You are on page 1of 29

LBM 4

STEP 7
1. Mengapa terlihat pada ujung penis bayi laki-laki terlihat menggelembung?

Normalnya hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan


berkembang

dan

debris

yang

dihasilkan

oleh

epitel

prepusium (smegma) mengumpul didalam prepusium dan


perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis.
Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium
terdilatasi

perlahan-lahan

sehingga

prepusium

menjadi

retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada usia 3 tahun,


90

prepusium

sudah

dapat

diretraksi.

Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada


glans

penis,

penyempitan

sehingga
dan

miksi

ujung

akhirnya

preputium

dapat

mengalami

mengganggu

/berkemih

fungsi
.

Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans


penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada
didalamnya.
Ujung

penis

penyempitan

melembung
pada

ujung

dapat

dikarenakan

preputium

karena

adanya
terjadi

perlengketan dengan glans penis (tidak dapat ditarik ke


proksimal) sehingga pada saat miksi terjadi gangguan aliran
urin dimana urin mengumpul di ruang antara preputium dan
glans penis (tampak menggelembung).

sumber : Purnomo, B.B., Dasar-dasar Urologi, ed. 2,


Sagung Seto
2. Mengapa dirasakan nyeri?
Inflamasi preputium ada smegma
Penutupan oue karena preputium lengketjika tidak bisa keluar ujung penis
menggelembung terusmenarik dari kulit di sekitarnyanyeri
Di ujung penis menggelembungada jaringan erektilbanyak syarafnyamenjepit
saraf di sekitarnya( n. pudendus mencabang n. dorsalis penis )
3. Mengapa semakin lama terasa semakin sakit dan menggelembung semakin membesar ?
Karena tersumbatada smegma dan bakteri yang terkumpulurin terkumpul
membesar.
4. Mengapa sesudah minum obat keluhan berkurang ?

Obat yang dipakai pasien hanya untuk menghilangkan dari


gejalanya

saja,

biasanya

terapi

tersebut

berupa

terapi

konservatif yaitu diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali


sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi
dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat
dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun.

Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba


diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4
kali.

Diharapkan

setelah

pemberian

selama

minggu.

prepusium dapat diretraksi spontan.

Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas


imunosupresandan

anti-inflamasi.

Sebagai

imunosupresan

Deksametason bekerja dengan menurunkanrespon imun tubuh


terhadap

stimulasi

rangsang.

Aktivitas

anti-inflamasi

Deksametasondengan jalan menekan atau mencegah respon


jaringan terhadap proses inflamasi danmenghambat akumulasi
sel

yang

mengalami

leukosit pada

inflamasi,

tempat

termasuk

makrofag

inflamasi.Deksametason,

dan

seperti

kortikosteroid lainnya memiliki efek anti inflamasi dananti


alergi

dengan

pencegahan

pelepasan

histamine.

Deksametason merupakan salahsatu kortikosteroid sintetis


terampuh.

Kemampuannya

dalam

menaggulangi

peradangandan alergi kurang lebih sepuluh kali lebih hebat dari


pada yang dimiliki prednisone

Pada

femosis

yang

menimbulkan

keluhan

miksi,

menggelembungnya prepusium pada saat miksi, atau fimosis


yang

disertai

dengan

infeksi

merupakan

indikasi

untukdilakukan sirkumsi.

Sumber : Dasar-dasar urologi, Basuki P purnomo


5. Mengapa harus dilakukan sirkumsisi ?

Pada

femosis

yang

menggelembungnya

menimbulkan

prepusium

pada

keluhan
saat

miksi,

miksi,
atau

fimosis yang disertai dengan infeksi merupakan indikasi


untukdilakukan sirkumsi.

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang


tua dan dapat berupasirkumsisi plastik atau sirkumsisi
radikal

setelah

usia

dua

tahun.

Pada

kasus

dengankomplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang


atau balloting kulit prepusium saat miksi,sirkumsisi harus
segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisiplastik adalah untuk memperluas lingkaran
kulit

prepusium

saat

retraksi

komplit

denganmempertahankan kulit prepusium secara kosmetik.


