You are on page 1of 8

EDEMA OTAK

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Edema otak adalah peningkatan kadar air di dalam jaringan otak baik
intra maupun ekstraselular sebagai reaksi terhadap proses-proses patologis
lokal ataupun pengaruh-pengaruh umum yang merusak (Harsono, 2005)
Cerebral Edema adalah peningkatan volume otak yang disebabkan oleh
peningkatan kadar air mutlak dalam jaringan otak. (Raslan A, Bhardwaj A,
2007).
Cerebral edema merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya
sejumlah besar air dalam otak. Jika tidak diobati, dapat berakibat fatal,
atau menyebabkan kerusakan otak parah, dan pasien lebih cepat
diperlakukan, semakin baiknya atau peluangnya akan pemulihan. (Penerbit
Salemba Medika 2001). Cerebral edema atau edema serebral merupakan
akumulasi kelebihan air di intraseluler atau ruang ekstraselular dari otak.
(American Stroke Association. Stroke, 2000).
2. Etiologi
Edema otak dimanifestasikan dengan adanya tanda-tanda kenaikan
tekanan intracranial (Harsono, 1996 : 82-83), yaitu:
a. Traumatic Brain Injury (TBI)
Disebut juga sebagai Trauma Cedera Otak. Penyebab paling umum
dari TBI termasuk jatuh, kecelakaan kendaraan, dipukul dengan
obyek atau menabrak obyek, dan serangan. Cedera awal dapat
menyebabkan

jaringan

otak

membengkak.

Selain

itu,

bisa

menyebabkan pembuluh darah pecah di bagian kepala. Respon tubuh


terhadap cedera juga dapat meningkatkan pembengkakan. Terlalu
banyak pembengkakan dapat mencegah cairan meninggalkan otak.
b. Ischemic strokes
Stroke iskemik adalah jenis yang paling umum dari stroke dan
disebabkan oleh gumpalan darah atau penyumbatan di otak atau
bagian terdekat dari otak. Otak tidak dapat menerima darah dan

oksigen yang dibutuhkan untuk berfungsi. Akibatnya, sel-sel otak


mulai mati. Karena tubuh merespon, pembengkakan terjadi.
c. Brain (intracerebral) hemorrhages and strokes
Disebut juga perdarahan otak dan stroke. Perdarahan mengacu pada
darah yang keluar (bocor) dari pembuluh darah. Hemorrhagic Stroke
adalah jenis yang paling umum dari pendarahan otak. Dapat terjadi
ketika pembuluh darah mana saja di otak pecah. Sebagai respon dari
tubuh akibat adanya kebocoran darah, tekanan menjadi meningkat di
dalam otak. Tekanan darah tinggi diperkirakan menjadi penyebab
paling sering dari jenis stroke. Perdarahan di otak bisa karena cedera
kepala, obat-obatan tertentu, dan kelainan ini tidak diketahui sejak
lahir.
d. Infeksi
Penyakit yang disebabkan oleh organisme menular seperti virus atau
bakteri dapat menyebabkan pembengkakan otak Contoh penyakit ini
antara lain:
1) Meningitis
Adalah terjadinya infeksi di mana selaput otak menjadi meradang.
Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, organisme lain, dan
beberapa obat.
2) Ensefalitis
Adalah infeksi di mana otak itu sendiri menjadi meradang. Hal ini
paling sering disebabkan oleh sekelompok virus dan menyebar
biasanya

melalui

gigitan

serangga.

Kondisi

serupa

disebut

ensefalopati.
3) Toksoplasmosis.
Infeksi ini disebabkan oleh parasit. Toksoplasmosis paling sering
mempengaruhi janin, bayi muda, dan orang dengan sistem kekebalan
tubuh rusak.
4) Empyema Subdural
Empiema Subdural mengacu pada area otak menjadi bengkak atau
penuh dengan nanah, biasanya setelah penyakit lain seperti
meningitis atau infeksi sinus. Infeksi dapat menyebar dengan cepat,
menyebabkan

pembengkakan

meninggalkan otak.

