You are on page 1of 7

HAMBATAN PENERAPAN KEP-58/MENLH/12/1995

Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah K3 Rumah Sakit


Dosen: Elly Listyani, dr., M.Kes

RIZKY FADILAH M. ALI


101414253007

MAGISTER KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015

Pendahuluan
Rumah sakit adalah merupakan fasilitas sosial yang tak mungkin dapat
dipisahkan dengan masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh
masyarakat, karena sebagai manusia atau masyarakat tentu menginginkan agar
keseahatan tetap terjaga. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai kaitan yang erat
dengan keberadaan kumpulan manusia atau masyarakat tersebut. Di masa lalu,
suatu rumah sakit dibangun di suatu wilayah yang jaraknya cukup jauh dari
dareah pemukiman, dan biasanya dekat dengan sungai dengan pertimbangan agar
pengelolaan limbah baik padat maupun cair tidak berdampak negatip terhadap
penduduk, atau bila ada dampak negatip maka dampak tersebut dapat diperkecil.
Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah
sakit yang dulunya jauh dari daerah pemukiman penduduk tersebut sekarang
umumnya telah berubah dan berada di tengah pemukiman penduduk yang cukup
padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit baik limbah padat
atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik antara pihak rumah sakit dengan
masyarakat yang ada di sekitarnya.
Dengan pertimbangan alasan tersebut, maka rumah sakit yang dibangun
setelah tahun 1980 an telah diwajibkan menyediakan sarana limbah padat maupun
limbah cair. Namun dengan semakin mahalnya harga tanah, serta besarnya
tuntutan masyarakat akan kebutuhan peningkatan sarana penunjang pelayanan
kesehatan yang baik, dan di lain pihak peraturan pemerintah tentang pelestarian
lingkungan juga semakin ketat, maka pihak rumah sakit umumnya menempatkan
sarana pengolah limbah pada skala prioritas yang rendah. Akibatnya, sering terjadi
benturan perbedaan kepentingan antar pihak rumah sakit dengan masyarakat atau
pemerintah. Dengan adanya kebijakan legal yang mengharuskan pihak rumah
sakit

agar

menyediakan

fasilitas

pengolahan

limbah

yang

dihasilkan,

mengakibatkan biaya investasi maupun biaya operasional menjadi lebih besar.


Saat ini perkembangan situasi global menuntut pergeseran sistem
pengelolaan lingkungan ke arah

paradigma baru yang tidak hanya sekadar

pengelolaan lingkungan atas dasar kewajiban (mandatory) dan pengolahan (endof-pipe approach).
Telah disadari bahwa konsep dan aplikasi tersebut membawa konsekuensi
pada ekonomi beaya tinggi. Bagi sektor rumah sakit, konsekuensi pendekatan
tersebut membawa implikasi yang luas terutama bagi beaya layanan kesehatan
yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Limbah Rumah Sakit
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu
sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air
limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga
kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme
patogen yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan
masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air
limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku.
Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit
harus mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya
baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak
dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain
pihak dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut
sangat terbatas sekali. Untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar umumnya
dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri karena mereka
mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan
tipe sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran
umum tanpa pengolahan sama sekali.
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: limbah domistik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian; limbah cair klinis

yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah dll.; air limbah laboratorium; dan lainya. Air limbah
rumah sakit yang berasal dari buangan domistik maupun buangan limbah cair
klinis umumnya mengadung senaywa pulutan organik yang cukup tinggi, dan
dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air
limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung
logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses
pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat menggagu proses
pengolahannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit, maka
air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian
diolah secara kimia-fisika, Selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama
dengan air limbah yang lain, dan selanjutnya diolah dengan proses pengolahan
secara biologis. Diagram proses pengelolaan air limbah rumah sakit secara umum
dapat dilihat seperti pada gambar.

Di dalam pengelolaan air limbah rumah sakit, maka yang perlu


diperhatikan adalah sistem saluran pembuangan air. Saluran air limbah dan
saluran air hujan harus dibuat secara terpisah. Air limbah rumah sakit baik yang
berasal dari buangan kamar mandi, air bekas cucian, air buangan dapur serta air
limbah klinis dikumpulkan ke bak kontrol dengan saluran atau pipa tertutup,
selanjutnya dialirkan ke unit pengolahan air limbah. Setelah dilakukan
pengolahan, air hasil olahannya dibuang ke saluran umum. Untuk air hujan dapat
langsung dibuang kesaluran umum melalui saluran terbuka.

Dari hasil analisa kimia terhadap berberapa contoh air limbah rumah sakit
yang ada di DKI Jakarta menunjukkan bahwa air limbah rumah sakit jika tidak
diolah sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara
kimiawi, air limbah rumah sakit juga berpotensi untuk memcemari lingkungan
secara bakteriologis.
Pengaplikasian Kep-58/MENLH/12/1995
Berdasarkan keputusan
Indonesia

Mentreri Negara Lingkungan Hidup Republik

Nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair

bagi kegiatan Rumah Sakit, yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus
mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan
teknologi pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya
baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak
dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di
lain pihak dana yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah
tersebut sangat terbatas sekali.
Rekomendasi
Untuk limbah padat dipergunakan suatu insenerator yang sederhana, tidak
memakan lahan, dengan biaya tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kondisi
serta situasi Rumah Sakit. Salah satu proses pengolahan limbah cair adalah
dengan cara sedimentasi: air limbah yang ke luar dari Rumah Sakit ditampung
pada bak "intermediate" equilisasi yang kemudian diaduk cepat, sehingga
terbentuk partikel-partikel, lalu diaduk lambat/fluktuasi, kemudian terjadi proses
sedimentasi, filtrasi, netralisasi dan efluen yang ke luar dapat digunakan untuk
proses biologi atau dibuang tanpa ada efek pencemaran. Sebagai contoh antara
lain Waste Oxidation Ditch Treatment System (Kolom oksidasi air limbah).
Sistem ini diperoleh untuk pengolahan air limbah Rumah Sakit yang
terletak di tengah-tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang

luas.

Kolam oksidasi dibuat bulat/elip dan air limbah dialirkan secara berputar agar
ada kesempatan kontak lebih lama dengan oksigen dari udara. Lalu dialirkan

ke dalam tank sedimentasi untuk mengendapkan benda-benda padat dan


lumpur. Air yang sudah ampak jernih dialirkan ke bak clorinasi lalu dibuang ke
sungai atau badan air lain. Lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
pada Sludge Drying Bed.

Daftar Pustaka

Anonim. (1995), Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kep51/MENKLH/10/1995. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.
Byers, Robert., Hazardous Waste Management Program Development in
Indonesia., Bapedal and EMDI., Jakarta, 1993.

Casacky, Tom ed., The EarthAware Waste Management System Implementation


Manual., COHR-Connection, 1993.

Cascio, Joseph ed., The ISO 14000 Handbook., CEEM Information Service and
ASQC Quality Press, Virginia, 1996.

Depkes RI., Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992


tanggal 14 November 1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit., Depkes RI, Jakarta, 1992.
Dirjen P2M & PLP., Pedoman Teknis Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Rumah Sakit., Depkes RI, Jakarta, 1995.

You might also like