You are on page 1of 35

Skenario B

Tn. Abu, 30 tahun, petani, dibawa ke UGD RS Ernaldi Bahar karena


meresahkan keluarga dan pernah mencoba bunuh diri (tentamen suicidum). Tn.
Abu sering sedih, kadang menangis tanpa sebab. Keluarganya menyatakan bahwa
mulai terdapat perubahan perilaku sejak 3 tahun yang lalu, ditandai dengan secara
berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung diri di
kamar sepanjang hari.
Satu tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang
yang mengobrol dan kadang mengomentari dirinya, padahal orangnya tidak ada.
Kemudian suara ini makin mengganggu dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu dan dia tak kuasa untuk menolaknya. Seminggu yang lalu suara tersebut
memaksanya untuk melukai dirinya sendiri.
Kepribadian premorbid mengarah ke schizoid pada umur 20 tahun menjadi
makin nyata, makin mengisolasi diri dan tak ada interaksi sosial sama sekali.
Dalam 1 tahun terakhir kemunduran makin hebat, kurang bisa mengurus diri dan
tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicaranya terbatas, kalimat yang
diucapkan kacau dan sukar dimengerti.
Menurut keluarga tak ada stressor yang memicu perubahan perilaku ini.
Pada autoanamnesis tampak pasien terlihat diam tak banyak gerak, kadang
menangis dan sulit untuk menjawab pertanyaan. Jawaban hanya sepatah dua kata
saja, tak begitu jelas dan kadang menolak untuk bicara sama sekali. Tanda-tanda
autism jelas terlihat dan tak ada gejala ambivalensi pada saat pemeriksaan
Informasi tambahan
Terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada riwayat skizofrenia dalam keluarga
dan taraf kecerdasan normal, tak ada stressor dalam 1 tahun terakhir. GAF scale
sekitar 20-11 saat pemeriksaan (saat ada upaya bunuh diri menurun sampai 10-0)
Pemeriksaan fisik tak ada kelainan.

I.

Klarifikasi Istilah
1) Tentamen suicidum

: Tindakan yang dilakukan secara tidak sadar untuk

menghilangkan nyawa diri sendiri


2) Premorbid
: Terjadi sebelum berkembangnya penyakit
3) Skizoid
: Perilaku isolasi diri dari lingkungan sosial
4) Perubahan perilaku : Pergeseran sikap dan tingkah laku dari keadaan
sebelumnya
5) Menarik diri

: Memisahkan diri (tidak ikut) dalam pergaulan

sekitar
6) Gejala ambivalensi

: Eksistensi simultan dari sikap emosional yang

bertentangan terhadap suatu tujuan, objek, atau orang.


7) Stressor
: Setiap hal yang dapat memicu terjadinya stress
pada seseorang
8) Autisme

: Gangguan perkembangan pervasive yang ditandai

dengan kelainan fungsi dalam hal interaksi sosial, komunikasi, perilaku


yang terbatas dan berulang; Berdasarkan psikopatologi, merupakan
kelainan bentuk pikiran, dimana bahan pikiran berasal dari dalam diri
individu sendiri
9) Skizofrenia

: Gangguan mental yang ditandai oleh kekacauan

dalam bentuk dan isi pikiran (contoh: delusi, halusinasi), dalam mood
(contoh: afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya
dengan dunia luar (contoh: kehilangan batas-batas ego, withdrawal), dan
dalam tingkah laku (contoh: tingkah laku yang aneh dan tampaknya tanpa
tujuan)
10) GAF scale

: Global Assessment of Functioning, skala penilaian

fungsi global; Axis V


11) Kalimat kacau
: Struktur dan makna kalimat yang tidak bisa
dimengerti oleh orang normal
12) Mendengar suara seperti ada orang yang mengobrol, mengomentari
halusinasi pendengaran : persepsi yang muncul tanpa adanya stimulus
sensorik yang berkaitan
13) Isolasi diri
: Menutup diri dari lingkungan sekitar
14) Interaksi sosial
:Hubungan timbal-balik manusia dengan lingkungan
sekitarnya
15) Bicara terbatas

: Keadaan pasien yang mana ia tidak ingin berbicara

terlalu banyak

16) Taraf kecerdasan

II.
1)

2)

: Tahap kecerdasan seseorang dilihat dari IQ

Identifikasi Masalah
Tn. Abu 30 tahun :
Percobaan bunuh diri
Sering sedih
Kadang menangis tanpa sebab
RPP berdasarkan alloanamnesis :
Perubahan perilaku sejak 3 tahun lalu
Berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan
Mengurung diri dalam kamar sepanjang hari
Satu tahun lalu
Pasien mendengar seperti ada orang yang mengobrol dan kadang
mengomentari dirinya, padahal orangnya tidak ada, kemudian

suara memerintahkan melakukan sesuatu, dan tak kuasa menolak


Kemunduran makin hebat : kurang bisa mengurus diri dan tak
dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicara terbatas, kalimat

kacau dan sukar dimengerti


Seminggu lalu suara yang didengar itu memaksa pasien melukai

diri
Umur 20 tahun (10 tahun yang lalu) : kepribadian premorbid mengarah
schizoid makin nyata, makin mengisolasi diri dan tidak ada interaksi sosial
sama sekali
Tidak ada stressor yang memicu perubahan perilaku
3) Autoanamnesis :
Pasien terlihat diam, tidak banyak bergerak
Kadang menangis
Sulit menjawab pertanyaan, jawaban hanya sepatah dan dua patah,
tidak begitu jelas, dan kadang menolak bicara
Tanda-tanda autism terlihat jelas
Tidak ada gejala ambivalensi
4) Informasi tambahan :
Terdapat riwayat perkawinan yang baik, ada riwayat skizofrenia
dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal, tak ada stressor dalam
1 tahun terakhir. GAF scale sekitar 20-11 saat pemeriksaan (saat

ada upaya bunuh diri menurun sampai 10-0). Pemeriksaan fisik tak
ada kelainan.

III.

