You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, khususnya dalam bidang
kedokteran, membawa banyak perubahan dalam metode pengobatan. Penggunaan bahanbahan kimia sintetis perlahan-lahan mulai ditinggalkan dan sumber-sumber alamiah mulai
diteliti dan dieksplorasi. Salah satu cara pengobatan yang tengah berkembang saat ini adalah
terapi stem cell.1
Terapi stem cell merupakan metode terapi yang sangat menjanjikan dan merupakan
dasar dari apa yang disebut sebagai cell-based therapy atau sebagai terapi regeneratif atau
reparatif. Terapi stem cell membuka wawasan bahwa setiap sel memiliki kemampuan yang
luar biasa dalam memperbaiki atau bahkan menyembuhkan suatu penyakit. 1
Aplikasi stem cell untuk mengatasi penyakit sebenarnya telah dimulai sejak lebih dari
30 tahun yang lalu yaitu sejak dilakukannya transplantasi stem cell sumsum tulang pada
penderita leukemia dengan sel-sel sumsum tulang sehat yang berasal dari donor. Selanjutnya
para peneliti berhasil mengisolasi dan mengembangkan stem cell yang berasal dari embrio
tikus stadium awal sekitar 20 tahun yang lalu. Pada tahun 1998, para peneliti berhasil
mengembangkan metode untuk mengisolasi dan membiakkan stem cell dari embrio manusia.
1,2

Saat ini penggunaan stem cell terutama pada penyakit-penyakit degeneratif yang
disebabkan karena proses penuaan, seperti penyakit Parkinson, diabetes maupun penyakit
jantung. Penelitian terapi stem cell untuk penyakit-penyakit genetik sudah mulai meluas dan
bukan tidak mungkin di masa yang akan datang ruang lingkup pengobatan dengan stem cell
akan semakin luas. 1
Walaupun tampaknya secara umum terapi stem cell sudah banyak dikenal dan
diketahui, tetapi ada baiknya bila hal ini dibahas lebih lanjut, karena banyak perkembangan
dan kemajuan dalam penelitian mengenai terapi stem cell yang selalu dihasilkan dari tahun ke
tahun. 1,2
Dalam makalah ini akan dibicarakan mengenai apakah stem cell itu, bagaimana
aplikasinya dalam terapi penyakit, beberapa metode terapi stem cell, beberapa penyakit yang
telah berhasil disembuhkan dengan terapi stem cell dan macam-macam stem cell yang telah
ada di pasaran.

BAB II
STEM CELL
2.1

Definisi
Stem cell

adalah

sel

yang

tidak/belum

terspesialisasi

yang

mempunyai

kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang
membentuk berbagai jaringan tubuh.1,2,3 Pada manusia, stem cell ditemukan pada inner cell
mass pada tahap awal embrio, dalam jaringan fetus, tali pusat dan plasenta, serta pada organ
dewasa.1,2

Gambar 1. Stem cell


2.2

Karakteristik Stem Cell


Stem cell merupakan sel yang sangat istimewa karena memilki beberapa karakteristik

yang berbeda dengan sel-sel yang lain. Stem cell merupakan sel yang tidak berspesialisasi,
mempunyai kemampuan untuk membelah dan memperbaharui diri dalam waktu yang tidak
terbatas serta berkembang menjadi sel yang berspesialisasi.4
Berikut ini adalah sifat-sifat khas dari stem cell:2,4
1. Stem cell merupakan sel yang tidak terspesialisasi.
Salah satu karakteristik dasar dari stem cell adalah bahwa sel ini tidak memiliki
struktur jaringan tertentu yang memungkinkannya untuk memiliki fungsi khusus.
Stem cell tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh seperti sel otot jantung atau
tidak dapat membawa molekul oksigen di dalam peredaran darah seperti sel darah
merah. Namun, stem sell yang tidak terspesialsasi ini dapat berdiferensiasi menjadi sel
yang spesifik.
2. Diferensiasi
Yaitu kemampuan stem cell untuk berkembang menjadi sel lain. stem cell mampu
berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel
otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain. Proses diferensiasi ini
2