dan

memblokir

cairan

lain

5) Tumor
Perkembangan tumor di otak dapat menyebabkan pembengkakan.
Sebagai akibat tumor berkembang, dapat menekan area lain dari
otak. Tumor di beberapa bagian otak dapat menghalangi cairan
cerebrospinal mengalir keluar dari otak. Pembuluh darah baru yang
tumbuh di dekat tumor juga bisa menyebabkan bengkak.
B. MANIFESTASI KLINIS
Gejala pembengkakan otak bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan
dan penyebabnya. (Hudak & Gallo, 1996). Pada umumnya gejala-gejala
yang timbul dari adanya edema otak antara lain:
1. Sakit kepala
2. Nyeri leher atau kekakuan
3. Mual atau muntah
4. Pusing
5. Irregular bernapas (napas tidak teratur)
6. Kehilangan memori
7. Ketidakmampuan untuk berjalan
8. Kesulitan berbicara
9. Pingsan
10. Kejang
11. Kehilangan kesadaran

C. PATOFISIOLOGI
Ada 3 tipe edema otak , yaitu:
1. Edema Vasogenik
Terjadi karena kenaikan permeabilitas kapiler, sehingga cairan dari
pembuluh darah masuk ke ruang ekstraselular terutama terletak dalam
white matter. Penyebabnya adalah tumor otak, trauma, abses otak,
perdarahan otak dan meningitis bakteri.
2. Edema Sitotoksik
Terjadi karena gangguan permeabilitas membran sel sehingga terjadi
penumpukan cairan di ruang intraselular dan penumpukan cairan tersebut
terletak di dalam white dan grey matter. Penyebabnya adalah hipoksia,
hipoosmolar, iskemia, dan meningitis bakteri.
3. Edema Hidrostatik
Terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik di sistem ventrikel
yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dari cairan serebrospinal, cairan

tersebut terletak di interstitial daerah periventrikular. Penyebabnya adalah


obstruksi hidrosefalus.
D. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan fisik
Dapat dilakukan dengan pemeriksaan kepala dan leher
2. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan kepala untuk mengidentifikasi cakupan

dan

lokasi

pembengkakan
b. MRI kepala untuk mengidentifikasi cakupan dan lokasi pembengkakan
c. Tes darah untuk memeriksa penyebab pembengkakan
E. PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya sesuai dengan penatalaksanaan peningkatan tekanan
intracranial:
1. Menurunkan volume darah otak.
a. Hiperventilasi
b. Elevasi kepala 30o dengan posisi di tengah dengan tujuan tidak
c.
d.
e.
f.
2.

menghambat venous return


Menurunkan metabolisme otak dengan pemberian barbiturate
Cegah atau atasi kejang
Cegah hiperpireksia
Restriksi cairan 60% kebutuhan, kecuali bila hipotensi
Menurunkan volume dari cairan serebrospinal
a.Acetazolamide 25 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 3 dosis. Dosis

dapat dinaikkan 25 mg/KgBB/hari (Maksimal 100 mg/KgBB/hari)


b. VP shunt
3. Menurunkan volume otak
a.Osmotik diuretik: Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian
dilanjutkan 0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam
b. Loop diuretik: Furosemide 0,5-1 mg/KgBB/dosis IV tiap 6-12 jam
c.Steroid: Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dosis
rumatan 0,1 mg/KgBB/dosis tiap 6 jam selama 3 hari. Apabila 1, 2, 3
tidak ada kemajuan, dipertimbangkan untuk melakukan temporal
dekompresi dengan kraniektomi.
F. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a.Identitas klien: usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa,tanggal masuk rumah sakit, dst
b. Keluhan utama: nyeri kepala disertai dengan penurunan kesadaran
c.Riwayat penyakit sekarang: demam, anoreksi dan malaise, peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik local