Analisis Masalah
1) Apa saja faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gejala yang dialami
Tn. Abu :
Percobaan bunuh diri

Jawab :
Percobaan bunuh diri Depresi
Faktor-faktor :
a. Perasaan bahwa mimpi-mimpinya tidak akan terwujud dan tidak percaya
akan keefektifan pengobatan
b. Adanya halusinasi perintah yang memerintahkan untuk bunuh diri
c. Adanya penyalahgunaan obat

Gangguan emosional : Sedih, menangis tanpa sebab

Jawab :
o Salah satu tanda gangguan emosional dari depresi. Bisa dikarenakan
stress, tidak dapat menyelesaikan masalahnya,putus asa. Termasuk ke
depresi berat dengan psikosis sehingga ia menangis tanpa sebab.
o Krisis suicidal ( fase sebelum seseorang bunuh diri). Dalam krisis ini ia
mengalami ketegangan yang rasanya tidak dapat di tahan lagi.saat-saat itu
penuh dengan perasaan sedih dan putus asa.

Gangguan kepribadian : Menarik diri, interaksi sosial

Jawab :
4

o Menarik diri adalah gejala negatif pada skizofrenia yang terjadi akibat
aktivitas dopaminergik yang berlebihan terutama pada sistem mesolimbik

Halusinasi : Suara-suara

Jawab :
Disebabkan oleh peningkatan aktivitas neuron dopaminergik sehingga

jalur yang dilalui oleh neuron dopaminergik ini aktivitasnya akan


meningkat juga
Halusinasi adalah gejala positif pada skizofrenia yang terjadi akibat

aktivitas

dopaminergik

yang

berlebihan

terutama

pada

sistem

mesokortikal.

Self care

Jawab :
o Penurunan self care menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif.
Dimana fungsi kognitif yang terganggu pada skizofrenia disebabkan oleh
gangguan pada neurotransmiter asetilkolin dan nikotin yaitu terjadi
penurunan reseptor muskarinik dan nikotinik pada cauda-putamen,
hippocampus, dan regio korteks prefrontal tertentu.
Gangguan komunikasi : bicara terbatas, diam, kalimat kacau, sulit
dimengerti.
Jawab :

Subjek yang mengalami gangguan schizophrenia mengalami gangguan


bicara, bisa dalam bentuk membisu, tidak komunikatif. Hal ini terjadi
karena rendahnya minat untuk mangadakan relasi social. Subjek tidak
merasa perlu untuk berbicara atau merasa diperintah untuk tidak bicara.
Atau bahkan sebaliknya subjek banyak bicara tetapi kualitas bicaranya

inkoheren, repetitik, meloncat-loncat dan tidak relevan.


Bicara terbatas, diam, kalimat kacau, sulit dimengerti Hemmung dan
sperrung (terhambat dan terhalang), merupakan kelainan arus pikiran

2) Bagaimana kriteria gangguan kepribadian schizoid ?


Jawab :

o
1.
2.
3.

PPDGJ III
Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut :
Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
Emosi dingin, afek mendatar atau tidak peduli (detatchment)
Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau

kemarahan terhadap orang lain


4. Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
5. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
6. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
7. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
8. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti
itu
9. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

DSM IV
o Pola pervasif dari hubungan sosial dan rentang pengalaman emosi yang
terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal
dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang dinyatakan oleh
empat (atau lebih) dari berikut:
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk
menjadi bagian dari keluarga
2. Hampir selalu memilih aktivitas seorang diri
3. Memiliki sedikit, jika ada, minat mengalami pengalaman seksual dengan
orang lain
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada, aktivitas
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak
saudara derajat pertama
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas
o Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, gangguan mood
dengan cirri psikotik, atau gangguan psikotik lain atau gangguan
perkembangan pervasif dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.
6

Catatan : jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan


Premorbid gangguan kepribadian schizoid (premorbid).
3) Mengapa tanda-tanda autisme muncul pada Tn. Abu ?
Jawab :
o Pada Autisme, terdapat tiga ranah gejala umum yaitu : penurunan interaksi
sosial, gangguan pada komunikasi, serta gangguan pada perilaku
(berulang, terpaku pada sesuatu). Jika gejala-gejala Autisme muncul dan
disertai waham dan atau halusinasi maka orang tersebut dapat didiagnosis
schizophrenia. Jadi tanda-tanda autisme juga merupakan gejala dari
schizophrenia, Pada kasus Tn. Abu mengalami dua tanda Autisme yaitu
gangguan pada interaksi sosial dan gangguan komunikasi.
4) Bagaimana hubungan gejala ambivalensi dengan skizofrenia ?
Jawab :
Gejala ambivalensi dapat ditemukan pada pasien skizofrenia, namun
jarang.

Gejala

ini

dikaitkan

dengan

hiperfungsi

cerebellum

(frontocerebellar)
Ambivalensi merupakan suatu gangguan kemauan dimana penderita
menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama. Hal ini
mengakibatkan sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan
yang berlawanan (misalnya : tangan diulurkan untuk berjabat tangam,
tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali)
5) Apa hubungan riwayat skizofrenia dalam keluarga dengan kasus ?
Jawab :
Individu yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak
memiliki faktor herediter.
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak
dari klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 10 %,
sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4 %. Individu yang
memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang mengalami
7

gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar


dizygot memiliki kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat
ditunjang dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman
yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang mengalamigangguan jiwa.
Faktor genetik : Cara transmisi genetik pada skizofrenia tidak diketahui,
tetapi beberapa gen muncul dan berkontribusi dalam kecenderungan
terkena skizofrenia. Beberapa penelitian menemukan bukti kuat pada 9
gen terkait dengan skizofrenia: 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan 22q.
Analisa selanjutnya dari bagian-bagian kromosom-kromosom tersebut
menyebabkan

identifikasi

terhadap

gen

spesifik

dan

gen

yang

teridentifikasi adalah alpha-7 nicotinic receptor, DISC 1, GRM 3, COMT,


NRG 1, RGS 4, and G 72. Ditemukan pula mutasi gen dystrobrevin
(DTNBP1) dan neureglin yang berkaitan dengan gejala negatif
skizofrenia.
6) Apa saja diagnosis banding dari gejala-gejala yg dialami Tn. Abu ?
Jawab :
o Diangnosis Banding :
Skizoafektif
Skizofrenia
7) Apa diagnosis kerja dan bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?
Jawab :
Diagnosis berdasarkan buku panduan NICE (National Institute of Health
and Clinical Excellence) yang dilandaskan ICD-10 dan DSM IV :
Ada tiga ranah gejala utama yaitu :
1. Psikotik : halusinasi auditori, delusi, kelainan pikiran
2. Gejala negatif : kurang merawat diri (selfcare), berkurang atau hilangnya
motivasi
3. Katatonia
ICD-10 : diagnosis dapat ditegakkan bila ada satu gejala dari salah satu
ranah diatas yang terlihat jelas dalam satu bulan, serta ada dua gejala yang
timbul pada masa yang bersamaan
8

