanjut,
Haji Agus Salim jatuh sakit. Haji Agus Salim tutup
usia pada tanggal 4 November 1954 di Jakarta dan
dimakamkan di taman makam pahlawan Kalibata,
Jakarta.
Belajar di sekolah formal, bukanlah tujuan
tetapi sebagai sarana untuk dapat belajar secara
mandiri. Aktivitas belajar itu juga tidak terbatas
pada usia tertentu, namun sepanjang hayat. Haji
Agus Salim telah memberi teladan bagaimana
kegiatan belajar menjadi sebuah kebutuhan untuk
menjawab tantangan bangsa di masa yang akan
datang.

You might also like