Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang
dikeluhkan masyarakat Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga dan
menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan. Karies gigi
merupakan penyakit endemik yang tidak bisa disembuhkan, bahkan salah satu
usaha pencegahannya yang berupa pemberian imunisasi sekalipun tidak dapat
mencegah terjadinya karies. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1994 di
Indonesia menunjukkan anak di kota pada usia 8 tahun yang menderita penyakit
gigi berlubang mencapai 45,2 persen. Sedangkan di desa hanya 39,8 persen,
sementara pada kelompokusia 14 tahun mencapai 73,2 persen. Persentase yang
semakin tinggi terlihat pada kelompok usia 35-44 tahun di kota mampu mencapai
87,1 persen penderita penyakit gigi berlubang 1. Ada dua penyakit gigi dan mulut
yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu karies dan penyakit
periodontal.
Perjalanan gangren pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai
email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm.
Selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang
disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang oleh suhu
dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan.
Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa
sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih dari 1mm. pada pulpitis
terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembuluh darah, dan pempuluh
limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjutdan
mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan
terjadinya gangren pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut
tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman1.2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi Periapikal
Karies berawal dari sisa makanan yang bercampur dengan hasil
metabolisme
bakteri
Staphylococcus
aureus,
Streptococcus
mutans,
Abses apikalis kronis merupakan keadaan yang timbul akibat lesi yang
berjalan lama yang kemudian mengadakan drainase ke permukaan. Abses apikalis
kronis disebabkan oleh nekrosis pulpa yang meluas ke jaringan periapikal, dapat
juga disebabkan oleh abses akut yang sebelumnya terjadi. Abses adalah kumpulan
pus yang terbentuk dalam jaringan. Pus ini merupakan suatu kumpulan sel-sel
jaringan lokal yang mati, sel-sel darah putih, organisme penyebab infeksi atau
benda asing dan racun yang dihasilkan oleh orgnisme dan sel darah. Abses
apikalis kronis merupakan reaksi pertahanan yang bertujuan untuk mencegah
infeksi menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Abses apikalis kronis berkembang
gejala yang
merupakan
kontraindikasi
karena
dapat
menyebabkan
Apabila dalam rentang 2-3 hari ternyata respon keradangan tidak mampu
menghambat aktivitas bakteri penyebab, maka dapat berlanjut ke kondisi yang
disebut abses subperiosteal. Abses subperiosteal terjadi di rongga yang sama,
yaitu di sela-sela antara korteks tulang dengan lapisan periosteum, bedanya adalah
di kondisi ini sudah terdapat keterlibatan pus, pus sudah berhasil menembus
korteks dan memasuki rongga subperiosteal, karena itu nama abses yang tadinya
disebut abses periapikal, berubah terminologi menjadi abses subperiosteal.
Karena lapisan periosteum adalah lapisan yang tipis, maka dalam beberapa jam
saja akan mudah tertembus oleh cairan pus yang kental, sebuah kondisi yang
sangat berbeda dengan peristiwa periostitis dimana konsistensi cairannya lebih
serous
10
buruk). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis,
abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal,
sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular,
osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut.
Infeksi odontogen merupakan suatu proses infeksi yang primer atau
sekunder yang terjadi pada jaringan periodontal, perikoronal, karena traumatik
atau infeksi pasca bedah. Tipikal infeksi odontogenik adalah berasal dari karies
gigi yang merupakan suatu proses dekalsifikasi email. Sekali email larut, infeksi
karies dapat langsung melewati bagian dentin yang mikroporus dan langsung
masuk ke dalam pulpa. Di dalam pulpa, infeksi dapat berkembang melalui suatu
saluran langsung menuju apeks gigi dan dapat menggali menuju ruang medulla
pada maksila atau mandibula. Infeksi tersebut kemudian dapat melubangi lapisan
tulang kortikal dan merusak jaringan superficial dari rongga mulut atau membuat
saluran yang sangat dalam pada daerah fasial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan
infeksi odontogenik adalah:
karies gigi yang mencapai ruang pulpa, kemudian berlanjut menjadi pulpitis dan
akhirnya terjadi nekrosis pulpa. Infeksi odontogen dapat terjadi secara lokal atau
meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa
menembus masuk ruang pulpa sampai ke apikal gigi. Foramen apikalis pada pulpa
tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut
menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi
yang nekrosis tersebut.