DSM-IV : Diagnosis dapat ditegakkan bila ada satu gejala dari salah satu
ranah diatas yang terlihat jelas dalam satu bulan, dan harus ada gejala yang
berkelanjutan selama kurang lebih enam bulan.
Axis I

: F25.1 Skizoafektif

Axis II

: F60.1 Gangguan kepribadian premorbid mengarah ke gangguan

kepribadian skizoid, tak ada retardasi mental


Axis III

: Tak ada kelainan fisik (tak ada penyakit)

Axis IV

: Tak ada stressor

Axis V

: GAF scale sekitar 20-11 saat pemeriksaan

Untuk mendiagnosis, perlu dilihat apakah ada gangguan mood seperti


depresi atau mania, bila ada, diagnosis tidak dapat ditegakkan.
8) Apa saja jenis-jenis skizofrenia?
Jawab :
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik :
o
o

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol
Suara-saura halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,

mendengung atau tawa


Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-kejar
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
F20.1 Skizofrenia Heberfrenik
Pedoman Diagnostik :
o Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
o Diagnosis heberfrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
9

o Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan sering


menyendiri
o Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran berikut memang benar
bertahan
o Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan selalu menyendiri,
dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
o Afek pasien dangkal dan tidak wajar/disertai cekikikan/perasaan puas diri/
senyum

sendiri/sikap

tinggi

hati/tertawa

menyeringai/keluhan

hipokondrikal, ungkapan diulang-ulang


o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta
inkoheren.
o Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonojol, perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Pedoman Diagnostik :
o Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
o Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :

Stupor atau mutisme

Gaduh-gelisah

Menampilkan posisi tubuh tertentu

Negativisme

Rigiditas

Fleksibilitas cerea (posisi yang dapat dibentuk)

Gejala-gejala lain seperti command autism


o Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci

10

Pedoman Diagnostik :

Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,


heberfrenik, atau katatonik:

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pascaskizofrenia.

F20.4 Depresi pasca-skizofrenia


Pedoman Diagnostik :
o Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau
o Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia)
selama 12 bulant terakhir ini
o Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya)
o Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu
paling sedikit 2 minggu
o Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi Episode Depresif bila masih jelas harus tetap antara(F20.0F20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnosti:
Untuk diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
o Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, pasif dan ketiadaan inisiatif, miskin
dalam kuantitas dan isi pembicaraan, afek menumpul, komunikasi nonverbal yang buruk, perawatan diri dan kinerja yang buruk
o Setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
o Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
o Tidak terdapat dementia atau penyakit/ gangguan otak organik lain.

11

F20.6 Skizofrenia Simpleks


Pedoman Diagnostik :
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari :
o Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
halusinasi, waham atau manifestasi lain dari episode psikotik
o Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial
o Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan dengan sub
tipe skizofrenia lainnya.
Berdasarkan PPDGJ, Tn. Abu kemungkinan menderita Skizofrenia Tak
Terinci
Berdasarkan DSM-1V-TR, ada satu lagi yang termasuk subtype
skizofrenia, yaitu skizoafektif. Menurut DSM IV diagnosis Skizoafektif
dapat ditegakkan apabila terdapat :
o Pada saat episode yang sama, terdapat episode depresi dan atau manik
yang bersamaan engan gejala pada kriteria A untuk skizofrenia yakni :
Gejala karakteristik : 2 atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang
signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati)
a. Waham
b. Halusinasi
c. Disorganisasi dalam berbicara (inkoherensi, dll)
d. Perilaku disorganized, katatonik
e. Gejala negatif yaitu afek yang mendatar,dll
Bila waham yang terdapat pada pasien adalah waham aneh atau halusinasi
yang bersifat commenting maka 1 gejala sudah dapat memenuhi.
o Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya
minimal 2 minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang
berarti
o Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada
bagian dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit
12

o Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoatif ataupun
penyakit sistemik tertentu.
9) Bagaimana tahapan perkembangan skizofrenia ?
Jawab :
Masa Premorbid
Gejala dan tanda yang muncul sebelum fase prodromal, artinya gejala ini
muncul sebelum terbukti adanya proses penyakit. Gejala-gejala ini terdiri dari
kepribadian schizoid atau skizotipal yang ditandai dengan sikap yang pendiam,
pasif, dan introvert. Pada dewasa biasanya gejala ini terlihat dengan tidak
memiliki teman dekkat, tidak punya pacar, dan menolak untuk bergabung dengan
klub tertentu. Menonton film, mendengarkan music atau bermain game masih
dilakukan. Beberapa orang dewasa lainnya bisa menunjukkan sikap obsesifkompulsif.
o Pada kasus :
Pada umur 20 tahun Kepribadian mengarah ke schizoid semakin
nyata, makin mengisolasi diri, makin tidak ada interaksi sosial.
Masa prodromal
Gejala dan tanda yang merupakan bagian dari munculnya penyakit.
Biasanya gejala ini menandai penyebab individu dirawat untuk pertama kalinya.
Gejala ini bisa berlangsung selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Tanda
ini dimulai dengan adanya keluhan tentang gejala somatic, seperti sakit kepala,
nyeri otot dan punggung, lemah, dan masalah pencernaan. Pada masa ini teman
dan keluarga mulai menyadari bahwa individu ini telah berubah dan tidak
berfungsi dengan baik dalam aktivitas sosial dan personal. Pasien seringkali mulai
membangun ketertarikan pada ide-ide abstral, filosopi, dan pertanyaan-pertanyaan
keagamaan. Tanda prodromal lainnya adalah tingkah yang aneh, afektif yang
abnormal, pembicaraan yang tidak seperti biasanya, ide yang aneh, dan
pengalaman perceptual yang aneh.
o Pada kasus :
Pada umur 27 tahun dan 2 tahun setelahnya hingga usia 29 tahun:
perubahan perilaku menarik diri dari pergaulan sosial, mengurung diri
dikamar, sedih dan menangis tanpa sebab.