Pada

saat

yang

sama,

perlengketandibebaskan

dan

dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika


terdapat frenulum breve.
Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis
tidak dianjurkan.Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal
akut dan anomali kongenital dari penis.

Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah :
1. Fimosis atau Parafimosis, yaitu suatu keadaan dimana
prepusium penis sangat ketat sehingga tidak bisa ditarik ke
belakang pada glans penis
2. Balanitis rekuren, yaitu radang pada penis yang berulangulang
3. Kondiloma akuminata, yaitu lesi seperti jengger ayam yang
memiliki tonjolan-tonjolan dan terdapat di bawah prepusium
atau pada kulit di daerah perianal
4. Karsinoma skuamosa prepusium, yaitu sejenis kanker pada
daerah prepusium.
Pada kasus Parafimosis adalah tindakan yang harus segera
dikerjakan untuk menyelamatkan glans atau bagian distal
dari jeratan penis. Tindakan yang yang dilakukan bisa
berupa dosumsisi saja untuk melepaskan cincin penjerat
oleh berupa prepusium penis yang teretraksi ke daerah

1.
2.
3.
4.
5.

proksimal.
Sirkumsisi ini tidak boleh dilakukan pada penderita :
Hipospadia, yaitu malformasi kongenital pada uretra
Epispadia
Korde, yaitu bengkak disertai nyeri pada uretra
Megalouretra, yaitu uretra yang terlalu besar
Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan rafe
skrotum sehingga penis dan skrotum menjadi gandeng. Kulit
prepusium pada kelainan penis / uretra tersebut tidak boleh
dibuang, karena merupakan bahan yang sangat penting
untuk rekonstruksi uretra (uretroplasti) sehingga tidak boleh
dilakukan

sirkumsisi.

Bleeding

diarthesis

(kelainan

pembekuan darah) merupakan kontraindikasi relatif untuk


tindakan ini.
Prinsip dasar tindakan sirkumsisi
Dalam melakukan sirkumsisi harus diingat beberapa prinsip
1.
2.
3.
4.

dasar, yaitu :
Asepsis
Pengangkatan kulit secara adekuat
Hemostasis yang baik
Kosmetik
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu
pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode khitan
pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak
peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan
khitan, sehingga khitan menjadi proses yang lebih aman
dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode
yang

mulai

dikembangkan

dalam

pelaksanaan

khitan

sehingga proses khitan menjadi lebih mudah dan lebih


cepat.

Semuanya

memiliki

kelebihan

dan

kekurangan

masing-masing. Teknik-teknik tersebut antara lain ;


1.
METODE KLASIK & DORSUMSISI
Metode klasik sudah banyak ditinggalkan tetapi masih bisa
kita temui di daerah pedalaman. Alat yang digunakan adalah
sebilah bambu tajam/pisau/silet. Para bong supit alias mantri
sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam
tersebut tanpa pembiusan. Bekas luka tidak dijahit dan
langsung dibungkus dengan kassa/verban sehingga metode
ini paling cepat dibandingkan metode yang lain. Cara ini
mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila
tidak dilakukan dengan benar dan steril.

Metode Klasik kemudian disempurnakan dengan metode


Dorsumsisi,

Khitan

metode

ini

sudah

menggunakan

peralatan medis standar dan merupakan khitan klasik yang


masih banyak dipakai sampai saat ini. Di Sunda dikenal
dengan sebutan sopak lodong, umumnya bekas luka tidak
dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi
dengan melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal
untuk mengurangi risiko perdarahan.
Kelebihannya peralatan yang digunakan lebih murah dan
sederhana, proses memakan waktu cukup singkat, sudah
banyak dikenal masyarakat biaya relatif lebih murah serta
bisa digunakan untuk bayi/anak dibawah 3 tahun dimana
pembuluh

darahnya

masih

kecil.

Kekurangannya

risiko

kepala (glan) terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama


jika sayatan dibawah klem koher, mukosa kadang lebih
panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang, bisa
terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama, risiko
perdarahan tinggi apabila tanpa dilakukan penjahitan.
2.
METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL
Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga
saat ini, cara ini merupakan penyempurnaan dari metode
dorsumsisi dan merupakan metode standar yang digunakan
oleh banyak tenaga dokter maupun mantri (perawat). Alat
yang digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan
membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode ini.
Kelebihannya peralatannya sudah sesuai standar medis,
menggunakan pembiusan lokal dan benang yang jadi

daging, risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada.


