Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Irene
11-2013-197
Pembimbing:
Dr. FX Widiarso, Sp.OG
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
: Irene
Tanda tangan :
NIM
: 11.2013.197
Dr pembimbing / penguji
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.SR
Umur : 28 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIIPIA0)
Pekerjaan : Pengajar
Alamat : Tenggeles RT 02 RW 02, Mejobo,
Kudus
Nama suami
: Tn. EW
Umur
: 34 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 18 Febuari 2015 Pukul 12.00 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kenceng-kenceng sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dari rujukan polikinik kandungan RS.Mardi Rahayu. Pasien mengeluh
perut kencang-kencang sejak 1 hari SMRS, 4 jam SMRS pasien merasakan perut
kencang-kencang semakin sering. Pasien mengatakan belum keluar lendir darah,
mekonium atau air ketuban. Pasien mengatakan ini kehamilan yang kedua. Pasien
tidak mengeluh mual, muntah, pusing, mata berkunang, dan mata tidak kabur. BAB
dan BAK pasien lancar. Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap
bulan ke dokter dan mengetahui bahwa letak bayi sungsang. Pasien selama ini tidak
pernah memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan selama pemeriksaan
2 | Page
kehamilan. Pasien menjalani operasi sectio cesarea. Pasien mengatakan hari pertama
haid terakhirnya adalah 6 Mei 2014.
Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di dokter kandungan, masalah yang ditemukan saat kehamilan 9 bulan
posisi janin letak sungsang.
Riwayat Haid:
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
HPHT
: 6 Mei 2014
HPL
: 13 Febuari 2015
- Perkawinan
: 1 kali
- Menikah usia
: 23 tahun
- Lama menikah
: 5 tahun
- Riwayat KB
Usia
Jenis
ke
kehamila
persalina
n
42 minggu
Penyulit
Sectio
Kalsifikas
Cesarea
i placenta
Penolon
Jenis
BB/TB
Umur
kelamin
lahir
sekarang
Dokter
perempua
3600
gram/49
4 tahun
cm
2
40 minggu
Hamil ini
Tidak pernah menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan
alergi.
3 | Page
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
Pernafasan
: 18x/menit
Suhu
: 36,7oC
Mata
Jantung
Thorak
Abdomen
Genitalia
: Status Obstetrikus
Ekstremitas
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi
teraba sacrum
Pemeriksaan Penunjang
4 | Page
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Hemoglobin
11,8 g/dL
Leukosit
12,88 ribu
Hematokrit
35,70%
(N: 30-43)
Trombosit
283.000
(N: 150.000-440.000)
Golongan darah/Rh
O/+
Waktu perdarahan/BT
2,00 menit
(N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT
5.00 menit
(N: 2-6)
Ringkasan
Pasien wanita multigravida (GIIPIA0) datang dari polikinik kandungan RS.Mardi
Rahayu. Pasien mengeluh perut kencang-kencang sejak 1 hari SMRS, 4 jam SMRS
pasien merasakan perut kencang-kencang semakin sering. Pasien mengatakan belum
keluar lendir darah, mekonium atau air ketuban. Pasien mengatakan rutin
memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke dokter dan mengetahui bahwa letak bayi
sungsang. Pasien menjalani operasi sectio cesaria pada kehamilan pertama. Pasien
mengatakan hari pertama haid terakhirnya adalah 6 Mei 2014.