13

Masa aktif
Masa ini muncul setelah masa prodromal, ditandai dengan adanya delusi,
halusinasi, inkoherensi (word salads), perilaku katatonik, dan gejala negatif yang
lebih menonjol. Contoh gejala negatif: emosional yang berkurang, energi yang
berkurang, motivasi dan ketertarikan akan kehidupan yang berkurang, isolasi
sosial, ketidakmampuan dalam membuat pertemanan, dan afek yang mendatar.
o Pada kasus :
Pada usia 29 tahun: halusinasi auditorik, kemunduran hebat, kurang bisa
mengurus diri, tidak dapat melakukan pekerjaan sehari-hari, bicara
terbatas, kalimat kacau sulit dimengerti, suara yang memintahkan untuk
melukai diri sendiri, percobaan bunuh diri.
Masa residual
Gejala yang ditunjukkan sama dengan pada saat prodromal
10) Bagaimana patofisiologi kasus ini? (halusinasi auditorik, interaksi sosial ,
gangguan berbicara, emosi:sedih, menangis)
Jawab :
Patofisiologi skizofrenia belum diketahui secara pasti, hanya ada teori-teori yang
berhipotesis mengenai terjadinya penyakit ini. Seperti:
Model diathesis stress
Model ini mendalilkan bahwa suatu kerentanan spesifik (diathesis) yang
jika dikenali oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stress,

memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia


Komponen lingkungan dapat biologis (contoh, infeksi) ataupun psikologis

(contoh, situasi keluarga yang penuh ketegangan)


Factor biologis
Hipotesis dopamine, neurotransmitter lain (serotonin, norepinephrine,

GABA)
Neuropatologi
System limbic
Ganglia basalis menghasilkan pergerakkan yang aneh, ganglia basalis
juga berhubungan timbale balik terhadap lobus frontalis otak sehinggan

14

kelainan patologis pada pencitaan lobus frontalis mungkin disebabkan oleh

patologi dalam ganglia basalis tersebut


Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan
dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang
terhadap rasa nyaman,menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan
yang baik, dorongan seksual yangsesuai, dan keseimbangan psikomotor,
tapi bila terlalu banyak akan menyebabkanserangan mania. Yang
mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan
punishment di otak pada hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima
sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin

(Guyton 1997:954)
Pada pasien penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai keadaan
yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan
berikut:

1. Terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus


prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal
2. Perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang
mensekresi dopamin di pusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus
frontalis, dan atau
3. Abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem
pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak
(Guyton,1997:954)

Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak


langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala
skizofrenia ketika diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini
melepaskan dopamin dalam otak, yang sangatbermanfaat dalam mengobati
parkinson, tetapi dalam waktu bersamanobat ini menekanberbagai bagian
lobus prefrontalis dan area yang berkaitan dengan lainnya. Telah diduga
bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan dopamin yang disekresikan oleh
sekelompok neuron yang mensekresikan dopamin yang badan selnya

15

terletak tegmentum ventral darimesensefalon, disebelah medial dan


anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus,amigdala,nukleus
kaudatus anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua pusat-pusat
pengatur tingkah laku yang sangat kuat. Suatu alasan yang sangat kuat.
Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk mempercayai skizofrenia
mungkin disebabkan produksi dopamin yang berlebihan ialah bahwa obatobat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia seperti klorpromazin,
haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi dopamin pada
ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada
neuron yang selanjutnya (Guyton,1997:954 )

11) Apa interpretasi dari informasi tambahan yang didapat (riwayat, taraf
kecerdasan, stressor, GAF scale) ?
Jawab :
GAF Scale

100-91 = gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
tertanggulangi.

90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian yang biasa.

80-71

= gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam

sosial, pekerjaan, sekolah, dll.

70-61 = beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam


fungsi, secara umum masih baik.

60-51 = gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat.

40-31

= beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan

komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.


16

30-21 = disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi hamper semua bidang.

20-11 = bahaya mencederai diri/ orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri.

10-01 = seperti di atas persisten dan lebih serius.

0 = informasi tidak adekuat.

Pada kasus GAF scale sekitar 20-11, hal ini menunjukkan gejala berat dan
serius GAF Scale 10-01
12) Apa etiologi dan faktor resiko dari kasus ini ?
Jawab :
Faktor genetik
Penelitian: Kelainan pada kromosom 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q,

22q.
Gen yang terkait: gen reseptor alfa-7 nikotinat, DISC 1, GRM 3, COMT,

NRG1, RSG 4, G72.


Faktor biokimia
Hipotesis dopamin : Terlalu banyak aktivitas neuron dopaminergik
Serotonin
: Serotonin yang berlebihan
Norepinefrin
: Degenerasi neuronal dalam system norepinefrin
GABA
: Hilangnya neuron GABAergik di hipokampus
Glutamat
: Gangguan pada glutamat
Asetilkolin & Nikotin : Penurunan reseptor muskarinik dan nikotinat di
putamen-caudatus, hipokampus, dan sebagian bagian pada korteks

prefrontalis
Faktor risiko :
Faktor reproduksi Pernikahan yang terjadi antara sesama penderita

skizofrenia menyebabkan lahirnya anak yang juga menderita skizofrenia


Penyalahgunaan substansi
Faktor sosioekonomi

13) Bagaimana epidemiologi dari kasus ini ?


Jawab :

17

o Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama
di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan
biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada
laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25
tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun.
Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan
lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003).
14) Bagaimana tatalaksana untuk Tn. Abu ?
Jawab :

Dalam kasus ini Tn.Abu ditatalaksana dengan antipsikotik :


- Clozapine (100-900 mg/hari)

15) Apa saja edukasi yang harus diberikan terhadap keluarga?


Jawab :

18

Konseling pasien dan keluarga


Pengobatan dan dukungan keluarga terhadap pasien.
Membantu pasien untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam

pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.