Metode ini cocok untuk semua kelompok umur, biayanya
cukup terjangkau serta pilihan utama untuk pasien dengan
kelainan fimosis. Kekurangannya membutuhkan keahlian
khusus dari pengkhitan dan proses waktunya antara 15-20
menit.
3.
METODE LONCENG
Pada metode ini tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung
penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng,
akibatnya

peredaran

darahnya

tersumbat

yang

mengakibatkan ujung kulit ini tidak mendapatkan suplai


darah, lalu menjadi nekrotik, mati dan nantinya terlepas
sendiri. Metode ini memerlukan waktu yang cukup lama,
sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara
Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord
Device.
4.
METODE KLAMP
Metode Klamp ini memilik banyak variasi alat dan nama
walaupun perinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit
dengan
dipotong

suatu

alat

dengan

(umumnya

pisau

bedah

sekali
tanpa

pakai)

kemudian

harus

dilakukan

penjahitan. Diantaranya adalah : Gomco, Ismail Clamp, QTan, Sunathrone Clamp, Alis Clamp, Tara Clamp dan Smart
Clamp. Di Indonesia sendiri yang paling banyak berkembang
adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart Clamp.
Metode Cincin (Tara Clamp)

Dr. T. Gurcharan Singh adalah penemu Tara klamp pada


tahun 1990 berupa alat yang terbuat dari plastik dan untuk
sekali pakai. Di Indonesia Metode Cincin dicetuskan oleh
oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001.
Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar
tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin
dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan
terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar
3-5 menit. Kelebihan metode ini adalah : Mudah dan aman
dalam

penggunaan,

perban,tidak

tidak

memerlukan

mengganggu

penjahitan

aktivitas

dan

sehari-hari

pasien,perdarahan minimal bahkan bisa tidak berdarah,tidak


sakit setelah khitan, tanpa perawatan pasca khitan dan
langsung pakai celana dalam dan celana panjang.
Metode Smart Clamp
Smart klamp merupakan metode dan teknik sunatan yang
diperkenalkan sejak tahun 2001 di Jerman dan penemunya
adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas
beberapa ukuran, mulai dari nomor 10, 13, 16, dan 21.
Untuk bayi, alat yang dipakai nomor 10, sedangkan orang
dewasa nomor 21. Alat ini terbuat dari dua jenis bahan kunci
klamp, yakni nilon dan polikarbonat yang dikemas steril dan
sekali pakai. Tentu saja lebih aman dan bebas dari penularan
penyakit dan infeksi. Smart klamp memberikan perlindungan
luka dengan sistem tertutup. Luka sayatan terkunci rapat,

tidak memungkinkan masuknya kuman atau mikroorganisme


pengganggu.
Pada metode ini pasien akan diukur glandpenis-nya, ukuran
0-meter. Setelah diberi anestesi lokal, secara hati-hati
preputium dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan
dengan gland penis. Batas kulit preputium yang akan
dibuang

ditandai

dengan

spidol.

Tabung

smart

klamp

dimasukkan ke dalam preputium hingga batas corona gland


penis. Lalu, klamp pengunci dimasukkan sesuai arah tabung
dan diputar 90 derajat, hingga posisi smart klamp siap
terkunci.
Setelah posisi kulit yang akan dibuang dipastikan sesuai
rencana, juga agar posisi saluran kencing tidak terhalang
tabung.
terdengar

Berikutnya,
bunyi

adalah

klik.

Sisi

mengunci
distal

klamp

preputium

hingga
dibuang

menggunakan pisau bisturi. Kemudian luka dibersihkan


dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Hingga
proses itu, sunat ala smart klamp selesai.Setelah lima hari,
smart klamp dilepas dokter atau perawat dengan teknik
yang

sangat

mudah.

Gomco : Klamp ini dibuat pertama kali pada tahun 1934


oleh Hiram S. Yellen, M.D. dan Aaron Goldstein. Alat ini terdiri
dari bel logam dan plat datar dengan lubang di dalamnya
untuk menempatkan keduanya dalam posisi yang sesuai.

