You are on page 1of 33

LETAK SUNGSANG

Disusun Oleh :
Irene
11-2013-197

Pembimbing:
Dr. FX Widiarso, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RS MARDI RAHAYU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA
PERIODE 9 Febuari 2015 18 April 2015

STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk-Jakarta Barat


SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama

: Irene

Tanda tangan :

NIM

: 11.2013.197

Dr pembimbing / penguji

: Dr. FX. Widiarso,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.SR
Umur : 28 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIIPIA0)
Pekerjaan : Pengajar
Alamat : Tenggeles RT 02 RW 02, Mejobo,

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : D2
Masuk Rumah Sakit :18 Febuari 2015

Kudus

Pukul 11.00 WIB

Nama suami

: Tn. EW

Umur

: 34 tahun

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Tenggeles RT 02 RW 02, Mejobo, Kudus

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 18 Febuari 2015 Pukul 12.00 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari rujukan polikinik kandungan RS.Mardi Rahayu. Pasien mengeluh
perut kencang-kencang sejak 1 hari SMRS, 4 jam SMRS pasien merasakan perut
kencang-kencang semakin sering. Pasien mengatakan belum keluar lendir darah,
mekonium atau air ketuban. Pasien mengatakan ini kehamilan yang kedua. Pasien
tidak mengeluh mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. BAB
dan BAK pasien lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap
bulan ke dokter dan mengetahui bahwa letak bayi sungsang. Pasien selama ini tidak
pernah memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama pemeriksaan
2 | Page

kehamilan. Pasien menjalani operasi sectio cesarea. Pasien mengatakan hari pertama
haid terakhirnya adalah 6 Mei 2014.
Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di dokter kandungan, masalah yang ditemukan saat kehamilan 9 bulan
posisi janin letak sungsang.
Riwayat Haid:
Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

HPHT

: 6 Mei 2014

HPL

: 13 Febuari 2015

- Perkawinan

: 1 kali

- Menikah usia

: 23 tahun

- Lama menikah

: 5 tahun

- Riwayat KB

: Tidak pernah menggunakan

- ANC teratur ke dokter setiap bulan.


Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil

Usia

Jenis

ke

kehamila

persalina

n
42 minggu

Penyulit

Sectio

Kalsifikas

Cesarea

i placenta

Penolon

Jenis

BB/TB

Umur

kelamin

lahir

sekarang

Dokter

perempua

3600

gram/49

4 tahun

cm
2

40 minggu

Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.

Os memiliki riwayat operasi section cesarea pada kehamilan sebelumnya atas


indikasi kalsifikasi placenta.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing
manis, asma dan alergi.

3 | Page

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Tekanan darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 88x/menit

Pernafasan

: 18x/menit

Suhu

: 36,7oC

Mata

: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-

Jantung

: BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)

Thorak

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: Tampak membuncit sesuai usia kehamilan, tampak linea


nigra, dan striae gravidarum. BU (+), Nyeri tekan (-).

Genitalia

: Status Obstetrikus

Ekstremitas

: Edema -/-, akral hangat+/+

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi

: Membuncit sesuai usia kehamilan, tampak linea nigra dan striae


gravidarum. Tampak luka bekas laparotomi.

Tinggi fundus uteri 34 cm (2 jari dibawah prosesus xiphoideus)


Tafsiran Berat Janin : ( 34 - 12 ) x 155 = 3410 gram
Leopold I

: teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas.

Leopold II

: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri, dan teraba


bagian terkecil di sebelah kanan.

Leopold III

: teraba bulat, lunak, dan tidak melenting

Leopold IV

: bokong belum masuk PAP

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 136 x/menit

His (+) 2x dalam 10 menit selama 10 detik.


