You are on page 1of 6

KERACUNAN MAKANAN

Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan yang kita makan ke
dalam tubuh baik dari saluran cerna, kulit, inhalasi, atau dengan cara lainnya yang
menimbulkan tanda dan gejala klinis.
Pada keadaan keracunan makanan, gejala-gejala timbul karena racun yang ikut tertelan
bersama dengan makanan. Umumnya pada keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama
setelah menelan bahan beracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun
itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun.
Seseorang dicurigai menderita keracunan, bila :
1. Sakit mendadak.
2. Gejala tak sesuai dengan keadaan patologik tertentu.
3. Gejala berkembang dengan cepat karena dosis besar.
4. Anamnese menunjukkan kearah keracunan, terutama kasus percobaan bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau lingkungan
pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
Prinsip Penatalaksanaan :
1 Mengatasi penyebab terjadinya keracunan
Mengatasi masuknya zat racun ke dalam tubuh, atau menjadikan racun yaang telah
masuk ke dalam tubuh menjadi hilang (dieliminasi) dari daam tubuh.
2. Mengatasi efek yang ditimbukan oleh racun

I. JENIS-JENIS KERACUNAN

a. Keracunan Botulisme
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat penyerapan toksin/racun
yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek
yang sangat spesifik, yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik dan
mengadakan sparing dengan serabut adrenergic, Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat
percabangan akhir dan di ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam
tubuh melalui saluran cerna melalui makanan yang tercemar oleh kuman clostridium.

Biasanya terdapat juga makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka kematian
akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.
Gejala Klinis
Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit yang
berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Bila gejala timbul lebih cepat,
maka keadaannya lebih serius dan berat.
Gejala klinis tersebut dapat berupa:
o Mual dan muntah
o Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)
o Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyeri
o Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur), disfagia, kelelahan dan
diikuti dengan gangguan otot-otot pernafasan.
Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Tindakan segera
yang kita lakukan adalah:
o Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign
o Muntahkan korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di
tenggorokan), atau pemberian air garam.
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa
kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
o Bilas Lambung
o Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
o Segera rujuk ke RS

b. Keracunan Jengkol (Pithecolobium lobatum)


Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan tersebut
ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang yang dapat diisolasi
dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya keracunan tidak bergantung dari
jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau di masak
lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang

di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala keracunan
tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.
Gejala Klinis
Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat
tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan
jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji jengkol.
Gejala yang terjadi dapat berupa:
o Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah
o Adanya serangan kolik pada waktu berkemih
o Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang
terdapat hematuria.
o Nafas dan urine berbau jengkol.
Penatalaksanaan
o Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu
dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat
saja. Atau pasien bisa dianjurkan untuk meminum minuman bersoda seperti cola, dll.
o Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum)
penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5%
dengan dosis 2-5 mEq/KgBB selama 4-8 jam
o Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder
o Anjuran untuk tidak memakan jengkol

c. Keracunan Singkong (Manihot utilissima)


Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi, akar dan
daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida cyanogenik, artinya
suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat
sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama Linamarin.
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.
Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua
orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam
cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya

sampai di makan. Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air
dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang
oleh karena HCN akan larut dalam air.
HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan mengganggu
oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzyme sitokrom oksidasi. Oleh
karena adanya ikatan ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif
terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak. Akibatnya akan
terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada susunan saraf pusat yang disusul
oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan
pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. Dosis letal
(mematikan) dari HCN adalah 60-90 mg. Waktu kerja HCN akan semakin cepat jika HCN
ditelan pada saat lambung kosong dimana kadar asam lambung sangat tinggi.
Gejala Klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong. Gejala keracunan
singkong ini antara lain:
o Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
o Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
o Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
o Renjatan (kejang)
o Syok.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:
o Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah
makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah.
o Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan.
Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
o Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.
o Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
o Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.

d. Keracunan Bongkrek

Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan ampas
kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi kontaminasi dengan
Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang membentuk spora dan Bacterium
cocovenenans yang mengubah gliserinum menjadi racun toksoflavin.
Gejala Klinis
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu keluarga
terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :
o Pusing, diplopia, anorexia
o Merasa lemah, ptosis, strabismus
o Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.
Penatalaksanaan
o Kontrol Vital Sign
o Bilas Lambung atau muntahkan korban
o Antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa
intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini
harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.

e. Keracunan Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival.
Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.
Jamur biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau
tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai jenis jamur
yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai bahan ramuan obat, tetapi
pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar.
Kalau sesekali kita berjalan-jalan di alam bebas dan menemukan jamur, maka amatilah
bentuk dan sifat timbulnya. Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian
bagian yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang/tangkai
(stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai saat ini masih belum diketahui,

berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang dapat dimakan dan tidak
membahayakan.
Gejala Klinis
Gejala klinis keracunan jamur antara lain:
1. Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun muskarin
mempunyai gejala-gejala:
o setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau ludah.
o penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,
o lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong dapat
menimbulkan kematian.
2. Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :
o setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.
o sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak segera ditolong
dapat menimbulkan kematian
Penatalaksanaan
o Muntahkan korban
o Bilas lambung
o Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum Atopin.

You might also like