tergantung dari signal yang berasal dari dalam sel (internal) dan dari luar sel
(eksternal). Signal internal diatur oleh gen-gen stem cell itu sendiri, sedangkan signal
eksternal berasal dari zat kimia yang disekresikan oleh sel-sel lain, kontak fisik
dengan sel-sel di sekitarnya dan pengaruh molekul-molekul tertentu di dalam
lingkungan mikro stem cell tersebut.
3. Regenerasi (Self regenerate/self renew)
Yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cell
mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan
sel.
Berdasarkan kemampuannya untuk berdifferensiasi Stem sel dibagi menjadi:5
1. Totipotent yaitu Stem sel yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang
termasuk dalam Stem sel totipotent adalah zigot. Sel ini merupakan sel embrionik
awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk
membentuk satu individu yang utuh. Disamping mempunyai kemampuan untuk
membentuk berbagai sel pada embrio sel totipotent juga dapat membentuk sel-sel
yang menyusun plasenta.
2. Pluripotent yaitu stem cells yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ectoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan
ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stem cells pluripotent
adalah embryonic stem cells.
3. Multipotent yaitu stem cell yang dapat berdifferensiasi menjadi banyak jenis sel
misalnya hemopoetic stem cells yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai
kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat dalam
darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah neural stem cells
yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
4. Unipotent yaitu stem cells yang hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Berbeda
dengan non stem cells, stem cells mempunyai sifat masih dapat mempebaharui atau
meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor cells
hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

Berdasarkan asalnya, stem cell dibagi menjadi 2 yaitu embryonic stem cell dan adult
stem cell. Keduanya memiliki karakteristik dan fungsi masing-masing.
2.3

Sumber stem cell

Berdasarkan asalnya, stem cell dibagi menjadi 2 yaitu embryonic stem cell dan adult
stem cell. Keduanya memiliki karakteristik dan fungsi masing-masing.
2.3.1

Embryonic stem cell


Embryonic stem cell berasal dari embrio. Embrio ini berasal dari telur yang

difertilisasi in vitro dalam proses IVF yang didonasikan untuk penelitian atas seijin donor.
Embrio yang digunakan berusia 3-5 hari dan disebut blastosit yang terdiri dari 3 struktur
utama yaitu trofoblas yang merupakan lapisan sel yang mengelilingi blastosit, blastokol yang
merupakan rongga di dalam blastosit dan terakhir adalah inner cell mass yang merupakan
sekelompok sel berjumlah sekitar 30 sel yang terletak pada salah satu ujung blastokol. 1,2,3

Egg Development

Zona
pellucida

Fertilised
egg

2
cell

Polar
body

4 cell
Maternal and
paternal pronuclei

Morula
(8 cell)

Totipotent

16 cell

Blastocyst

Pluripotent

30-150
cells

Gambar 2. Asal embryonic stem cell.


2.3.2

Proses produksi embryonic stem cell manusia


Dalam laboratorum, embryonic stem cell manusia diisolasi dan dibiakkan dengan cara

mengambil inner cell mass dan meletakkannya di dalam tempat kultur plastik yang telah
mengandung nutrisi dan disebut medium kultur. Umumnya tempat kultur telah dilapisi

dengan sel kulit embrio tikus yang berfungsi sebagai sumber nutrisi (feeder layer). Saat ini
peneliti mulai mengembangkan teknik kultur tanpa sel tikus karena resiko penularan virus
ataupun makromolekul lain dari sel tikus ke sel embrio manusia. 1,2
Setelah beberapa hari (3-5 hari), sel-sel dari inner cell mass telah berkembang
memenuhi tempat kultur. Kemudian sel-sel tersebut dipindahkan ke beberapa tempat kultur
yang baru dan proses ini disebut subkultur. Setiap siklus subkultur disebut passage. Setelah 6
bulan atau lebih, 30 inner mass cell telah berkembang menjadi jutaan embryonic stem cell
dan disebut juga sebagai embryonic stem cell line. Sel-sel ini dapat dibekukan dan dikirim ke
laboratorium lain sebagai bahan kultur atau penelitian. 1,2,3
2.3.3