11
selanjutnya menuju
kavitas oral dengan menembus lapisan kortikal vestibular dan periosteum dari
tulang rahang. Fenomena ini biasanya terjadi di sekitar gigi penyebab
infeksi, tetapi infeksi primer dapat meluas ke regio yang lebih jauh, karena
adanya perlekatan otot atau jaringan lunak pada tulang rahang. Dalam hal
ini, infeksi odontogenik dapat menyebar ke bagian bukal, fasial, dan
subkutaneus servikal kemudian berkembangan menjadi selulitis fasial, yang
akan
mengakibatkan
adekuat 3,4
2.2.1.1 Vestibular Space
Vestibular space adalah space yang berpotensi antara mukosa vestibular
dan dekat pada muskulus fasial.
mengenai infeksi antara alveolar prosesus dan alveolar mukosa pada dinding
fasial pada prosesus alveolar. Karena struktur anatomi membatasi penyebaran
abses dentoalveolar atau selulitis menjadi vestibula oral dan perlekatannya dekat
dengan muskulus fasial pada apikal dari infeksi tersebut, abses dentoalveolar
mengambil porsi dari space vestibular. Secara posterior dari muskulus fasial
adalah buccinator, bagian depan dari muskulus intrinsik dan bibir, termasuk
orbicularis oris, quadratus labii superioris, mentalis, atau risorius, membatasi
space vestibular. Space vestibular adalah pengisi dengan submukosa dan jaringan
ikat alveolar yang berada pada persilangan buccal dan nervus mentalis. Dapat
dikatakan bahwa ada jarak pada muskulis fasial dengan bukal dan space
subcutaneous. Pembengkakan vestibular dapat merubah struktur fascial, distorsi
pandang. Drainase secara spontan dapat terjadi pada mukosa rongga mulut 5
Abses vestibular biasanya terletak pada daerah premolar dan molar
rahang atas. Secara pemeriksaan klinis tampak pembengkakan, padat, disertai
nyeri pada daerah buccal vestibular dekat dengan gigi yang bermasalah 6,7.
12
Gambar 2.1 Ilustrasi gambar penyebaran dari lateral abses ke daerah otot buccinator. b. Tampakan
klinis
13
Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses dentoalveolar, abses
periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi premolar atau molar
mandibula 6
Gambar 2.2 Ilustrasi gambar penyebaran dari abses ke daerah submandibular di bawah muskulus
mylohyoid b. Tampakan klinis
2.2.1.4 Submentale
Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan m.plastima, di depannya
melintang m.digastrikus, berisi kelenjar limfe submental. Perjalanan abses
kebelakang dapat meluas ke spasium mandibula dan sebaliknya infesi dapat
berasal dari spasium submandibula. Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau
premolar.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio submental. Tahap akhir
akan terjadi supuratif dan pada perabaan fluktuatif positif. Pada pemeriksaan intra
oral tidak tampak adanya pembengkakan. Kadang-kadang gusi disekitar gigi
penyebab lebih merah dari jaringan sekitarnya. Pada tahap lanjut infeksi dapat
menyebar juga kearah spasium yang terdekat terutama kearah belakang 6
14
KGB regional
Gingiva bawah
Submaksila
Submaksila,
submental,
profunda
Jaringan submukosa bibir atas dan
Submaksila
bawah
Gingiva dan palatum atas
Servikal profunda
Parotis
Submaksila, fasial
servikal
15
16
lokalisata)
dan
pembesaran
KGB
umum
(limfadenopati
17
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui
simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan
aliran getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening
masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar,
cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus
perifer yang dilapisi oleh sel endotel 1,2
Jaringan
ikat
trabekula
terentang
melalui
sinus-sinus
yang
menghubungkan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan
merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf. 4,6-12 Dari bagian pinggir
cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang juga dilapisi sel
endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui hilus,
sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari
hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya
disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh
penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila
berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,
Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi
saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat
badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang
tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan
oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya
riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah. Pembesaran KGB leher yang
disertai daerah lainnya juga sering disebabkan oleh infeksi virus. Keganasan,
obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan degnan pembesaran KGB
generalisata
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan
dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada
penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan.
Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi
bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati
18
disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak
dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya
Pada
infeksi
oleh
mikobakterium,
pembesaran
kelenjar
berjalan
Pemberian
antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif
dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali
diagnosis dan penanganannya. Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai
adanya abses dan evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk
menangani pasien ini
2.2.3 Penyebaran Per Hematogen
Gingiva, gigi, tulang penyangga, dan stroma jaringan lunak di sekitarnya
merupakan area yang kaya dengan suplai darah. Hal ini meningkatkan
kemungkinan masuknya organisme dan toksin dari daerah yang terinfeksi ke
dalam sirkulasi darah. Di lain pihak, infeksi dan inflamasi juga akan semakin
meningkatkan aliran darah yang selanjutnya menyebabkan semakin banyaknya
organisme dan toksin masuk ke dalam pembuluh darah
Vena-vena yang berasal dari rongga mulut dan sekitarnya mengalir
ke pleksus vena pterigoid yang menghubungkan sinus kavernosus dengan pleksus
vena faringeal dan vena maksilaris interna melalui vena emisaria. Karena
perubahan tekanan dan edema menyebabkan penyempitan pembuluh vena dan
19
karena vena pada daerah ini tidak berkatup, maka aliran darah di dalamnya dapat
berlangsung dua arah, memungkinkan penyebaran infeksi langsung dari fokus di
dalam mulut ke kepala atau faring sebelum tubuh mampu membentuk respon
perlawanan terhadap infeksi tersebut.
Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis internal dan
eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan . Namun,
saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat menyerang
organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi tertentu.