Terdapat sebuah sekrup berbentuk lingkaran yang berfungsi


memberikan tekanan.
Ismail Clamp : Ismail Klamp ditemukan oleh Dr Ismail Md
Salleh. Alat ini sebenarnya hampir menyerupai alat klamp
lainnya, hanya saja alat ini memiliki mekanisme penguncian
dengan

sistem

sekrup,

sehingga

pemasangan

dam

pelepasan alat ini sangat mudah tanpa harus merusak alat


ini. Saat ini baru tersedia 2 ukuran untuk anak-anak
Q-Tan : Alat ini menyerupai Ismail Clamp hanya saja sistem
sekrupnya

terkunci

mati

(irreversible

locking

system)

sehingga alat ini tidak mungkin di daur ulang kembali karena


pembukaan alat ini harus dengan dipotong. Alat ini belum
diproduksi secara massal dan masih merupakan prototype.
Saat ini masih diadakan riset yang mendalam sehingga alat
ini layak untuk digunakan secara luas.
Sunathrone Clamp : Sunathrone adalah metode sunat
dengan kaidah terkini yang ditemukan oleh Dr Mohammad
Tasron

Surat,

Sunathrone

dokter

ini

kelahiran

adalah

karena

Malaysia.
praktis

Keistimewaan
dan

proses

penyembuhannya lebih cepat. Alat khitan sekali pakai ini


akan terlepas sendiri, serta tidak memerlukan perawatan
khusus. Setelah khitan dapat langsung memakai celana dan
beraktifitas

tanpa

rasa

sakit.

Alis Clamp : Alat ini mirip dengan Smart Klamp, hanya saja
tabung klem-nya didesain miring dengan pertimbangan agar
mengikuti kontur glans penis
5.

METODE LASER ELEKTROKAUTERY

Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan


lebih dikenal dengan sebutan Khitan Laser. Penamaan ini
sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan
samasekali

tidak

menggunakan

Laser

akan

tetapi

menggunakan elemen yang dipanaskan.


Alatnya berbentuk seperti pistol dengan dua buah lempeng
kawat di ujungnya yang saling berhubungan. Jika dialiri
listrik, ujung logam akan panas dan memerah. Elemen yang
memerah tersebut digunakan untuk memotong kulup.
Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat,
mudah menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok
untuk anak dibawah usia 3 tahun dimana pembuluh
darahnya kecil. Kekurangannya adalah menimbulkan bau
yang menyengat seperti sate serta dapat menyebabkan
luka bakar, metode ini membutuhkan energi listrik (PLN)
sebagai

sumber

daya

dimana

jika

ada

kebocoran

(kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang berisiko


bagi pasien maupun operator.
Untuk proses penyembuhan, dibandingkan dengan cara
konvensional itu sifatnya relatif karena tergantung dari
sterilisasi alat yang dipakai, proses pengerjaannya dan
kebersihan individu yang disunat.
6.
METODE FLASHCUTTER
Metode ini merupakan pengembangan

dari

metode

elektrokautery. Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat


dari logam yang lurus (kencang) dan tajam. Flashcutter
langsung dapat hidup (tanpa PLN) karena didalamnya sudah

terdapat energi dari rechargeable battery buatan Matshusita


Jepang.
Flashcutter pertama kali diluncurkan di Indonesaia

tahun

2006 oleh Uniceff Corporation. Cara pemotongan pada


khitan sama seperti mempergunakan pisau bedah (digesek,
diiris). Dalam hitungan detik preputium terpotong dengan
sempurna, (tanpa pendarahan, dan dengan luka bakar
sangat minimal).
7.
METODE LASER CO2
Istilah yang lebih tepat untuk