Uji identifikasi embryonic stem cell


Selama proses pembuatan embryonic stem cell line, dilakukan beberapa uji untuk

meyakinkan bahwa yang dihasilkan adalah benar-benar embryonic stem cell. Sampai saat ini
belum ada kesepakatan mengenai uji standar identifikasi embryonic stem cell, tetapi ada
beberapa uji yang umumnya digunakan di laboratorium di seluruh dunia, yaitu : 1
Mengembangkan embryonic stem cell selama beberapa bulan dan melihatnya di
bawah mikroskop untuk melihat apakah sel-sel tersebut tetap tidak
berdeferensiasi
Menggunakan teknik khusus untuk menentukan adanya penanda permukaan
(surface

markers)

yang

hanya

ditemukan

pada

sel-sel

yang

tidak

berdeferensiasi, seperti suatu protein yang disebut Oct-4. Oct-4 merupakan


faktor transkripsi yang berperan mengaktifkan atau menonaktifkan gen-gen
tertentu pada saat tertentu, yang sangat penting dalam proses deferensiasi
Menganalisis kromosom di bawah mikroskop untuk melihat adanya perubahan
struktur dan jumlah kromosom
Menentukan apakah sel dapat disubkultur setelah mengalami proses pembekuan
Menguji apakah embryonic stem cell pluripoten dengan membiarkan sel
berdeferensiasi spontan dalam medium kultur, memanipulasi sel sehingga sel
berdeferensiasi menjadi sel tertentu atau menginjeksikan sel ke tikus dalam
kondisi imunosupresi dan melihat apakah terbentuk teratoma atau tidak.
2.3.4

Proses stimulasi deferensiasi embryonic stem cell


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa proses deferensiasi embryonic stem cell
5

dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sampai saat ini, para peneliti telah
membakukan beberapa protokol dasar (resep) untuk mengarahkan deferensiasi embryonic
stem cell menjadi beberapa tipe sel yang spesifik. 1,2,3
Salah satu contoh adalah proses deferensiasi embryonic stem cell menjadi sel-sel
neuron yang mensekresi dopamin dan serotonin dan sel-sel islet pankreas yang mensekresi
insulin. 1
Awalnya embryonic stem cell dibiarkan membentuk badan embrioid di dalam medium
ITFSn (medium insulin/transferin/fibronektin/selenium) yang telah ditambahkan substrat
adheren. Selanjutnya sel-sel positif nestin diseleksi dan dikultur dalam 2 medium yang
terpisah. Medium pertama adalah medium N2/bFGF/laminin dan medium ke dua adalah
medium N2/bFGF/suplemen N27. Saat ini sel-sel masuk ke dalam fase ekspansi di mana selsel pada medium pertama akan menjadi sel prekursor neruonal positif nestin sedangkan selsel di medium ke dua menjadi sel progenitor pankreatik positif nestin. Sel-sel kemudian
memasuki fase deferensiasi, elemen bFGF dari medium pertama dihilangkan dan sel-sel
berdeferensiasi menjadi sel-sel neuron yang mensekresikan dopamin dan serotonin,
sedangkan elemen bFGF dari medium ke dua dihilangkan dan dilakukan penambahan
nicotinamide sehingga sel-sel akan berdeferensiasi menjadi sel-sel islet pankreas yang
mensekresikan insulin. 1
2.3.5

Transfer Nukleus
Proses transfer nucleus ini merupakam cara lain yang cukup potensial untuk

memproduksi embryonic stem cell. Pada hewan percobaan, transfer nukleus dilakukan
dengan cara menginsersi nukleus sel yang telah berdiferensisasi ( misalnya sel kulit) ke
dalam sel telur yang nukleusnya telah diambil. Sel telur ini, yang telah mengandung materi
genetik sel kulit, di stimulasi untuk membentuk blastocyst yang mengandung stem cell. Stem
cell yang terbentuk dengan cara ini merupakan cloning dari sel dewasa asalnya karena
nukleusnya mengandung DNA yang sama.5,6
Para ilmuwan percaya bahwa apabila mereka mampu menggunakan metode ini untuk
menghasilkan stem cell manusia, maka akan memungkinkan mereka untuk mempelajari
perkembangan dan progresivitas penyakit tertentu dengan membiakkan stem cell yang
mengandung gen yang bertanggung jawab untuk penyakit tersebut.