Kurangi stress dan kontak dengan stres.

16) Bagaimana prognosis Tn. Abu ?


Jawab :

10% pasien meninggal karena bunuh diri


5-10 tahun setelah perawatan hanya 10-20% yang mengarah kepada

kesembuhan atau sembuh total


Faktor yang mempengaruhi prognosis
Usia, semakin muda usia terjadinya onset, semakin buruk prognosis
Stressor, adanya stressor yang jelas menunjukkan prognosis baik, jika

tidak ada stressor prognosis buruk


Masa prodormal, singkat : baik, lama: buruk
Status perkawinan, menikah : baik, lajang,cerai, pasangan meninggal

buruk
Riwayat keluarga menderita schizoid buruk
Timbul gejala negatif buruk
Pada kasus ini, dilihat dari gejala-gejala dan riwayat Tn. Abu, prognosis
lebih ke arah malam.
17) Sejauh mana kompetensi dokter umum untuk kasus ini ?
Jawab : Tingkat Kemampuan 3B

IV.

Hipotesis
Tn. Abu laki-laki 30th seorang petani mengalami Skizoafektif dengan
gangguan kepribadian Skizoid

V.

Kerangka Konsep

19

Faktor genetic

Faktor lingkungan

Gangguan kepribadian
premorbid schizoid
Penurunan self-care, tidak
ada interaksi sosial, menarik

Perjalanan penyakit ke

diri, mengurung diri

fase prodormal
Gangguan neurotransmitter

dikamar, gangguan mood


Gangguan skizofrenia

seperti dopamine,

(fase aktif)

serotonin, GABA dll, dan


gangguan neuroanatomi

Gejala sebelumnya semakin


berat,

muncul

halusinasi,

inkohrensi, tanda autism,


adanya

gangguan

berupa

episode

afektif
depresi,

percobaan bunuh diri

VI.

Sintesis

Skizofrenia
Suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating)
20

yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbanganpengaruh


genetik, fisik, dan sosial budaya.
Etiologi
Genetik
o Risiko schizophrenia meningkat pada kerabat yang mempunyai hubungan
biologis dengan pasien schizophrenia.
o Risiko schizophrenia pada kerabat tingkat pertama dengan pasien
schizophrenia sebesar 10%.
o Jika kedua orang tua adalah pasien schizophrenia, risiko anaknya
schizophrenia sebesar 40%.
o Kemungkinan keduanya schizophrenia pada kembar adalah sebesar 10%
untuk kembar dizigot dan 40-50% untuk kembar monozigot.
o Banyak lokus genetik mungkin dapat meningkatkan resiko schizophrenia.
Schizophrenia telah dihubungkan dengan left-handed (kidal dan mixedhanded.
Perinatal (gangguan perkembangan otak yang dimulai in utero atau pada
kelahiran)
Wanita yang malnutrisi atau terinfeksi virus tertentu (ex: flu, pada musim
tertentu) selama kehamilannya mempunyai resiko lebih tinggi untuk
melahirkan anak yang kemudian akan berkembang menjadi schizophrenia.
Komplikasi obstetri dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko
schizophrenia.

Epidemiologi
1% populasi dunia.
Mortalitas dan morbiditas :
Bunuh diri (10%), penyakit-penyakit lain akibat pola hidup yang buruk,

efek samping obat, dan penurunan preawatan kesehatan.


= :
Onset lebih awal dan gejala lebih buruk pada , disebabkan karena respon
pengobatan antipsychotic yang lebih baik pada disebabkan pengaruh

o
o

estrogen.
Rasio schizophrenia kembar pada >.
Usia :
Puncak onset: (18-25 tahun), (26-45 tahun)
Onset sebelum pubertas dan >45 tahun jarang.

21

o Gejala-gejala dapat membaik perlahan pada usia pertengahan dan lebih


tua.
o Sembuh spontan jarang terjadi pada beberapa tahun penyakit kronis.
Manifestasi klinik
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas:
Gangguan spesifik pada isi pikiran:
o thought echo: Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
o thought insertion: Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal).
o thought broadcasting: Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya
o waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiraan, atau
perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar
delusion of control: Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
keadaan tertentu dari luar.
delusion of influencece: Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar.
delusion of passivity: Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya = secara jelas merujuk
ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
delusional perception: Pengalaman inderawi yang tak wajar, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat.
o Kecenderungan atau preokupasi pikiran: pemusatan isi pikiran pada ide
tertentu, disertai dengan irama efektif yang kuat, seperti kecendrungan
paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh
o waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di

22

atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau


berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Gangguan persepsi: proses memindahkan stimulasi fisik menjadi
informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke
kesadaran
o Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan
stimuli eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat
interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi
o Halusinasi auditoris : 1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terusmenerus terhadap perilaku pasien, 2) Mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), 3) Jenis
suara halusinasi yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
o Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination):
halusinasi di mana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang
tertekan atau manik (sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi
mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat;
seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien
memiliki harga diri, kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas :
o Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang atau yang setengah terbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide berlebihan yang
menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus
o Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme
o Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posturing,
atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
o Gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara jarang, dan respon
emosional yang tumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi

23

harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika
Adanya gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial

Klasifikasi Schizophrenia

F20.0 Skizofrenia Paranoid


Pedoman Diagnostik :
o
o

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ atau waham yang harus menonjol
Suara-saura halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit,

mendengung atau tawa


Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, keyakinan bahwa dia sedang dikejar-kejar
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol
F20.1 Skizofrenia Heberfrenik
Pedoman Diagnostik :
o Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
o Diagnosis heberfrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
o Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan sering
menyendiri

24

o Diagnosis hebefrenia perlu pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan


lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran berikut memang benar
bertahan
o Perilaku yang tidak bertanggung jawab, kecenderungan selalu menyendiri,
dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan
o Afek pasien dangkal dan tidak wajar/disertai cekikikan/perasaan puas diri/
senyum

sendiri/sikap

tinggi

hati/tertawa

menyeringai/keluhan

hipokondrikal, ungkapan diulang-ulang


o Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta
inkoheren.
o Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonojol, perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Pedoman Diagnostik :
o Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.
o Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :

Stupor atau mutisme

Gaduh-gelisah

Menampilkan posisi tubuh tertentu

Negativisme

Rigiditas

Fleksibilitas cerea (posisi yang dapat dibentuk)

Gejala-gejala lain seperti command autism


o Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
F20.3 Skizofrenia Tak Terinci

Pedoman Diagnostik :

Memenuhi kriteria umum diagnosis skozofrenia.