Pemeriksaan dalam:

pembukaan 1 cm, effacement 25%, KK (+)

bagian bawah janin bokong, hodge I

teraba sacrum

Pemeriksaan Penunjang
4 | Page

Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Hemoglobin

11,8 g/dL

(N: 11,7 15,5)

Leukosit

12,88 ribu

(N: 3.600 11.000)

Hematokrit

35,70%

(N: 30-43)

Trombosit

283.000

(N: 150.000-440.000)

Golongan darah/Rh

O/+

Waktu perdarahan/BT

2,00 menit

(N: 1-3)

Waktu pembekuan/CT

5.00 menit

(N: 2-6)

Ringkasan
Pasien wanita multigravida (GIIPIA0) datang dari polikinik kandungan RS.Mardi
Rahayu. Pasien mengeluh perut kencang-kencang sejak 1 hari SMRS, 4 jam SMRS
pasien merasakan perut kencang-kencang semakin sering. Pasien mengatakan belum
keluar lendir darah, mekonium atau air ketuban. Pasien mengatakan rutin
memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke dokter dan mengetahui bahwa letak bayi
sungsang. Pasien menjalani operasi sectio cesaria pada kehamilan pertama. Pasien
mengatakan hari pertama haid terakhirnya adalah 6 Mei 2014.
Riwayat Haid:
Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 7 hari

HPHT

: 6 Mei 2014

HPL

: 13 Febuari 2015

Inspeksi

: perut membuncit sesuai dengan umur kehamilan, Striae gravidarum


(+), linea nigra (+), Bekas laparatomi (+)

Palpasi

Tinggi fundus uteri 33 cm (2 jari dibawah prosesus ximpoideus)


Tafsiran Berat Janin: (34 - 12) x 155 = 3410 gr
Leopold I

: teraba bagian bulat, melenting, dan keras di sebelah atas.

Leopold II

: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri dan teraba


bagian terkecil di sebelah kanan.

5 | Page

Leopold III

: teraba bulat, lunak dan tidak melenting

Leopold IV

: bokong sudah masuk PAP

Auskultasi

: denyut jantung janin (+) 136 x/menit

His (+) 2x dalam 10 menit selama 10 detik


Pemeriksaan dalam:
pembukaan 1 cm, effacement 25%, KK (+)
bagian bawah janin bokong, hodge I
teraba sacrum
Diagnosis Kerja

GIIPIA0 28 tahun hamil 40 minggu

Janin I hidup intrauterin

Presentasi bokong, belum masuk PAP, puki

Inpartu kala I fase laten

letak sungsang

Rencana pengelolaan

VT : pembukaan 1cm, effacement 25%, KK (+)


Bagian bawah janin bokong, Hodge I
Teraba sacrum

Sikap: Pengawasan 10
Infus RL 30 tpm
Puasa pro Sectio caesarea

Follow Up
Tanggal 18 Febuari 2015, Jam 12.30
S : Perut terasa kencang-kencang
O : KU : baik

kesadaran: CM

TD : 120 / 70 mmHg

RR: 18 x/menit

HR : 88 x/menit

T : 36,7C

DJJ: 136 x/menit


HIS : 2x / 10 menit (10 detik)
PPV : (-)
Tanda tanda inpartu kala I ( + )
VT :
1cm, KK (+) Eff 25%
Bagian bawah janin Bokong H I
6 | Page

Teraba Sacrum
A : GIIPIA0 28 tahun hamil 40 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi bokong, sudah masuk PAP, puki
Inpartu kala I fase laten
letak sungsang
P :Evaluasi tiap 4 jam
Pengawasan 10
Operasi Sectio Caesarea
Tanggal 18 Febuari 2015 jam 13.30
-

insisi abdomen di linea mediana sepanjang 10 cm di atas symphisis

insisi diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum terbuka

Tampak uterus sesuai umur hamil aterm

Buka plica vesica uterina semilunar

Insisi pada Segmen bawah rahim 10 cm

Ekstraksi bokong bayi, bayi dilahirkan bokong, badan, bahu, kepala

Bayi perempuan 3410 gram, 48 cm, Apgar score 9-10-10

Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap

Jahit SBR dengan chromic catgut no 2 jelujur

Over hecting dengan chromic catgut no 2

Kontrol perdarahan, perdarahan berhenti.