Gambar 3. Protokol deferensiasi embryonic stem cell menjadi tipe sel spesifik.
2.4

Adult stem cell


Adult stem cell merupakan sel-sel yang tidak berdeferensiasi yang ditemukan di antara

sel-sel yang berdeferensiasi di dalam suatu jaringan atau organ. Peran utama adult stem cell
adalah mempertahankan dan memperbaiki jaringan di mana sel-sel tersebut berada bila
terjadi kerusakan. Beberapa peneliti menggunakan sebutan somatic stem cell. 1,2,3
7

Berbeda dengan embryonic stem cell, asal adult stem cell belum diketahui. Saat ini
semakin banyak adult stem cell yang ditemukan pada jaringan yang sebelumnya diduga tidak
mungkin memiliki stem cell. Adult stem cell yang pertama ditemukan adalah hematopoetic
stem cell yang membentuk seluruh tipe sel darah. Populasi ke dua yang ditemukan adalah
bone marrow stromal stem cell, sering disebut sebagai stromal stem cell, merupakan populasi
campuran sel-sel yang dapat membentuk tulang, kartilago, lemak dan jaringan fibrosa.
Selanjutnya para peneliti berhasil menemukan stem cell di otak yang menghasilkan 3 macam
tipe sel utama otak yaitu astrosit dan oligodendrosit (sel nonneuron) dan sel saraf (sel
neuron). Jaringan lain yang memiliki adult stem cell adalah otot, kulit dan hati. 1,2,3

Gambar 4. Adult stem cell.


2.4.1

Alur proses deferensiasi adult stem cell


Adult stem cell akan menjalani proses deferensiasi menjadi sel-sel spesifik sesuai

dengan jaringan tempatnya berada (normal differentiation pathway). Akan tetapi para peneliti
menemukan bahwa adult stem cell juga memiliki kemampuan untuk membentuk tipe sel dari
jaringan lain (transdifferentiation/plasticity). 1-5
Jalur deferensiasi normal adult stem cell dapat dilihat sebagai berikut:

Hematopoeitic stem cell akan membentuk semua tipe sel darah

Bone marrow stromal cell (mesenchymal stem cell) akan membentuk osteosit,
kondrosit, adiposit dan jaringan fibrosa lain

Neural stem cell akan membentuk astrosit, oligodendrosit dan sel neuron
8

Epithelial stem cell pada GIT akan membentuk sel absorpsi, sel Goblet, sel
Paneth dan sel enteroendokrin

Skin stem cell akan membentuk keratinosit

Gambar 5. Normal differentiation pathway of adult stem cell.


Jalur transdeferensiasi atau plastisitas adult stem cell yang berhasil ditemukan
para peneliti adalah sebagai berikut:

Hematopoeitic stem cell dapat membentuk 3 sel utama otak (astrosit,


oligodendrosit dan sel neuron), sel otot rangka, sel otot jantung dan sel hati

Bone marrow stromal cell (mesenchymal stem cell) dapat membentuk sel otot
jantung dan sel otot rangka

Brain stem cell dapat membentuk sel darah dan sel otot rangka

Gambar 6. Transdefferentiation pathway or plasticity of adult stem cell.


2.4.2

Uji identifikasi adult stem cell


Sama seperti embryonic stem cell line, dilakukan beberapa uji untuk meyakinkan

bahwa yang dihasilkan adalah benar-benar adult stem cell. Sampai saat ini belum ada
kesepakatan mengenai uji standar identifikasi adult stem cell, tetapi ada beberapa uji yang
juga digunakan di laboratorium, yaitu : 1,2,3
Melabel adult stem cell pada jaringan hidup dengan penanda molekuler
sehingga dapat ditentukan hasil deferensiasi sel-sel tersebut
10