Riwayat Haid:
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
HPHT
: 6 Mei 2014
HPL
: 13 Febuari 2015
Inspeksi
Palpasi
Leopold II
5 | Page
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi
letak sungsang
Rencana pengelolaan
Sikap: Pengawasan 10
Infus RL 30 tpm
Puasa pro Sectio caesarea
Follow Up
Tanggal 18 Febuari 2015, Jam 12.30
S : Perut terasa kencang-kencang
O : KU : baik
kesadaran: CM
TD : 120 / 70 mmHg
RR: 18 x/menit
HR : 88 x/menit
T : 36,7C
Teraba Sacrum
A : GIIPIA0 28 tahun hamil 40 minggu
Janin I hidup intrauterin
Presentasi bokong, sudah masuk PAP, puki
Inpartu kala I fase laten
letak sungsang
P :Evaluasi tiap 4 jam
Pengawasan 10
Operasi Sectio Caesarea
Tanggal 18 Febuari 2015 jam 13.30
-
Tindakan selesai
Vitamin B1 2 x 1 IV
7 | Page
Vitamin c 1 x 1 IV
Prognosis
Power
: ad bonam
Passage
: ad bonam
Passanger
: ad bonam
TD 120/80 mmHg
N 80 x / menit
RR 20 x/ menit
S 36.4o C
TD = 110/ 80 mmHg
N = 86 x / menit
RR = 20 x/ menit
S = 36.5 o C
TD = 120/ 80 mmHg
N = 78 x / menit
RR = 20 x/ menit
S = 36.5 o C
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
9 | Page
Letak
sungsang
merupakan
keadaan
dimana
janin
terletak
terangkatke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan
demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.
disamping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasikaki
bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.(1,4)
Prevalensi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana
presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka
kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.(1-3)
Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan
presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. (1)
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%
Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(1)
. Tipe letak
sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ;Complete breech
(5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)
yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki (2).
Insiden
10 | P a g e
Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada usia
kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan,
1-3% pada kehamilan aterm (3).
Etiologi
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas
uterus (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,
aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan
berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma,
tumor pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan
USG bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornufundal(1). Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya
letak sungsang (4).
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang.Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus.Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.Sayangnya, beberapa fetus
tidak seperti itu.Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Tanda dan gejala
11 | P a g e
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama
kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat
kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II
teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong
dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih
tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis
dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus
berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya
bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus.Bila
dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari
lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan
bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang
rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk
segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi
bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong.
Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis
posisi.
Diagnosis
12 | P a g e
Diagnosis letak bokong dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin oleh
ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus,
pemeriksaan dalam, USG dan Foto sinar-X (1).
Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros
telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3
dilakukan persalinan perabdominal, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara
cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika
nilai lebih dari 5 dilahirkan pervaginam (5).
ALARM memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis
letak sungsang adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan
taksiran berat janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan
diperbolehkan pada janin letak sungsang.
Persalinan pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan
dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong
sempurna (complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang
adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi
CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga
tahap yaitu:
Persalinan bokong
1. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
3. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
4. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
13 | P a g e
5. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
6. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
7. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
1. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
2. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
3. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis
dan bertindak sebagai hipomoklion.
4. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
5. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
6. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.
7. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
14 | P a g e
4. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi
dapat lahir.
5. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir
dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti
biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.
bokong
(frank
bokong
kaki
breech)
2. Presentasi
Setelah
trokanter
belakang
Penurunan
bokong
dengan
berada
di
pintu
bawah
panggul.
Terjadi
persalinan
bokong,
trokanter
depan,
selama
berikutnya,
kontraksi
episiotomi
dapat
Jika
kaki
janin
telah
keluar,
kaki
anterior
dan
sehingga
bagian
17 | P a g e
badan
dalam
sehingga
diameter
diameter
pelvic
bagian luar.
ke
18 | P a g e
pusar merupakan
fase
pada fase
masuk PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit.
3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh
bagian kepala,
ruangan yang
kepala
keluar
dari
Keuntungan :
Kerugian :
Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar, jalan lahir
kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau menunjuk.
dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan
memutar gelang bahu ke arah belakang dan kemudian lengan belakang
dilahirkan.
20 | P a g e
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan
kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati
perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir
dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga
punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan
belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua
tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong
terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedangkan jari-jari
lain mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga
lengan depan terletak di belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara
yang sama.
Cara Mueller
1. Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi,
baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
2. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari penolong
diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan
jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke
21 | P a g e
bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan
lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir.
Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang
dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi minimal.
Cara louvset :
1. Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik
sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya
berada dibelakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
2. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin
diputar lagi ke arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya
bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan
dapat dilahirkan.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang
asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika
suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.