Adneksa dalam batas normal

Jahit peritoneum dengan plain catgut no 2-0

Jahit otot dengan plain catgut no 2-0

Jahit fascia dengan polysorb no 1-0

Jahit lemak subkutan dengan plain catgut no 2-0

Jahit kulit dengan jahitan subkutan safil no 4.0

Perdarahan selama op 300 cc

Tindakan selesai

Instruksi pasca tindakan


-

Infus RL/ Nacl / D5 30 tpm

Amoxicilin 2x1 gram IV

Tramadol 2x1 gram IV

Vitamin B1 2 x 1 IV
7 | Page

Vitamin c 1 x 1 IV

cek Hb post operasi

tidur bantal tinggi

Prognosis
Power

: ad bonam

Passage

: ad bonam

Passanger

: ad bonam

Follow Up Post Operasi


19 Febuari 2015 pukul 07.00
S

: Nyeri di tempat jahitan, mulas (-), pusing (-), mual (-)

TD 120/80 mmHg

N 80 x / menit

RR 20 x/ menit

S 36.4o C

Mata: CA -/-. SI -/C/P dalam batas normal


ASI (+) Puting menonjol
Abdomen: TFU setinggi pusat, kontraksi baik, BU (+)
PPV: Lochea +
Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
Hemoglobin post operasi : 11,5 g/ dl
A

: PIIA0 post SC hari I atas indikasi letak sungsang

: Tirah baring, terapi dilanjutkan

20 Febuari 2015 pukul 06.30


S

: Nyeri di tempat jahitan, mulas (-), pusing (-), mual (-)

TD = 110/ 80 mmHg

N = 86 x / menit

RR = 20 x/ menit

S = 36.5 o C

Mata: CA -/-. SI -/C/P dalam batas normal


ASI (+) Puting menonjol
Abdomen: TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik, BU (+)
PPV: Lochea +
Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
8 | Page

Hemoglobin post operasi: 11,5 g/dl


A

: PIIA0 post SC hari II atas indikasi letak sungsang

: latihan duduk, terapi dilanjutkan

21 Febuari 2015 pukul 06.30


S

: Nyeri di tempat jahitan , pusing(-), mual(-), mulas (-)

TD = 120/ 80 mmHg

N = 78 x / menit

RR = 20 x/ menit

S = 36.5 o C

Mata: CA -/-. SI -/C/P dalam batas normal


ASI (+) Puting menonjol
Abdomen: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, BU (+)
Ekstremitas: Edema (-), akral hangat (+)
A

: P1IA0 post SC hari III atas indikasi letak sungsang

: Mobilisasi, pasien pulang

TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
9 | Page

Letak

sungsang

merupakan

keadaan

dimana

janin

terletak

memanjang/membujur dengan kepala difundus uteri dan bokong dibagian bawah


kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:

Presentasi bokong (frank breech) (50-70%).


Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki

terangkatke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan
demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.

Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) (5-10%).


Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.

Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or


footling) (10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki

disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasikaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.(1,4)
Prevalensi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana
presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka
kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.(1-3)
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. (1)
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri

(1)

. Tipe letak

sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ;Complete breech
(5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)
yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki (2).
Insiden
10 | P a g e

Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia
kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan,
1-3% pada kehamilan aterm (3).
Etiologi
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas
uterus (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,
aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan
berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma,
tumor pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan
USG bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornufundal(1). Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya
letak sungsang (4).
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus.Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.Sayangnya, beberapa fetus
tidak seperti itu.Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Tanda dan gejala

11 | P a g e

Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama
kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat
kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II
teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong
dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih
tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis
dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus
berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya
bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus.Bila
dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari
lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan
bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk
segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi
bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong.
Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis
posisi.

Diagnosis
12 | P a g e

Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh
ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus,
pemeriksaan dalam, USG dan Foto sinar-X (1).
Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros
telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3
dilakukan persalinan perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara
cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika
nilai lebih dari 5 dilahirkan pervaginam (5).
ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis
letak sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan
taksiran berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan
diperbolehkan pada janin letak sungsang.
Persalinan pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan
dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong
sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi
CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga
tahap yaitu:

Persalinan bokong
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.

13 | P a g e

5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

Persalinan bahu
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

Persalinan kepala janin


1. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi
dagu berada dibagian posterior.
2. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan
oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput
sebagai hipomiklion.
3. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan
muka seluruhnya.

14 | P a g e

4. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi
dapat lahir.
5. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir
dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti
biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.