Mengambil adult stem cell dari jaringan, melabel sel-sel tersebut secara in vitro
dan mentransplantasikan sel-sel itu ke jaringan hidup lain untuk melihat
repopulasi sel
Mengisolasi adult stem cell, menumbuhkannya dalam medium kultur dan
memanipulasi sel-sel tersebut baik dengan faktor pertumbuhan atau dengan
menyisipkan gen-gen tertentu dan melihat hasil deferensiasinya.
2.5

Kelebihan dan kekurangan embryonic stem cell dan adult stem cell
Embryonic stem cell
Kelebihan
Kekurangan
Imortal
Rejeksi imun dapat terjadi bila stem cell
berasal dari blastosit hasil IVF
Sel dapat tetap tidak berdeferansiasi
dalam waktu lama dan menghasilkan sel
serupa dalam jumlah besar
Pluripotent
Sulit dikontrol dan membutuhkan banyak
tahap untuk berdeferensiasi menjadi tipe
Fleksibel dan dapat berdeferensiasi
sel yang diinginkan
menjadi tipe sel apa saja
Mudah dibuat/diekstrak di laboratorium
Mudah disediakan
Berasal dari embrio hasil IVF yang tidak
digunakan
Teknik SCNT menghindari rejeksi imun
Adult stem cell
Kelebihan
Kekurangan
Respon imun dapat dihindari karena
Tidak imortal
menggunakan sel penderita sendiri
Sulit untuk dipertahankan dalam kultur
sel untuk waktu yang lama
Beberapa sel selalu tersedia seperti blood
Sulit ditemukan dan diekstrak dari
stem cell
jaringan dewasa
Terspesialisasi sebagian sehingga lebih
Banyak adult stem cell yang belum
mudah berdeferensiasi
diketahui
Multipotent
Fleksibilitas terbatas dan tidak dapat
menjadi tipe sel apa saja
Mengalami proses penuaan
Kualitas dipertanyakan bila menyangkut
defek genetik
Tabel 1. Kelebihan dan kekurangan embryonic stem cell dan adult stem cell.

11

2.6.

Manfaat Stem Cell


Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa stem cell memiliki banyak

manfaat baik dalam penelitian ilmu dasar maupun klinik, sebagai berikut : 1-5
1.

Penelitian mengenai embryonic stem cell manusia dapat memberikan informasi


mengenai kejadian kompleks yang terjadi saat perkembangan dan pembentukan
embrio sehingga memberikan pemahaman bagaimana sel yang tidak berdeferensiasi
dapat menjadi sel yang berdeferensiasi. Para peneliti mengetahui bahwa dalam proses
ini terjadi aktivasi atau nonaktivasi gen-gen tertentu. Akan tetapi bagaimana caranya
suatu sinyal mempengaruhi proses tersebut belum diketahui. Beberapa kondisi seperti
kanker dan defek kongenital disebabkan kelainan pada pembelahan dan deferensiasi
sel. Pemahaman mengenai kontrol genetik dan molekuler mengenai hal tersebut akan
memberikan informasi mengenai bagaimana keadaan itu terjadi dan cara
menanggulanginya.

2.

Stem cell manusia juga dapat digunakan untuk menguji obat baru, baik dalam
efektivitas maupun toksisitasnya. Keamanan obat baru dapat diuji pada sel-sel
berdeferensiasi yang berasal dari galur sel pluripotent manusia. Hal ini dapat dilihat
pada uji obat anti tumor pada galur sel kanker.

3.

Terapi stem cell (cell-based therapy) merupakan manfaat stem cell yang paling
berkembang saat ini. Stem cell menawarkan kemungkinan sebagai sumber pengganti
sel dan jaringan yang rusak atau sakit, seperti pada penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, trauma sumsum tulang belakang, stroke, luka bakar, penyakit jantung,
diabetes, osteoatritis dan rematoid atritis. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian,
terbuka kemungkinan untuk membuat sel otot jantung yang sehat di laboratorium
kemudian mentransplantasikannya kepada penderita dengan penyakit jantung kronis.
Penelitian pendahuluan pada tikus dan hewan lain menunjukkan indikasi bahwa stem
cell sumsum tulang yang ditransplantasikan ke jantung yang rusak dapat menjadi sel
otot jantung dan memperbaiki jaringan yang rusak. Penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan untuk mengarahkan deferensiasi
embryonic stem cell atau adult stem cell dari sumsum tulang menjadi sel-sel otot
jantung.

