You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM

IRIGASI DAN DRAINASE


Infiltrasi

Disusun Oleh :
Nama

: Nova Ayu Karina

Nim

: 135040200111004

Kelas

:D

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

I.

Metodologi

Alat dan Bahan


o Silinder ganda (double rings) dan perlengkapannya
o Tandon Air
o Stopwatch
o Kaleng timba (ember)
o Penggaris
o Air
Cara Kerja
1. Memasang silinder ganda untuk pengukuran infiltrasi dengan menekan dengan alat
pemukul dan balok ke dalam tanah (silinder kecil dulu baru kemuian yang besar).
2. Agar pengisian air tidak merusak struktur permukaan tanah, tutup permukaan tanah yang
berada didalam silinder kecil dengan lembaran plastik.
3. Mengisi ruangan antara silinder besar dan kecil dengan air sehingga permukaan air 1 cm di
bawah tepi atas silinder.
4. Mengisi silinder kecil dengan air secara hati-hati sehingga tinggi permukaan air sama
dengan pada silinder luar.
5. Mulai pengukuran infiltrasi dengan menarik keluar lembaran plastik dari dalam silinder
kecil dan menjalankan stopwatch serta amati dan catat tinggi permukaan air dalam silinder
setiap 1 menit (tergantung dari cepat atau lambatnya penurunan muka air ini).
6. Permukaan air dalam silinder ini dapat dipertahankan dengan dua cara :
a. Mempertahankan permukaan air selalu tetap, misalnya ada tandon air yang dihubungkan
dengan slang plastik yang ujungnya diatur pada kedalaman tertentu dari permukaan air. Cara
ini dinamakan metode constant head.
b. Menambahkan air dengan dengan cepat apabila permukaan air sudah menurun pada tinggi
tertentu untuk mengembalikan ke ketinggian semula.
7. Mencatat waktu dan penurunan air, serta lengkapi tabel pengamatan infiltrasi

II.
Loca
l
Tim
e
0
12.0
0
WIB

Hasil dan Pembahasan


Interv
al
(mins)

Cumulati
ve time
(mins)

Depth of
water in
infiltromet
er
(cm)
3

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Intak
e
(cm)

Cumulativ
e intake
(cm)

15.5
15.1
14.8
14.5
14.2
13.9
13.5
13.3
13
12,7-17
16.5
16.1
15.8
15.5
15.1
14.9
14.8
14.4
14
13.8
13.5
13.3
13
12.8
12,5-16,5
16.2
16
15.7
15.5
15.1
15
14.7
14.4
14
13.9
13.8
13.5
13.3
13

infiltration rate
(cm/hr)
Immediat
e

Mean

0.4

0.7

0.3
0.3
0.3
0.5
2.5
0.2
0.3
0.3
0.5
0.5
0.4
0.3
0.3
0.4
0.2
0.1
0.4
0.4
0.2
0.3
0.2
0.3
0.3
0.3
0.2
0.3
0.2
0.4
0.1
0.3
0.3
0.4
0.1
0.1
0.3
0.2
0.3
0.2

1
1.3
1.8
4.3
4.5
4.8
5.1
5.6
6.1
6.5
6.8
7.1
7.5
7.7
7.8
8.2
8.6
8.8
9.1
9.3
9.6
9.9
10.2
10.4
10.7
10.9
11.3
11.4
11.7
12
12.4
12.5
12.6
12.9
13.1
13.4
13.6
13.8

18
18
18
30
150
12
18
18
30
30
24
18
18
24
12
6
24
24
12
18
12
18
18
18
12
18
12
24
6
18
18
24
6
6
18
12
18
12

60
78
108
258
270
288
306
336
366
390
408
426
450
462
468
492
516
528
546
558
576
594
612
624
642
654
678
684
702
720
744
750
756
774
786
804
816
828

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

12.8
12.6
12.4
12.2
12
11.8
11.6
11.4
11.2
11

0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
11

14
14.2
14.4
14.6
14.8
15
15.2
15.4
26.4
26.4

12
12
12
12
12
12
12
12
12
660

840
852
864
876
888
900
912
924
1584
1584

Hasil
f Terhitung
No
.

T
(detik)

T kum
(detik

H
(mm)

f terukur
(cm/detik)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

0
60
60
60
60
60
60
60
60
60

60
120
180
240
300
360
420
480
540
600

4
3
3
3
3
4
2
3
3
5

0.01
0.01
0.01
0.01
0.05
0.01
0.03
0.05
0.05
0.08

11

60

660

0.07

12
13
14

60
60
60

720
780
840

3
3
4

0.05
0.05
0.07

15
16
17
18

60
60
60
60

900
960
1020
1080

2
1
4
4

0.03
0.02
0.07
0.07

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

60
60
60
60
60
60
60
60
60
60

1140
1200
1260
1320
1380
1440
1500
1560
1620
1680

2
3
2
3
2
3
3
2
3
2

0.03
0.05
0.03
0.05
0.03
0.05
0.05
0.03
0.05
0.03

Depth
(mm)