Mekanisme letak sungsang dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tipe dari presentasi bokong:


1. Presentasi

bokong

(frank

bokong

kaki

breech)
2. Presentasi

sempurna (complete breech)


3. Presentasi bokong kaki tidak
15 | P a g e

sempurna dan presentasi kaki


(incomplete or footling)

Bokong masuk ke pintu atas


panggul dalam posisi melintang
atau miring.

Setelah

trokanter

belakang

mencapai dasar panggul, terjadi


putaran paksi dalam sehingga
trokanter depan berada di bawah
simfisis.

Penurunan

bokong

dengan

trokanter belakangnya berlanjut,


sehingga distansia bitrokanterika
janin

berada

di

pintu

bawah

panggul.

Terjadi

persalinan

bokong,

dengan trokanter depan sebagai


hipomoklion.

Setelah trokanter belakang lahir,


16 | P a g e

terjadi fleksi lateral janin untuk


persalinan

trokanter

depan,

sehingga seluruh bokong janin


lahir.

Jika bokong tidak mengalami


kemajuan

selama

berikutnya,

kontraksi

episiotomi

dapat

dilakukan dan bokong dilahirkan


dengan traksi ke bawah perut.

Terjadi putar paksi luar, yang


menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.

Penurunan bokong berkelanjutan


sampai kedua tungkai bawah lahir.

Jika

kaki

janin

telah

keluar,

penolong dapat menyusupkan tangan


sepanjang

kaki

anterior

dan

melahirkan kaki dengan flexi dan


abduksi

sehingga

bagian

lainnya dapat dilahirkan.

17 | P a g e

badan

Bahu janin mencapai pelvic 'gutter'


(jalan sempit) dan melakukan putar
paksi

dalam

sehingga

diameter

biacromion terdapat pada diameter


anteroposterior

diameter

pelvic

bagian luar.

Secara simultan, bokong melakukan


rotasi anterior 90o. Kepala janin
kemudian masuk ke tepi pelvik,
sutura sagitalis berada pada tepi
diametertransversal.Penurunan

ke

dalam pelvic terjadi dengan flexi dari


kepala.
Prinsip Dasar Persalinan Sungsang
1. Persalinan pervaginam (2,3,4,6,7,8,9)
a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini disebut Bracht.
b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengan
tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominan (sectio caesaria).

18 | P a g e

Prosedur persalinan sungsang secara spontan :


1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai

pusar merupakan

fase

yang tidak berbahaya.


2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai
mulut,

pada fase

ini kepala janin

masuk PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh
bagian kepala,
ruangan yang

kepala

keluar

dari

bertekanan tinggi (uterus)

ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah


sehingga kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari
pendarahan intrakranial (adanya tentorium cerebellum).
Teknik persalinan
1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong
mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus.
Dilakukan episiotomi.
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain
memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih
dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasi
anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis,
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Maksudnya agar tenaga
mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala
janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus
uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan,
dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.
19 | P a g e

Keuntungan :

Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi


infeksi.

Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir
kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.

Prosedur Manual Aid (partial breech extraction) :


Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.
Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik
(Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and
Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara klasik :
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan
belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian
melahirkan lengan depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit

dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan
memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang
dilahirkan.

20 | P a g e

2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua
tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong
terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedangkan jari-jari
lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga
lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara
yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan
jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke

21 | P a g e

bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan
lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir.
Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi minimal.
Cara louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik
sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin
diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya
bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan
dapat dilahirkan.

Cara Mauriceau (Veit-Smellie) :


1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan
lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4
mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan
anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari arah punggung.
22 | P a g e

2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika
suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

Cara cunam piper :


Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan
pemasangan lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini, cunam
dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Hanya pada
kasus ini cunam dimasukkan dari arah bawah,
yaitu sejajar pelipatan paha belakang. Setelah
suboksiput tampak dibawah simpisis, maka
cunam dielevasi ke atas dan dengansuboksiput
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu,
mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh
kepala lahir.