25

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,


heberfrenik, atau katatonik:

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pascaskizofrenia.

F20.4 Depresi pasca-skizofrenia


Pedoman Diagnostik :
o Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau
o Pasien telah menderita skizofrenia (memenuhi kriteria umum skizofrenia)
selama 12 bulant terakhir ini
o Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya)
o Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu
paling sedikit 2 minggu
o Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi Episode Depresif bila masih jelas harus tetap antara(F20.0F20.3)
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnosti:
Untuk diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :
o Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, pasif dan ketiadaan inisiatif, miskin
dalam kuantitas dan isi pembicaraan, afek menumpul, komunikasi nonverbal yang buruk, perawatan diri dan kinerja yang buruk
o Setidaknya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau
untuk menegakkan diagnosis skizofrenia
o Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia
o Tidak terdapat dementia atau penyakit/ gangguan otak organik lain.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
Pedoman Diagnostik :
26

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung


pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dari :
o Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
halusinasi, waham atau manifestasi lain dari episode psikotik
o Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,
bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial
o Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan dengan sub
tipe skizofrenia lainnya.
Berdasarkan DSM-1V-TR, ada satu lagi yang termasuk subtype
skizofrenia, yaitu skizoafektif. Menurut DSM IV diagnosis Skizoafektif
dapat ditegakkan apabila terdapat :
o Pada saat episode yang sama, terdapat episode depresi dan atau manik
yang bersamaan engan gejala pada kriteria A untuk skizofrenia yakni :
Gejala karakteristik : 2 atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang
signifikan selama 1 bulan (atau kurang bila berhasil diobati)
f. Waham
g. Halusinasi
h. Disorganisasi dalam berbicara (inkoherensi, dll)
i. Perilaku disorganized, katatonik
j. Gejala negatif yaitu afek yang mendatar,dll
Bila waham yang terdapat pada pasien adalah waham aneh atau halusinasi
yang bersifat commenting maka 1 gejala sudah dapat memenuhi.
o Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya
minimal 2 minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang
berarti
o Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada
bagian dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit
o Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoatif ataupun
penyakit sistemik tertentu.
Penatalaksanaan
Hospitalization

27

Indikasi :
o
o
o
o

Adanya bahaya terhadap diri sendiri seperti percobaan bunuh diri


Penyebab relaps adalah lingkungan sekitar
Tidak bisa memperhatikan kebutuhan dasar diri/merawat diri
Gejala berat seperti agitasi, distres psikologik, disorientasi, atensi menurun

o
o
o
o
o
o

secara signifikan, halusinasi, berpikir autistik, waham, inkoheren)


Kurang atau tidak adanya dukungan sosial
Berkurangnya kemampuan untuk mengerti dan mematuhi medikasi
Pendidikan pasien dan lingkungan sekitar yang kurang mendukung
Kebutuhan akan tindak lanjut jangka panjang
Evaluasi kebutuhan akan pelatihan keterampilan sosial
Tergantung hasil pemeriksaan medik terakhir

Tujuan :
o
o
o
o

Untuk melakukan observasi dan diagnosis.


Untuk menstabilkan pengobatan.
Keamanan pasien.
Mencegah pasien melakukan perilaku yang membahayakan diri dan orang
sekitar

Antipsikotik dan antidepresi


Antipsikotik
Obat anti psikotik tipikal
Haloperidol. mekanisme: antipsikosis dan antiemetis kuat, kerja terhadap

reseptor lain lemah. dosis: 2-4 dd 1,5-5 mg/hari


Thioridazine. mekanisme: antipsikosis dan sedatif yang baik, kerja
antidrenergik, antihistamin, antikolinergik, dan antiserotonin kuat. dosis:
2-4 dd 150-600 mg/hari
Obat anti psikotik atipikal
Clozapine. mekanisme:

antipsikosis

lemah,

daya

noradrenergik,

antikolinergik, dan antihistamin kuat, efek sedatif cepat sedangkan


antipsikosis 1-6 bulan. dosis: oral, i.m. 25-50 mg/hari, dinaikkan sampai
600 mg/hari, dosis pemeliharaan 1 dd 200 mg malam hari
Risperidone. mekanisme: berkhasiat antipsikosis dan antiserotonin kuat,
daya blokade 1 cukup baik. dosis: 2 dd 1 mg, maksimum 2 dd 5 mg/hari
Efek primer 2-4 minggu, efek sekunder 2-6 jam, T1/2 12-24 jam
mulai dengan dosis anjuran naikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai
dosis efektif (mulai timbul peredaan sindrom psikosis tetapi sekitar 1

28

bulan kemudian sindrom psikosis kambuh kembali) dievaluasi setiap 2


minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar
8-12 minggu diturunkan setiap 2 minggu dosis pemeliharaan
dipertahankan 6 bulan-2 tahun (1-2 hari/minggu) tapering off (dosis
diturunkan setiap 2-4 minggu) stop
Efek samping: sindrom ekstrapiramidal