Contoh perluasan infeksi odontogen melalui aliran darah misalnya kearah jantung
yaitu, sub bacterial endokarditis (SBE). Penyakit Infeksi yang Berhubungan
dengan Pola Perluasan per Hematogen terdiri dari Subakut Bacterial Endokarditis
(SBE).
2.2.3.1 Penyakit Infeksi yang Berhubungan dengan Pola Perluasan per
Hematogen
1. Subakut Bacterial Endokarditis (SBE)
Endokarditis Bakterial adalah penyakit infeksi oleh organisme pada
permukaan endokardial atau jaringan endothelial jantung, termasuk katup
jantung (baik yang alami atau prostetik), endokardium muralis, korda
tendinae atau defek septum . Nama lain dari endokarditis infektif adalah
endokarditis bakterial . Lesi yang khas pada endokarditis infektif adalah
vegetasi yang terdiri dari trombosit, fibrin, mikroorganisme dan sel-sel
radang. Endokarditis infektif biasanya terjadi pada jantung yang telah
mengalami kerusakan. Penyakit jantung yang mendahului endokarditis, bisa
berupa penyakit jantung bawaan maupun penyakit jantung yang didapat.
Dahulu diduga infeksi pada endokard hanya disebabkan oleh bakteri,
sehingga disebut endokarditis bakterial. Kemudian ternyata bahwa infeksi
bukan saja disebabkan oleh bakteri tetapi dapat juga disebabkan oleh
mikroorganisme lain, seperti jamur, virus dan lain-lain.
Endokarditis juga bisa terjadi pada endokard dan katup yang sehat,
misalnya endokarditis yang terjadi pada penyalahgunaan narkotik intravena
dan penyakit yang kronik. Perjalanan penyakit bisa akut atau sub-akut
20
penyakit
paru
obstruktif
kronik,
penyakit
ginjal,
lupus
21
b. Pulpitis kronik
Pulpitis kronik adalah peradangan pulpa karena adanya karies dentis
yang sudah dalam, atau dapat juga merupakan idiokatif pulpitis, dimana
kuman tidak diketahui dari mana masuknya ; ada kemungkinan kuman
masuk dari peredaran darah melalui foramen apikal, kuman yang terdapat
pada pulpitis kronik adalah streptococcus viridans, staphylococcus albus,
basillus coli, basillus proteus, streptococcus aureus, streptococcus
hemolyticus
c. Poket periodental dan penyakit periodental lainnya
d. Penyakit periapikal kronis
Endokarditis infektif sub-akut paling banyak disebabkan oleh
Streptococcus viridans, yaitu suatu mikroorganisme yang biasa hidup pada
saluran nafas bagian atas. Sebelum ditemukan antibiotik, 90-95%
endokarditis infektif sub-akut disebabkan oleh Streptococcus viridans dan
sesudah ditemukan antibiotik hanya kira kira 50%, yang merupakan
sepertiga dari seluruh endokarditis infektif
Penyebab endokarditis infektif akut adalah mikroorganisme yang
relative lebih pathogen, yaitu Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus
selain menyebabkan endokarditis akut, dapat juga menyebabkan endokardtis
infektif
sub-akut.
Mikroorganisme
lain
yang
dapat
menyebabkan
22
mata dan juga pada semua bagian kulit. Bagian tengah ptekie biasanya lebih
pucat, dan bisa terjadi di retina yang disebut Roths spot. Emboli yang
timbul sub-ungual jari tangan dan kaki yang berbentuk linier disebut
Splinter hemorrhages. Lesi yang spesifik adalah Oslers nodes yaitu
penonjolan kulit berwarna merah jambu atau merah, yang terdapat di bagian
dalam jari, otot tenar dan hipotenar, bersifat nyeri. Emboli yang besar dapat
tersangkut di otak sehingga bisa menimbulkan hemiplegi, atau gangguan
saraf sentral lain atau gangguan psikiatri. Bila tersangkut di arteri koroner
dapat menyebabkan infark miokard akut, dan jika di paru paru dapat
terjadi abses paru. Tanda-tanda kelainan jantung penting untuk menentukan
adanya kelainan katup atau kelainan bawaan karena sebagian besar
endokarditis sub-akut didahului oleh penyakit jantung.