12

BAB III
TERAPI STEM CELL

Terapi stem cell memberikan banyak harapan bagi penyembuhan berbagai penyakit.
Teknik terapi stem cell adalah dengan transplantasi stem cell (SCT) yaitu suatu cara
pembedahan di mana stem cell dari donor dipindahkan ke jaringan atau organ penderita.
Komponen yang harus diperhatikan dalam SCT adalah donor dan karakteristik stem cell yang
akan ditransplantasikan. 4-8
3.1.

Donor stem cell


Berdasarkan donor stem cell yang digunakan maka SCT dibedakan menjadi :
1. Auto-tranplantasi
Bila donor stem cell berasal dari penderita sendiri. Keuntungan teknik ini adalah
respon imunologi dapat dihindari karena menggunakan sel-sel milik penderita.
Kerugiannya adalah bila terjadi defek genetik atau kelainan gen maka hal ini tidak
dapat diperbaiki dan tetap diturunkan.
2. Alo-tranplantasi
Bila donor stem cell berasal dari spesies yang sama, dalam hal ini berasal dari sesama
manusia. Kelemahan teknik ini adalah dapat terjadi rejeksi imunologis.
3. Xeno-transplantasi
Bila donor stem cell berasal dari species yang berbeda, misalnya dari kelinci atau
hewan lain. Kelemahan teknik ini serupa dengan alo-transplantasi yaitu dapat terjadi
rejeksi imunologis.

3.2.

Karakteristik stem cell dalam SCT


Stem cell yang digunakan dalam SCT harus memiliki karakteristik tertentu yang
menentukan keberhasilan transplantasi, yaitu :
1. Mampu berproliferasi dan membentuk jaringan dalam jumlah yang mencukupi
2. Berdeferensiasi menjadi tipe sel yang diinginkan
3. Mampu hidup di dalam resipien setelah transplantasi
13

4. Mampu berintegrasi dengan struktur disekitarnya setelah transplantasi


5. Berfungsi dengan baik sepanjang hidup resipien
6. Tidak menimbulkan kerusakan pada resipien
7. Tidak menimbulkan reaksi imunologi pada resipien
3.3.

Prosedur SCT
Bila seorang penderita memutuskan untuk menjalani SCT maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan sebelum, selama dan sesudah SCT. Prosedur di bawah ini terutama
digunakan dalam Xeno-transplantasi.

3.3.1.

Hal-hal yang harus dilakukan penderita

Tandai tanggal pengiriman preparat SCT

Kurangi aktivitas fisik dan lakukan konsultasi dengan dokter untuk


mencapai kondisi kesehatan optimal

Makan makanan yang mengandung + 60% serat 3-4 hari sebelum SCT

Minum kombinasi vitamin dan mineral dosis tinggi sekurangnya 1 minggu


sebelum SCT

Rutin berolahraga setiap hari

Menghindari konsumsi obat-obatan selama 1 minggu sebelum SCT

Tidak minum alkohol selama 3 hari dan tidak merokok

Menghindari pemaparan dengan energi elektromagnetik selama 3 hari

Menghindari kopi 24 jam sebelum SCT

Tujuan dari semua hal di atas adalah mempersiapkan tubuh penderita sesehat
mungkin sehingga stem cell yang ditransplantasikan ke dalam tubuh penderita dapat
berfungsi optimal karena stem cell adalah sel-sel muda yang sangat sensitif terhadap
bahan-bahan toksin.
3.3.2.