Khitan

Laser

yang

sesungguhnya adalah dengan metode ini. Fasilitas Laser CO2


sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya,di Jakarta. Laser
yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan.
Berikut tahapan sunat dengan laser tersebut:
Setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik,
dan dijepit dengan klem. Laser CO2 digunakan untuk
memotong kulit yang berlebih. Setelah klem dilepas, kulit
telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes
darahpun keluar. Walaupun demikian kulit harus tetap dijahit
supaya penyembuhan sempurna. Dalam waktu 10-15 menit,
sunat selesai.
Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak pra-pubertal,
kelebihannya operasi cepat, perdarahan tidak ada/ sangat
sedikit, penyembuhan cepat, rasa sakit setelah terapi
minimal, aman dan hasil secara estetik lebih baik.. dan
prosedur ini cocok untuk sunat yang dilakukan pada umur
agak dewasa karena rasa sakit, yang ditimbulkan oleh sunat

cara operasi untuk orang sudah cukup berumur lebih parah


daripada jika dilakukan pada usia muda dan lukanya pun
agak lama sembuhnya. Kelemahan dari cara laser adalah
masalah harga yang relatif mahal dan hanya ada di Rumah
Sakit besar. (Novan A.P. / Edit.zp)
Daftar Pustaka
Basuki. 2010. Teknik Sirkumsisi. Malang: RSSA Malang
Purnomo, BB (2007). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV Agung
Seto
Saputra, Marizal (2010). Mengenal Metode Sunat. Online.
6. Apa saja yang termasuk kelainan bawaan saluran kemih?

Fimosis : Prepusium penis yang tidak dapat diretaksi ( ditarik)


ke proksimal sampai korona glandis.
Parafimosis : prepusium penis yang diretaksi sampai di sulkus
koronarius tidak dapat diendalikan pada keadaan semula dan
timbul jeratan pada penis di belakang sulkus koronarius .
Penyakit Peyroni: Ddapatkannya plaque / indurasi pada tunika
albugenia ( pembengkokan ) batang penis saat ereksi.
Hipospadia : Kelainan kogenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah ventral penis dan
sebeah proksimal ujung penis.
Striktura Uretra Penyempitan Lumen Uretra karena Fibrosis
pada didndingnya.
Priapismus : Ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti
dengan hasrat seksual dan disertai dengan rasa nyeri.

7. Mengapa dokter menanyakan panas dan trauma pada pasien ?

Panas karena inflamasi


Trauma untuk melihat apakah ada cedera d bagian tersebut
Untuk mengetahui etiologi dari permasalahan tsb agar dokter dapat menangani dengan
baik.
8. Hubungan jenis kelamin dan umur pada kasus ini ?
Jenis kelamin jelas untuk laki-laki
Usia: 1-3 tahun preputium sudah dapat di retraksi
9. DD
Fimosis

A.

Fimosis

Definisi
Femosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi
(ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Fimosis dialami
oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis
tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh
adesi alamiah antara prepusium dengan glans penis.
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan
debris

yang

mengumpul

dihasilkan
di

dalam

oleh

epitel

prepusium

prepusium
dan

(smegma)

perlahan-lahan

memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang


terjadi secara berkala membuat prepusium terdilatasi perlahanlahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik
ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah
dapat diretraksi.
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)

Gambaran klinis
Fimosis menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit
kencing, pancaran urine mengecil, menggelembungnya ujung

prepusium penis pada saat miksi, dan menimbulkan retensi


urine.

higiene

lokal

yang

kurang

bersih

menyebabkan

terjadinya infeksi pada prepusium (postitis), infeksi pada glans


penis (balanitis) atau infeksi pada glans dan prepusisium penis
(balanopostitis).
Kadangkala pasien dibawa berobat oleh orang tuanya karena
ada benjolan lunak di ujung penis yang tak lain adalah korpus
smegma yaitu timbunan smegma di dalam sakus prepusium.
Smegma terjadi dari sel-sel mukosa prepusium dan glans penis
yang

mengalami

deskuamasi

oleh

bakteri

yang

ada

di

dalamnya.
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)
Tindakan
Tidak dianjurkan

melakukan

dilatasi

atau

retraksi

yang

dipaksakan pada fimosis, karena menimbulkan luka dan


terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis
sekunder.
Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba
diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4
kali.

Diharapkan

setelah

pemberian

prepusium dapat diretraksi spontan.