akibat

blokade

reseptor

dopaminergik (D2) di ganglia basalis (dapat diatasi dengan amantadin


symmetrel atau antikolinergik benztropin artane 0,5-2 mg 2-3x sehari per
oral/1 mg i.v. atau triheksifenidil cogentin 2-5 mg 3x sehari, difenhidramin
50 mg i.m.) seperti distonia akut (torikolis, disartria, krisis okulogirik,
sikap badan yang tidak biasa) akastisia, parkinsonisme, diskinesia tarda
(hiperkinesis wajah dan lidah, gerakan wajah spastik, berkedip mata,
gerakan leher dan badan, tortikolis spastik, bergoyang pinggul), dan
sindrom keganasan neuroleptik (demam sedang-berat, hipertonik muskuler
generalisata, perubahan status mental, ketidakstabilan otonomik yang
diatasi dengan Na dantrolin 2-3 ng/kgBB/hari i.v. dalam 4x dosis
harian/50-200 mh/hari atau bromokriptin mesilat 2,5-10 mg 3x sehari/100
mg 2x sehari per oral)
Antidepresi
Fluoxetin (prozac). mekanisme: menghambat re-uptake serotonin secara
spesifik, tidak atau hanya bekerja ringan sebagai sedatif. resorpsi: dari
usus baik, makanan menurunkan kecepatannya tetapi jumlah totalnya tidak
dipengaruhi, PP 94%, di dalam hati zat ini diubah menjadi metabolit aktif
norfluoxetin, yang terutama diekskresikan lewat kemih, T1/2 2-3 hari
sedangkan norfluoxetin 7-9 hari. dosis: oral 20 mg sehari, bila perlud
inaikkan setiap 2 minggu sampai maksimum 2 dd 60 mg/hari.
Imipramin (tofranil). mekanisme: menghambat re-uptake dari noradrenalin
dan 5-hidroksitriptamin, lagipula berkhasiat antiadrenergik, antikolinergik,
dan antihistamin agak kuat serta memiliki efek sedatif cukup baik.
resorpsi: dari usus cepat dan lengkap, PP ca 86%, T1/2 6-34 jam, di dalam
hati zat ini didemetilasi menjadi metabolit aktif desipramin dengan T1/2
29

12-76 jam, ekskresi melalui kemih. dosis: oral 3 dd 25 mg garam HCl


1jam sebelum tidur, bila perlu dinaikkan bertahap sampai maksimum 300
mg/hari.
Trazodon

(trazone,

trazolan).

mekanisme:

menghambat

re-uptake

serotonin lebih kuat daripaa re-uptake noradrenalin, memblokir reseptor


5HT2, serta reseptor-a1, juga berdaya anxiolitis, tetapi berkhasiat
antikolinergik dan antihistamin lemah, pada dosis rendah bekerja
antiserotonin, sedangkan pada dosis tinggi menghambat re-uptake
serotonin. resorpsi: dari usus cepat dan baik, dengan ca 65%, PP rata-rata
90%, T1/2 antara 4-13 jam, dalam hati zat ini diubah lengkap menjadi
metabolit aktif klorpiperazin yang mungkin bertanggung jawab atas efek
serotonergiknya, ekskresi berlangsung lewat kemih (70%) dan tinja (30%).
dosis: oral permulaan 1 dd 150 mg p.c. malam hari, bila perlu dinaikkan
setiap 3-4 hari dengan 50 mg sampai maksimum 400-600 mg/hari.
Moclobemide (aurorix). mekanisme: menghambat MAO-B secara
reversibel, bila terapi dengan obat lainnya diganti dengan moclobemide
perlu berhati-hati karena dapat terjadi sindrom serotonin (rasa kantuk,
kacau, gelisah, demam, konvulsi). resorpsi: dari usus lengkap, ca 70%
karena mengalami FPE, PP 50%, T1/2 1-2 jam, dalam hati dimetabolisasi
hampir lengkap, ekskresi berlangsung terutama lewat kemih. dosis: oral 23 dd 300 mg p.c. sehari, bila perlu setelah 2-4 minggu dinaikkan sampai
maksimum 600 mg sehari, pemeliharaan rata-rata 150 mg/hari.
Initiating dosage. misalnya amitripilin 25 mg/hari: hari 1 dan 2, 50
mg/hari: hari 3 dan 4, 100 mg/hari: hari 5 dan 6 (minggu ke-1)
Titrating dosage. misalnya amitripilin 150 mg/hari: hari 7-14 (minggu ke2), 200 mg/hari (minggu ke-3), 300 mg/hari (minggu ke-4)
Stabilizing dosage dimana dosis optimal dipertahankan 2-3 bulan.
misalnya amitripilin 300 mg/hari selama 2-3 bulan kemudian diturunkan
perlahan sampai dosis pemeliharaan
Maintaining dosage selama 3-6 bulan, biasanya dosis pemeliharaan =
dosis optimal. misalnya amitripilin 150 mg/hari selama 3-6 bulan

30

Tapering dosage selama 1 bulan. misalnya amitripilin 150 mg/hari 100


mg/hari (1 minggu), 100 mg/hari 75 mg/hari (1 minggu), 75 mg/hari
50 mg/hari (1 minggu), 50 mg/hari 25 mg/hari (1 minggu)

Psikoterapi
Gejala-gejala gangguan schizophrenia yang kronik telah membuat situasi

pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ) menjadi monoton
dan menjemukan. Para psikiater dan petugas kesehatan terkondisi untuk
menangani schizophrenia dengan obat saja selain terapi kejang listrik (ECT).
Psikoterapi suportif, terapi kelompok, maupun terapi perilaku hampir tidak pernah
dilakukan, karena dianggap tidak akan banyak manfaatnya. Wawancara tatap
muka yang rutin dengan pasien jarang dilakukan (Wicaksana, 2000). Psikoterapi
adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis.
beberapa pakar psikoterapi beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung
pada pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak disadari.

Terapi Psikoanalisa.
Terapi Psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud.

Tujuan psikoanalisis adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak


disadarinya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan
kecemasannya. Hal yang paling penting pada terapi ini adalah untuk mengatasi
hal-hal yang direpress oleh penderita. Metode terapi ini dilakukan pada saat
penderita schizophrenia sedang tidak relaps. Macam terapi psikoanalisa yang
dapat dilakukan, adalah Asosiasi Bebas.
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan
perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannya tanpa
penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini, penderita
disupport untuk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental
dengan cara tidur di sofa.

Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam

keadaan relaks, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat
itu secara verbal.