2.3 Vestibular Abses
2.3.1 Etiologi
Infeksi periapikal dapat menyebar ke jaringan-jaringan lain mengikuti pola
patofisiologi yang beragam yang pada dasarnya dipengaruhi oleh: virulensi
kuman, resistensi dari host, dan struktur anatomi daerah yang terlibat. Pus pada
jaringan periapikal menyebar melalui tulang kanselus menuju ke permukaan
tulang dan setelah menembus lapisan korteks pus masuk ke jaringan lunak di
sekitarnya yang biasanya didahului dengan keradangan pada periosteum tulang
alveolar di daerah tersebut (periostitis)
Arah penyebaran infeksi periapikal menuju ke jaringan lunak dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu:
1
Tanda klinis biasanya mukosa bengkak, keras, dan nyeri pada bagian bukal dari
vestibulum gigi yang terinfeksi. Abses vestibular baik yang berasal dari maksila
ataupun mandibula, dapat menyebar hingga ke mukosa pipi. Jika abses
berkembang pada kranial, abses dapat menemui jaringan adipose pada pipi dan
23
menyebar sepanjang anatomical plane ke arah fossa infra temporal atau fossa
pterygopalatinus dan bahkan dapat menyebar ke bagian kranial dan dorsal 3,4
2.3.2 Patofisiologi
Bila apeks gigi yang terinfeksi lebih dekat dengan labial plate maka akan
menyebabkan abses vestibular. Sebaliknya, jika akar gigi lebih dekat dengan
permukaan palatal maka yang terjadi adalah abses palatal. Setelah pus menembus
permukaan tulang dan masuk ke dalam jaringan lunak, arah penyebaran
selanjutnya ditentukan oleh tempat perlekatan otot-otot pada tulang rahang,
utamanya yaitu m.buccinator pada maksilla dan mandibula, dan m.mylohyoid
pada mandibula. Pada gigi posterior rahang atas apabila pus keluar ke arah bukal
dan di bawah perlekatan m. buccinators maka akan terjadi abses vestibular. Infeksi
periapikal pada gigi-gigi rahang atas pada umumnya menjalar ke arah labial atau
bukal dan dapat menjadi abses vestibular atau fascial space infection ditentukan
oleh hubungan antara tempat perforasi tulang dan tempat perlekatan otot-otot pada
tulang maksila, yaitu m. buccinators dan m. levator anguli oris. Infeksi dari gigi
kaninus juga dapat mengakibatkan terjadinya abses labial atau abses vestibular
jika terjadi penetrasi pus pada perlekatan muskulus. Abses tersebut dapat terjadi
bila penetrasi pus tersebut terjadi di atas muskulus levator pada bibir atas
Di rahang bawah, infeksi periapikal dari gigi insisif, caninus, dan premolar
pada umumnya akan merusak korteks di buccal plate sehingga menjadi abses
vestibular. Penyebaran infeksi molar bawah yang ke arah bukal juga ditentukan
oleh perlekatan m. buccinator. Apabila pus keluar di bawah perlekatan otot
tersebut maka yang terjadi adalah abses vestibular, bila pus keluar di bawah
perlekatan otot tersebut maka yang terjadi adalah buccal space infection atau
perimandibular infection. penyebaran infeksi molar rahang bawah yang ke arah
lingual ditentukan oleh relasi antara letak apeks akar gigi molar dan tempat
perlekatan m. mylohyoid. Bila pus keluar dari dinding lingual di atas perlekatan
m.mylohyoid maka akan terjadi sublingual space abscess, sebaliknya bila pus
keluar di bawah perlekatan otot tersebut akan timbul submandibular space
abscess.
24
25
Stafilokokus
Bakteroides
Sedangkan yang termasuk kedalam golongan bakteri anaerob yaitu:
Peptostreptokokus
Peptokoki
Fusobakterium nukleatum
2.4.2 Patofisiologi
Ruang submandibula terdiri dari ruang sublingual dan ruang submaksila.
Ruang sublingual dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot milohiod. Ruang
submaksila selanjutnya dibagi lagi atas ruang submental dan ruang submaksila
(lateral) oleh otot digastrikus anterior. Abses dapat terbentuk diruang
submandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari dareah
kepala dan leher.
Abses leher dalam dapat terjadi karena berbagai macam penyebab melalui
beberapa proses, diantaranya.
1.
Penyebaran abses leher dalam dapat timbul dari rongga mulut ,wajah atau
infeksi leher csuperficial ke ruang leher dalam melalui system limfatik.
2.
3.
Infeksi yang menyebar ke ruang leher dalam melalui celah antar ruang
leher dalam
4.
2.4.3 Diagnosis
26
27
28
Gambar 2.5
(Netter, 2006)
2.5.2 Sinusitis
Maksilaris
Odontogen
2.5.2.1 Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan
cairan atau kerusakan tulang di bawahnya, terutama pada daerah fossa kanina dan
menyebabkan sekret purulen, nafas bau, post nasal drip.
Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus. Penyebab utamanya adalah
selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat
diikuti oleh infeksi bakteri.
2.5.2.2 Klasifikasi
Konsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis yaitu akut
dengan batas sampai delapan minggu dan kronik jika lebih dari delapan minggu .
29
30
31
2009). Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan
pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai
selaput periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung
lama sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan
mencapai tulang alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar
membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa sinus.
Disfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus
menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini berhubungan
dengan tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung.
Perubahan salah satu dari faktor ini akan merubah sistem fisiologis dan
menyebabkan sinusitis.
2.5.2.6 Manifestasi Klinis
Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri
kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasanya
seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan
kepala mendadak, misalnya sewaktu naik dan turun tangga. Seringkali terdapat
nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri di tempat lain karena nyeri
alih (referred pain). Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang
berbau busuk. Batuk iritatif non-produktif juga seringkali ada.