Pada
fimosis
yang
menimbulkan

selama

keluhan

minggu.
miksi,

menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau


fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi
untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau
psostitis harus diberi antibiotika sebelum sirkumsisi.
(Dasar-dasar Urologi Basuki B Purnomo)
Tata Laksana

Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang


dipaksakan pada penderitafimosis, karena akan menimbulkan
luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium
sebagaifimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis
xerotika obliterans dapat dicoba diberikansalep deksametasone
0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah
pemberian selama6 minggu, prepusium dapat retraksi spontan.
Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat
diberikan penatalaksanaan non-operatif, misalnya seperti
pemberian krim steroid topikal yaitu betamethasone selama 46minggu pada daerah glans penis.
Pada
fimosis
yang
menimbulkan
keluhan
miksi,
menggelembungnya ujung prepusiumpada saat miksi, atau
fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi
untukdilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau postitis
harus diberi antibiotika dahulusebelum dilakukan sirkumsisi.
Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi
bila
terdapat
obstruksi
danbalanopostitis.
Bila
ada
balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan dorsal terlebih
dahulu yangdisusul dengan sirkumsisi sempurna setelah
radang mereda.Secara singkat teknik operasi sirkumsisi dapat
dijelaskan sebagai berikut :Setelah penderita diberi narkose,
penderita di letakkan dalam posisi supine. Desinfeksilapangan
pembedahan dengan antiseptik kemudian dipersempit dengan
linen steril. Preputiumdi bersihkan dengan cairan antiseptik
pada sekitar glans penis. Preputium di klem pada 3tempat.
Prepusium di gunting pada sisi dorsal penis sampai batas
corona glandis. Dibuat teugelpada ujung insisi. Teugel yang
sama dikerjakan pada frenulum penis. Preputium kemudian
dipotong melingkar sejajar dengan korona glandis. Kemudian
kulit dan mukosa dijahit denganplain cut gut 4.0 atraumatik
interupted.

Hati- hati komplikasi operasi pada sirkumsisi yaitu perdarahan.


Pasca bedah penderitadapat langsung rawat jalan, diobservasi
kemungkinan komplikasi yang membahayakan jiwapenderita
seperti perdarahan.Pemberian antibiotik dan analgetik.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat fimosis,
yaitu :
o Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
o Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium
yang kemudian terkena infeksisekunder dan akhirnya
terbentuk jaringan parut.
o Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
o Penarikan prepusium secara paksa dapat berakibat
kontriksi dengan rasa nyeri danpembengkakan glans
penis yang disebut parafimosis.
o Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang
disebut ballonitis.
o Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan
kanan, kemudian menimbulkankerusakan pada ginjal.
o Fimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker penis

Hipospadia

HIPOSPADIA
a. Definisi

Keadaan akibat penyatuan lipat uretra tidak sempurna dan


terdapat mulut uretra yang abnomal di sepanjang permukaan
inferior penis
Embriologi Kedokeran Langman, Edisi ke-7, T.W. Saddler, EGC
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang
terletak di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung
penis. Letak meatus uretra bisa terletak glandular hingga
perineal. Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000
kelahiran hidup.
Pada hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga
prepusium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood) dan sering
disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral). Kadang-kadang
didapatkan stenosis meatus uretra, dan anomali bawaan berupa
maldesensus atau. hernia inguinalis. Kejadian seluruh hipospadia
yang bersamaan dengan kriporkismus adalah 9%, tetapi pada
hipospadia posterior sebesar 32%.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
b. Etiologi
Thought to be secondary to an unknown defect in androgen
action
Maternal ingestion of progestational agents in early pregnancy
Clinical Consult 2002, by Lippincott Williams & Wilkins
c. Klasifikasi

Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde,


Browne (1936) membagi hipospadia dalam tiga bagian besar,
yaitu
a. Hipospadi anterior terdiri atas tipe glanular, subkoronal,
dan penis distal,
b. Hipospadi medius terdiri atas: midshaft, dan penis pro
c. Hipospadi posterior terdiri atas: penoskrotal, skrotal,
dan perineal.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

d. Penatalaksanaan
Tujuan fungsional operasi hipospadia adalah:

o Kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan fungsi


seksual

normal

(ereksi

lurus

dan

pancaran

ejakulasi kuat)
o Penis dapat tumbuh dengan normal.
Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah: koreksi korde
(ortoplasti),

membuat

neouretra

dari

kulit

penis

(uretroplasti), dan membuat glans. Berbagai metode


rekonstruksi telah diperkenankan mulai dari metode
satu

tahap

hingga

dua

tahap.