K1

K2

0
0
0
0
0
0
-0.06553
0
-0.01809
0.00670
3
0.01138
8
0
-0.01139
0.07691
9
0
0
0
0.07691
9
-0.06553
0.06553
-0.06553
0.06553
-0.06553
0
0.06553
-0.06553
0.06553
-0.07692

155
151
148
145
142
139
135
133
130
127-170

0.007
0.013
0.013
0.013
0.045
0.015
0.033
0.045
0.045
0.068

0.007
0.019
0.019
0.019
0.042
0.019
0.033
0.042
0.042
0.059

165

0.056

0.050

161
158
155

0.045
0.045
0.056

0.042
0.042
0.050

151
149
148
144

0.033
0.022
0.056
0.056

0.033
0.025
0.050
0.050

140
138
135
133
130
128
125-165
162
160
157

0.033
0.045
0.033
0.045
0.033
0.045
0.045
0.033
0.045
0.033

0.033
0.042
0.033
0.042
0.033
0.042
0.042
0.033
0.042
0.033

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60

1740
1800
1860
1920
1980
2040
2100
2160
2220
2280
2340
2400
2460
2520
2580
2640
2700
2760
2820
2880
2940

4
1
3
3
4
1
1
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
110

0.07
0.02
0.05
0.05
0.07
0.02
0.02
0.05
0.03
0.05
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
1.83

0
0
0
-0.01139
0
0
0
0.06553
-0.06553
0.06553
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-0.14324
0

155
151
150
147
144
140
139
138
135
133
130
128
126
124
122
120
118
116
114
112
110

0.056
0.022
0.045
0.045
0.056
0.022
0.022
0.045
0.033
0.045
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
1.289

0.050
0.025
0.042
0.042
0.050
0.025
0.025
0.042
0.033
0.042
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.033
0.964

Pembahasan
Dari praktikum yang dilaksanakan didapatkan hasil infiltrasi kumulatif yang cukup
rendah. Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu
periode infiltrasi. Hasil yang sangat lambat ini disebabkan oleh fraksi tanah yang
mendominasi tempat dilaksanakan praktikum pengukuran infiltrasi adalah tanah liat, dimana
tanah ini sangat sulit melewatkan air karena butirannya sangat halus, hal ini tentu saja
mempengaruhi run off, yaitu apabila terjadi hujan dalam jumlah besar maka tanah ini akan
sangat sulit menyerap air, sehingga airnya akan menggenang, atau apabila posisi tanah miring
maka akan terjadi erosi sehingga menjadikan tanah miskin akan unsur hara.
Literature pembanding: menurut Hardijaya pada tahun 2003 dalam buku yang
berjudul Erosi dan Dampaknya Terhadap Kesuburan tanah. Tanah yang didominasi oleh
fraksi liat sangat sulit melewatkan air,atau infiltrasinya sangat kecil, hal ini disebabkan liat
butirannya sangat halus sehingga partikelnya sangat rapat inilah yang menyebabkan tanah liat
sulit dalam melewatkan air.
Laju infiltrasi seakin lama semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Ketika air
hujan jatuh di atas permukaan tanah, maka proses infiltrasi tergantung pada kondisi biofisik
permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam
tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah

disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Oleh karena itu, infiltrasi juga
biasanya disebut sebagai aliran air yang masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler
dan gravitasi. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya
diameter pori-pori tanah. Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil
dibandingkan dengan tanah dalam keadaan kering. Apabila tanah dalam kondisi kering ketika
infiltrasi terjadi, kapasitas infiltrasi tinggi karena kedua gaya kapiler dan gravitasi bekerja
bersama-sama menarik air ke dalam tanah. Ketika tanah menjadi basah, gaya kapiler
berkurang yang menyebabkan laju infiltrasi menurun. Akhirnya kapasitas infiltrasi mencapai
suatu nilai konstan, yang dipengaruhi terutama oleh gravitasi dan laju perkolasi.
Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan bertambahnya waktu . Pada awal infiltrasi, air yang meresap ke dalam tanah
mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas
lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground
water). Laju masuknya air ke dalam tanah terutama dipengaruhi oleh ukuran dan kemantapan
agregat. Pori tanah merupakan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah. Pori-pori
tanah dapat terbentuk akibat susunan agregat tanah, aktivitas akar, cacing, dan aktivitas
organisme tanah lainnya. Aktivitas perakaran tumbuhan tahunan, sangat berperan dalam
pembentukan saluran untuk pergerakan air dan udara. Saluran yang terbentuk umumnya
berbentuk pipa yang kontinu dengan panjang yang dapat mencapai satu meter.

III Penutup
3.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil
infiltrasi kumulatif yang didapatkan yang cukup rendah. Hasil yang sangat lambat ini
disebabkan oleh fraksi tanah yang mendominasi tempat dilaksanakan praktikum pengukuran
infiltrasi adalah tanah liat, dimana tanah ini sangat sulit melewatkan air karena butirannya
sangat halus.

You might also like