Sinusitis maksilaris dari tipe odontogen harus dapat dibedakan dengan
rinogen karena terapi dan prognosa keduanya sangat berlainan. Pada sinusitis
maksilaris tipe odontogenik ini hanya terjadi pada satu sisi serta pengeluaran pus
yang berbau busuk. Di samping itu, adanya kelainan apikal atau periodontal
mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen. Gejala sinusitis dentogen
menjadi lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen. Kriteria Saphiro dan Rachelefsky:
a. Gejala Mayor:
1) Rhinorea purulen
2) Drainase Post Nasal
3) Batuk
b. Gejala Minor:
1) Demam
2) Nyeri Kepala
3) Foeter ex oral
Dikatakan sinusitis maksilaris jika ditemukan 2 gejala mayor atau 1 gejala
32
33
34
menyebabkan terjadinya fistula oroantral sehingga kuman dari rongga mulut dapat
masuk ke dalam sinus yang menimbulkan terjadinya sinusitis maksilaris.
Pada dasar sinus maksilaris terdapat tiga jenis fistula yaitu fistula oronasal,
oroantral dan oroantronasal5. Fistula oroantral dapat diklasifikasikan berdasarkan
ukurannya, ukuran kecil (kurang dari 2 mm), ukuran sedang (3-5 mm) dan ukuran
besar (lebih dari 5 mm). Pada ukuran kecil (kurang 2 mm) cenderung akan
menutup dengan sendirinya, tetapi bila dalam waktu tiga minggu tidak terjadi
penutupan perlu dilakukan tindakan operasi .
Gejala yang ditimbulkan berupa sekret purulen melewati fistula yang
berasal dari rongga sinus maksilaris dan pada saat minum pasien terasa adanya
cairan yang masuk ke dalam hidung melewati fistula. Pemeriksaan radiologi
berupa foto polos panoramik berguna untuk melihat keadaan akar gigi sehingga
setelah tindakan ekstraksi gigi tidak terjadi fistula oroantral. Pada tomografi
komputer ditemukandiskontinuitas dinding dasar sinus maksilaris, tampakadanya
perselubungan opak di sinus maksilaris dan atrofifokal alveolar. Atrofi tulang
alveolar terlihat di segmen yang berdekatan dengan fistula.
Berpedoman pada ukuran fistula oroantral dapat ditentukan teknik
menutup fistula. Bila ukuran kurang dari 2 mm dilakukan observasi selama tiga
minggu, bila tidak terjadi penutupan fistula oroantral secara spontan dapat
dilakukan tindakan penjahitan mukosa atau teknik jabir alveolaris. Ukuran 3-4
mm dilakukan penutupan fistula oroantral dengan teknik buccal flap. Ukuran
lebih dari 5 mm dilakukan penutupan fistula oroantral dengan teknik palatal flap
2.6 Sub Bacteria Endocarditis
Salah satu penyakit gigi dan mulut dengan penyakit sistemik yang erat
hubungannya dengan terjadinya Endikarditis Bakterial adalah fokalinfeksi.
Adanya fokal infeksi pada mulut dapat menginfeksi jantung melalui aliran
sistematis. Dimana gigi sendiri sebagai fokal infeksi terkadang tidak punya
keluhan apa-apa tapi menyebarnya bakteri dan toksinnya secara bacterinial
septikamia. Bakteri inilah yang sampai ke jantung dandapat masuk ke lapisan otot
atau katup jantung. Endokarditis bakterial yang disebabkan oleh fokal infeksi
adalah yang bersifat subakut. Kuman penyebab utamanya Alphahemolytis
Streptocxocci, yang banyak terdapat di rongga mulut, disamping Stafiplococi,
35
2.6.1 Definisi
Endokarditis Bakterial adalah penyakit infeksi oleh organisme pada
permukaan endokardial atau jaringan endothelial jantung, termasuk katup jantung
(baik yang alami atau prostetik), endokardium muralis, korda tendinae atau defek
septum. Nama lain dari endokarditis infektif adalah endokarditis bakterial. Lesi
yang khas pada endokarditis infektif adalah vegetasi yang terdiri daritrombosit,
fibrin, mikroorganisme dan sel-sel radang. Endokarditis infektif biasanya terjadi
pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit jantung yangmendahului
endokarditis, bisa berupa penyakit jantung bawaan maupun penyakit jantung
yangdidapat. Dahulu diduga infeksi pada endokard hanya disebabkan oleh bakteri,
sehingga disebut endokarditis bakterial. Kemudian ternyata bahwa infeksi bukan
saja disebabkan oleh bakteri tetapi dapat juga disebabkan oleh mikroorganisme
lain, seperti jamur, virus dan lain-lain. Endokarditis juga bisa terjadi pada
endokard dan katup yang sehat, misalnya endokarditis yangterjadi pada
penyalahgunaan narkotik intravena dan penyakit yang kronik. Perjalanan
penyakit bisa akut atau sub-akut bergantung pada virulensi mikroorganisme dan
daya tahan pasien.
2.6.2 Epidemiologi
Terdapat perubahan epidemiologi endokarditis infektif pada saat sekarang
yang disebabkan tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat kesehatan gigi yang
baik, pengobatan yang lebih dini dan penggunaan antibiotik.