Pilihan

metode

tergantung dari pengalaman operator.


Reparasi hipospadi dianjurkan pada usia pra sekolah
agar tidak mengganggu kegiatan belajar pada saat
operasi. Perlu diingat bahwa seringkali rekonstruksi
hipospadia membutuhkan lebih dari sekali operasi,
koreksi ulangan jika terjadi komplikasi.
Pada

hipospadia

posterior

dengan

disertai

testis

maldesensus dianjurkan untuk melakukan uretroskopi


praoperatif
pembesaran

guna

melihat

utrikulus

kemungkinan

prostatikus

yang

adanya
mungkin

terdapat keraguan jenis kelamin (sexual ambiquity).


Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

Priapismus

PRIAPISMUS

a. Definisi
Priapismus adalah ereksi penis yang berkepanjangan tanpa diikuti
dengan hasrat seksual sering disertai dengan rasa nyeri. Istilah
priapismus berasal dari kata. Yunani priapus yaitu sama dewa
kejantanan pada Yunani kuno. Priapismus merupakan salah satu
kedaruratan di bidang urologi karena jika tidak ditangani dengan
cepat dan tepat dapat menimbulkan kecacatan yang menetap
berupa disfungsi ereksi.
Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
b. Etiologi
Menurut etiologinya priapismus dibedakan dalam 2 macam yaitu :
priapismus primer atau idiopatik yang belum jelas penyebabnya
sebanyak 60% dan priapismus sekunder.
Priapismus sekunder dapat disebabkan
a. Kelainan pembekuan darah (anemi bulan sabit,lekemi,
dan emboli lemak).
b. Trauma para perineum atau genitalia
c. Gangguan neurogen (pada saat menjalani anestesi
regionalatau pada penderita paraplegia),
d. Penyakit keganasan,
e. Pemakaian obat- obat tertentu (alkohol, psikotropik, dan
antihipertensi)

f. Pasca injeksi intrakavernosa dengan zat vasoaktif.


Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

c. Klasifikasi
Ereksi penis yang berkepanjangan ada priapismus dapat terjadi
karena: (1) gangguan mekanisme outflow (veno-oklusi) sehingga
darah tidak dapat keluar dari jaringan erektil, atau (2) adanya
peningkatan inflow aliran darah arteriel yang masuk ke jaringan
erektil.

Oleh

karena

itu

secara

hemodinamik,

priapismus

dibedakan menjadi (1) priapismus tipe venookIusif atau low flow


dan (2) priapismus tipe arteriel atau high flow. Kedua jenis itu
dapat

dibedakan

dengan

memperhatikan

gambaran

klinis,

laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan utrarasonografi color


doppller dan arteriografi.
1. Priapismus jenis iskemik ditandai dengan adanya iskemia
atau anoksia pada otot polos kavernosa.

Semakin lama

ereksi, iskemia semakin berat, dan setelah 3-4 jam, ereksi


dirasakan sangat sakit. Setelah 12 jam terjadi edema
interstisial dan kerusakan endotelium sinusoid. Nekrosis otot
polos kavernosa terjadi setelah 24-48 jam. Setelah lebih dari
48 jam terjadi pembekuan darah dalam kaverne dan terjadi
destruksi

endotel

sehingga

kehilangan daya elastisitasnya.

jaringan-jaringan

trabekel

a. Jika tidak diterapi, detumesensi terjadi setelah 2-4


minggu dan otot polos yang mengalami nekrosis diganti
oleh jaringan fibrusa sehingga kehilangan kemampuan
untuk mempertahankan ereksi maksimal.
2. Jenis non iskemik banyak terjadi setelah mengalami suatu
trauma

pada

daerah

perineum

atau

setelah

operasi

rekonstruksi arteri pada disfungsi ereksi. Prognosisnya lebih


baik daripada jenis iskemik dan ereksi dapat kembali seperti
sediakala.

