You are on page 1of 15

AFASIA

Helena Trinina Saragih


FK UPN 1320221101

DEFINISI
Afasia adalah suatu gangguan berbahasa diakibatkan oleh
kerusakan otak. Afasia tidak termasuk gangguan perkembangan
bahasa (disfasia), gangguan bicara motorik murni, ataupun gangguan
berbahasa sekunder akibat gangguan pikiran primer, mis. skizofrenia.
Tercakup di dalam afasia adalah gangguan yang lebih selektif,
misalnya gangguan membaca (alexia) atau gangguan menulis
(agrafia). Gangguan yang berkaitan misalnya apraksia (gangguan
belajar atau keterampilan), gangguan mengenal (agnosia), gangguan
menghitung (akalkulias), serta defisit perilaku neurologis seperti
demensia dan delirium. Ini semua bisa muncul bersama-sama dengan
afasia atau muncul sendiri.

ETIOLOGI
Afasia dapat timbul akibat cedera otak atau proses
patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal
yang mengatur kemampuan berbahasa, yaitu Area Broca,
Area Wernicke, dan jalur yang menghubungkan antara
keduanya. Kedua area ini biasanya terletak di hemisfer kiri
otak dan pada kebanyakan orang, bagian hemisfer kiri
merupakan tempat kemampuan berbahasa diatur.
Pada dasarnya kerusakan otak yang menimbulkan
afasia disebabkan oleh stroke, cedera otak traumatik,
perdarahan otak akut dan sebagainya. Afasia dapat muncul
perlahan seperti pada kasus tumor otak.

KLASIFIKASI
Berdasarkan manifestasi klinis, afasia dapat dibedakan:
- Afasia tidak lancar atau non-fluent
- Afasia lancar atau fluent
Berdasarkan lesi anatomis, afasia dapat dibedakan berdasarkan:
Sindrom afasia peri-silvian
Afasia Broca (motorik, ekspresif)
Afasia Wernicke (sensorik, reseptif)
Afasia konduksi
Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone)
Afasia transkortikal motorik
Afasia transkortikal sensorik
Afasia transkortikal campuran
Sindrom afasia subkortikal
Afasia talamik
Afasia striatal
Sindrom afasia non-lokalisasi
Afasian anomik
Afasia global

Afasia tidak lancar. Pada afasia ini, output atau keluaran


bicara terbatas. Penderita menggunakan kalimat pendek
dan bicara dalam bentuk sederhana. Sering disertai
artikulasi dan irama bicara yang buruk.
Gambaran klinisnya ialah:
- Pasien tampak sulit memulai bicara
- Panjang kalimat sedikit (5 kata atau kurang per kalimat)
- Gramatika bahasa berkurang dan tidak kompleks
- Artikulasi umumnya terganggu
- Irama bicara terganggu
- Pemahaman cukup baik, tapi sulit memahami kalimat
lebih kompleks
- Pengulangan (repetisi) buruk
- Kemampuan menamai, menyebut nama benda buruk

Afasia lancar. Pada afasia ini penderita bicara lancar,


artikulasi dan irama baik, tetapi isi bicara tidak bermakna
dan tidak dapat dimengerti artinya. Penderita tidak dapat
mengerti bahasa sehingga tidak dapat berbicara
kembali.
Gambaran klinisnya ialah:
- Keluaran bicara yang lancar
- Panjang kalimat normal
- Artikulasi dan irama bicara baik
- Terdapat parafasia
- Kemampuan memahami pendengaran &membaca buruk
- Repetisi terganggu, menulis lancar tetapi tidak ada arti

Afasia Broca (motorik, ekspresif). Disebabkan lesi di area Broca.


Pemahaman auditif dan membaca tidak terganggu, tetapi sulit
mengungkapkan isi pikiran. Gambaran klinis afasia Broca ialah
bergaya afasia non-fluent.
Afasia Wernicke (sensorik, reseptif). Disebabkan lesi di area
Wernicke. Pada kelainan ini pemahaman bahasa terganggu.
Penderita tidak mampu memahami bahasa lisan dan tulisan
sehingga ia juga tidak mampu menjawab dan tidak mengerti apa
yang dia sendiri katakan. Gambaran klinis afasia Wernicke ialah
bergaya afasia fluent.
Afasia Konduksi. Disebabkan lesi di area fasciculus arcuatus yaitu
penghubung antara area sensorik (wernicke) dan area motorik
(broca). Lesi ini menyebabkan kemampuan berbahasa dan
pemahaman yang baik tetapi didapati adanya gangguan repetisi
atau pengulangan.

Afasia transkortikal. Disebabkan lesi di sekitar pinggiran area


pengaturan bahasa. Pada dasarnya afasia transkortikal ditandai
oleh terganggunya fungsi berbahasa tetapi didapati repetisi bahasa
yang baik dan terpelihara.
Afasia transkortikal motorik, ditandai dengan tanda afasia Broca
dengan bicara non-fluent, tetapi repetisi atau kemampuan
mengulangnya baik dan terpelihara.
Afasia transkortikal sensorik, ditandai dengan tanda afasia Wernick
dengan bicara fluent, tetapi repetisi atau kemampuan
mengulangnya baik dan terpelihara.
Afasia transkortikal campuran, ditandai dengan campuran tanda
afasia Broca dan Wernicke. penderita bicara non-fluent atau tidak
lancar, tetapi juga disertai kemampuan memahami bahasa yang
buruk, sementara kemampuan mengulang atau repetisi tetap baik.

Afasia talamik, disebabkan lesi pada talamus, dan afasia striatal


disebabkan lesi pada capsular-striatal, yang keduanya juga
berperan dalam pengaturan bahasa. Pada kedua afasia ini terdapat
tanda afasia anomik.
Afasia anomik, merupakan suatu afasia dimana penderita kesulitan
menemukan kata dan tidak mampu menamai benda yang
dihadapkan kepadanya. Bicara, gramatika dan irama lancar, tetapi
sering tertegun ketika mencari kata dan mengenal nama objek.
Afasia global, adalah bentuk afasia yang paling berat. Ini disebabkan
lesi yang luas yang merusak sebagian besar atau semua area
bahasa pada otak. Keadaan ini ditandai oleh tidak ada lagi atau
berkurang sekali bahasa spontan dan menjadi beberapa patah kata
yang diucapkan secara berulang-ulang. Pemahaman bahasa hilang
atau berkurang. Repetisi, membaca dan menulis juga terganggu
berat. Afasia global hampir selalu disertai hemiparese / hemiplegia.

TERAPI

Terapi kognitif linguistik


Stimulation-Fascilitation Therapy
Terapi kelompok (group therapy)
PACE (Promoting Aphasic's
Communicative Effectiveness)

PROGNOSIS
Prognosis kesembuhan kemampuan berbahasa bervariasi,
tergantung pada ukuran lesi dan umur serta keadaan
umum pasien. Secara umum, pasien dengan tanda klinis
yang lebih ringan memiliki kemungkinan sembuh yang
lebih baik. Afasia Broca secara fungsional memiliki
prognosis yang lebih baik daripada afasia Wernicke.
Terakhir, afasia akibat penyakit yang tidak dapat atau sulit
disembuhkan, misalnya tumor otak, memiliki tingkat
prognosis yang buruk.

You might also like