0
Primigravida
1
Multigravida
24 | P a g e
Umur kehamilan
Taksiran Berat Janin
Pernah letak sungsang
Pembukaan serviks
Station
>39 minggu
>3630 gr
Tidak
<2 cm
<-3
38 minggu
3629 gr 3176 gr
1x
3 cm
<-2
< 37 minggu
< 3176 gr
>2x
>4 cm
-1 atau lebih
rendah
Arti nilai :
< 3 persalinan perabdomen
4 evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin bila nilainya tetap
maka dapat dilahirkan pervaginam
> 5 dilahirkan pervaginam(10)
Persalinan perabdominal (Sectio Caesarea)
1. Pengertian
Terdapat beberapa pencetus sectio caesarea, antara lain :
a. Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan
insisi melalui abdomen dan uterus.
b. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
c. Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi
atau lebih. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa sectio caesarea
adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk melahirkan bayi dengan
jalan pembukaan dinding perut.
2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea
Ada dua jenis sayatan operasi yang dikenal yaitu :
a. Sayatan melintang
25 | P a g e
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan
lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke
anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma
sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang
menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan
hepatitis C.
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki
resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas.
Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia
(keracunan kehamilan) dapat menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan
persalinan dengan sectio caesarea.
b) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses
persalinan.
c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan
selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi
yang mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar,
panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja
dilakukan.
d) Faktor Hambatan Jalan Lahir
27 | P a g e
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga
tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e) Kelainan Kontraksi Rahim
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action)
atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan,
menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan
lancar.
f) Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus
segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga
tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin
dalam rahim.
g) Rasa Takut Kesakitan
Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami
proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal
paha yang semakin kuat dan menggigit. Kondisi tersebut karena keadaan yang
pernah atau baru melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya.
Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan sakit.
Kecemasan yang berlebihan juga akan mengambat proses persalinan alami yang
berlangsung.
3. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120160. Namun dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan
segera sectio caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosemia)
28 | P a g e
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah
jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada
posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
i. Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau
seluruh jalan lahir.
ii. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari
dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk
menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau
keracunan air ketuban.
iii. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada
umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu
berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun), dan ibu yang pernah operasi
(operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta.
e) Kelainan Tali Pusat
i. Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan
ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di
jalan lahir sebelum bayi.
ii. Terlilit tali pusat
29 | P a g e
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali
pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari
plasenta ke tubuh janin tetap aman.
4. Prosedur Tindakan Sectio Caesarea
a. Izin Keluarga
Pihak rumah sakit memberikan surat yang harus ditanda tangani
olehkeluarga, yang isinya izin pelaksanaan operasi.
b. Pembiusan
Pembiusan dilkakukan dengan bius epidural atau spinal. Dengan cara
ini ibu akan tetap sadar tetapi ibu tidak dapat melihat proses operasi karena
terhalang tirai.
c. Disterilkan
Bagian perut yang akan dibedah, disterilkan sehingga diharapkan tidak
ada bakteri yang masuk selama operasi.
d. Pemasangan Alat
Alat-alat pendukung seperti infus dan kateter dipasangkan. macam
peralatan yang dipasang disesuaikan dengan kondisi ibu.
e. Pembedahan
Setelah semua siap, dokter akan melakukan sayatan demi sayatan
sampai mencapai rahim dan kemudian selaput ketuban dipecahkan.
Selanjutnya dokter akan mengangkat bayi berdasarkan letaknya.
f. Mengambil Plasenta
Setelah bayi lahir, selanjutnya dokter akan mengambil plasenta.
g. Menjahit
30 | P a g e
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
2.
PROGNOSIS
31 | P a g e
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi
Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masingmasing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka-angka kematian
perinatal antara 12-14%.Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya
tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul
serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya placenta sebelum
kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan
akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung
dan mulut lahir dapat membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat
jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini
sering dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak
sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.7
Daftar Pustaka
32 | P a g e
33 | P a g e