31

Pada saat penderita tidur di sofa dan disuruh menyebutkan segala macam
pikiran dan perasaan yang ada di benaknya dan penderita mengalami blocking,
maka hal itu

merupakan manifestasi dari keadaan over-repressi. Hal yang

direpress biasanya

berupa dorongan vital seperti sexual dan agresi. Repressi

terhadap dorongan agresi menyangkut figur otoritas yang selalu diwakili oleh
father dan mother figure. Repressi anger dan hostile merupakan salah satu bentuk
intrapsikis yang biasa menyebabkan blocking pada individu. Akibat dari blocking
tersebut, maka integrasi kepribadian menjadi tidak baik, karena ada tekanan ego
yang sangat besar.
Menurut Freud, apabila terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka
penderita akan melakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat menimbulkan
insight pada penderita. Analisa pada waktu terjadi blocking bertujuan agar
penderita mampu menempatkan konfliknya lebih proporsional, sehingga penderita
mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan penderita lebih toleran
terhadap konflik yang dialaminya. Seperti yang telah diungkapkan terdahulu
bahwa penderita diberi kesempatan untuk dapat mengungkapkan segala traumatic
events dan keinginan-keinginan yang direpressnya. Waktu ini disebut dengan
moment chatarsis. Disini penderita diberi kesempatan untuk mengeluarkan uneguneg yang ia rasakan, sehingga terjadi redusir terhadap pelibatan emosi dalam
menyelesaikan masalah yang dialaminya. Dalam teknik asosiasi bebas ini, juga
terdapat proses transference, yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan
therapist sebagai figur substitusi dari figur yang sebenarnya menimbulkan
masalah bagi penderita. Terdapat 2 macam transference, yaitu
Transference positif, yaitu apabila therapist menggantikan figur yang
disukai oleh penderita,
Transference negatif, yaitu therapist menggantikan figur yang dibenci oleh
penderita (Fakultas Psikologi UNPAD, 1992).

Terapi Perilaku (Behavioristik)


Pada dasarnya, terapi perilaku menekankan prinsip pengkondisian klasik

dan operan, karena terapi ini berkaitan dengan perilaku nyata.

32

Para terpist mencoba menentukan stimulus yang mengawali respon


malasuai dan kondisi lingkungan yang menguatkan atau mempertahankan
perilaku itu (Ullaman dan Krasner, 1969; Lazarus, 1971 dalam Atkinson, 1991).
Akhir-akhir ini, pakar terapi perilaku melihat adanya pengaruh variabel kognitif
pada perilaku (misalnya, pemikiran individu tentang situasi menimbulkan
kecemasan tentang akibat dari tindakan tertentu) dan telah mencakupkan upaya
untuk mengubah variabel semacam itu dengan prosedur yang khusus ditujukan
pada perilaku tersebut (Bandura, 1982; Meinchenbaum dan Jaremko, 1982 dalam
Atkinson, 1991). Pada kongres psikiatri di Malaysia beberapa bulan lalu tahun
2000 ini, cognitive-behavior therapy untuk pasien schizophrenia ditampilkan
pakar psikiatri
dari Amerika maupun dari Malaysia sendiri.
Ternyata, terdapat hasil yang cukup baik, terutama untuk kasus-kasus baru,
dengan

menggunakan cognitif - behavior therapy tersebut. Rupanya ada

gelombang besar optimisme akan kesembuhan schizophrenia di dunia dengan


terapi yang lebih komprehensif ini. Selain itu, secara umum terapi ini juga
bermaksud secara langsung membentuk dan mengembangkan perilaku penderita
schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan penderita untuk kembali
berperan dalam masyarakat. Paul

dan Lentz (Rathus,et al., 1991; Davison, et

al., 1994) menggunakan dua bentuk program psikososial untuk meningkatkan


fungsi kemandirian.
Terapi Humanistik
Terapi Kelompok.
Banyak masalah emosional menyangkut kesulitan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain, yang dapat menyebabkan seseorang berusaha
menghindari

relasinya

dengan

orang

lain,

mengisolasi

diri,

sehingga

menyebabkan pola penyelesaian masalah yang dilakukannya tidak tepat dan tidak
sesuai dengan dunia empiris. Dalam menagani kasus tersebut, terapi kelompok
akan sangat bermanfaat bagi proses penyembuhan klien, khususnya klien
schizophrenia. Terapi kelompok ini termasuk salah satu jenis terapi humanistik.
Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan
terapist berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di dalamnya.
Di antara peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang
pikiran dan perasaan yang dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada setting
33

sosial yang mengajaknya untuk berkomunikasi, sehingga terapi ini dapat


memperkaya pengalaman mereka dalam kemampuan berkomunikasi. Di rumah
sakit jiwa, terapi ini sering dilakukan. Melalui terapi kelompok ini iklim
interpersonal relationship yang konkrit akan tercipta, sehingga klien selalu diajak
untuk berpikir secara realistis dan menilai pikiran dan perasaannya yang tidak
realistis.
Terapi Keluarga.
Terapi keluarga ini merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.
Kelompoknya terdiri atas suami istri atau orang tua serta anaknya yang bertemu
dengan satu atau dua terapist. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah
keluar dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Ungkapanungkapan emosi dalam keluarga yang bias mengakibatkan penyakit penderita
kambuh kembali diusahakan kembali. Keluarga diberi informasi tentang cara-cara
untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif
secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara
bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan penderita dan caracara untuk

menghadapinya. Keluarga juga diberi penjelasan tentang cara untuk

mendampingi,

mengajari, dan melatih penderita dengan sikap penuh

penghargaan. Perlakuan-perlakuan dan pengungkapan emosi anggota keluarga


diatur dan disusun sedemikian rupa serta dievaluasi. Dari beberapa penelitian,
seperti yang dilakukan

oleh Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et al.,

1991) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses


penyembuhan, atau sekurang-kurangnya

mencegah

kambuhnya

penyakit

penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.

Prognosis

a. Pasien dengan skizofrenia mempunyai 10% resiko untuk bunuh diri


b. Pulih seutuhnya tidak biasa terjadi
c. Gejala biasanya mengikuti waxing dan waning course :
1) Pola pasien bisa berubah dalam kurun waktu beberapa tahun

34

2) Gejala positif berespon baik terhadap pengobatan antipsikotik, gejala


lainnya biasanya menetap
d. Onset dini tentang penyakit, riwayat keluarga skizofrenia, abnormalitas
struktur otak, dan gejala negatif diasosiasikan dengan prognosis yang
buruk
e. 40% remisi atau pemulihan sosial, 60% mengalami kemunduran fungsi
atau deteriorated
f. Kurang dari satu tahun 30% remisi total, 30% pemulihan sosial, dan 30%
lainnya dirawat di rumah sakit jiwa

35

You might also like