Insidens
endokarditis 10-60 kasus per 1.000.000 penduduk per tahun diseluruh dunia dan
cenderung meningkat pada usia lanjut. Faktor predisposisi dan faktor pencetus
dapat dibagi dua, yaitu kelainan jantung organik dan tanpa kelainan jantung
organik. Kelainan jantung organik dapat berupa penyakit jantung reumatik,
penyakit jantung bawaan, katup jantung prostetik, penyakit jantung sklerotik,
prolaps katup mitral, operasi jantung, kardiomiopati hipertrofi obstruktif.
36
pada
mulut,tindakan
adenoidektomi,
pada
traktus
respiratorius
tindakan
(tonsilektomi
pada
dan
traktus
genitourinarius
(kateterisasi,
operasi
prostate,
sitoskopi),
atau
tindakanobstetric-ginekologis.
2.6.3 Etiologi
Sumber-sumber infeksi yang dapat menjadi fokal infeksi yang terdapat di
mulut dan gigi sehingga dapat menginfeksi jantung dan menimbulkan
endokarditis adalah sisa akar, pulpitis kronik, periodontal pocket dan penyakit
periodontal lainnya, penyakit periapikal kronis dan giginonvital yang tidak
dirawat.
Sering pasien tidak mengetahui dengan jelas sejak kapan penyakitnya
timbul. Pada beberapa pasien, manifestasi penyakit menjadi jelas sesudah
pencabutan gigi, infeksi saluran nafas atau tindakan lain. Gejala umum yang
sering ditemukan adalah demam yang berlangsung terus menerus, remitten
ataupun intermitten, atau sama sekali tidak teratur. Umumnya puncak demam 3840oC dan terjadi pada sore atau malam hari. Sering diikuti menggigil dan
kemudian berkeringat banyak. Dapat terjadi anemia yang bersifat progresif dan
dapat pula ditemui pembesaran hati dan limpa. Gejala emboli dan vascular berupa
ptekie biasanya timbul pada mukosa tenggorok, mata dan juga pada semua bagian
kulit. Bagian tengah ptekie biasanya lebih pucat, dan bisa terjadi di retina yang
disebut Roths spot. Emboli yang timbul sub-ungual jari tangan dan kaki yang
37
berbentuk linier disebut Splinter hemorrhages. Lesi yang spesifik adalah Oslers
nodes yaitu penonjolan kulit berwarna merah jambu atau merah, yang terdapat di
bagian dalam jari, otot tenar dan hipotenar, bersifat nyeri. Emboli yang besar
dapat tersangkut di otak sehingga bisa menimbulkan hemiplegi, atau gangguan
saraf sentral lain atau gangguan psikiatri. Bila tersangkut di arteri koroner dapat
menyebabkan infark miokard akut, dan jika di paru paru dapat terjadi abses
paru. Tanda-tanda kelainan jantung penting untuk menentukan adanya kelainan
katup atau kelainan bawaan karena sebagian besar endokarditis sub-akut didahului
oleh penyakit jantung.
2.6.4 Patogenesis
Port dentre kuman yang paling sering adalah saluran pernafasan bagian
atas, selain itu juga melalui saluran kemih dan genital, saluran pencernaan,
pembuluh darah vena dan kulit.
Endokard
yang
rusak
dan
tidak
rata
mudah
terinfeksi
oleh
tidak
baik,
sehingga
38
2.6.5 Manifestasi
Pada beberapa pasien, manifestasi penyakit menjadi jelas sesudah
pencabutan gigi, infeksi saluran nafas atau tindakan lain. Gejala umum yang
sering ditemukan adalah demam yang berlangsung terus menerus, remitten
ataupun intermitten, atau sama sekali tidak teratur. Umumnya puncak demam 3840oC dan terjadi pada sore atau malam hari. Sering diikuti menggigil dan
kemudian berkeringat banyak. Dapat terjadi anemia yang bersifat progresif dan
dapat pula ditemui pembesaran hati dan limpa. Gejala emboli dan vascular berupa
ptekie biasanya timbul pada mukosa tenggorok, mata dan juga pada semua bagian
kulit. Bagian tengah ptekie biasanya lebih pucat, dan bisa terjadi di retina yang
disebut Roths spot. Emboli yang timbul sub-lingual jari tangan dan kaki yang
berbentuk linier disebut Splinter hemorrhages. Lesi yang spesifik adalah Oslers
nodes yaitu penonjolan kulit berwarna merah jambu atau merah, yang terdapat di
bagian dalam jari, otot tenar dan hipotenar, bersifat nyeri. Emboli yang besar
dapat tersangkut di otak sehingga bisa menimbulkan hemiplegi, atau gangguan
saraf sentral lain atau gangguan psikiatri. Bila tersangkut di arteri koroner dapat
menyebabkan infark miokard akut, dan jika di paru paru dapat terjadi abses
paru. Tanda-tanda kelainan jantung penting untuk menentukan adanya kelainan
katup atau kelainan bawaan karena sebagian besar endokarditis sub-akut didahului
oleh penyakit jantung
2.6.6 Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis (neutrofilia), anemia
normositik normokrom, peningkatan laju endap darah (LED), immunoglobulin
serum meningkat, uji fraksi gamaglobulin positif, total hemolitik komplemen dan
komplemen C3 dalam serum menurun, C-reactive protein walau tidak spesifik
meningkat, faktor rheumatoid positif, serta kadar bilirubin darah sedikit
meningkat. Pada pemeriksaan urin didapat proteinuria dan mikrohematuria.