d. Riwayat penyakit dahulu


2. Pemeriksaan fisik
3. Prosedur diagnostic:
a.Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan penunjang
c.CT Scan: mengidentifikasi dan melokalisasi kemungkinan adanya
abses besar dan abses kecil disekitarnya
d. Arteriografi: Menunjukkan lokasi edema
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon penumpukkan cairan didalam
jaringan otak
Tujuan: nyeri teratasi atau dapat terkontrol
Intervensi :
a. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang
penting
c. Lakukan metode distraksi
d. Kolaborasi dengan tim medis lain
Rasional :
a.Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada
cahaya dan meningkatkan relaksasi
b. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
c.Mengalihkan klien dari rasa nyeri
d. Pemberian analgetik seperti asetaminofen, kodein, dsb dapat
mengurangi rasa nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan persepsi atau
kognitif, penurunan kekuatan, dan imobilisasi
Tujuan: klien dapat menunjukkan cara mobilisasi yang optimal
Intervensi :
a.Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
b. Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan (0-4)
Nilai 0 : klien mampu mandiri
Nilai 1 : memerlukan bantuan/peralatan yang minimal
Nilai
2
:
memerlukan
bantuan
sedang/dengan
pengawasan/pengajaran
Nilai 3 : memerlukan bantuan/peralatan yang terus menerus dan alat
khusus
Nilai 4

tergantung

secara

total

pada

pemberi

asuhan.

Seseorang dalam semua katagori sama-sama mempunyai risiko

kecelakaan namun katagori 2-4 mempunyai resiko terbesar untuk


terjadinya bahaya tersebut sehubungan dengan imobilisasi
c.Letakkan pasien pada posisi tertentu. Ubah posisi pasien secara teratur
dan buat sedikit perubahan posisi antar waktu
d. Berikan bantuan untuk melakukan ROM
e.Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab,
ganti linen/pakaian yang basah agar tetap bersih dan bebas dari
kerutan
f. Pantau pengeluaran urine. Catat warna dan bau urine
Rasional :
a.Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan
mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan
b. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap
berat badan dan menigkatkan sirkulasi seluruh bagian tubuh
c.Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstrimitas
dan menurunkan terjadinya vena statis
d. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan menurunkan
terjadinya eksekoriasi kulit
3. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen, statis cairan.
Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a.Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan
b. Pertahankan tehnik aseptik dan tehnik mencuci tangan yang tepat
baik pasien, pengunjung, maupun staf. Pantau dan batasi
pengunjung/staf sesuai kebutuhan
c.Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya nadi yang tidak
teratur atau demam yang terus menerus
d. Kolaborasi, berikan terapi antibiotik sesuai indikasi
e. Siapkan
untuk
intervensi
pembedahan
sesuai

indikasi.

Rasional :
a.Isolasi diperlukan sampai organismenya diketahui/dosis antibiotik
yang cocok telah diberikan untuk menurunkan risiko penyebaran
pada orang lain
b. Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol
penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu
terinfeks

c.Infeksi sekunder seperti miokarditis/perikarditis dapat berkembang dan


memerlukan intervensi lanjut
d. Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas
individu
e.Mungkin memerlukan drainase dari adanya abses otak atau
penglepasan pirau ventrikel mencegah ruptur/mengontrol penyebaran
infeksi
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi edema otak, prognosis dan
perawatan edema otak berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan : klien mengetahui tentang kondisi edema otak, prognosis dan
perawatan edema otak
Intervensi :
a.Berikan informasi dalam bentuk dan segmen yang sederhana
b. Beri kesempatan pada klien dan keluarga untuk bertanya mengenai
hal-hal yang tidak diketahuinya
Rasional :
a.Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan
untuk menerima,mengingat,menyimpan informasi yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Batterden, hausman, ignatacius, dkk, 1992 medikal surgical nursing.EGC
Company, saunder, harcout, dkk,1991 medical surgical nursing javanovich
inc.EGC
Doeges,marllyne,e,dkk,1996

askep

sistem

perayarafan.

EGC.

Jakarta

Doeges,marllyne,e,dkk1989 rencana askep pedoman umtuk perencanaan dan


pendekomentasi

keperawatan

pasien,

edisi

3.

Jakarta.

EGC

Hahn JF: Cerebral edema and neuro intensive care. Pediat clins N. Am. 27 : 587592 (1980).
Harsono. Buku Anjar Neurologi Klinis, Yogyakarta; UGM Press, 2005
Pahria,tuti,et al. 1996. askep pada pasien dg gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Kedokteran ECG

SUMBER:

http://cahaya-salim.blogspot.com/2013/04/laporan-askep-

edema-otak.html

You might also like