Tahapan SCT
Prosedur SCT terbagi menjadi 2 bagian, yaitu yang dapat dilaksanakan dengan
tindakan bedah minor dan yang membutuhkan tindakan bedah mayor.
Pada prosedur SCT dengan tindakan bedah minor maka preparat stem cell dari
beberapa organ atau jaringan yang berbeda ditempatkan masing-masing di alat
14

suntik yang berbeda, kemudian disuntikkan pada waktu yang bersamaan melalui
injeksi yang terpisah.
Prosedur SCT yang membutuhkan tindakan bedah mayor dan harus dilakukan
di rumah sakit dengan peralatan lengkap adalah :

Neurotransplantasi (penyakit Parkinson, kerusakan otak akibat trauma,


trauma sumsum tulang, kecelakaan serebrovaskuler, penyakit neurodegeneratif
lain)

3.4.

Pembedahan ortopedik

Tindakan invasif jantung (infark jantung)

Tindakan bedah plastik dan rekonstruksi

Kelebihan SCT
SCT merupakan prosedur yang sederhana sehingga seharusnya sudah digunakan
pada stadium awal suatu penyakit. Semakin awal penggunaan SCT pada suatu
penyakit, semakin baik hasil yang diperoleh

Prinsip Homing yaitu stem cell tidak harus diimplantasikan langsung pada organ
yang rusak, misalnya stem cell hati langsung ke hati. Tetapi dapat diimplantasikan
pada jaringan superfisial yang mudah dicapai, seperti di bawah aponeurosis otot
rektus abdominis. Hal ini disebabkan stem cell akan menemukan jalan menuju ke
jaringan atau organ yang rusak sedangkan organ atau jaringan sehat tidak akan
menarik stem cell

Stem cell selain menggantikan sel-sel yang rusak atau mati juga merangsang
perbaikan sel-sel yang belum mati.

Melalui persiapan khusus, stem cell yang diimplantasikan tidak merangsang


terjadinya rejeksi imunologis.

3.5.

Efek samping SCT


Walaupun telah digunakan berbagai metode untuk menghindari terjadinya efek samping,
kemungkinan hal itu timbul tetap masih ada. Adapun efek samping yang dapat terjadi
pada terapi stem cell adalah :

Reaksi imunologi

Kemungkinan timbulnya tumor (teratoma). Walaupun hal ini hanya terjadi in


vitro tetapi kemungkinan timbulnya tumor pada resipien tetap ada.

3.6.

Xeno-transplantasi
15

Saat ini penggunaan stem cell yang berasal dari hewan (khususnya kelinci) telah
berkembang dengan pesat melampaui stem cell yang berasal dari manusia. Adapun
alasan mengapa xeno-transplantasi lebih berkembang dibandingkan alo-transplantasi
adalah sebagai berikut :

Semua sel eukariotik pada prinsipnya memiliki perkembangan dan fungsi yang
sama.

Sel-sel utama dari organ atau jaringan yang sama pada dasarnya sama atau
hampir sama tanpa memperhatikan spesies asal sel tersebut.

Semua sistim biologi memiliki komposisi molekul yang sama.

Dogma genetika dan biologi molekuler adalah sama yaitu DNA akan
ditranskripsikan menjadi RNA yang akan ditranslasikan menjadi protein dan hal ini
berlaku bagi semua sel hidup.

Gambar 7. Xeno-transplantation

16

Gambar 8. Prosedur terapi stem cell.

BAB IV
17

APLIKASI TERAPI STEM CELL

4.1.

Penyakit-penyakit yang dapat diterapi dengan stem cell


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh BRCO (Bio-Cellular Research
Organization),

sampai saat ini BRCO telah menyediakan stem cell yang digunakan pada penyakit-penyakit
sebagai berikut : 4-8
1. Diabetes melitus
2. Beberapa gangguan defisiensi hormonal
3. Menopause dini
4. Infertilitas pria
5. Gangguan defisiensi imun
6. Penuaan (anti aging)
7. Penyakit Parkinson
8. Down syndrome, penyakit genetik pada masa anak-anak, trauma lahir dan
retardasi mental
Beberapa contoh terapi stem cell pada beberapa penyakit
4.2.1. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson (PD) merupakan penyakit neurodegeneratif yang mengenai sekitar
2% populasi berusia 65 tahun atau lebih. PD disebabkan degenerasi dan kehilangan
progresif dari neuron yang memproduksi dopamin (neuron DA) yang menyebabkan
tremor, rigiditas dan hipokinesia. 9
Diduga PD merupakan penyakit pertama yang diterapi dengan SCT. Hal ini
disebabkan keberhasilan beberapa laboratorium menginduksi embryonic stem cell
untuk berdeferensiasi menjadi neuron DA yang fungsional. Pada penelitian akhirakhir ini, peneliti berhasil mengarahkan embryonic stem cell tikus untuk
berdeferensiasi menjadi sel neuron DA dengan memperkenalkan gen Nurr1 pada stem
cell tersebut. Setelah stem cell itu ditransplantasikan ke otak dari tikus model PD, sel
neuron DA tersebut akan mereinervasi otak, melepaskan dopamin dan memperbaiki
motor neuron. Kemajuan itu memacu peneliti untuk memproduksi neuron dopamin
dari stem cell manusia dengan tujuan untuk ditransplantasikan ke penderita PD. 9
18