Prosedur Ekstraksi Sungsang


1. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari
kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal
paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi
dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah
23 | P a g e

menjadi fleksi. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah.Setelah


kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan
dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.Kedua tangan memegang betis
janin, kaki ditarik curam kebawah sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha
dipegang kemudian tarik curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter
belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan
janin selanjutnya dipakai teknik pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik
curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin
yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual aid.
2. Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada di
dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di
pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik
curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk
penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai
bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks
kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Prosedur persalinan sunggang perabdominan
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
perabdominam adalah :
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai
lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominan,
sebagai berikut :(2,3,8,10)
Paritas

0
Primigravida

1
Multigravida

24 | P a g e

Umur kehamilan
Taksiran Berat Janin
Pernah letak sungsang
Pembukaan serviks
Station

>39 minggu
>3630 gr
Tidak
<2 cm
<-3

38 minggu
3629 gr 3176 gr
1x
3 cm
<-2

< 37 minggu
< 3176 gr
>2x
>4 cm
-1 atau lebih
rendah

Arti nilai :
< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap
maka dapat dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam(10)
Persalinan perabdominal (Sectio Caesarea)
1. Pengertian
Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain :
a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan
insisi melalui abdomen dan uterus.
b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi
atau lebih. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio caesarea
adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan
jalan pembukaan dinding perut.
2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan melintang
25 | P a g e

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan


melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di atas batas
rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. keuntunganya adalah parut pada rahim
kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian
hari. Hal ini karna pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami
kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna.
b. Sayatan memanjang (bedah caesar klasik)
Meliputi sebuah pengirisan memanjang dibagian tengah yang memberikan
suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang
dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi.
3. Indikasi Sectio Caesarea
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan
sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu
dan janin. Indikasi untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
a) Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan
lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi
tenaga.
b) Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan letak lintang,
primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada
pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin
kacau dan melemah).
c) Passage
26 | P a g e

Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan
lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke
anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma
sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang
menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan
hepatitis C.
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas.
Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan
persalinan dengan sectio caesarea.
b) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses
persalinan.
c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi
yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar,
panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja
dilakukan.
d) Faktor Hambatan Jalan Lahir

27 | P a g e

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e) Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan,
menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan
lancar.
f) Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga
tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin
dalam rahim.
g) Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal
paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut karena keadaan yang
pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya.
Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit.
Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang
berlangsung.
3. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan
segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosemia)
28 | P a g e

c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada
posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
i. Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir.
ii. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari
dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk
menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau
keracunan air ketuban.
iii. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada
umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu
berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi
(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta.
e) Kelainan Tali Pusat
i. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan
ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di
jalan lahir sebelum bayi.
ii. Terlilit tali pusat

29 | P a g e

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali
pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari
plasenta ke tubuh janin tetap aman.
4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a. Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
olehkeluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.
b. Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara
ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena
terhalang tirai.
c. Disterilkan
Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak
ada bakteri yang masuk selama operasi.
d. Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam
peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.
e. Pembedahan
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan
sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan.
Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya.
f. Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.
g. Menjahit
30 | P a g e

Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis


sehingga tetutup semua.
5. Fase Pembedahan
Ada tiga fase dalam tahap pembedahan, yaitu : a) Fase praoperatif dimulai
ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhirketika pasien dikirim ke
meja operasi. b) Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah
kebagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. c) Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau rumah.
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1.

Dari faktor ibu:

Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2.

Dari faktor bayi:

Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan


alat-alat vital intra-abdominal.

Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,


rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan
fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat
vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati.4

PROGNOSIS

31 | P a g e

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi
Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masingmasing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian
perinatal antara 12-14%.Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya
tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul
serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya placenta sebelum
kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan
akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung
dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat
jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini
sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.7

Daftar Pustaka

32 | P a g e

1. Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams


Obstetric, 22st ed. Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
2. Rifayandi S. Kelahiran Sungsang, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi
Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Bandung 2005.
3. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan,
edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
4. Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.
5. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th edition,
Lippincot-Raven Publisher, Chicago 1997.
6. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.
7. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC, Jakarta
1998.
8. Ballas S, et al. Deflexion of the fetal head in breech presentation.
Incidence,Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology. Diakses
darihttp://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.
9. Caterini, et al. Fetal risk in hyperextension of the fetal head in breech
presentation. Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Januari, 2007.

33 | P a g e

You might also like