Yang terpenting adalah kultur darah untuk menentukan mikroorganisme
penyebab yang sedikitnya dua kali memberikan hasil yang sama dan uji resistensi
antibiotik untuk menentukan antibiotik yang tepat. Elektrokardiografi (EKG)
39
diperlukan untuk mencari infark yang tersembunyi yang disebabkan emboli atau
vegetasi pada arteri koronaria dan gangguan hantaran yang disebabkan oleh
endokarditis. Ekokardiografi diperlukan untuk melihat vegetasi pada katup aorta
terutama vegetasi yang besar (>5 mm), melihat dilatasi atau hipertrofi atrium atau
ventrikel yang progresif, mencari penyakit yang menjadi predisposisi endokarditis
seperti prolaps mitral, dan melihat penutupan katup mitral yang lebih dini yang
menunjukan kerusakan pada katup aorta. Photo thoraks penting dilakukan untuk
mencari tanda tanda gagal jantung kongestif sebagai salah satu komplikasi
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Vestibular Abses
Terapi yang dapat diberikan pada vestibular abses adalah drainase pada
puncak fluktuasi, pemberian antibiotic untuk pencengah penyebaran infeksi,
pemberian analgesic sebagai pereda nyeri serta ekstraksi gigi. Perawatan pada
abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi adalah pembuatan jalan
keluar nanah secara bedah ( dengan scapel ). Drainase adalah tindakan eksplorasi
pada facial space yang terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan,
biasanya dengan menggunakan hemostat. Untuk mempertahankan drainase dari
pus perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain ( karet )
atau pen rose drain ( kasa ), untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum
drainase pus tuntas.
40
jumlah
populasi
mikroba
beserta
toksinnya,
memperbaiki
41
42
dengan nyeri akut memerlukan obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan
cepat, efek samping dari obat lebih dapat ditolerir daripada nyerinya.
43
terikat sangat kuat pada protein plasma. Oleh karena itu, interaksi terhadap obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping pada saluran cerna sering timbul
misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosis asam
mefenamat adalah 2 - 3 kali 250 - 500 mg sehari .
2.7.2 Submandibular Abses
Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan
secara parenteral. Hal yang paling penting adalah terjaganya saluran nafas yang
adekuat dan drainase abses yang baik.
Seharusnya pemberian antibiotic berdasarkan hasil biakan kuman dan tes
kepekaan terhadap bakteri penyebab infeksi, tetapi hasil biakan membutuhkan
waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pengobatan harus
segera diberikan. Sebelum hasil mikrobiologi ada, diberikan antibiotic kuman
aerob dan anaerob.
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anestesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam nikrosis bila letak abses dalam dan
luas . Bila adanya trismus menyulitkan untuk masuknya pipa endotrakea peroral.
Pada kasus demikian diperlukan tindakan trakeostomi dalam anestesi local. Jika
terdapat fasilitas bronkoskop fleksibel, intubasi pipa endotrakea dapar dilakukan
secara intranasal.
Insisi abses submandibular untuk drainase dibuat pada tempat yang paling
berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan luas abses. Eksplorasi
dilakukan secara perlahan sampai mencapai ruang subingual, kemudian dipasang
salir.
2.7.3 Sinusitis Maksilaris
Prinsip
penatalaksanaan
sinusitis
meliputi
beberapa
hal,
yaitu
44
lebih besar dari 90 % dengan lini pertama pemberian obat ini. Obat Alternatif
lainnya yang dapat digunakan adalah sefalosporin generasi kedua dan ketiga
seperti cefaclor dan ceftiroxime . Ketika pasien gagal untuk pada antibiotik baris
pertama, kemungkinan penyebab adalah adanya bakteri penghasil beta laktamase
atau strain resisten . Amoksisilin klavulanat sangat efektif terhadap strain yang
resisten tersebut.
Pada anak-anak, kombinasi eritromisin dan sulfisoxazole sering dianggap
sebagai antibiotik pilihan pertama . Sinusitis akut harus ditangani oleh setidaknya
selama 14 hari karena ini memberikan klinisi kesempatan terbaik untuk
menghilangkan organisme sepenuhnya dan dengan demikian menghindari
perkembangan sinusitis kronis. Beberapa hari tambahan terapi dapat membantu
memastikan pemberantasan penyakit. Klindamisin juga menyediakan tawaran
yang baik, terutama terhadap spesies anaerob. Penambahan metronidazol untuk
penisilin juga mencakup spektrum patogen yang lebih luas. Sedangkan sinusitis
kronis memerlukan 4-6 minggu cakupan antibiotik.