Gambar 9. PET scan sebelum (kiri) dan sesudah (kanan) SCT neuron dopamin pada
penderita Parkinson.

Gambar 10. Jaringan dengan neruon dopamin hasil SCT (kiri) dan tanpa neuron dopamin
(kanan).

4.2.1. Penyakit hati


19

Penyakit hati seperti sirosis hepatis dan hepatitis kronis telah berhasil diperbaiki
dengan terapi stem cell. Penelitian menemukan bahwa stem cell donor yang
diimplantasikan kepada penderita penyakit hati akan menempuh 3 jalur yaitu : 10,11
1. Transdeferensiasi
Stem cell donor akan berdeferensiasi menjadi hepatosit saat berada di lingkungan
sel-sel hati.
2. Fusi
Stem cell donor akan berfusi dengan hepatosit. Fusi dapat terjadi pada nukleus
ataupun sitoplasma.
3. Proses 2 tahap
Stem cell donor akan berdeferensiasi menjadi hepatosit dan kemudian akan
melakukan fusi dengan hepatosit matur.

Gambar 11. Jalur yang ditempuh stem cell pada penyakit hati.

4.2.1. Penyakit degenerasi retina


20

Pada beberapa penyakit retina, sel-sel fotoreseptor mengalami kematian karena


kelainan intrinsik dan/atau disebabkan kerusakan atau kematian sel pendukung di
lapisan retinal pigmented epithelium (RPE). Sel-sel fotoreseptor dewasa tidak
memiliki kemampuan untuk membelah dan memperbanyak diri, sehingga terapi stem
cell sangat berarti dalam keadaan ini. Pemberian stem cell diharapkan dapat
membentuk sel fotoreseptor baru dan memperbaiki sel fotoreseptor yang mengalami
kerusakan tetapi belum mati. 12,13
Walaupun tampaknya sederhana tetapi pelaksanaan terapi stem cell pada kelainan
degenerasi retina bukan persoalan mudah. Sampai saat ini belum didapatkan kepastian
mengenai keberhasilan terapi stem cell pada penyakit degenerasi retina. Masih
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk membuktikan hasil tersebut. 12-15

Gambar 12. Sel-sel pada retina.

4.2.1. Penyakit jantung


Pada tahun 2006, para peneliti berhasil menunjukkan bahwa stem cell darah dapat
berdeferensiasi menjadi tipe sel yang diinginkan. Hasil ini didapatkan pada seorang
bocah laki-laki berusia 4 tahun dengan Sanfilippo Syndrome B, suatu penyakit yang
sangat jarang, di mana bila tidak diterapi akan menyebabkan kegagalan hati, jantung
dan otak. Anak laki-laki itu diberi stem cell sehat dari darah seorang bayi wanita.
Walaupun akhirnya anak laki-laki tersbut meninggal karena infeksi, para peneliti
berhasil menunjukkan bahwa sebagian stem cell dari donor telah tinggal di
jantungnya dan bertransformarsi menjadi sel jantung secara sempurna. 16
21

Penelitian ini dikerjakan oleh tim dari Duke Comprehensive Cancer Center dan
dipresentasikan pada International Association of Bone Marrow Tranplantation
Research Meeting tanggal 12-17 Februari 2007 di Orlando, Florida. 16

22

You might also like