Tabel 10-1. Perbedaan Priapismus Iskemik dan Non Iskemik


Low flow (statik/iskemik)-Veno oklusif

High

flow

(non

iskemik)-

Arteriel

Onset

Pada saat tidur

Setelah

trauma
Nyeri

Mula-mula ringan menjadi sangat nyeri Ringan

sampai sedang
Ketegangan penis
tegang
Darah kavernosa

Sangat tegang

Tidak

terIalu

Warna

Hitam

Merah

pO2

<30 mm Hg

>50 mm Hg

pCO2

>80 mmHg

<50 mmHg

pH

<7,25

>7,5

Color doppler

Tidak ada aliran

Ada aliran, dan

fistula
Arteriografi

Pembuluh darah utuh

Malformasi arterio-vena

Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo


d. Diagnosis
Anamnesis

dan

pemeriksaan

yang

teliti

diharapkan

dapat

mengungkapkan etiologi priapismus. Pada pemeriksaan lokal


didapatkan

batang

penis

yang

tegang

tanpa

diikuti

oleh

ketegangan pada glans penis. Ultrasonografi Doppler yang dapat


mendeteksi adanya pulsasi arteri
darah

yang

diambill

vernosa dan

intrakavernosa

dapat

priapismus jenis ischemic atau non ischemic.


Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo
e. Penatalaksanaan

analisis

gas

membedakan

Pada prinsipnya terapi priapismus adalah secepatnya


mengembalikan aliran darah pada korpora kavernosa
yang dicapai dengan cara medikamentosa maupun
operatif. Sebelum tindakan yang agresif, pasien
diminta untuk melakukan latihan dengan melompatlompat dengan harapan terjadi diversi aliran darah
dari kavernosa ke otot gluteus. Pemberian kompres
air es pada penis atau enema larutan garam fisiologi
dingin dapat merangsang aktivitas simpatik sehingga
memperbaiki aliran darah kavernosa.

Selain itu

pemberian hidrasi yang baik dan anestesi regional


pada beberapa kasus dapat menolong. Jika tindakan
di

atas

tidak

berhasil

mungkin

membutuhkan

aspirasi, irigasi, atau operasi.


Aspirasi dan Irigasi Intrakavernosa. Aspirasi darah
kavernosa diindikasikan pada priapismus non iskemik
atau priapismus iskemik yang masih baru saja
terjadi. Priapismus iskemik derajat berat yang sudah
terjadi beberapa hari tidak memberikan respon
aspirasi dan irigasi obat ke dalam intrakavernosa;
untuk itu perlu tindakan operasi. Aspirasi dkerjakan
dengan memakai jarum scalp vein no 21. Aspirasi
sebanyak darah intrakavernosa, kemudian dilakukan
instilasi 10-20 g epinefrin atau 100-200 g fenilefrin
yang dilarutkan dalam 1 ml larutan garam fisiologis
setiap 5 menit hingga penis mengalami detumesensi.

Aka dilakukan sebelum 24 jam setelah serangan,


hampir semua kasus dapat sembuh dengan cara ini.
Selain obat-obatan tersebut, dapat pula dipakai
instilasi streptokinase pada priapismus yang telah
berlangsung 14 hari yang sebelumnya telah gagal
dengan instilasi adrenergik.
Jalan pintas (shunting) keluar dari korpora kavernosa
Tindakan

ini

priapismus

haras

dipikirk-an,

veno-oklusi

atau

terutama

yang

pada

gagal-setelah

terapi medikamentosa; hal ini untuk mencegah


timbuInya

sindroma

kompartemen

yang

dapat

menekan arteria kavernosa dan berakibat iskemia


korpora kavernosa.
Beberapa tindakan pintas itu adalah: (1) pintas
korporo-glanular (sesuai yang dianjurkan oleh Winter
(1978)

atau

Al

Ghorab),

(2)

pintas

korporo-

spongiosum yaitu dengan membuat jendela yang


menghubungkan korpus spongiosum dengan korpus
kaverosum penis, dan (3) pintas safeno-kavernosum
dengan

membuat

anastomosis

antara

kavernosum dengan vena safena.


Dasar-dasar Urologi edisi kedua, Basuki B Purnomo

korpus

You might also like