Banyak penatalaksanaan farmakologis lainnya telah diresepkan untuk
pengobatan sinusitis . Agen vasokonstriktor topikal seperti phenylephrine HCL
0,5 % dan oxymetazoline HCL 0,05%, memberikan bantuan gejala hampir
langsung akibat mukosa hidung yang meradang. Dekongestan oral kortikosteroid
topikal juga sebagai pilihan yang akan membantu untuk mengurangi peradangan
sinus. Penggunaan rutin obat antihistamin harus disediakan untuk pasien yang
menunjukkan tanda-tanda sinusitis dalam hubungannya dengan alergi .
Antihistamin tidak diindikasikan jika ada sedikit atau tidak ada histamin yang
diproduksi dalam sinusitis karena memiliki kemungkina pengeringan mukosa
hidung dapat menyebabkan penebalan sekresi cairan yang kontra dengan tujuan
terapi. Penatalaksanaan nyeri pada sinusitis, analgesik sering dijadikan pilihan
oleh pasien dengan infeksi sinus. Kombinasi produk non -steroid antiinflammatory drugs ( NSAID ) atau acetaminophen dengan dekongestan juga
dapat sebagai pilihan. Selain itu jika diperlukan anti-jamur topikal jika secara
klinis adanya kontribusi akibat jamur.
Penatalaksanaan tindakan non - farmakologis juga dijadikan pilihan pada
sinusitis akut. Semprotan saline atau irigasi membasahi hidung dan mukosa antral
45
dan dapat membantu sekresi cairan. Uap inhalasi juga akan mencairkan dan
melembutkan krusta hidung serta akan melembabkan mukosa yang kering akibat
inflamasi. Sedangkan penatalaksanaan sinusitis kronis dapat dilakukan dengan
tindakan bedah teknik konvensional seperti lavage antral , intranasal antrostomy
dan prosedur Caldwell - Luc untuk operasi endoskopi yang lebih modern disebut
bedah sinus endoskopi fungsional ( FESS ) . FESS memungkinkan untuk
visualisasi langsung dan lokasi yang tepat dari kelainan dan restorasi drainase
normal dengan invasi minimal. Hasil FESS baik , dengan tingkat keberhasilan
dilaporkan 80-90 % dengan beberapa compilcations. Ini adalah salah satu
prosedur bedah yang paling umum dilakukan di Amerika Utara . Tujuan utama
dari pengobatan bedah untuk membangun kembali drainase dengan menghapus
penyebab obstruktif (seperti poylps dan pelebaran ostia alami dari sinus.
2.7.4 Sub Bacteria Endocarditis
Pemilihan antibiotik yang tepat sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan bakteri endokarditis. Bakteri endokarditis ditandai dengan konsentrasi
tinggi yang menginfeksi organisme dalam vegetasi endokardial. Penggunaan
antibiotik tingkat tinggi selama
memberantas organisme ini, bahkan ketika ada baik dalam sensitivitas vitro
terhadap antibiotik. Tantangannya lebih besar ketika organisme menginfeksi telah
mengurangi sensitivitas terhadap antibiotik. Pilihan terapi antibiotik didasarkan
pada beberapa faktor, termasuk identitas organisme penyebab infeksi, profil
sensitivitas antibiotik organisme, farmakokinetik agen antibiotik, dan karakteristik
individu pasien (yaitu, alergi obat, fungsi ginjal). (Giessel et al, 2000)
Pengobatan endokarditis membutuhkan terapi antimikroba intensif,
kadang-kadang untuk 2, tetapi sering selama 4 sampai 6 minggu. Untuk beberapa
pasien, operasi diperlukan untuk menghilangkan jaringan yang terinfeksi dari
jantung, untuk memperbaiki penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya, atau
untuk memperbaiki jantung atau katup kerusakan yang disebabkan oleh infeksi.
Untuk mencapai tujuan ini, penggantian katup jantung yang terinfeksi dengan
katup buatan mungkin diperlukan.
46
harus
secara
khusus
ditujukan
terhadap
organisme
ini.
47
Agent
Regimen
Standard general
Amoxicillin
prophylaxis
Unable to take oral
before procedure
Ampicillin
medications
Allergic to penicillin
Cephalexin or
cefadroxil2or
before procedure
Azithromycin or
clarithromycin
before procedure
Allergic to penicillin
Clindamycin or
Cefazolin
medications
BAB 2
KESIMPULAN
48
meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa
menembus masuk ruang pulpa sampai ke apikal gigi. Foramen apikalis pada pulpa
tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut
menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi
yang nekrosis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh M, Kurita K,Natsume N, Ariji E.
2002. Odontogenic Infection Pathway to The Submandibular Space:
Imaging Assessment. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi
2. Malik N. A., 2011. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd edition.
India. Jaypee. Pp/714-716
3. Peterson L. J, Edward Ellis III, James R. Hupp, Myron R. Tucker. 2003.
Contemporaray Oral ad Maxillofacial Surgery. 4th edition. Missouri.
Mosby. Pp/ 186-188
49